Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUN PERSONAL

HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SCABIES


PADA SANTRI DAYAH AL-MUSLIMUN LHOKSUKON
PADA TAHUN 2023

Proposal Mini

Oleh :
MUKHLISAH
NIM : 19010629

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
BUMI PERSADA LHOKSEUMAWE
TAHUN 2023
A. Latar belakang
Penyakit kulit banyak dijumpai di Indonesia seperti penyakit scabies yang
disebabkan oleh parasit. Penyakit scabies mengakibatkan kerusakan pada kulit akibat
infeksi sekunder dan gangguan kenyamanan akibat rasa gatal. Faktor yang berperan
pada tingginya prevalensi penyakit scabies di negara berkembang terkait rendahnya
tingkat kebersihan, akses air yang sulit, tingginya kepadatan hunian seperti penjara,
pondok pesantren dan panti asuhan . Penyakit scabies ini kurang diperhatikan oleh
santri di pondok pesantren, faktor penyebabnya adalah lingkungan yang kurang baik,
personal hygiene yang buruk, pengetahuan yang kurang sehingga terjadinya risiko
penularan penyakit scabies .

Menurut Internasional Alliance for the Control of Scabies (IACS) pada tahun
2014 angka kejadian scabies bervariasi mulai dari 0,30%-0,46%, sedangkan pada tahun
2015 prevalensi scabies tertinggi dibeberapa negara diantaranya Mesir 4,40%, Nigeria
10,50%, Mali 0,40%, Malawi 0,70%, dan Kenya 8,30% [4]. Prevalensi scabies di
Indonesia pada tahun 2008 sebesar 5,60%-12,96%, tahun 2009 sebesar 4,90%-12,95%
dan data terakhir di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 3,90%-0,06%.Menurut data
Depkes RI prevalensi penyakit kulit diseluruh Indonesia ditahun 2012 adalah 8,46%,
kemudian meningkat ditahun 2013 sebesar 9% dan skabies menduduki urutan ketiga
dari 12 penyakit kulit yang tersering. Sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi
penyakit kulit diatas prevalensi nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera
Barat, Bengkulu, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Tengah, dan Gorontalo.(RISKESDAS 2013, 2013).

Data pola penyakit di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam menunjukkan bahwa


penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang termasuk
skabies, di tahun 2003 terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit skabies. pada tahun
2004 kejadian penyakit skabies prevalensinya 40,78%.(Dengan, Penyakit, & Pada,
2008).

Aceh menempati urutan ke 13 prevalensi hipertensi tertinggi yaitu sebesar 9,7%


(Riskesdas, 2013). Sedangkan jumlah penderita hipertensi di Aceh pada tahun 2019
sebanyak 283.910 orang atau 25%. Terdapat 4 kabupaten/kota yang cangkupannya
mencapai 100% yaitu simeulue, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya dan kota Banda Aceh.

Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan


judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Personal Hygiene Dengan Kejadian Penyakit
Scabies Pada Santri Dayah Al-Muslimun Lhoksukon Pada Tahun 2023” B.

B. Variable

1. Independen
Variable independen dalam penelitian ini adalah Tingkat Pengetahuan Personal
Hygiene
2. Dependen
Variable dependen dalam penelitian ini adalah Penyakit Scabies Pada Santri

C. Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional
yang menganalisis hubungan antara variabel dependen dan independent dengan
melakukan pengukuran sesaat.

D. Sampel penelitian
Sampel penelitian ini adalah santri di dayah Al-umuslimun Lhoksukon yang bersedia
untuk menjadi responden penelitian.

E. Instrument
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan
kuesioner data demografi yang di lakukan kepada responden yang memenuhi criteria
inklusi dan eksklusi yang telah di tetapkan.

