Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Oleh
Kelompok 1 :
B. PEMBAHASAN
1. Penyakit Dermatitis
Dermatitis merupakan salah satu jenis penyakit kulit yang ditandai
terjadinya peradangan pada kulit bagian epidermis dan dermis yang dapat
bersifat akut, sub akut, atau kronis, yang dipengaruhi oleh faktor eksogen
dan faktor endogen. Kejadian dermatitis di beberapa negara di dunia
termasuk Indonesia menunjukkan angka kejadian dermatitis yang tidak
sedikit. Data di Inggris menunjukan bahwa dari 1,29 kasus/1000 pekerja
merupakan dermatitis akibat kerja (WHO, 2008).
Kejadian dermatitis di dunia sangat banyak di jumpai dimana
hampir seluruh jenis dermatitis. Saat ini diketahui bahwa angka kejadian
(prevalensi) dermatitis di seluruh dunia mencapai angka yang cukup tinggi
yakni 10%. Selanjutnya hampir 50% penduduk di dunia mengalami jamur
kulit seperti panu terutama di daerah tropis yang beriklim panas dan
lembap. Penyakit kulit atau dermatitis di Indonesia sangat meningkat
tajam yang dikarenakan oleh iklim di Indonesia itu sendiri yang beriklim
tropis, sehingga penyebarannya juga sangat meningkat tajam. Penyakit
infeksi jamur di kulit mempunyai prevalensi tinggi di Indonesia, karena
Indonesia beriklim tropis dan kelembabannya tinggi Angka insidensi
dermatofitosis pada tahun 1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit
Pendidikan Kedokteran di Indonesia sangat bervariasi, dimulai dari
persentase terendah sebesar 4,8 % (Surabaya) hingga persentase tertinggi
sebesar 82,6 % (Surakarta) dari seluruh kasus dermatomikosis (Hogan
2014).
2. Sumber Air Masyarakat Pesisir
Ketersediaan air bersih di perkotaan dan berbagai sumber air bersih
yang ada di perkotaan tidak dapat disamakan dengan daerah-daerah pesisir
pantai, karena daerah pantai merupakan daerah dengan sumber daya air
tawar yang sangat langka terutama akibat intrusi air laut ataupun secara
alami merupakan akuifer air asin. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Song, dkk (2009) menyatakan bahwa masyarakat di Banda Aceh
menghabiskan 16% dari penghasilan yang diperoleh oleh satu keluarga
untuk membeli air bersih.
Kondisi demikian membuat masyarakat pesisir terpaksa
memanfaatkan sumber air seadanya untuk memenuhi kebutuhan air
keseharian mereka dengan cara mengambil sumber air lain yang lebih baik
di lokasi yang jauh dengan harga yang mahal. Krisis air bersih baik dari
sisi kualitas, kuantitas, kontinuitas, serta kemudahan akses perolehan
terhadap air bersih untuk keperluan sehari-hari, khususnya untuk air
minum menjadikan isu ini sebagai salah satu permasalahan yang paling
menonjol hampir diseluruh daerah pesisir. Hal tersebut semakin
diperburuk dengan kehidupan masyarakat pesisir yang sangat tergantung
pada kondisi lingkungan dan sangat rentan terhadap kerusakan
lingkungan, khususnya pencemaran, karena limbah industri maupun
tumpahan minyak misalnya serta keterbatasan pendidikan yang berimbas
pada kondisi sosial ekonomi yang membatasi daya beli masyarakat pesisir
untuk memperoleh air bersih (prayatni, 2015)
Hujan merupakan sumber air yang dapat diperoleh secara cuma-
cuma namun hingga saat ini belum dimanfaatkan secara optimal untuk
berbagai keperluan. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan banyaknya
konsep penyediaan air yang dapat dilakukan seharusnya dapat mengatasi
keterbatasan air di berbagai daerah.Rainwater Harvesting merupakan salah
satu teknik pengumpulan, penyimpanan dan penggunaan air hujan yang
dapat diaplikasikan dalam rangka memenuhi kebutuhan air untuk berbagai
keperluan, tidak terkecuali untuk keperluan air minum. Peruntukan air
hujan sebagai air minum tentunya memerlukan kriteria tertentu sesuai
dengan standard yang berlaku sehingga sesuai dengan kriteria kualitas air
layak minum (prayatni,2015)
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dermatitis
a. Umur
Setiap usia memiliki pola karakteristik sensitivitas yang
berbeda, seperti pada dewasa muda cenderung didapat alergi
kosmetik dan pekerjaan, sedangkan pada usia yang lebih tua dapat
medikamentosa dan adanya riwayat sensitivitas terdahulu.
b. Personal hygiene
Hyegiena personal merupakan salah satu penyebab faktor
yang dapat mencegah terjadinya dermatitis. Kebersihan kulit yang
terjaga baik akan menghindari diri dari penyakit, dengan cuci
tangan dan kaki, ganti pakaian secara rutin dapat terhindar dari
dermatitis. Dengan mandi dan mengganti pakaian setelah bekerja
akan mengurangi kontak dengan mikroorganisme yang hidup
dipermukaan kulit yang berasal dari lingkungan sekitar.
c. Masa kerja
Pekerja yang berpengalaman akan lebih berhati-hati
sehingga kemungkinan terpajan bahan kimia lebih sedikit. Selain
itu adanya masalah kepekaan atau kerentanan kulit terhadap bahan
kimia pada pekerja dengan masa kerja pendek. Pada pekerja
dengan masa panjang dapat dimungkinkan telah mengalami
resisten terhadap bahan kimia yang digunakan.
d. Pengetahuan
Pengetahuan sangatlah penting dimiliki oleh pekerja.
Karena adanya pengetahuan dapat mengenali dan memahami
substansi-substansi yang dapat membahayakan kesehatan pekerja
dan dapat mengurangi resiko timbulnya penyakit akibat kerja.
e. Pemakaian alat perlindung diri
Menurut Budiono, 2005. Beberapa jenis APD yang sering
digunakan adalah :
1.) Alat pelindung kepala : helm, tutup kepala, hats/cap
2.) Alat pelindung mata atau muka : spectacles, goggles, perisai
muka
3.) Alat pelindung telinga : ear plug, ear muff.
4.) Alat pelindung pernafasan : masker, respirator.
5.) Alat pelindung tangan : sarung tangan.
6.) Alat pelindung kaki : sepatu boot.
7.) Pakaian pelindung : celana panjang, baju panjang.
f. Lama kontak
Kontak mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat
kerja. Lama kontak dengan bahan kimia yang terjadi akan
meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Semakin
lama kulit kontak dengan bahan kimia maka dapat menyebabkan
rusaknya sel kulit lapisan luar, semakin sering berkontak maka
semakin rusaknya sel kulit lapisan yang lebih dalam sehingga
kejadian penyakit kulit kontak semakin berisiko tinggi.
4. Pencegahan Penyakit Dermatitis
Usaha pencegahan dermatitis dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Usaha pencegahan jangka pendek
Dalam melakukan pencegahan dermatitis kronik akibat
kerja dapat dilakukan perbaikan sarana diagnostic. Deteksi dini
kerusakan kulit yang tidak disertai gejala klinik dermatitis kronik
akibat kerja memungkinkan dilakukan tindakan pencegahan sedini
mungkin
b. Usaha pencegahan jangka panjang. Pencegahan yang sering dilakukan
diantaranya :
1.) Mengindari kontak dengan sabun yang keras, deterjen, bahan
pelarut dan lain-lain.
2.) Persinol hygiene, yaintu cuci tangan, mandi sebelum pulang kerja
memakai pakaian bersih, menggunakan APD yang bersih.
3.) Kebersihan lingkungan dan pemeriharaan rumah tangga,
pembersihan debu, dan cara pemilihan sampah yang benar harus
diperhatikan (Cahyadi, N, I. 2010).
Upaya pencegahan yang harus dilakuakn adalah dengan
meniadakan factor penyebab dermatitis dari pekerjaa dan lingkungan kerja
serta menghilangkan seluruh resiko tenaga kerja Kontak kulit dengan
factor penyebab yang bersangkutan. Penggunaan pakaian kerja dan APD
adalah salat satu bentuk pencegahan. Memindahkan penderita dari
pekerjaan dan lingkungan yang mengandung factor penyebab penyakit
pekerjaan dan lingkungan kerja lain yang tidak berbahaya bagi kulit yang
bersangkutan. Hal ini perlu diperhatikan personal hygiene dan sanitasi
lingkungan kerja serta pemeliharaan ketatarumahtanggaan perusahaaan
yang baik. Personal hygiene seperti mencuci tangan, mandi sebelum
pulang kerja , pakaian bersih dan berganti pakaian tap hari. Kebersihan
rumah tangga meliputi pembuangan air bekas dan sampah industry,
pembersihan debu, penerapan produksi yang tidak menimbulkan
pencemaran udara dan juaga permukaan yang sehat dan selamat
penimbunan serta penyimpanan dan lainnya (Utama, W. R. 2018).
5. Contoh Kasus
Prayatni S.ade Esti R.2015.penyediaan air minum di daerah pesisir kota bandar
lampung melalui Rainwater Harvesting.jurnal teknik
lingkungan.vol.21 No. 2.
Rianti. 2010. Analisis tentang higiene dan sanitasi lingkungan Dengan penyebab
terjadinya penyakit kulit di kecamatan Asemrowo surabaya.
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya