Anda di halaman 1dari 66

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN APD DAN

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN


ONYCHOMYCOSIS PADA PETUGAS TPA
RAJAMANDALA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Sarjana Terapan


Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Bandung

Disusun Oleh :

SOPYAN FIRDAUS
NIM. P17334118418

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
2022

2
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :


Proposal Usulan Skripsi Penelitian Dengan Judul

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN APD DAN PERSONAL HYGIENE


DENGAN KEJADIAN ONYCHOMYCOSIS PADA PETUGAS TPA
RAJAMANDALA

Disusun Oleh :

SOPYAN FIRDAUS
NIM : P17334118418

Telah diperiksa dan disetujui untuk disajikan pada


Sidang Skripsi Penelitian

Menyetujui :
Pembimbing :

Dra. Ira Gustira Rahayu, M.Kes


NIP.197008231995032001
Mengetahui :
Ketua Jurusan Teknologi Laboratorium Medik
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Entuy Kurniawan, S.Si, M.KM


NIP. 196811111992031001

i
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Usulan Skripsi Penelitian ini telah diujikan pada Sidang Usulan Skripsi
Penelitian Program Pendidikan Sarjana Terapan
Jurusan Teknologi Laboratorium Medik

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung


Tanggal : 09 Maret 2022

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN APD DAN PERSONAL HYGIENE

DENGAN KEJADIAN ONYCHOMYCOSIS PADA PETUGAS TPA

RAJAMANDALA

Disusun Oleh :

SOPYAN FIRDAUS
NIM : P17334118418

Penguji : Tanda Tangan

Ketua : Dra. Ira Gustira Rahayu, M.Kes ( )

NIP. 197008231995032001

Penguji I : Entuy Kurniawan, S.Si, M.KM NIP. ( )

1968111111992031001

Penguji II : Sonny Feisal Rinaldi, S.Pd, M.Kes ( )

NIP. 196905031991021001

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan usulan penelitian dengan judul “HUBUNGAN ANTARA

PENGGUNAAN APD DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

ONYCHOMYCOSIS PADA PETUGAS TPA RAJAMANDALA”. Usulan

penelitian ini disusun sebagai syarat menyelesaikan Program Studi Sarjana

Terapan Teknologi Laboratorium Medis.

Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih

kepada semua pihak atas arahan, bimbingan, bantuan dan dukungan dalam

menyelesaikan usulan penelitian ini serta kepada orang tua yang telah

memberikan dukungan, semangat, dan do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan usulan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan

kritik serta saran yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis. Semoga

usulan proposal ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi pembaca.

iii
Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan ridho-Nya kepada kita semua

dalam menuntut ilmu.

Cimahi, 20 Februari 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

v
DAFTAR GAMBAR

vi
DAFTAR TABEL

vii
DAFTAR LAMPIRAN

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Petugas pengangkut sampah merupakan tenaga kerja yang memiliki resiko

tinggi untuk menderita penyakit yang ditimbulkan oleh sampah. Hampir setiap

hari mereka mengalami kontak langsung dengan sampah. Oleh karena itu

penyakit-penyakit tersebut terjadi karena pekerjaan yang dilakukan,maka disebut

sebagai penyakit akibat kerja.

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, Personal adalah perorangan

sedangkan Hygiene adalah sehat. Personal Hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan.sangat berpengaruh besar terhadap infeksi

jamur kuku, kurang nya menjaga dan membersihkan kuku setiap habis melakukan

aktivitas membuat jamur dapat dengan mudah menetap dan menginfeksi kuku

tersebut. Salah satu indikator personal hygiene adalah perawatan kaki,tangan dan

kuku. Kaki,tangan dan kuku membutuhkan perhatian yang khusus dalam

perawatan kebersihan diri seseorang karena rentan terinfeksi. Selain personal

hygiene, APD yang tidak memadai seperti tidak memakai boot (sepatu), sarung

tangan, juga dapat sangat mudah menginfeksi kuku tersebut. Menurut hasil

penelitian Kurnia friska pratama, berdasarkan perilaku personal hygine, dari 27

responden yang mengalami gangguan infeksi jamur 96,3% merupakan responden


yang memiliki kebersihan tangan dan kuku yang tidak baik (Friska pratama,

2017).

Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan

untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh

tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. APD seperti sepatu boot,sarung

tangan,masker apabila digunakan dengan benar dan tepat dapat memberikan

perlindungan bagi petugas dari berbagai dampak kecelakaan dan infeksi jamur

(Mustkawat, 2012).

Pemakaian alat pelindung diri (APD) sangat penting bagi para pekerja

dalam kegiatan sehari-hari untuk perlindungan diri (Anizar, 2012). Pemakaian alat

perlindungan diri mempunyai efek positif apabila dipakai dengan benar dan

negatif apabila tidak dipakai dengan benar. Efek negatif dari pemakaian APD

inilah kemungkinan menjadi faktor resiko terjadinya infeksi jamur. Yang sering

menyerang orang yang bekerja di tempat basah seperti pemungut sampah yang

harus memakai sepatu tertutup setiap hari. Pemakaian alat perlindungan (celana

panjang, kaos kaki dan sepatu tertutup menyebabkan terjadi kaki basah dan

lembab. Tempat yang lembab merupakan media yang sangat bagus bagi

pertumbuhan jamur. Dengan ini peniliti memberikan solusi tenaga kerja

diharapkan agar dapat lebih meningkatkan kesadaran agar lebih patuh dalam

penggunaan APD (sepatu boots) saar bekerja karena hal ini sangat berkaitan

dengan infeksi jamur, untuk instansi kebersihan diharapkan lebih tegas.

10
Sampai saat ini,sampah masih mejadi permasalahan yang belum

terpecahkan,khususnya bagi kota-kota besar di Indonesia. Dalam manajemen kota

hampir 60-80% sampah dihasilkan dari rumah tangga (Alifiana,2012).

Bertambahnya jumlah penduduk perkotaan,tidak hanya karena tingginya

kelahiran tetapi juga adanya urbanisasi penduduk. Hal ini akan mengakibatkan

tingginya volume limbah yang dihasilkan dari rumah tangga (Hasibuan,2016).

Iklim Negara Indonesia yang panas dan lembab merupakan lingkungan

yang ideal bagi aneka mikroorganisme tropis, antara lain jamur. Berbagai jenis

jamur dapat hidup dimana-mana dalam berbagai ekosistem, pada habitat yang

sangat beraneka ragam. Penyebarannya juga sangat luas melalui spora yang

leluasa berterbangan di udara, dalam tanah, hewan,ataupun dipermukaan benda,

Salah satu kejadian yang disebabkan iklim tropis adalah infeksi jamur

Onychomycosis (Mangunwidjaja, 2005).

Onychomycosis disebabkan oleh jamur dermatofita sebesar 76% oleh ragi

(yeast) sebesar 13.5% dan kapang (moulds) sebesar 5.5%, sisanya sebesar 5% oleh

karena infeksi campuran. Onychomycosis merupakan dermatomikosis superfisial

yang sebagian besar penyebabnya adalah golongan dermatofita. Berarti jamur

yang keratinolitik, dimana didalam hidupnya membutuhkan keratin, jamur akan

mengambil keratin disekitarnya untuk hidupnya. Kuku tersusun dari keratin.

Karena keratin diambil oleh jamur maka lambat laun kuku akan menjadi rapuh

dan akhirnya rusak, (imam,2005).

11
Onychomycosis adalah infeksi jamur superfisial yang ditemukan diseluruh

dunia. Di negara maju (Industri) didapatkan angka insiden Onychomycosis hingga

30% dari seluruh kejadian infeksi jamur superfisial, 40% dari seluruh penyakit

kuku dan diperkirakan terjadi 2 hingga 18% pada populasi. Onychomycosis lebih

sering terjadi pada kuku jari kaki dari pada kuku jari tangan. (Bramono, 2001: 47).

Infeksi Onychomycosis juga dapat dipengaruhi oleh umur, orang dewasa

atau usia lanjut lebih sering terinfeksi dibandingkan anak-anak, pada orang

dewasa kuku kaki atau tangan lebih mudah rapuh dan kering seiring bertambahnya

usia, akibatnya jamur dapat dengan mudah masuk ke dalamnya dan menyebabkan

infeksi. Menurut penelitian Finch JJ dan Warshaw EM prevalensi

Onychomycosis, 2,18 – 13%, pada pasien usia lanjut didapat 28% (Finch JJ,

2007). Menurut Shemer A pada anak-anak < 0,5% lebih sedikit dibandingkan

dewasa. Onychomycosis lebih meluas di kuku kaki 4-25 kali dibandingkan pada

kuku tangan (Shamer A, 2012). Menurut penelitian Amanda kejadian terbanyak

Onychomycosis pada kelompok usia 36-45 tahun sebesar 35,3%, dengan jenis

kelamin terbanyak adalah laki-laki sebesar 58,8% (Amanda, 2019).

Dalam era globalisasi yang berkembang pesat menjadikan orang kurang

peduli terhadap perilaku hidup yang sehat dapat dilihat dari kebiasan mereka yang

kurang sadar akan kebersihan lingkungan terutama pengelolaan sampah, masalah

ini dapat dikatakan bahwa salah satu penyebab pencemaran lingkungan adalah

sebagai akibat adanya sampah yang menumpuk di TPA (Tempat Pembuangan

Akhir), sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan yang merupakan sumber

penyebab gangguan kesehatan pada masyarakat. (N.A & Mulasari, 2017).

12
Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat, mengatakan proyeksi volume

sampah rumah tangga pada tahun 2019 mencapai 268 rit atau setara 1.340 ton per

hari thn 2020 menjadi 264 rit atau 1.335 ton per hari , kini oktober 2021 rata- rata

pengangkutan 253 rit atau 1.309 ton per hari. Pemerintah menargetkan

pengurangan produksi sampah mencapai 15% dan pada 2025 mencapai 30 %

(Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat 2021). Dan yang perlu kita ketahui semakin

banyak timbunan sampah akan semakin menurunkan derajat kesehatan khususnya

petugas sampah itu sendiri. Tingkat kepatuhan yang rendah dalam menggunakan

APD biasanya menunjukan sistem manajemen keselamatan yang gagal,

keterbatasan sarana, rendahnya kesadaran pekerja terhadap keselamatan kerja.

menurut International Labour Organization (ILO : 2010).

Dampak penggunaan APD yang tidak tepat dapat menyebabkan

peningkatan risiko infeksi serta menurunkan derajat kesehatan seseorang (Hinkin,

Gammon, & Cutter, 2008). APD adalah aspek pengendalian infeksi yang paling

terlihat, APD harus digunakan sebagai bagian dari strategi pencegahan dan

pengendalian infeksi yang berperan penting dalam pengendalian lingkungan.

Selain itu, antara daerah berisiko tinggi atau rendah infeksi. APD tetap digunakan

secara tepat untuk mengurangi risiko paparan sumber infeksi. Suhu yang tinggi

menyebabkan para pekerja berkeringat dan akibat terkena paparan sinar matahari

maka rata-rata seorang petugas akan mneyentuh dan mengusap mata, bibir, dan

lubang hidung mereka dengan kecepatan 15,7 kali per jam. Untuk menghindari hal

itu dianjurkan para pekerja selalu memakai APD, mencuci tangan sebagai langkah

13
mengurangi potensi terkena penyakit akibat kerja. (Fischer, Weber, & Wohl,

2015).

Mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh (Mulyati

zakiyah,2018) mengenai judul “Identifikasi Jamur Penyebab Onikomikosis Pada

Kuku Kaki Petugas di Daerah Tempat Pembuangan Akhir Bantargebang Bekasi”

Hasil dari penelitian bahwa lamanya kerja,lingkungan yang kotor

lembab,umur,kurang nya perhatian personal hygiene dan APD menjadi salah satu

penyebab infeksi onychomycosis.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan antara pengunaan APD dan Personal Hygiene

dengan Kejadian Onychomycosis pada petugas di TPA Rajamandala”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas,dapat diambil perumusan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana gambaran penggunaan APD pada petugas TPA Rajamandala

dengan kejadian Onychomycosis.

2. Bagaimana gambaran Personal Hygiene pada petugas TPA Rajamandala

dengan kejadian Onychomycosis.

3. Bagaimana gambaran Onychomycosis pada petugas TPA Rajamandala.

4. Bagaimana hubungan antara Penggunaan APD dengan kejadian

Onychomycosis.

14
5. Bagaimana hubungan antara Personal Hygiene dengan kejadian

Onychomycosis.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran APD pada petugas TPA Rajamandala

dengan kejadian Onychomycosis.

2. Untuk mengetahui gambaran Personal Hygiene pada petugas TPA

Rajamandala dengan kejadian Onychomycosis.

3. Untuk mengetahui gambaran Onychomycosis pada petugas TPA

Rajamandala.

4. Untuk mengetahui hubungan antara Penggunaan APD dengan kejadian

Onychomycosis.

5. Untuk mengetahui hubungan antara Personal Hygiene dengan kejadian

Onychomycosis.

1.4 Manfaat penelitian

Sebagai informasi bagi petugas TPA untuk memperhatikan pentingnya

menggunakan APD dan personal hygiene serta menambah pengetahuan tentang

penyakit yang berhubungan dengan sampah khususnya Onychomycosis.

15
16
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Onychomycosis

Onychomycosis berasal dari bahasa yunani yaitu “onyx” yang berarti

jamur. Istilah onikomikosis digunakan untuk semua infeksi jamur pada kuku,

penyakit ini dapat disebabkan oleh jamur dermatofita, ragi, atau non dermatofita.

Prevalensi Onychomycosis berbeda antar negara di dunia. Negara Barat

melaporkan prevalensinya sekitar 2-18% dari populasi dan negara tropis Asia

melaporkan prevalensinya sebesar 8,1%. Di Indonesia, prevalensinya

menunjukkan angka yang lebih rendah, yaitu 3,5-4,7% diantara kasus

dermatomikosis (Adiguna Ms dalam Ervianty E, dkk, 2013).

Onychomycosis dapat menginfeksi satu kuku atau lebih, permukaan kuku

tidak rata, kuku menjadi rapuh atau keras dan kuku yang terinfeksi akan terkikis.

Penyembuhan penyakit ini akan memerlukan waktu beberapa bulan bahkan

sampai beberapa tahun (Sustanto, 2008). Infeksi pada kuku dapat menyerang

seseorang yang bekerja atau melakukan kontak langsung dengn lingkungan yang

lembab dan kotor, dalam keadaan tersebut sangat banyak sekali bakteri dan parasit

serta jamur. Musim hujan salah satu penyebab jamur dapat berkembang biak lebih

banyak di tempat yang lembab, kotor, basah dan dingin (Graham, robin, 2005).

17
2.1.1.1 Penyebab Onychomycosis

Onychomycosis adalah infeksi jamur yang superfisial yang terdapat di

seluruh dunia. Di negara maju, didapatkan insiden Onychomycosis hingga 30%

dari seluruh kejadian infeksi jamur superfisial, 40% dari seluruh penyakit kuku

dan diperkirakan terjadi 2 hingga 18% pada populasi. Onychomycosis lebih sering

terjadi pada kuku jari kaki dibanding kuku jari tangan (Budi putra, 2008). Infeksi

ini disebabkan oleh dermatofita, khususnya oleh Trichophyton rubrum, diikuti

Trichophyton Mentagrophytes varian integritale. (Dera Mustika,2017).

2.1.1.2 Faktor yang mempengaruhi Onychomycosis

2.1.1.2.1 Umur

Infeksi Onychomycosis juga dapat dipengaruhi oleh umur,orang dewasa

atau usia lanjut lebih sering terinfeksi dibandingkan dengan anak-anak. Pada

orang dewasa kuku lebih rentan rapuh dan kering,akibatnya jamur dapat dengan

mudah masuk kedalam kuku dan menyebabkan infeksi. Menurut penelitian

Gustina putri sebagian besar pasien Onychomycosis dijumpai pada kelompok usia

50-59 tahun sebesar 37,2% dan presentase terkecil dijumpai pada dua kelompok

usia 20-29 tahun dan 60-70 tahun sebesar 11,6% (Putri,2017).