F. Analisa
Analisa data penelitian menggunakan uji chi square
G. Referensi
Iskndar,T.2000.Maslah Scabies pada hewan dan manusia serta penanggulangannya.
Wartozoa.10(1):30
Laily,I dan S. Andarmoyo. 2012. Personal hygiene, konsep proses dan aplikasi dalam
praktek keperawatab. Yogyakarya:Graha Ilmu.
HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN
PERILAKU PENANGANAN PERTAMA LUKA BAKAR
PADA ANAK DI DESA DESA MATANG MANE
KECAMATAN TANAH LUAS KABUPATEN ACEH UTARA

Proposal Mini

Oleh :
MUKHLISAH
NIM : 19010629

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
BUMI PERSADA LHOKSEUMAWE
TAHUN 2023
A. Latar belakang
Luka bakar salah satu kejadian kecelakaan yang sulit dihindari oleh anak-
anak, karena ketidakmampuan anak-anak menghadapi tantangan dan menentukan
suatu hal yang berbahaya atau tidak. Hal tersebut membuat anak sangat rentan
mengalami kecelakaan ataupun cidera (injury). Cedera juga mengakibatkan
kecacatan yang dapat disebabkan oleh cedera yang disengaja ataupun tidak
disengaja. Luka bakar merupakan salah satu cedera tidak disengaja yang sering
terjadi pada anak dan menjadi penyebab kematian nomor sebelas pada anak berusia
1-9 tahun (WHO, 2018). Penyebab luka bakar tersebut diantaranya kontak dengan
api, air panas, tersengat listrik, minyak goreng, kompor gas, bahan kimia, bermain
korek api, dan bermain kembang api (Ni Made Krisna, dkk, 2021).

Beberapa kejadian luka bakar pada anak sering terjadi dilingkungan rumah,
sehingga pengawasan orang tua menjadi hal yang sangat penting. Orang tua
merupakan seseorang yang memiliki peran penting dalam melakukan pengawasan
ini termasuk memberikan perawatan, perlindungan dan penanganan terhadap
bahaya yang dialami oleh anak. Tindakan yang dapat dilakukan oleh orangtua
ketika anak mengalami luka bakar yaitu memberikan pertolongan pertama. Tetapi
pengetahuan orang tua tentang penanganan luka bakar cenderung buruk hal ini
terjadi pada kebiasaan banyak orang yang memberikan pertolongan pertama pada
kasus luka bakar dengan mengoleskan pasta gigi, mentega, kecap, minyak, dan
masih banyak lagi anggapan dan kepercayaan seseorang yang selama ini diyakini
di masyarakat. Pertolongan pertama yang diberikan dengan benar dapat
mengurangi dampak negatif bagi anak dan meningkatkan peluang pemulihan,
sebaliknya jika pertolongan pertama yang diberikan kurang tepat dapat
menimbulkan bahaya bagi tubuh seperti infeksi pada kulit, syok, dan
ketidakseimbangan elektrolit (Verawati & Azhari, 2021).

Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan


judul “Hubungan Pengetahuan Orang Tua Dengan Perilaku Penanganan Pertama
Luka Bakar Pada Anak Di Desa”
B. Variable
1. Independen
Variabel independen dalam penilaian ini adalah Hubungan Pengetahuan orang
tua
2. Dependen
Variabel dependen dalam penilaian ini adalah perilaku penanganan pertama
luka bakar pada anak.

C. Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional yang menganalisis hubungan antara variabel dependen dan independent
dengan melakukan pengukuran sesaat.

D. Sampel penelitian
Sampel penelitian ini adalah orang tua di desa yang bersedia untuk menjadi
responden penelitian.

E. Instrument
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi
dan kuesioner data demografi yang di lakukan kepada responden yang memenuhi
criteria inklusi dan eksklusi yang telah di tetapkan.

F. Analisa
Analisa data penelitian menggunakan uji chi square
G. Referensi
Iskndar,T.2000.Maslah Scabies pada hewan dan manusia serta
penanggulangannya. Wartozoa.10(1):30
Laily,I dan S. Andarmoyo. 2012. Personal hygiene, konsep proses dan aplikasi
dalam praktek keperawatab. Yogyakarya:Graha Ilmu.
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK PEKERJA TANI
DENGAN KEJADIAN OSTEOARTHRITIS DI DESA
MATANG MANE KECAMATAN TANAH LUAS
KABUPATEN ACEH UTARA

Proposal Mini

Oleh;
MUKHLISAH
NIM: 19010629

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS BUMI
PERSADA LHOKSEUMAWE TAHUN 2023
A. Latar belakang
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit peradangan kronis pada sendi akibat
kerusakan tulang rawan. Osteoarthritis yang terus menerus dibiarkan dapat
menyebabkan rasa sakit,kekakuan,pembengkakan,dan dapat menyebabkan
kecacatan. Osteoarthritis bisa terjadi karena salah satu faktor yaitu aktivitas fisik
yang terlalu berat. Aktivitas fisik dan pekerjaan sebagai petani dan kuli dapat
membebani sendi-sendi penopang tubuh khususnya lutut dan pinggang sehingga
sangat beresiko untuk mengalami penyakit OA.

