Oleh :
P00933218028
KABANJAHE
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkanmutu sumber
daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat
yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut.1
Cacingan merupakan penyakit endemik dan kronik dengan prevalensi tinggi, penyakit
itu memang tidak mematikan, namun dapat mempengaruhi kesehatan dan menurunkan mutu
sumber daya manusia. Ada tiga jenis cacing yang hidup dan berkembang biak sebagai parasit
di dalam tubuh manusia seperti4
1), Cacing Gelang, yang hidup dengan mengisap sari makanan, 2), Cacing cambuk, selain
mengisap makanan juga mengisap darah, dan 3), Cacing Tambang, hidup dengan mengisap
dara
h saja, sehingga penderita cacingan akan kurus, dan kurang gizi, pada gilirannya menjadi
mudah lelah, malas belajar, daya tangkap menurun bahkan mengalami gangguan pencernaan
1 J.H. Heijnen and others, ‘HUBUNGAN ANTARA PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KECACINGAN MURID
MI MA’ARIF NU BANTERAN KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2017’, SSRN Electronic
Journal, 1.2 (2013), ﺷﻣﺎره8; ص99-117
<http://www.eldis.org/vfile/upload/1/document/0708/DOC23587.pdf%0Ahttp://socserv2.socsci.mcmaster.ca
/~econ/ugcm/3ll3/michels/polipart.pdf%0Ahttps://www.theatlantic.com/magazine/archive/1994/02/the-
coming-anarchy/304670/%0Ahttps://scholar.google.it/scholar?>.
2 Heijnen and others.
Morbiditas infeksi cacing pada daerah endemis berlangsung terutama pada anak-anak
pada 1 penelitian separuh dari anak-anak terinfeksi sebelum umur 5 tahun, 90 % terinfeksi
pada umur 9 tahun. Intensitas infeksi meningkat hingga umur 6-7 tahun dan mengalami
stabilitas selama beberapa tahun. Anak-anak yang baru terinfeksi rata-rata mendapat 2 cacing
betina terdapat penambahan neto sebesar 2,7 parasit/tahun 7
Di Indonesia, setiap tahun lebih dari 3.500.000 anak-anak di bawah umur 3 tahun
diserang oleh berbagai jenis penyakit perut dengan jumlah kematian sekitar 105.000 orang.
Jumlah tersebut akan meningkat lebih banyak pada daerah/tempat yang keadaan sanitasi
lingkungannya berada pada tingkat yang rendah, misalnya kita dapati pada daerah
perkampungan padat dengan selokan, perkarangan, dan tempat-tempat MCK (Mandi, Cuci,
Kakus), tidak teratur dan tidak terpelihara sebagaimana mestinya8
Infeksi kecacingan pada anak secara langsung dipengaruhi oleh personal hygiene
yang buruk buruknya hygiene perorangan menjadi penyebab terjadinya transmisi telur cacing
dari tanah kepada manusia melalui tangan atau kuku yang mengandung telur cacing lalu
masuk ke mulut melalui makanan. Kebiasaan mencuci tangan dan memotong kuku secara
signifikan berhubungan dengan kejadian kecacingan pada anak usia sekolah. mencuci
tangan, memotong dan membersihkan kuku, memakai alas kaki, sanitasi sumber air bersih,
sarana pembuangan tinja, dan sanitasi makanan merupakan faktor- faktor penyebab infeksi
kecacingan pada12
Kecamatan Batang kuis merupakan salah satu Kecamatan di batang kuis yang
memiliki beberapa daerah kumuh seperti wilayah sekitar tempat pembuangan akhir (TPA)
Antang. Berdasarkan data kependudukan BPS (2016) jumlah penduduk Kecamatan Manggala
pada tahun 2015 adalah sebesar 135.049 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 5.594
jiwa/km2. Kepadatan penduduk tidak terlepas dari permasalahan kesehatan, misalnya
penyakit menular. Penyakit menular seperti kecacingan biasanya terjadi pada daerah-daerah
yang padat penduduk dengan sanitasi yang buruk,hal ini diperburuk pula dengan kondisi
ekonomi yang rendah,13
13 Aucla.
1.2 RUMUS MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah
yaitu “apakah ada hubungan sanitasi lingkungan rumah dan personal hygiene dengan
kejadian kecacingan pada anak sekolah dasar di Kecamatan Batang Kuis14”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahuihubungan sanitasi
lingkungan rumah dan personal hygiene dengan kejadian kecacingan pada anak sekolah dasar
di Kecamatan Batang Kuis
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui kejadian kecacingan pada anak sekolah dasar di Kecamatan Batang Kuis.
b. Mengetahui jenis cacing yang menginfeksi anak sekolah dasar di Kecamatan Batang Kuis.
c.Mengetahui hubungan sarana air bersih dengan kejadian kecacingan pada anak sekolah
dasar di Kecamatan Batang Kuis.
d.Mengetahui hubungan kebersihan kuku dengan kejadian kecacingan pada anak sekolah
dasar di Kecamatan Batang Kuis.15
14 Aucla.
15 Aucla.
16 Ria Wati, ‘Kecaingan 3’, Αγαη, 8.5 (2019), 55.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.2 .1Tinjauan Umum tentang Kecacingan
Infeksi akibat STH dapat dibedakan menjadi dua tipe. Tipe pertama
mengalami siklus perkembangan di dalam tanah hingga menjadi larva infektif seperti
cacing tambang, sedangkan tipe kedua hanya hidup di tanah saat berbentuk telur
kemudian melanjutkan ke tahapan siklus hidup selanjutnya cacing harus berada di
sistem pencernaan mahluk hidup lainnya. Cacing tambang merupakan jenis STH yang
penyebarannya hanya di lingkungan yang cenderung hangat dan lembab sedangkan
jenis lainnya seperti Ascaris lumbricoides dan Tricuris trichiura selain berada di
wilayah tropis dan subtropis, juga dapat ditemukan di wilayah beriklim dingin.
17 Aucla.
18 Aucla.
1. Cacing Gelang (Ascaris lumricoides)
. Morfologi dan Siklus Hidup Ascaris lumbricoides (cacing gelang atau giant
intestinal
roundworms), cacing ini dikenal sebagai nematoda usus terbesar yang menyerang
manusia. Ascaris lumricoides dewasa tubuhnya berbentuk memanjang silindris (gilik)
berwarna putih kemerahan, mirip cacing tanah. Cacing betina dewasa berukuran 20 -
35 cm dengan ujung anterior dan posterior yang lurus dan lancip. Cacing jantan
berukuran lebih pendek, yaitu sekitar 15 - 30 cm, dengan ujung posterior yang
melengkung kea rah ventral dan mempunyai spiculae yaitu organ kelamin. Ujung
anterior cacing jantan dan betina sama-sama ramping, meruncing dengan mulut yang
mempunyai tiga bibir. Setelah kawin, cacing betina menghasilkan telur-telur yang
dikeluarkan di dalam lumen usus halus dan akan keluar bersama tinja19
Telur Ascaris lumricoides memiliki 4 bentuk yaitu dibuahi (fertilized), tidak dibuahi
(anfertilized), matang dan dekortikasi (Muslim, 2009). Telur yang dibuahi berukuran
± 60 × 45 mikron, berbentuk oval, berdinding tebal dengan 3 lapisan dan berisi
embrio. Telur yang tidak dibuahi berukuran ± 90 × 40 mikron, berbentuk bulat
lonjong atau tidak teratur, dindingnya terdiri atas 2 lapisan dan dalamnya bergranula.
Telur yang sudah matang atau dibuahi dengan lapisan albumin, dinding tebal dan
berlapis, bagian luar dilapisi lapisan yang berbenjol-benjoln dan bergelombang.
Sedangkan telur dekortikasi, telurnya tidak memiliki lapisan albumin yang lepas
karena proses mekanik20
19 Aucla.
20 Aucla.
21 Aucla.
22 Aucla.
Cacing dewasa yang hidup di saluran intestinal jarang menimbulkan gejala klinis. Jika
terdapat gejala klinis biasanya tidak khas yaitu mual, nafsu makan berkurang, diare
atau konstipasi, lesu, tidak bergairah, dan kurang konsentrasi. Cacing Ascaris dapat
menyebabkan intoleransi laktosa, malabsorsi vitamin A dan mikronutrisi. Infeksi
kronis pada anak dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan akibat dari penurunan
nafsu makan, terganggunya proses pencernaan dan malabsorbsi24
3.Cacing kremi
atau biasa disebut juga dengan cacing kerawit merupakan
cacing yang sering menginfeksi anak-anak. Infeksi cacing kremi biasanya melalui
telur cacing yang terambil oleh jari anak-anak saat bermain. Telur cacing tersebut
dapat bertahan di kulit anak-anak selama berjam-jam & dapat bertahan hidup selama
23 Aucla.
24 Aucla.
25 Aucla.
26 Aucla.
27 Aucla.
3 minggu pada pakaian, mainan & tempat tidur. Apabila jari yang ada telur cacing
tersebut masuk ke dalam mulut, maka telur cacing akan ikut masuk ke dalam tubuh 28
Gejalanya adalah rasa gatal di sekitar daerah anus atau vulva (kemaluan
wanita). Gejala ini akan memburuk di malam hari ketika cacing kremi biasanya akan
keluar dari permukaan tubuh untuk menaruh telurnya di sekitar anus/vulva. Cacing
juga biasanya dapat terlihat di tinja. Cara untuk menghindari tertularnya cacing kremi
pada anak-anak dapat di
lakukan hal-hal berikut ini :
a. Usahakan agar anak-anak mandi setiap hari minimal 2 kali. b. Mencuci tangan
hingga bersih menggunakan sabun terutama setelah buang air besar atau sebelum
makan.
c. Hindari kebiasaan anak menggigit-gigit kuku.
d. Mengganti pakaian setiap hari, terutama pakaian dalam.
e. Bila memungkinkan, gantilah sprei setiap hari.30
31 Aucla.
32 Aucla.
untuk memantau dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi
kesehatan serta dapat mengancam kelangsungan hidup manusia (Chandra, 2009).
Menurut (Entjang, 2000) sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik,
biologi, sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana
lingkungan yang berguna di tingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan
diperbaiki atau dihilangkan. Usaha dalam sanitasi lingkungan terutama meliputi:
a.Menyediakan air rumah tangga yang baik, cukup kualitas maupun kuantitasnya.
b. Mengatur pembuangan kotoran, sampah dan air limbah.
c. Mendirikan rumah-rumah sehat, menambah jumlah rumah agar rumah- rumah
tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.
d. Pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit seperti lalat dan nyamuk.
33 Wati.
34 Wati.
35 Wati.
36 Wati.
37 Wati.
Adapun syarat-syarat kualitas air bersih yaitu sebagai berikut
1)Persyaratan Fisik, ditujukan terhadap indikator kekeruhan (turbidity), warna air, bau
air, maupun rasa air
2) Persyaratan Biologi, ditujukan kehadiran mikroorganisme, baik yang bersifat
patogen maupun nonpatogen
3) Persyaratan Kimia, persyaratan ini sangat penting untuk mengetahui kontaminasi
bahan kimiawi mana yang terdapat dalam bahan baku air minum serta sejauh mana
kualitasnya sudah melewati ambang batas zat yang ditentukan untuk kualitas air baku
air minum.38
Agar air memenuhi syarat tersebut di atas, maka jarak sumber air atau sumur dari
penampung kotoran dan galian penampungan sampah tidak kurang dari sepuluh
meter. Selain itu, sumber air harus tidak lebih rendah dan tidak dekat dari sumber
pencemar. Apabila kebutuhan air bersih tidak terpenuhi, penduduk akan
menggunakan air yang kotor/tidak bersih. Apabila ini terjadi maka penduduk dapat
terjangkit wabah penyakit akibat penggunaan air yang tidak sesuai persyaratan 39.
Peyediaan air bersih yang memenuhi syarat, selain memenuhi persyaratan di
atas harus diperhatikan jarak sumber air atau sumur dari penampung kotoran dan
galian penampungan sampah yaitu tidak kurang dari sepuluh meter. Selain itu, sumber
air harus tidak lebih rendah dan tidak dekat dari sumber pencemar. Apabila kebutuhan
air bersih tidak terpenuhi, penduduk akan menggunakan air yang kotor/tidak bersih.
Apabila ini terjadi maka penduduk dapat terjangkit wabah penyakit akibat
penggunaan air yang tidak sesuai persyaratan40
2.Sarana Pembuangan Tinja
` Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui
anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan disepanjang sistem saluran
pencernaan. Pembuangan tinja merupakan bagian yang terpenting dari kesehatan
lingkungan. Pembuangan yang tidak adekuat dan saniter dari tinja manusia yang
terinfeksi berperan dalam kontaminasi air tanah dan sumber air bersih41
Jamban adalah salah satu sarana dari pembuang tinja manusia yang penting,
karena tinja manusia merupakan sumber penyebaran penyakit yang multikompleks.
Penyebaran penyakit yang bersumber pada feces dapat melalui berbagai macam jalan
atau cara seperti air, tangan, lalat, tanah, makanan dan minuman sehingga
menyebakan penyakit. Jadi bila pengolahan tinja tidak baik, maka penyakit akan
mudah tersebar. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia seperti
tipus, kolera dan bermacam-macam cacing42
Jamban sehat memiliki lima kriteria yaitu mencegah kontaminasi air,
mencegah kontak tinja dengan manusia, mencegah tinja agar tidak dihinggappi
serangga maupun binatang lain, dan memiliki konstruksi yang aman untuk digunakan,
serta tidak menimbulkan bau. Jamban yang sehat juga memiliki bentuk leher angsa
karena leher angsa akan mencegah kotoran yang sudah dibuang naik kembali ke
permukaan. Sedangkan untuk tempat penampungan daya serap tanah, ketiggian tanah,
dan letak bangunan dari sumber air minum harus sangat diperhatikan. Tempat
38 Wati.
39 Wati.
40 Aucla.
41 Aucla.
42 Aucla.
penampugan harus mampu meminimalisir pencemaran ke tanah dan air yang ada di
sekitarnya43
paling sering dijumpai adalah jamban model angsa. Jamban ini dapat dibangun di
dalam rumah secara tersendiri atau digabung dengan kamar mandi. Model ini disebut
model leher angsa karena saluran kotorannya bengkok seperti leher angsa. Bila
disiram dengan air, kotoran akan terdorong ke lubang penampungan tetapi masih ada
sisia air yang tertinggal di dalam saluran yang bengkok tersebut.44
Model dan bentuk jamban yang memenuhi syarat kesehatan yang paling sering
dijumpai adalah jamban model angsa. Jamban ini dapat dibangun di dalam rumah
secara tersendiri atau digabung dengan kamar mandi. Model ini disebut model leher
angsa karena saluran kotorannya bengkok seperti leher angsa. Bila disiram dengan air,
kotoran akan terdorong ke lubang penampungan tetapi masih ada sisia air yang
tertinggal di dalam saluran yang bengkok tersebut. Air yang tertinggal ini menutup
saluran kotoran sehingga bau yang berasal dari lubang tidak dapat keluar. Air ini juga
berfungsi mencegah keluar masuknya lalat dan serangga lain ke dalam lubang
penampungan kotoran 45
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Tahun 2014 standar dan
persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari (Permenkes RI, 2014): a.
Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap) harus berfungsi untuk melindungi
pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.46
b.Bangunan tengah jamban, dimana terdapat dua bagian yaitu:
1) Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi oleh
konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat
tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.
2) Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran
untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).47
c. Bangunan bawah jamban, merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan
pengurai kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau
kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban,
yaitu:
1) Tangki septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan
limbah kotoran manusia
2) Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan cair
dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut
ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari
limbah tersebut akan diuraikan secara biologis.48
3. Saluran pembuangan air limbah
Setiap penghuni rumah menggunakan air untuk berbagai keperluan sehari-
hari. Sebagian dari air tersebut akan menjadi air limbah yang dibuang ke lingkungan.
43 Aucla.
44 Aucla.
45 Aucla.
46 Aucla.
47 Aucla.
48 Aucla.
Pembuangan air limbah menjadi sangat penting, bukan hanya karena alasan bau dan
menganggu pemandangan, tetapi karena air limbah sangat berbahaya bagi kesehatan.
Oleh karena itu, air limbah diupayakan dibuang pada saluran dan tempat pembuangan
yang tertutup 49
Air limbah atau buangan adalah sisa air yang dibuang dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta menganggu lingkungan hidup. Air limbah rumah tangga adalah air
limbah yang tidak mengandung ekskreta manusia dan dapat berasal dari buangan
kamar mandi, dapur, air cuci pakaian, dan lain-lain yang mungkin mengandung
mikroorganisme pathogen. Volume air limbah rumah tangga bergantung pada volume
pemakaian air penduduk setempat 50
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2014 menyatakan
limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga menghindari terjadinya genangan
air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Untuk
menyalurkan limbah cair rumah tangga diperlukan sarana berupa sumur resapan dan
saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair rumah tangga yang berupa
tinja dan urin disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan sumur resapan.
Limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari buangan dapur,
kamar mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah51
Persyaratan sistem pembuangan air limbah yang diterapkan adalah sebagai
berikut Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.
2) Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan. 3) Tidak menimbulkan
pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di dalam penggunaannya sehari-
hari.
4) Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang menyebabkan penyakit.
5) Tidak terbuka dan harus tertutup.
6) Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.52
2.1.3 Tinjauan Umum tentang Personal Hygiene Pengertian
Pengertian hygiene berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 (1966)adalah
kesehatan masyarakat yang khusus meliputi segala usaha untuk melindung,
memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan badan dan jiwa baik untuk umum
maupun untuk perorangan dengan tujuan memberikan dasar-dasar kelanjutan hidup
yang sehat serta mempertinggi kesejahteraan daya guna perikehidupan manusia.
Sedangkan menurut Azrul Azwar, hygiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang
mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya
mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta
membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan
kesehatan 53
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikis. Cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka
49 Wati.
50 Wati.
51 Wati.
52 Wati.
53 Wati.
disebut hygiene perorangan. Personal hygiene atau kebersihan diri adalah upaya
seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan untuk memperoleh
kesejahteraan fisik dan psikologis. Tujuan seseorang dalam melakukan perawatan
personal hygiene yaitu meningkatkan derajat kesehatan, rasa nyaman dan
menciptakan keindahan, mencegah penyakit pada diri sendiri maupun pada orang lain,
dan meningkatkan percaya diri 54
Personal hygiene atau kebersihan perorangan merupakan upaya seseorang
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri, antara lain seperti
memelihara kebersihan kuku, tangan, kaki, rambut, makan makanan yang sehat, cara
hidup yang teratur, meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan jasmani,
menghindari terjadinya penyakit, meningkatkan taraf kecerdasan dan kerohaniah,
melengkapi rumah dengan fasilitas yang menjamin hidup sehat, dan pemeriksaan
kesehatan. Pencegahan dan pemberantasan penyakit cacing pada umumnya
merupakan pemutusan rantai penularan yaitu salah satunya dengan praktik personal
hygiene 55
Keadaan hygiene yang tidak baik seperti tangan dan kuku yang kotor, kebersihan
diri dan penggunaan alas kaki hal ini dapat menimbulkan infeksi kecacingan.
Departemen Kesehatan R.I Tahun 2001 menyatakan bahwa usaha pencegahan
penyakit cacingan antara lain: menjaga kebersihan badan, kebersihan lingkungan
dengan baik, makanan dan minuman yang baik dan bersih, memakai alas kaki,
membuang air besar di jamban (kakus), memelihara kebersihan diri dengan baik
seperti memotong kuku dan mencuci tangan sebelum makan. Kebersihan perorangan
penting untuk pencegahan Adapun penjelasan terkait personal hygiene yang berperan
penting dalam infeksi kecacingan yaitu sebagai berikut:
1. Kebiasaan Cuci Tangan Tangan
adalah anggota tubuh yang paling banyak berhubungandengan apa saja. Kita
menggunakan tangan untuk menjamah makanan setiap hari. Selain itu, sehabis
memegang sesuatu yang kotor atau mengandung kuman penyakit, menyentuh
mata, hidung, mulut, makanan serta minuman. Hal ini dapat menyebabkan
pemindahan sesuatu yang dapat berupa penyebab terganggunya kesehatan karena
tangan merupakan perantara penularan kuman56
54 Wati.
55 Wati.
56 Wati.
57 Wati.
a. Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.
b. Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa lalu gosok kedua
punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan terkena
busa sabun.
c. Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku. d. Bilas dengan air
bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan sampai sisa sabun hilang e.
Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih, atau kertas tisu,
atau mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering.
58 Wati.
59 Wati.
60 Wati.
61 Wati.
Kuku sehat yaitu transparan, lembut dan alas jari berwarna merah muda dan
ujung putih tembus cahaya. Kulit sekitar kuku dan kutikula lembut dan tanpa
inflamasi
2. Kuku yang terawat dan bersih merupakan cerminan keperibadian seseorang.
Kuku yang panjang dan tidak terawat akan menjadi tempat melekatnya berbagai
kotoran yang mengandung bahan dan mikroorganisme diantaranya bakteri dan
telur cacing 62
Caranya sangat mudah yaitu dengan cara mencuci tangan setiap selesai bermain,
membersihkan kuku-kuku (Rambe, 2017). Apabila ada jaringan yang kering
disekitar kuku maka dioleskan lotion atau minyak mineral, kuku direndam jika
tebal dan kasar untuk menghidari penularan infeksi cacing dari tangan ke mulu65
Kerangka Teori
Berdasarkan uraian dalam tinjauan pustaka, maka dapat dijabarkan kerangka
teori mengenai gambaran kejadian kecacingan pada anak sekolah dasar di Kecamatan
Batang Kuis yaitu berikut:
Kerangka teori di atas menggambarkan alur penularan Soil Transmitted
Helminth (STH) mulai dari sumbernya, media transmisi, kemudian manusia sebagai
pajanan sehingga timbul penyakit, serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Alur
tersebut dikenal dengan istilah teori simpul oleh Achmadi (2012) yang menjelaskan
proses timbulnya suatu penyakit melalui 4 simpul, yaitu simpul 1 sebagai sumber
penyakit atau agent (telur dan larva STH), simpul 2 sebagai komponen lingkungan
yang merupakan media transmisi penyakit (tanah), simpul 3 sebagai perilaku pemajan
(manusia), dan simpul 4 yaitu kondisi pemajan yang dalam keadaan sehat atau sakit
setelah mengalami interaksi dengan komponen lingkungan yang mengandung bibit
penyakit (kejadian kecacingan). Proses penularan penyakit kecacingan mulai dari
sumber sampai
62 Wati.
63 Wati.
64 Wati.
65 Wati.qa
terjadinya penyakit dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor lingkungan maupun
faktor manusia (Sumanto, 2010). Keberadaan telur atau larva STH di dalam tanah
bergantung pada lingkungan sekitarnya. Perkembangan telur cacing di tanah
dipengaruhi oleh tekstur dan kelembapan tanah. Contohnya Telur cacing A.
lumbricoides dan T. trichiura memerlukan tanah liat serta lingkungan yang hangat dan
lembab dengan suhu optimum berkisar antara 25˚ - 30˚ C.
Kondisi tanah yang lembab dan sanitasi lingkungan yang buruk
mempengaruhi keberadaan telur dan larva STH di tanah, kurangnya penyediaan air
bersih dan kepemilikan jamban dapat menyebabkan terjadinya buang air besar
sembarangan (BABS) sehingga mengontaminasi tanah, keberadaan jamban yang tidak
memenuhi syarat seperti tinja yang tidak terbuang dengan baik dapat mencemari air
limbah rumah tangga, serta pembuangan limbah yang secara langsung ke lingkungan
akan mencemari tanah akibat adanya kontaminasi telur STH pada air limbah.
Masuknya telur atau larva STH ke dalam tubuh dipengaruhi oleh perilaku
manusia, seperti sikap mencuci tangan pakai sabun, menggunakan alas kaki, serta
memotong kuku. Perilaku-perilaku tersebut sangat mendukung terjadinya penularan
STH. Seorang anak cenderung bermain di tanah tanpa menggunakan alas kaki, selain
itu anak-anak memiliki kebiasaan jajan sembarangan dan memasukkan jarinya ke
mulut tanpa mencuci tangan setelah kontak dengan tanah. Karenanya, seorang anak
harus rajin mencuci tangan pakai sabun setiap tangan kotor atau sehabis bermain, juga
rutin menggunting kukunya sehingga selalu berada dalam keadaan bersih. Infeksi
Infeksi STH sangat rentan terhadap anak-anak karena kurangnya personal
hygiene, maka dari itu peran orang tua sangat diperlukan. Orang tua yang memiliki
pendidikan yang lebih tinggi akan menerima informasi yang lebih sehingga dapat
mengasuh anaknya dengan baik. Selain itu, seseorang dengan pendidikan tinggi
memiliki peluang yang lebih besar memperoleh pekerjaan yang baik dengan
penghasilan yang cukup sehingga mereka mempunyai kesempatan untuk hidup dalam
lingkungan yang baik dan sehat.
Seseorang dengan pendidikan dan penghasilan yang tinggi akan lebih peduli
dengan masalah kesehatan seperti mengantisipasi terjadinya infeksi kecacingan pada
anak dengan cara pemberian obat cacing. Infeksi kecacingan pada anak dapat
menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan seperti anemia, kekurangan
asupan vitamin A, menyebabkan nafsu makan berkurang sehingga pemenuhan gizi
menurun yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
= ( , )2
= ( , )
=
,
n= 65,6
n= 66
populasi dengan jumlah sampel yang diinginkan yaitu : jumlah populasi 191 : 66
= 2,8 di bulatkan menjadi 3. Maka anggota populasi yang menjadi sampel adalah
sebanyak 66 orang.
maupun observasi pada rumah responden tentang hal-hal yang berkaitan dengan
No Variabel Keterangan
Variabel Independen
Ketersediaan
air bersih syaratyangdigunakandalam pemenuhankebutuhansehari-
hari.
Cara Wawancara
Ukur Kuisoner
Alat 1. Ada
Ukur 2. Tidak Ada
Hasil Nominal
Ukur
Skala
Ukur
2. Ketersediaan Definisi Ada tidaknya jamban keluarga yang terdapat di
Jamban lingkungan masyarakat dan tidak membuang tinja di
sembarangan tempat.
Wawancara
Cara Kuisoner
Ukur 1. Tersedia
Alat 2. Tidak Tersedian
Ukur Nominal
Hasil
Ukur
Skala
Ukur
3. Kebiasaan Definisi Prilaku cuci tangan yang dilakukan sebelum makan dan
mencuci sesudah buang air besar.
tangan Wawancara
Cara Kuisoner
Ukur 1. Baik.
Alat 2. Kurang Baik
Ukur Ordinal
Hasil
Ukur
Skala
Ukur
4. Kebiasaan Definisi Kebiasaan anak menggunakan alas kaki pada saat
memakai alas bermain yang kontak langsung dengan tanah dan
kaki sumber infeksi lainnya.
Wawancara
Cara Kuisoner
Ukur 1. Baik.
Alat 2. Kurang Baik
Ukur Odinal
Hasil
Ukur
Skala
Ukur
Variabel Dependen
5. Kejadian Definisi
Terinfeksi penyakitcacing perutdenganditemukantelur
Cacingan
danLarva cacingyang berdasarkan hasil pemeriksaan
tinja pada laboratorium.
Cara Melalui Laporan Kasus cacingan
Ukur Kuisoner
Alat
Ukur 1. Cacingan
2. Tidak Cacingan
Hasil
Ordinal
Ukur
Skala
Ukur
3.6.1Variabel Dependen
1.Penyakit Cacingan : jika berdasarkan laporan Puskesmas terbukti positif dari hasil
pemeriksaan.
2.Tidak cacingan : jika berdasarkan laporan puskesmas terbukti negatifdari hasil
pemeriksaan.
3.6.2Variabel Independen
Ada jika hasil dari wawancara diperoleh skor> 12 (50 %)dengan rentang (6-18).
2.Tidak ada jika hasil dari wawancaradidapatkan skor<12(50%) dengan rentang (6-18).
3.Ketersediaan Jamban
Tersedia jika hasil dari wawancaradidapatkan skor>7,5 (50 %)dengan rentang (5-10).
Tidak Tersedia jika hasil dari wawancaradidapatkan skor<7,5 (50%) dengan rentang (5-10).
4.Kebiasaan Mencuci Tangan
-Baik jika responden menjawab pertanyaan yangdiajukandidapatkan
skor >12 (50 %) dengan rentang (6-18).
-Tidak Baik jika responden menjawab pertanyaan yang diajukandidapatkan skor<12
(50 %) dengan rentang (6-18).
5.Kebiasaan menggunakan alas kaki
3.7.1Analisa Univariat
variabel dependen dan variabel independen melalui uji statistic Chi- Square (X2)
dan dinyatakan bermakna apabila α alpha atau ρ< 0.05, data yang
( − )
Keterangan :
X2 : Chi Square
0 : Frekuensi Pengamatan
E : Frekuensi Harapan
Keputusan hipotesis Ha diterima bila nila P value lebih kecil dari dari
alpha yaitu < 0,05, maka hipotesis Ha diterima, dan sebaliknya jika P value lebih
besar dari alpha yaitu > 0,05, maka hipotesis Ha ditolak, (Budiarto, 2002),
• Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1 (satu). Sel-
sel dengdan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari
total sel
ص99-117
<http://www.eldis.org/vfile/upload/1/document/0708/DOC23587.pdf%0Aht
tp://socserv2.socsci.mcmaster.ca/~econ/ugcm/3ll3/michels/polipart.pdf%0A
https://www.theatlantic.com/magazine/archive/1994/02/the-coming-
anarchy/304670/%0Ahttps://scholar.google.it/scholar?>