18
2.1.1.2.2 Gambaran Klinis

Onychomycosis dipengaruhi oleh pola invasi jamur terhadap kuku,dan

dikenal menjadi 5 klasifikasi onychomycosis yaitu (Hay RJ 2011).

1. Onychomycosis Subungal distal dan lateral (OSDL)

Gambar 2.1 Onychomycosis subungal distal dan lateral

Onychomycosis (OSDL) merupakan tipe yang paling banyak menginfeksi

masyarakat. Pada onikomikosis subungal distal dan lateral jamur melakukan

invasi melalui hiponikium dibagian lipat siku lateral lalu menuju ke lempeng kuku

yang menyebar ke bagian proksimal. Secara klinis,kuku tampak kusam dan terjadi

perubahan warna putih kekuningan,coklat hingga hitam. OSDL disertai dengan

dermatofitoma yaitu penebalan kuku bentuk oval berwarna kekuningan atau putih

yang berisi jamur.

2. Onychomycosis Subungal Proksimal (OSP)

19
Gambar 2.2 Onychomycosis Subungal Proksimal

Onychomycosis (OSP) yaitu infeksi jamur dimulai dari lipatan kuku

proksimal yang meluas ke distal,tampak area berwarna putih di bawah lipatan

kuku proksimal,onikolisis,hyperkeratosis,dan bercak atau garis trasversal.

3. Onychomycosis Superfisial (OS)

Gambar 2.3 Onychomycosis Superfisial

Onychomycosis superfisial (OS) varian klinis ini jarang ditemukan dan

sering terdapat pada pasien imunokompromais. OS terjadi apabila jamur

menginvasi langsung lapisan superfisial lempeng kuku ditandai dengan bercak

atau garis transversal berwarna putih keruh berbatas tegas dan dapat berkonfluens.

4. Onychomycosis Endoniks (OE)

20
Gambar 2.4 Onychomycosis Endoniks (OE)

Onychomycosis endoniks (OE) merupakan jamur menginfeksi lapisan

superfisial lempeng kuku dan berpenetasi hingga lapisan dalam. Secara klinis

kuku tampak berwarna putih seperti susu dan adanya pelepasan kuku secara

lamellar.

5. Onychomycosis Total Distrofik (OTD)

Gambar 2.5 Onychomycosis Total Distrofik (OTD)

Onychomycosis ini terbagi menjadi dua varian,antara lain onikomikosis

total distrofik primer yang ditemukan pada kandidiasis mukokutan kronik atau

imunokompromais dan Onychomycosis total distrofik sekunder merupakan

kondisi lanjut dari ke empat bentuk Onychomycosis sebelumnya. Pada OTD kuku

tampak penebalan difus berwarna kuning kecoklatan,disertai pembengkakan.

2.1.1.2.3 Diagnosis Onychomycosis

21
Anamnesis dan gambaran klinis saja sulit untuk memastikan diagnosis,

maka dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnosis dan

mengetahui penyebab onychomycosis. Pemeriksaan penunjang tersebut yaitu

pemeriksaan mikroskopis dan makroskopis dengan biakan atau kultur untuk

indentifikasi jamur penyebab onychomycosis (Bramono K,dkk,2013)(paraccini

BM,2015).

2.1.2 Personal Hygiene

Personal Hygiene sangat penting untuk mencegah infeksi

Onychomycosis,kurang menjaga kebersihan seperti kuku akan memberikan

peluang pada jamur untuk mudah berkembang biak dan menyebabkan kerusakan

pada kuku. Menjaga kebersihan tangan,kuku,dan kaki merupakan salah satu aspek

penting dalam mempertahankan kesehatan badan perseorangan,oleh karena itu

tangan,kuku,dan kaki harus dijaga kebersihannya. Kuman penyakit dapat terbawa

melalui tangan,kuku,dan kaki yang kotor. Mencuci tangan dan kaki sebaiknya

dengan air mengalir,memakai sabun dan menggosok-gosok tangan dan kaki agar

jamur tidak berkembang biak di dalam kuku (Melati,2013).

2.1.2.1 SOP Mencuci Tangan

1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air

yang mengalir,ambil sabun kemudian usap dan gosong kedua telapak

tangan secara lembut.

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.

22
3. Jangan lupa jari-jari tangan,gosok sela-sela jari hingga bersih.

4. Bersihkan ujung jari secara bergantian.

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.

6. Letakan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.

7. Bersihkan kedua pergelangan telapak tangan secara bergantian dengan cara

memutar,kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan

dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau tisu.

2.1.2.2 SOP Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Petugas kebersihan merupakan setiap orang pribadi yang diberikan tugas

oleh pengelola sampah dalam kegiatan pengelolaan sampah. Didalam Perda

Nomor 8 Tahun 2014 Pasal 42 telah menyebutkan fasilitas-fasilitas yang harus

didapatkan oleh Petugas Kebersihan yaitu:

1. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses). Berfungsi sebagai pelindung mata

ketika bekerja (misalnya memgelas).

2. Penutup telinga (EarPlug/EarMuff). Berfungsi sebagai pelindung telinga

pada saat bekerja di tempat yang bising.

3. Safety Helmet. Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa

mengenai kepala secara langsung.

4. Tali keselamatan (Safety Belt). Berfungsi sebagai alat pengaman ketika

menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain serupa (mobil,

pesawat, alat berat)

23
5. Sepatu karet (sepatu boot). Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja

di tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan dilapisi dengan

metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas,

cairan kimia.

6. Sepatu pelindung (safety shoes). Seperti sepatu biasa, dari bahan kulit

dilapisi metal dengan sol dan karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk

mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda

tajam atau berat, benda panas, cairan kimia.

7. Sarung tangan. Berfungsi alat pelindung tangan saat bekerja di tempat atau

situasi yang dapat mengakibatkan cidera tangan. Bahan dan bentuk sarung

tangan disesuaikan dengan fungsi masing- masing pekerjaan.

8. Tali pengaman (Safety Harness). Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja

di ketinggian.

9. Masker (Respirator). Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat

bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun).

10. Pelindung wajah (Face Shield). Berfungsi sebagai pelindung wajah dari

percikan benda asing saat bekerja (misal pengerjaan menggerinda).

11. Jas hujan (Rain Coat). Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja

(misal bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat).

2.1.3 Profil TPA Rajamandala dan Pengais Sampah

TPA Rajamandala terletak di desa Sarimukti Kecamatan Cipatat

Kabupaten Bandung Barat seluas 25 Ha yang terdiri dari 23 Ha milik Perhutani

24
dan 2 Ha milik Kota Bandung yang pada Tahun 2009 sesuai dengan laporan

akhir,perencanaan persampahan di Kabupaten Bandung Barat,bahwa lahan yang

dipergunakan baru 5 Ha diperuntukan Kota Bandung,Kota Cimahi,dan Kabupaten

Bandung Barat. Pengais sampah adalah orang yang bekerja mengambil barang-

barang bekas atau sampah tertentu untuk di daur ulang. Pekerja pengais selalu

berhubungan dengan sampah menimbulkan pandangan bahwa cara hidup pengais

cukup kotor,apabila dilihat dari segi kesehatan pemulung memiliki resiko yang

sangat tinggi untuk terkena penyakit. Lingkungan kerja yang tidak kondusif serta

kotor, memungkinkan pengais dapat terjangkit penyakit seperti gatal-gatal,diare

dan lain-lain karena kurangnya kehigeinisan pada pengais sampah. TPA

merupakan lingkungan kerja yang berpotensi mempengaruhi kesehatan pada para

pengais (Abbas,2013).

2.2 Pemeriksaan Laboratorium

2.2.1 Pemeriksaan Langsung

Untuk melihat apakah ada infeksi jamur perlu dibuat preparat langsung

dari kerokan kuku. Sediaan dituangi larutan KOH 10% dengan maksud

melarutkan keratin kuku sehingga akan tinggal kelompok hifa. Dipanasi diatas api

kecil, jangan sampai menguap, lihat dibawah mikroskop dimulai dengan

pembesaran 10x dan 40x (Siregar, 2005).

2.2.2 Kultur Jamur

25
Pemeriksaan dengan pembiakan atau kultur diperlukan untuk menyokong

lagi pemeriksaan mikroskopik langsung untuk mengidentifikasi spesies jamur,

pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan.

Spesimen yang dikumpulkan dicawan petri yang sudah disterilkan, diatas bunsen,

kemudian bahan kuku ditanam pada media SDA pada suhu kamar (25-30°C), lalu

dalam 1 minggu dilihat dan dinilai apakah ada perubahan atau pertumbuhan jamur

(Siregar, 2005).

2.3 Kerangka Konsep

Penggunaan APD
(X1) Kejadian Onychomycosis
(Y)
Personal Hygiene
(X2)

(Variabel Bebas) (Variabel Terikat)

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.4 Hipotesis

H1 : Penggunaan APD memiliki hubungan dengan kejadian Onychomicosis.

H2 : Personal Hygiene memiliki hubungan dengan kejadian Onychomicosis.

26
2.4.1 Definisi Operasional

Tabel 2.1 Definisi Operasional

Skala
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
Penggunaa APD kelengkapan Observasi Form 1. Ya : Jika Ordinal
n APD yang wajib Pengamata menggunaka
pada digunakan pada n n APD
petugas saat lengkap
TPA bekerja,terutama
pada petugas 2. Tidak :
TPA yang kondisi Jika tidak
lingkungan lengkap dan
yang kotor dan tidak
lembab menggunaka
n APD
Personal Personal Wawancara Form a.Kebersihan Ordinal
Hygiene Hygiene yaitu + kuesioner Pertanyaa kuku Ya :
pada menjaga n Jika bersih
petugas kebersihan dan Tidak : Jika
TPA kesehatan kotor
mencuci
tangan,mencuci b.Cuci
kaki. tangan Ya
: Jika cuci
tangan sesuai
SOP Tidak :
Jika tidak
sesuai SOP
Kejadian Penyakit Mikroskopi Mikrosko Positif = Ordinal
Onychomy infeksi yang k p Berdasarka
co sis pada disebabkan n hasil
petugas oleh jamur laboratoriu
TPA yang m
menyerang Ditemukan
kuku onychomyc
osis
Negatif =
Jika tidak
terinfeksi
onychomycosi

27
s

28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan

dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Sugiyono (2011:2)

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian

deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Dengan menggunakan

metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang

diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang memperjelas gambaran mengenai

objek yang diteliti.

3.2 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang

memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini

adalah petugas TPA Rajamandala dengan jumlah populasi 43 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Pengambilan sampel

pada penelitian ini dengan menggunakan random sampling sebanyak 43 orang.


3.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

1. Tempat :Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rajamandala

Kabupaten Bandung Barat dan Laboratorium Parasitologi Tekhnologi

Laboratorium Medik (TLM).

2. Waktu : Februari – juni 2022.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi di Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) Rajamandala Kabupaten Bandung Barat.

2. Wawancara + Kuesioner

Wawancara dilakukan dengan tanya jawab langsung dengan petugas TPA

Rajamdala Kabupaten Bandung Barat sesuai dengan pertanyaan yang

tertera dalam lembar kuesioner.

3. Mikroskopik

Melakukan pengolahan sampel berupa kuku petugas TPA Rajamdala

Kabupaten Bandung Barat dengan cara sebagai berikut :

1) Persentase petugas TPA positif (+) Onychomychosis

Jumlah petugasTPA positif


% TPA positif (+) ¿ X 100
Jumlah Responden

2) Persentase petugas TPA negatif (-) Onychomychosis

Jumlah petugasTPA negatif


% TPA negatif (-) ¿ X 100
Jumlah Responden

3) Persentase spesies jamur penyebab onychomychosis

30
Jumlah jamur yang ditemukan
% Jenis Jamur ¿
Jumlah hasil ¿ ¿

3.5 Alat, Bahan, Reagerasi dan Cara Kerja

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1) Plastik klip

2) Pinset

3) Mikroskop

4) Objek Glas

5) Deck Glass

6) Sarung Tangan

7) Masker

8) Gunting Kuku

9) Autoclave

2. Bahan Pemeriksaan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu kuku petugas di TPA

Rajamandala.

3. Reagensia

Bahan reagensia yang digunakan untuk penelitian yaitu :

1) KOH 10%

2) Media SDA

4. Cara Kerja

Mikroskopis Langsung :

1) Bersihkan kuku dengan alcohol

31
2) Sampel di ambil menggunakan gunting kuku

3) Masukkan sampel ke dalam kantong plastik klip dengan pinset dan beri

identitas sesuai dengan nama dan usia

4) Sampel dibawa ke Laboratorium analis kesehatan untuk diperiksa

5) Sebelum diperiksa siapkan alat dan bahan

6) Sampel diambil dari kantong plastik klip dengan menggunakan pinset

7) Sampel diletakkan diatas objek glass, kemudian tetesi dengan larutan

KOH 10%.

8) Sampel ditutup dengan deck glass, lewatkan diatas api Bunsen

9) Sampel siap diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x dan

40x (Siregar, 2005).

Kultur :

1) Siapkan Alat dan bahan

2) Sampel diambil dari kantong plastik klip dengan menggunakan pinset

3) Sampel dikumpulkan pada cawan petri, yang sudah disterilkan

4) Lalu sampel ditanam pada media SDA

5) Inkubasi pada suhu 25˚C- 30˚C selama 1 minggu. (Siregar, 2005)

32
3.6 Teknik Pengujian Kuesioner

Agar kuesioner dapat digunakan dalam penelitian maka harus diuji terlebih

dahulu tingkat validitas dan reliabilitasnya.

1. Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengukur atau valid tidaknya suat

kuesioner.

- Jika nilai rhitung > rtabel = valid

- Jika nilai rhitung < rtabel = tidak valid.

2. Uji Reabilitas

Uji Reabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi kuesioner.

Kuesioner dinyantakan reable jika nilai Cronbach Alpha > 0,6.

3.7 Analisis Data

1. Analisis Koefisien Korelasi

Pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya

hubungan antara variabel X dan Y (Umi Narimawati, 2010:49). Nilai atau

besaran korelasi berkisar antara 0,0 sampai 1,0, yang berarti semakin

mendekati 1,0 berarti korelasi semakin besar dan sempurna. Sebaliknya

semakin mendekati 0,0 berarti korelasi semakin kecil bahkan tidak ada sama

sekali. Apabila nilai korelasi negative, maka itu menunjukkan adanya

hubungan terbalik antara variabel yang diteliti.

33
Interpretasi dari besarnya nilai korelasi sampel antar variabel dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.5
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan


0,000 – 0,199 Sangat Lemah
0,200 – 0,399 Lemah
0,400 – 0,599 Sedang
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat Kuat
(Sumber Sugiyono, 2012:184)

2. Analisis Chi Square/ Kai Kuadrat

Dalam penelitian ini uji statistik digunakan untuk mencari pengaruh atau

hubungan antara variable bebas dengan variable tidak bebas. Dasar pengambilan

keputusan Uji Chi Square:

1) Jika nilai Asymp. Sig < 0,05, maka terdapat hubungan yang signifikan

antara baris denggan kolom

2) Jika nilai Asymp. Sig > 0,05, maka tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara baris denggan kolom

34
35
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

hubungan Penggunaan APD dan Personal Hygiene dengan Kejadian

Onychomycosis pada Petugas TPA Rajamandala.

4.1.1 Hasil Pengambilan Sample

Dari hasil wawancara, petugas TPA Rajamandala sebagian besar pernah

memiliki gejala-gejala dermatofita. Dari jumlah tersebut hanya 43 yang bersedia

menjadi responden, karena dengan adanya faktor perlengkapan alat pelindung diri

yang digunakan dan bersedia menjadi sampel penelitian sehingga selesainya

penelitian ini. Dari hasil wawancara, jumlah tersebut terdiri dari 43 responden

yang telah bekerja sebagai petugas TPA lebih dari 5 tahun dan seluruhnya adalah

responden pria (100%). Usia responden bervariasi yaitu diantara kisaran umur 29-

60 tahun. Berdasarkan hasil wawancara pada petugas, didapatkan data waktu

dimana petugas bekerja sekitar pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB untuk

membersihkan sampah.

36
4.1.2 Hasil pemeriksaan sediaan langsung KOH 10%

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksan Sediaan Langsung KOH 10%


Jamur pada sediaan langsung Jumlah Persentase %

(+) Spora dan hifa 17 39,53 %


(-) Tidak terdapat spora dan hifa 26 60,47 %

Total 43 100 %

1) % Spora dan hifa (+) ¿ Jumlah Spora dan hifa ¿ ¿

17
% Spora dan hifa (+) ¿ X 100 = 39,53%
43

2) % Spora dan hifa (-) ¿ Jumlah Spora dan hifa ¿ ¿

26
3) % Spora dan hifa (-) ¿ X 100 = 60,47%
43

Berdasarkan tabel di atas diketahui, bahwa dari pemeriksaan sediaan

langsung KOH 10% terhadap 17 bahan kerokan kuku pada kaki petugas TPA

diperoleh sebanyak 17 sampel (39.53 %) positif ditemukan spora dan hifa jamur.

4.1.3 Hasil pemeriksaan sediaan biakan jamur dari media SDA

Dari hasil pembiakan yang dilakukan terhadap 43 sampel kerokan kuku

pada kaki petugas TPA Rajamandala diperoleh data sebagai berikut.

37
Tabel 4.2 Perbandingan Mikroskopik Dermatofita dari Media SDA

Terinfeksi jamur pada kuku kaki


No Kode sampel
Positif(+) Negatif(-)
1 A1 -

2 A2 -

3 A3 -

4 A4 +

5 A5 +

6 A6 -

7 A7 -

8 A8 -

9 A9 -

10 A10 +

11 A11 +

12 A12 -

13 A13 -

14 A14 -

15 A15 +

16 A16 -

17 A17 -

18 A18 +

19 A19 -

20 A20 -

21 A21 +

22 A22 +

23 A23 -

24 A24 -

38
25 A25 -

26 A26 -

27 A27 +

28 A28 -

29 A29 -

30 A30 -

31 A31 +

32 A32 -

33 A33 +

34 A34 -

35 A35 -

36 A36 +

37 A37 +

38 A38 -

39 A39 +

40 A40 -

41 A41 -

42 A42 +

43 A43 -

Jumlah 15 28

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Sediaan Biakan Jamur dari Media SDA

39
Makroskopik Mikroskopis Spesies keterangan
Koloni Warna Warna
depan belakang
A1 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dan dermatofita
hifa tunggal
A2 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dan dermatofita
hifa tunggal
A3 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dan dermatofita
hifa tunggal
A4 Powder, Kuning Kuning Mikrokonidia T. rubrum Dermatofita
padat, kemerahan keputihan lonjong, seperti
kasar tetesan air mata
A5 Powder, Kuning Kuning Mikrokonidia T. rubrum Dermatofita
padat, kemerahan keputihan lonjong, seperti
kasar tetesan air mata
A6 Lendir Jingga Kuning Koloni terdiri Candida sp Non
keputihan dari sel dermatofita
kecambah
berbentuk oval
A7 Lendir Jingga Kuning Koloni terdiri Candida sp Non
keputihan dari dermatofita
sel kecambah
berbentuk oval
A8 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan
hifa tunggal
A9 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan hifa tunggal
A10 Powder, Coklat Coklat Mikrokonidia T. Dermatofita
padat, kekuningan Kehitaman sedikit dan mentagrophytes
kasar bulatan kecil
bergerombol,
hifa bercabang
(spiral)
A11 Powder, Coklat Coklat Mikrokonidia T. Dermatofita
padat, kekuningan Kehitaman sedikit dan mentagrophytes
kasar bulatan kecil
bergerombol,
hifa bercabang
(spiral)
A12 Lendir Jingga Kuning Koloni terdiri Candida sp Non
keputihan dari sel dermatofita
kecambah
berbentuk oval

A13 Lendir Jingga Kuning Koloni terdiri Candida sp Non


keputihan dari dermatofita
sel kecambah

40
berbentuk oval
A14 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan
hifa tunggal
A15 Powder, Kuning Putih Makrokonidia T. rubrum Dermatofita
padat, kemerahan kemerahan seperti pensil,
kasar mikrokonidia
lonjong
A16 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan
hifa tunggal
A17 Powder, Kuning Putih Makrokonidia T. rubrum Dermatofita
padat, kemerahan kemerahan seperti pensil,
kasar mikrokonidia
lonjong
A18 Powder, Kuning Putih Mikrokonidia T. rubrum Dermatofita
padat, kemerahan kemerahan lonjong, seperti
kasar tetesan air mata
A19 Powder, Kuning Putih Mikrokonidia T. rubrum Dermatofita
padat, kemerahan kemerahan lonjong, seperti
kasar tetesan air mata
A20 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan
hifanya tunggal
A21 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan hifanya
tunggal
A22 Powder, Kuning Putih Mikrokonidia T. rubrum Dermatofita
padat, kemerahan kemerahan lonjong, seperti
kasar tetesan air mata
A23 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan hifanya
tunggal
A24 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan
hifanya tunggal
A25 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan
hifa tunggal
A26 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan hifa tunggal
A27 Powder, Kuning Putih Makrokonidia T. rubrum Dermatofita
padat, kemerahan kemerahan seperti pensil,
kasar mikrokonidia
lonjong
A28 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung

41
dan hifanya dermatofita
tunggal
A29 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan
hifanya tunggal
A30 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan hifa tunggal
A31 Powder, Kuning Putih Makrokonidia T. rubrum Dermatofita
padat, kemerahan kemerahan seperti pensil,
kasar mikrokonidia
lonjong
A32 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan hifanya
tunggal
A33 Powder, Kuning Putih Mikrokonidia T. rubrum Dermatofita
padat, kemerahan kemerahan lonjong seperti
kasar tetesan air mata
A34 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan hifa tunggal
A35 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan
hifa tunggal
A36 Powder, Kuning Putih Makrokonidia T. rubrum Dermatofita
padat, kemerahan kemerahan seperti pensil,
kasar mikrokonidia
lonjong
A37 Powder, Kuning Putih Makrokonidia T. rubrum Dermatofita
padat, kemerahan kemerahan seperti pensil,
kasar mikrokonidia
lonjong
A38 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan
hifa tunggal
A39 Powder, Kuning Putih Mikrokonidia T. rubrum Dermatofita
padat, kemerahan kemerahan lonjong, seperti
kasar tetesan air mata
A40 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan hifa tunggal
A41 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non
seperti payung dermatofita
dan
hifa tunggal
A42 Powder, Kuning Putih Mikrokonidia T. rubrum Dermatofita
padat, kemerahan kemerahan lonjong, seperti
kasar tetesan air mata

A43 Powder Hijau tua Kehitaman Konidiospora Aspergillus sp Non


seperti payung dermatofita

42
dan hifanya
tunggal

1) Persentase petugas TPA positif (+) Onychomychosis

15
% TPA positif (+) ¿ X 100 = 34,89
43

2) Persentase petugas TPA negatif (-) Onychomychosis

28
% TPA negatif (-) ¿ X 100 = 65,11
43

3) Persentase spesies jamur penyebab onychomychosis

13
% T.rubrum ¿ X 100= 86,77
15

2
% T.mentagrophytes ¿ X 100= 13,33
15

Berdasarkan data dari Tabel 4.3 di atas diketahui, bahwa hasil pembiakan

dari 43 kerokan kuku kaki pada petugsa TPA Rajamandala pada biakan media

SDA, diperoleh hasil positif terinfeksi jamur dermatofita, yaitu diketahui 15

sampel (34,89%) dari 43 bahan kerokan kuku yang di periksa, presentase jamur

dermatofita

T.mentagrophytes 13,33 % dan T.rubrum 86,77 % dari total sampel yang positif.

43
4.2 Analisis Data

1. Analisis Validitas

Tabel 4.4 Hasil Analisis Validitas

Pernyataan r hitung r tabel Status

Penggunaan APD 0.846 0,301 Valid

Personal Hygiene 0.778 0,301 Valid

Kejadian Onychomicosis 0.719 0,301 Valid


Sumber : Data primer yg diolah

Dari hasil pengujian Validitas dapat diketahui semua nilai r hitung adalah

lebih besar dari r tabel. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa kuesioner

dinyatakan valid.

2. Analisis Reabilitas

Tabel 4.5
Hasil Analisis Reabilitas

Berdasarkan tabel Analisis Reabilitas di atas, jawaban yang valid sebanyak

(N) = 43 data dengan prosentase 100%. Excluded menunjukkan jumlah data yang

dilarang masuk sebanyak 0 dengan prosentase 0%. Dengan demikian semua data

adalah valid dengan prosentase 100%.

44
Tabel 4.6 Reabilitas Statistik

Reliability Statistics
Cronbach's
Alphaa N of Items
.796 43

Dari hasil pengujian Reabilitas dapat diketahui semua nilai cronbach

adalah 0,796 yang artinya nilai tersebut > 0,6. Maka dapat diambil kesimpulan

bahwa kuesioner dinyatakan reliable.

4.3 Analisis Data

4.3.1 Hasil Analisis Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi adalah tingkat hubungan antar dua variabel atau lebih

(Andi Supangat, 2010:339). Nilai atau besaran korelasi berkisar antara 0,0 sampai

1,0, yang berarti semakin mendekati 1,0 berarti korelasi semakin besar dan

sempurna. Sebaliknya semakin mendekati 0,0 berarti korelasi semakin kecil

bahkan tidak ada sama sekali. Apabila nilai korelasi negative, maka itu

menunjukkan adanya hubungan terbalik antara variabel yang diteliti.

Dengan menggunakan program Statistical Product Service Solutions

(SPSS) Versi 24 diperoleh hasil analisis korelasi antara Penggunaan APD dan

Personal Hygieene Terhadap dengan Kejadian Onycomycosis adalah sebagai

berikut:

45
1. Hasil Analisis Korelasi Penggunaan APD Dengan Kejadian

Onychomycosis

Tabel 4.7 Hasil Analisis Korelasi Penggunaan APD Dengan


Kejadian Onychomycosis

Berdasarkan tabel output 4.7 diatas, diperoleh nilai korelasi antara

Penggunaan APD Dengan Kejadian Onychomycosis yaitu sebesar 0,947. Nilai

0,947 menurut Sugiyono (2012:184) berada pada interval 0,600 – 0,799 termasuk

kategori kuat dengan nilai negatif. Sehingga dapat diketahui bahwa terdapat

hubungan negatif yang kuat antara Penggunaan APD Dengan Kejadian

Onychomycosis, dimana semakin tinggi Penggunaan APD maka Kejadian

Onychomycosis akan semakin rendah.

46
2. Hasil Analisis Korelasi Personal Hygiene Dengan Kejadian

Onychomycosis

Tabel 4.8 Hasil Analisis Korelasi Personal Hygiene Dengan


Kejadian Onychomycosis

Berdasarkan tabel output 4.8 diatas, diperoleh nilai korelasi antara

Personal Hygiene Dengan Kejadian Onychomycosis yaitu sebesar 0,798. Nilai

0,798 menurut Sugiyono (2012:184) berada pada interval 0,800 – 1,000 termasuk

kategori sangat kuat dengan nilai negatif. Sehingga dapat diketahui bahwa

terdapat hubungan negatif yang sangat kuat antara Personal Hygiene Dengan

Kejadian Onychomycosis, dimana semakin tinggi Personal Hygiene maka

Kejadian Onychomycosis akan semakin rendah.

4.3.2 Hasil Analisis Uji Chi Square

Menurut Sugiyono (2016), Chi Square satu sampel adalah teknik statistik

yang digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif bila dalam populasi terdiri atas

dua atau lebih klas, data berbentuk nominal dan sampelnya besar.

47
Dengan menggunakan program Statistical Product Service Solutions

(SPSS) Versi 24 diperoleh hasil analisis korelasi antara Penggunaan APD dan

Personal Hygieene Terhadap dengan Kejadian Onychomycosis adalah sebagai

berikut:

1. Hasil Analisis Uji Chi Square Penggunaan APD Dengan Kejadian

Onychomycosis

Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Chi Square Penggunaan APD


Dengan Kejadian Onychomycosis

Berdasarkan tabel output 4.9 diatas, diperoleh nilai chi square antara

Penggunaan APD Dengan Kejadian Onychomycosis yaitu sebesar 0,000. Dimana

hasilnya bahwa Penggunaan APD Dengan Kejadian Onychomycosis terdapat

hubungan yang signifikan karena nilai Asymp. Sig < 0,05.

48
2. Hasil Analisis Uji Chi Square Personal Hygiene Dengan Kejadian

Onychomycosis

Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji Chi Square Personal Hygiene


Dengan Kejadian Onycomycosis

Berdasarkan tabel output 4.10 diatas, diperoleh nilai Chi Square antara

Personal Hygiene Dengan Kejadian Onychomycosis yaitu sebesar 0,000. Dimana

hasilnya bahwa Personal Hygiene Dengan Kejadian Onychomycosis terdapat

hubungan yang signifikan karena nilai Asymp. Sig < 0,05.

4.4 Pembahasan

Dari hasil wawancara, petugas TPA Rajamandala sebagian besar pernah

memiliki gejala-gejala dermatofita. Terdapat 43 petugas TPA yang dijadikan

responden didapatkan hasil 15 (34,89%) sampel kerokan kuku positif terinfeksi

onychomychosis pada kuku kaki. Seluruh jumlah hasil positif tersebut, didapatkan

49
dari hasil sampel yang negatif pada pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH

10%, dari 26 sampel yang negatif ini ditemukan hasil positif terdapat jamur

penyebab onychomychosis pada pemeriksaan biakan SDA secara mikroskopis

dengan menggunakan larutan pewarna lpcb sebanyak 3 sampel. Kemudian hasil

positif lainnya didapatkan dari 17 sampel hasil pemeriksaan sediaan langsung

dengan KOH 10% yang positif terdapat spora dan hifa, 12 sampel diantaranya

positif terdapat jamur penyebab onychomychosis pada pemeriksaan biakan SDA

secara mikroskopis dengan menggunakan larutan pewarna lpcb. Hasil lainnya

adalah sampel negatif tidak terdapat jamur penyebab onychomychosis sejumlah

28 sampel (65,11%).

Pengambilan sampel kerokan kuku dapat dilakukan dengan

memperhatikam gejala-gejala yang ada, gejala onychomychosis secara klinis kuku

tampak kusam dan terjadi perubahan warna putih kekuningan,coklat hingga hitam

serta bau yang tidak enak. Kondisi ini dapat terjadi karena beberapa faktor

diantaranya adalah kurangnya penggunaan APD (alat pelindung diri), kurang

menjaga kebersihan pada saat dan setelah bekerja, dan tidak langsung

membersihkan kakinya setelah kontak langsung dengan sampah pada saat bekerja.

Selain itu faktor lingkungan juga berpengaruh untuk menginfeksi

onychomychosis pada petugas TPA.

Iklim tropik memiliki suhu dan kelembaban tinggi, hal tersebut merupakan

suasana yang baik bagi pertumbuhan jamur, sehingga jamur dapat ditemukan

hampir di semua tempat. Setelah melakukan observasi di lapangan, secara garis

besar keadaan lingkungan yang kotor, lembab,bau di TPA Rajamandala sangat

50
panas mudah lembab, karena tempat yang basah sedikit berlumpur dan potensial

untuk menimbulkan berbagai penyakit, salah satunya onychomycosis. Hal tersebut

dapat menjadi faktor predisposisi bagi penularan maupun pertumbuhan jamur

dermatofita. Infeksi onychomychosis bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor salah

satunya adalah imunitas. Sistem imunitas seseorang dibagi menjadi dua, yaitu

imunitas non spesifik dan spesifik. Pada keadaan normal sistem imunitas non

spesifik merupakan barrier(membawa) terhadap masuknya dermatofita.