Banyaknya resiko bahaya pertanian yang sewaktu-waktu dapat mengancam


kesehatan petani seperti bahaya ergonimis, posisi kerja yang tidak tepat dan masa
istirahat yang kurang dari pagi sampai malam serta pemakaian masa otot dan
tulang yang melebihi dari kapasitas kerja pada petani,dapat mengakibatkan nyeri
pada tulang dan sendi. Gambaran mendasar pada nyeri sendi ini adalah degenerasi
tulang rawan sendi yaitu perubahan struktural selanjutnya yang terjadi di tulang
bersifat sekunder (Martono & Pranaka, 2009).osteoarthitis sampai saat ini masih
merupakan masalah Kesehatan utama di dunia, global burden of disease tahun
2019, menyatakan osteoarthritis terdaftar sebagai contributor ke-15, sekitar 500
juta ( 7% dari populasi ) orang di seluruh dunia menderita osteoarthritis, yang
mayoritas dari mereka tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah.

Kementrian Kesehatan republic entrian Kesehatan Republik Indonesia pada


tahun 2012 memetakan jumlah penderita Osteoartritis, hasilnya sekitar 11,5%
lebih orang Indonesia menderita osteoarthritis. Artinya, pada setiap 10 penduduk
di Indonesia terdapat 1 orang penderita Osteoarthtritis (Prieharti dan Mumpuni,
2017). Menurut Riskesdas tahun 2018, mendapatkan prevalensi penyakit sendi
pada penduduk umur 15 tahun ke atas di Indonesia cukup tinggi dengan jenis
pekerjaan Petani/Buruh tani 9,90%, PNS/ TNI/ POLRI/ BUMN/ BUMD 7,50 %,
Nelayan 7,40%, Wiraswasta 7,30%, Buruh/ Supir/ Pembantu rumah tangga
6,10%, dan P. Swasta 3,50%. Pekerjaan sebagai petani 1-9 tahun meningkatkan
risiko osteoarthritis 4,5 kali, bertani 10 tahun atau lebih, meningkatkan risikonya
9,3 kali (WHO, 2018).
B. Variabel
1. Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Hubungan Aktivitas Fisik
Pekerja Tani

2. Dependen
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Kejadian Osteoarthritis
C. Desain Penelitian
Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi,dengan pendekatan Cross-
sectional.

D. Sampel penelitian
Pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling berupa
accidental sampling,dengan jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu
sebanyak 156 dan dilakukan penghitungan sampel menggunakan rumus slovin
sehingga didapatkan 113 sampel.

E. Instrument
Metode kuesioner dengan membagikan kuesioner secara langsung kepada sampel
yang terpilih. Kuesioner pertama yaitu IPAQ berisi 7 pertanyaan yang terdiri dari
aktivitas fisik berat,aktivitas fisik sedang,aktivitas fisik yang dilakukan dalam
berjalan kaki,dan aktivitas fisik saat santai atau duduk. Kuesioner yang kedua
yaitu WOMAC terdiri dari 24 pertanyaan masing-masing 5 pertanyaan yang
berhubungan dengan nyeri,2 pertanyaan yang berhubungan dengan kekakuan
sendi dan 17 pertanyaan yang berhubungan dengan fungusi fisik.

F. Analisa
Analisa data menggunakan uji chi square
G. Referensi
Martono,H.H.,&Pranaka K.2009.Geriatry(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).Ed
4.Jakarta.FKUI.

Potter&Perry.2005.Buku AjarFundamental Keperawatan Volume 2.jakarta.EGC.


Davey,P.2005.At a glace medicine.Jakarta:Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai