Oleh:
Dian Yunita Sari 1711.13251.289
Di daerah Jombang jawa timur sebagian besar wilayahnya terdiri dari lahan pertanian dimana
sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Permsalahan yang sering dihadapi
adalah terganggunya tanaman pertanian yang disebut sebagai hama tanaman,penyakit tanaman
dan gulma. Sehingga upaya untuk meningkatkan mutu dan produktivitas hasil pertanian,
penggunaan pestisida pembasmi hama tanaman sering tidak terhindarkan (Djojosumarto,2000).
Pengendalian organisme pengganggu pada tanaman dengan pestisida banyak digunakan oleh
masyarakat pada tanaman hortikultura, baik tanaman buah-buahan ataupun tanaman sayuran
seperti kubis, tomat, semangka, cabai, bawang merah dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan
tuntutan masyarakat akan mutu produksi hortikultura yang mengutamakan penampakan luar.
Pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama tanaman yang penggunaannya relatif
mudah, mempunyai daya kerja yang cepat, dapat diaplikasikan dalam setiap tempat dan waktu
pada areal yang luas serta waktu yang singkat. Pestisida mempunyai berbagai macam jenis, yang
penggunaannya dipilih tergantung dari sasarannya. Menurut Departemen Kesehatan 1998,
persentase penggunaan pestisida di Indonesia adalah sebagai berikut insektisida 55,42%,
herbisida 12,25%, fungisida 12,05%, repelen 3,61%, bahan pengawet kayu 3,61%, zat pengatur
pertumbuhan 3,21%, rodentisida 2,81%, bahan perata/perekat 2,41%, akarisida 1,4%
moluskisida 0,4%, nematisida 0,44%, dan 0,40% ajuvan serta lain-lain berjumlah 1,4%. Di satu
sisi penggunaan pestisida memberikan keuntungan bagi produktivitas pertanian, di sisi lain
pestisida memberikan dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan karena
penggunaan yang sering tidak terkendali dan berlebihan atau tidak tepat. Untuk memberikan
gambaran pengaruh pestisida terhadap kesehatan petani maka dilakukan penelitian mengenai
gangguan kesehatan akibat pestisida pada petani semangka di Desa Kedung Rejo Kecamatan
Megaluh Kabupaten Jombang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Food and Agriculture Organization (FAO, 1986) pestisida adalah campuran bahan
yang digunakan untuk mencegah, membasmi dan mengendalikan hewan/tumbuhan pengganggu
seperti binatang pengerat termasuk serangga penyebar penyakit, dengan tujuan kesejahteraan
manusia (Soemirat, 2003). Penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan cara disemprot, ditabur,
dioles, dan lain-lain. Umumnya pestisida digunakan secara disemprot. Setelah dilakukan
penyemprotan pestisida akan berada di lingkungan udara, tanah, air, tumbuhan dan manusia
(Soemirat, 2003). Penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan cara disemprot, ditabur,
dioles, dan lain-lain. Umumnya pestisida digunakan secara disemprot. Setelah
dilakukan penyemprotan pestisida akan berada di lingkungan udara, tanah, air,
tumbuhan dan manusia (Soemirat, 2003).
Penggolongan Pestisida
Pestisida dikelompokkan berdasarkan penggunaannya dan sifat fisika kimianya. Kelompok
utama pestisida adalah sebagai berikut :
1. Insektisida
Insektisida secara umum merupakan senyawa hidrokarbon terklorinisasi,
atau organoklor, serta senyawa-senyawa organofosfor yang digunakan untuk
memberantas golongan serangga. Insektisida merupakan kelompok pestisida yang
terbesar dan terdiri atas beberapa subkelompok kimia yang berbeda yaitu:
a. Insektisida organofosfat
b. Insektisida karbamat
c. Insektisida organoklorin
Herbisida
Pestisida ini digunakan untuk memberantas tumbuhan pengganggu gulma (Sudarmo, 1991).
Herbisida yang paling efektif dan banyak digunakan dalam kelompok ini adalah asam fenoksi,
termasuk zat-zat seperti 2,4- diklorofenoksi asam asetat (2,4-D) dan 2,4,5- triklorofenoksi asam
asetat (2,4,5-T). Sebagai hukum umum, asam fenoksi memiliki persistensi yang terbatas dalam
lingkungan alamiah, adalah larut sedang dalam air, nonbioakumulatif, dan tidak mengalami
biomagnifikasi (Connell, dan Miller, 1995).
3. Fungisida
Pestisida yang digunakan untuk membunuh atau menghentikan perkembangan jamur (Sudarmo,
1991). Contoh senyawa-senyawa yang digunakan sebagai fungisid adalah dikarboksimida,
derifat ftalimida, senyawa aromatik misalnya pentaklorofenol (PCP), senyawa N- heterosiklik
tertentu misalnya binomil dan tiabendazol (Lu, 1995).
4. Rodentisida
Pestisida ini digunakan untuk membunuh binatang pengerat (Sudarmo, 1991). Contoh senyawa-
senyawa rodentisida adalah warfarin, tiorea misalnya αnaftiltiurea, natrium fluoroasetat,
fluoroasetinamid, zink fosfid, talium sulfat, arsenik trioksid, dan alkaloid strikin (Lu, 1995).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Penggunaan pestisida
Penggunaan pestisida oleh responden dapat di kelompokkan berdasarkan pemakaiannya
secara tunggal atau campuran dan berdasarkan jenis pestisidanya. Dari hasil penelitian diperoleh
persentase penggunaan pestisida. Sebesar 59% responden menggunakan pestisida dengan di
campur lebih dari 1 pestisida bahkan beberapa responden mencampur pestisida dengan zat
pengatur tumbuh atau pupuk tanaman. Hal ini menurut responden dikarenakan hama yang
menyerang tanaman semangka lebih dari 1 jenis sehingga untuk sekali penyemprotan digunakan
lebih dari 1 pestisida agar diperoleh hasil yang menurut mereka memuaskan. Selain itu dengan
dicampur dapat mengurangi tenaga dan waktu penyemprotan. Sedangkan 41% responden
menggunakan pestisida secara tunggal.
Jenis pestisida yang digunakan oleh responden di Desa Kedung Rejo di peroleh dari
merek pestisida yang digunakan, kemudian oleh peneliti dilakukan penelusuran tiap kemasan
untuk mengetahui jenis pestisida tersebut. Selain itu diperoleh juga berdasarkan hasil wawancara
mengenai organisme target atau hama yang dibasmi. Hal ini dikarenakan tidak semua pengguna
mengetahui jenis pestisida yang mereka gunakan.
1 Insektisida 64 48,12
2 Fungisida 50 37,59
\3 Herbisida 19 14,29
Menyangkut jenis pestisida yang digunakan baik dengan di campur
maupun tunggal, sebanyak 64 responden (48,12%) menggunakan insektisida, responden yang
menggunakan fungisida sebanyak 50 responden (37,59%) dan 19 responden (14,29%)
menggunakan pestisida jenis herbisida. Berdasarkan hasil penelitian ini juga 100% responden
menggunakan pestisida sintetik yaitu pestisida yang diperoleh dari sintesis senyawa-senyawa
kimia. Selain itu dilihat dari hasil penelitian ini sebagian besar responden menggunakan pestisida
tidak hanya berdasar pada hama yang saat itu menyerang tetapi juga dicampur dengan
pestisida lain dengan alasan sebagai pencegahan. Penggunaan pestisida yang tidak tepat ini dapat
menyebabkan tingginya risiko dampak pestisida pada pekerja maupun lingkungan.
Berdasarkan jenis pestisida, insektisida yang paling banyak digunakan responden. Insektisida
terdiri dari beberapa golongan dengan mekanisme aksi yang berbeda. Golongan organoklorin
dan piretroid lebih banyak digunakan, namun ditinjau dari campuran pestisida yang digunakan
responden, golongan organofosfat dan karbamat tidak jauh berbeda banyaknya dengan golongan
organoklorin dan piretroid (dapat dilihat pada lampiran 5). Hal ini dapat menjadi bahan
pertimbangan, bahwa alasan Dinas Kesehatan Jombang melakukan penelitan secara
eksperimental dengan mengukur kadar asetilkolinesterese, dikarenakan golongan pestisida
organofosfat dan karbamat memiliki mekanisme aksi menghambat enzim asetilkolinesterse
sehingga dapat dijadikan parameter terjadinya keracunan pestisida organofosfat dan karbamat.
BAB I V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.. Praktek penggunaan pestisida: sebagian besar responden menggunakan dosis sesuai aturan
(87%), dan menggunakan alat bantu dalam penggunaan pestisida (98%). Frekuensi penggunaan
pestisida oleh responden dalam sehari sebagian besar 1 kali penggunaan (70%) dan lebih dari 2
jam (73%). Sebagian responden menyimpan pestisida dalam wadah yang tertutup rapat (35,85%)
dan jauh dari bahan makanan, minuman serta jauh dari jangkauan anak-anak (34,72%).Mengenai
penggunaan perlengkapan pelindung mereka menggunakan perlengkapan pelindung, sebagian
responden (52%) dengan alasan untuk mencegah keracunan pestisida (32,69%) namun tidak
sesuai dengan standar keamanan. Dari jenis pestisida yang digunakan responden sebagian besar
menggunakan insektisida (48,12%) yang dicampur dengan lebih dari 1 jenis pestisida.
2. Gangguan kesehatan karena pestisida: responden yang mengalami gejalagejala klinis akut
setelah menggunakan pestisida sebanyak 39%, sebagian besar mengalami pusing (14,46%),
sakit kepala (12,05%), badan lemah (7,83%), mual (6,63%), panas dikulit (6,63%). Dengan
melihat faktor risiko lain yang mempengaruhi terjadinya dampak dari riwayat kesehatan
responden terdapat 30% responden yang mengalami gangguan kesehatan dan 13% responden di
antaranya juga mengalami gangguan kesehatan dan mengalami gejala klinis selama/setelah
menggunakan pestisida. Responden yang merokok selama bekerja/menggunakan pestisida
adalah 5% dan 3% responden di antaranya juga mengalami gejala-gejala klinis.
B. Saran
Saran yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian diatas adalah sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian yang serupa mengenai dampak pestisida melalui penelitian jangka
panjang untuk melihat kesehatan petani pekerja secara berkala selama menggunakan pestisida.
Untuk memastikan bahwa gejala klinis yang timbul merupakan akibat penggunaan pestisida,
maka perlu dilakukan pemeriksaan pada petani pekerja sebelum dan setelah penggunaan
pestisida.
2. Perlu dilakukan penelitian secara eksperimental mengenai uji kolinesterase dalam darah pada
petani pengguna pestisida sebagai paramater terjadinya keracunan pestisida terutama pada
insektisida organofosfat dan karbamat.