Berdasarkan penelitian terhadap 43 sampel, didapatkan 15 sampel yang

positif ditemukan jamur dermatofita diantaranya adalah 13 sampel positif

terinfeksi T. rubrum (86,77%) dan 2 sampel T. mentagrophytes (13,33%). Dari

data hasil yang telah didapatkan, bahwa hampir dari setengah responden petugas

TPA Rajamandala terinfeksi onychomychosis. Hasil tersebut dapat membuktikan,

bahwa pekerjaan sebagai petugas TPA memiliki resiko terkena onychomychosis.

Hasil tersebut menunjukkan, bahwa pekerjaan yang sehari hari-harinya

bersentuhan dengan sampah dan mayoritas pekerja yang terinfeksi

onychomychosis adalah laki-laki dengan rentang usia 30-60. hasil ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyati’Zakiah tentang Identifikasi Jamur

Penyebab Onychomychosis Pada Kuku Kaki Pemulung, bahwa pekerjaan sebagai

petugas TPA yang berhubungan langsung dengan sampah dan lingkungan yang

kotor dapat menginfeksi terjadinya onychomycosis pada kuku kaki.

4.4.1 Hubungan Penggunaan APD dengan Kejadian Onychomycosis pada

Petugas TPA Rajamandala

51
Pengujian hipotesis pertama, merumuskan bahwa Penggunaan APD

memiliki hubungan dengan kejadian Onychomicosis. Dan setelah diuji ternyata

diperoleh nilai korelasi antara Penggunaan APD Dengan Kejadian

Onychomycosis yaitu sebesar 0,947, artinya berada pada interval 0,600 – 0,799

termasuk kategori kuat dengan nilai negatif. Sehingga dapat diketahui bahwa

terdapat hubungan negatif yang kuat antara Penggunaan APD Dengan Kejadian

Onychomycosis, dimana semakin tinggi Penggunaan APD maka Kejadian

Onychomycosis akan semakin rendah.

Kemudian diperoleh nilai chi square antara Penggunaan APD Dengan

Kejadian Onychomycosis yaitu sebesar 0,000. Dimana hasilnya bahwa

Penggunaan APD Dengan Kejadian Onychomycosis terdapat hubungan yang

signifikan karena nilai Asymp. Sig < 0,05.

4.4.2 Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Onychomycosis pada

Petugas TPA Rajamandala

Pengujian hipotesis kedua, merumuskan bahwa Personal Hygiene

memiliki hubungan dengan kejadian Onychomicosis. Dan setelah diuji ternyata

diperoleh nilai korelasi antara Personal Hygiene dengan Kejadian

Onychomycosis yaitu sebesar 0,798, artinya berada pada interval 0,800 – 1,000

termasuk kategori sangat kuat dengan nilai negatif. Sehingga dapat diketahui

bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat kuat antara Personal Hygiene

Dengan Kejadian Onychomycosis, dimana semakin tinggi Personal Hygiene maka

Kejadian Onychomycosis akan semakin rendah.

52
Kemudia diperleh nilai Chi Square antara Personal Hygiene Dengan

Kejadian Onychomycosis yaitu sebesar 0,000. Dimana hasilnya bahwa Personal

Hygiene Dengan Kejadian Onychomycosis terdapat hubungan yang signifikan

karena nilai Asymp. Sig < 0,05.

53
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Penggunaan APD

dan Personal Hygiene dengan Kejadian Onychomycosis di TPA Rajamandala,

maka pada bagian akhir dari penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat gambaran penggunaan APD pada petugas TPA Rajamandala

dengan kejadian Onychomycosis sebanyak 2 orang terinfeksi

onychomychosis dari total 14 responden yang menggunakan APD saja.

2. Terdapat gambaran personal hygiene pada petugas TPA Rajamandala

dengan kejadian Onychomycosis 3 orang orang terinfeksi onychomychosis

dari total 16 responden yang melakukan personal hygiene saja.

3. Terdapat angka kejadian Onychomycosis pada petugas TPA Rajamandala

dari 43 responden petugas TPA Rajamandala diperoleh hasil positif

terinfeksi Onychomycosis sebanyak 15 sampel responden (34,89%) dari 43

bahan kerokan kuku yang di periksa, presentase jamur dermatofita T.

mentagrophytes 13,33 % dan T. rubrum 86,77 % dari total sampel yang

positif.

4. Terdapat hubungan negatif yang kuat antara Penggunaan APD Dengan

Kejadian Onychomycosis, dimana semakin tinggi Penggunaan APD maka

Kejadian Onychomycosis akan semakin rendah. Dan terdapat hubungan


yang signifikan antara Penggunaan APD dengan kejadian Onychomicosis

pada petugas TPA Rajamandala.

5. Terdapat hubungan negatif yang sangat kuat antara Personal Hygiene

dengan Kejadian Onychomycosis, dimana semakin tinggi Personal

Hygiene maka Kejadian Onychomycosis akan semakin rendah. Dan

terdapat hubungan yang signifikan antara Personal Hygiene dengan

kejadian Onychomicosis pada petugas TPA Rajamandala.

5.2 Saran

1. Untuk petugas TPA Rajamandala diharapkan dapat menggunakan APD

lengkap pada saat bekerja dan meningkatkan kebersihan lingkungan serta

personal higiene agar terhindar dari infeksi Onychomycosis.

2. Untuk penelitian lebih lanjut mengenai cara pengambilan dan pembiakan

sampel, perlu diperhatikan aspek sterilitas pekerjaan dan alat, sehingga

meminimalisir tumbuhnya jamur kontaminan. Gunakanlah api Bunsen

(spirtus) lebih banyak sehingga suhu sekitar media menjadi lebih hangat.

3. Pada penelitian lebih lanjut terutama untuk peneliti selanjutnya mengenai

identifikasi dermatofita lainnya, sebaiknya menggunakan media

pembiakan khusus untuk menumbuhkan jamur dermatofita.yaitu DTM

(dermatophyte test medium).

55
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Sudaeri. 2013. Gambaran Penyakit Kulit Pada Petani di Desa


Salipolo Kecamatan Cempa Kabupaten Pinrang. Penelitian.
Makassar: UniversitasMuslim Indonesia

Adiguna Ms dalam Ervianty E, Suyoso S, W., & S, Indriatmi W, Bramono


K, R. L. 2013. Epidemiologi Dermatomikosis di Indonesia.

Alifiana, R. 2012. Manajemen Sampah di Perkotaan (Masalah sampah


diSurabaya). Kompasiana.

Amanda, C. M. 2019. Hubungan Antara Onikomikosis Dengan


KadarSuperoxide

Anggrain, P. 2013. Gambaran Jamur Penyebab Dermatofitosis pada Kuku


Nelayan di Sungsang III Kecammatan Banyausin II

Bramono K, Suyoso S, Indriatni W, Ramali LM, Wi. S., & E, E. 2013.


Dermatomikosis superfisialis Pedoman Untuk Dokter dan
Mahasiswa Kedokteran (2nd ed.). Jakarta: Badan Penerbit
FKUI.

Dera mustika, angnes. 2017. Referat Onikomikosis.

Friska pratama, K. 2017. Hubungan Personal Hygiene, Sanitasi Dasar dan


Faktor Lingkungan Fisik Rumah Dengan Gangguan Kulit
Pemulung di TPA KenepKabupatenPasuruan.Retrievedfrom

http://repository.unair.ac.id/id/eprint/59005

Isro’in, Laily dan Sulistyo Andarmono. 2012. Personal Hygiene.


Yogyakarta:Graha Ilmu.

Rsauesnawan.com/index.php/ppi/130-7-langkah-cara-mencuci-tangan-
yang- benar-menurut-who

Kazemi A. 2004. Tinea unguium in the North-West of Iran.


Kouotou,E. A.,Kechia,F.A.,Iwewe Somo, Y. dk. 2017. Profil
Mycologique Des Onychomycoses Vues en Consultation de
Dermatology. De Mycologie Medicale.

Melati, M. 2013. Faktor-Faktor Penyebab Jamur Dermatophyta Pada


Kuku Petugas Kebersihan Penyapu Jalan Di Kecamatan Ilir
Timur II Kota Kota Palembang. Karya Tulis Ilmiah.

Mulyati. Buku Penutun Praktikum Mikologi. Universitas MH. Thamrin.


2018. Piraccini BM, A. A. (2015). Onychomycosis: A Review.
Journal of Fungi. A Review. Jurnal of Fungi.

Putri, G. 2017. Kualitas Hidup pada Pasien Onikomikosis. Program


Megister Kedokteran Klinik Departemen Ilmu Kesehatan
Kulit Dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
SumateraUtara Medan.

Ratna, dian kurniawati. 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan


Kejadian Tindea Pedis Pada Pemulung Di TPA Jatibarang.
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Siregar, R. S. 2005. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta: Buku kedokteran EGC


Dismutase.

57
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Lampiran 1

SURAT PENJELASAN PENELITIAN

(Informed Consent)

Bersama ini saya, Sopyan Firdaus selaku mahasiswi tingkat IV Jurusan

Teknologi Laboratorium Medik Poltekkes Kemenkes Bandung, sedang

melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara penggunaan APD dan

personal hygiene dengan kejadian onychomycosis pada petugas TPA

Rajamandala.”

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adanya infeksi jamur pada

kuku. Adapun peneliti mengajak bapak/ibu sekalian untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini. Penelitian ini akan melibatkan 30 orang.

Untuk terlaksananya penelitian ini saya mohon kesukarelaan Bapak/Ibu

mengikuti penelitian ini tanpa ada unsur paksaan. Apabila Bapak/Ibu telah

memutuskan untuk turut serta dalam penelitian, Bapak/Ibu juga dapat untuk

mengundurkan diri dari penelitian tanpa ada sanksi atau denda apapun.

Apabila Bapak/Ibu setuju untuk menjadi responen penelitian ini, maka

Bapak/Ibu akan diminta untuk menandatangani lembar persetujuan yang terdiri

dari dua rangkap; satu untuk Bapak/Ibu simpan dan satu untuk peneliti. Prosedur

selanjutnya : Bapak/Ibu akan diwawancarai untuk melengkapi identitas seperti :

nama, usia/ tanggal lahir, alamat, no. telp yang bisa dihubungi. Pengambilan

58
bahan/sampel yang dibutuhkan untuk penelitian berupa kerokan kuku/potongan

kuku kaki.

Bapak/ibu diharapkan mengikuti prosedur yang telah disebutkan di atas.

Apabila terdapat pertanyaan atau keterangan yang masih belum jelas, diharapkan

untuk memberitahukan saya sebelum menandatangani lembar persetujuan ini.

Kerahasiaan data Bapak/Ibu akan peneliti jaga. Adapaun informasi yang

berkaitan dengan Bapak/Ibu selaku responden penelitian akan dijamin

kerahasiaannya. Wawancara akan direkam dan kemudian diketik. Hasil penelitian

akan dipublikasikan tanpa mencantumkan identitas pribadi Bapak/Ibu,melainkan

nama samaran atau inisial.

Segala pembiayaan yang berhubungan dengan penelitian seluruhnya

ditanggung oleh pihak peneliti dan sebagai ucapan terima kasih atas partisipan

Bapak/Ibu akan mendapat tanda mata berupa uang dan nasi box.

Dalam penelitian ini, saya Sopyan Firdaus yang akan bertanggung jawab, bila

terdapat hal-hal yang ingin ditanyakan silahkan hubungi di nomor HP

081212799765. Demikianlah penjelasan tentang penelitian saya, atas perhatiannya

saya ucapkan terima kasih.

59
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH

PENJELASAN

Saya menyatakan dengan ini bersedia untuk berpartisipasi dalam

pengambilan data atau sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh

mahasiswa Prodi D-IV Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes

Bandung. Dengan judul penelitian “Hubungan antara pengunaan APD dan

personal hygiene dengan kejadian onychomycosis pada petugas TPA

Rajamandala”. Saya percaya yang saya informasikan dijamin kerahasiaannya.

Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur keterpaksaan dari

siapapun, saya bersedia berperan serta dalam penelitian.

Peneliti Bandung,.....................2022

Responden,

Sopyan Firdaus
...........................................
NIM. P17334118418

60
Lampiran 3

HASIL KUISONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN APD DAN PERSONAL

HYGIENE DENGAN KEJADIAN ONYCHOMYCOSIS PADA

PETUGAS TPA RAJAMANDALA

Keterangan :
1 = Ya
2 = Tidak
KEJADIAN
ONYCOMICOSIS
PENGGUNAAN APD PERSONAL HYGINE / INFEKSI TOTAL
RE JAMUR PADA
S KUKU
Cuci
Alas Alas Kebersiha Positi X
Tanga Negatif X2 Y
Tangan Kaki n Kuku f 1
n
1 1 1 1 1 0 1 2 2 1
2 1 1 1 1 0 1 2 2 1
3 1 1 1 0 0 1 2 1 1
4 0 0 1 0 1 0 0 1 1
5 0 1 0 0 1 0 1 0 1
6 1 1 1 1 0 1 2 2 1
7 1 1 1 0 0 1 2 1 1
8 0 1 1 1 0 1 1 2 1
9 0 1 1 1 0 1 1 2 1
10 0 0 0 0 1 0 0 0 1
11 0 1 0 0 1 0 1 0 1
12 1 1 1 1 0 1 2 2 1
13 1 1 1 1 0 1 2 2 1
14 1 1 1 1 0 1 2 2 1

61
15 1 0 0 0 1 0 1 0 1
16 0 1 1 1 0 1 1 2 1
17 1 1 1 1 0 1 2 2 1
18 0 0 1 0 1 0 0 1 1
19 0 1 1 1 0 1 1 2 1
20 0 1 1 1 0 1 1 2 1
21 0 1 1 0 1 0 1 1 1
22 0 1 1 0 1 0 1 1 1
23 1 1 1 1 0 1 2 2 1
24 1 1 1 1 0 1 2 2 1
25 1 1 1 1 0 1 2 2 1
26 1 1 1 0 0 1 2 1 1
27 0 0 1 0 1 0 0 1 1
28 1 1 1 1 0 1 2 2 1
29 1 1 1 1 0 1 2 2 1
30 0 1 1 1 0 1 1 2 1
31 0 0 1 0 1 0 0 1 1
32 1 1 1 1 0 1 2 2 1
33 0 1 0 0 1 0 1 0 1
34 1 1 1 1 0 1 2 2 1
35 1 1 1 0 0 1 2 1 1
36 0 1 1 0 1 0 1 1 1
37 0 0 0 0 1 0 0 0 1
38 0 1 1 1 0 1 1 2 1
39 1 1 0 0 1 0 2 0 1
40 0 1 1 0 0 1 1 1 1
41 0 1 1 1 0 1 1 2 1
42 1 1 0 0 1 0 2 0 1
43 1 1 1 1 0 1 2 2 1

62
Lampiran 4

TABULASI ANALISI VALIDITAS


HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN APD DAN PERSONAL

HYGIENE DENGAN KEJADIAN ONYCHOMYCOSIS PADA

PETUGAS TPA RAJAMANDALA

TOTAL KUESIONER
RES TOTAL
X1 X2 Y
1 2 2 0 4
2 2 2 0 4
3 2 1 0 3
4 0 1 1 2
5 1 0 1 2
6 2 2 0 4
7 2 1 0 3
8 1 2 0 3
9 1 2 0 3
10 0 0 1 1
11 1 0 1 2
12 2 2 0 4
13 2 2 0 4
14 2 2 0 4
15 1 0 1 2
16 1 2 0 3
17 2 2 0 4
18 0 1 1 2
19 1 2 0 3
20 1 2 0 3
21 1 1 1 3
22 1 1 1 3
23 2 2 0 4
24 2 2 0 4
25 2 2 0 4
26 2 1 0 3

63
27 0 1 1 2
28 2 2 0 4
29 2 2 0 4
30 1 2 0 3
31 0 1 1 2
32 2 2 0 4
33 1 0 1 2
34 2 2 0 4
35 2 1 0 3
36 1 1 1 3
37 0 0 1 1
38 1 2 0 3
39 2 0 1 3
40 1 1 0 2
41 1 2 0 3
42 2 0 1 3
43 2 2 0 4
rtabel 0.301 0.301 0.301  
rhitung 0.846 0.778 0.719  
Status Valid Valid Valid  

64

Anda mungkin juga menyukai