Oleh
Pembimbing
Dr. Eka Agustia Rini, SpA (K)
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Eka Agustia Rini, SpA K,
selaku pembimbing yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah
ini. Tidak juga lupa kami berterima kasih kepada dr. Nova Linda dan dr. Farid
yang telah meluangkan waktunya dan ilmunya dalam penyusunan referat ini.
Tentunya penulisan referat ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
Halaman
SAMPUL DEPAN 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR TABEL 4
DAFTAR GAMBAR 5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penulisan 5
1.4 Metode Penulisan 6
DAFTAR PUSTAKA 63
DAFTAR TABEL
Non Adrenal 19
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
dalam tubuh oleh kelenjar adrenal dan organ reproduksi. Steroid memiliki
terbagi atas steroid endogen (alami) dan steroid eksogen (sintetis) berdasarkan
diagnosis dan pengobatan gangguan fungsi adrenal, selain itu juga digunakan
untuk mengatasi kondisi radang dan gangguan imunologi.1
Steroid yang sering kita kenal adalah kortikosteroid. Hormon ini
lemak, karbohidrat, dan protein. Berdasarkan peranannya, steroid terbagi atas
yang banyak digunakan adalah hidrokortison, prednison, dan prednisolon.2,3
Penggunaan steroid lebih banyak bersifat empiris. Steroid merupakan
salah satu obat yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, akan
tetapi steroid juga harus digunakan dengan hati-hati karena memiliki berbagai
macam efek samping terutama pada pasien dengan ulkus peptik, penyakit
jantung atau hipertensi dengan gagal jantung, penyakit infeksi tertentu seperti
bergantung pada dosis pemakaian, rute pemberian, dan lama penggunaan obat.4
pendek yang dapat terjadi adalah infeksi, krisis adrenal akut yang diinduksi
oleh stress, muntah, emosi yang labil, gangguan tidur, dan lain-lain. Sementara
meningkatkan risiko anak untuk mengalami infeksi, baik infeksi virus, bakteri
maupun jamur.4
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menjelaskan efek samping
pemakaian steroid jangka panjang pada anak dan tatalaksana serta evaluasi
steroid jangka pendek dan panjang pada anak, serta evaluasi dan tatalaksana
literatur.
TINJAUAN PUSTAKA
Steroid merupakan sekelompok lipid yang mengandung sistem cincin
hormonhormon gonad, asam empedu, sterol (seperti kolesterol), saponin dan
yang diproduksi secara alami di dalam tubuh oleh kelenjar adrenal (tepat di atas
masingmasing ginjal) dan oleh organ reproduksi.2
2.2 Klasifikasi Steroid
karbohidrat dan fungsi imun, sedangkan mineralokortikoid memiliki efek kuat
terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit.5,6
Kerja Steroid
di pituitari anterior. Corticotropin Releasing Hormone (CRH) adalah regulator
hipotalamus utama yang berperan dalam pelepasan ACTH yang disintesis di
(NPV). CRH dan neuron NPV akan menerima sinyal dari aferen adrenergik
yang berasa dari nukleus traktur solitarius, locus coeruleus, dan medula
transkripsi proopiomelanocortin.8,9
Aksis hipothalamushipofisis adrenal juga diatur oleh irama biologis
yang dihasilkan oleh interaksi dari irama sirkardian dan lingkungan. ACTH
disekresikan secara pulsatil dengan irama sirkardian yang menyebabkan kadar
mencapai titik terendah pada saat malam hari. pengatur lain dari HPA axis
adalah stress yang akan merangsang hambatan aktivitas HPA axis akibat
dihasilkan tersebut menghambat ekspresi basal dari CRH, sintesis, dan sekresi
AVP mRNA di hipothalamus. 8,9
2.3.1. Glukokortikoid
Glukokortikoid merupakan salah satu steroid yang diproduksi dan
disekresikan secara ketat oleh sistem saraf pusat dan juga bergantung kepada
jumlah glukokortikoid yang beredar di dalam tubuh. Hormon tersebut berperan
dari protein dan lemak, penyimpanan glikogen dalam hati dan membantu untuk
menjaga tekanan darah tetap normal serta memiliki efek antiinflamasi dan
imunosupresif. 1,3,5,6
merupakan jenis glukokortikoid yang paling banyak berada di dalam tubuh dan
disekresikan sebanyak 1520 mg setiap harinya di dalam tubuh orang dewasa
jam awal-awal pagi hari dan setelah makan. Kortisol diikat oleh cortisol-
dalam hati sebanyak 90% dan sisanya beredar bebas di dalam tubuh. Kortisol
yang dikeluarkan sebagai kortisol bebas dari dalam tubuh melalui urin hanya
1%, sedangkan sebanyak 20% kortisol diubah menjadi kortison oleh 11-
paruh sekitar 60-90 menit di dalam tubuh dan dapat meningkat bila pemakaian
hati.1,3,5,6,7
sebagian besar sel di seluruh sistem organ dalam tubuh. Hormon tersebut dapat
meningkatkan kadar gula darah dan peningkatan asam lemak serta gliserol di
rangsangan hormon lipase. Selain itu, hormon ini memiliki efek katabolik pada
efek yang besar dalam jumlah, distribusi, fungsi leukosit perifer dan efek
kemampuan sel dalam merespon antigen. Efek penting lainnya terjadi pada
Tabel 2.1 Beberapa contoh steroid yang umum digunakan beserta dosis oral penyetaraannya3
2.3.2. Mineralokortikoid
Mineralokortikoid memainkan peran penting dalam pemeliharaan
garam yang sedang. Waktu paruh aldosteron sekitar 15-20 menit. Metabolisme
aldosteron mirip dengan kortisol yaitu sekitar 50 mcg/24 jam tampak di urin
diperlukan melalui urin serta membantu dalam mengatur tekanan darah.1,3,7
Aldosteron dapat memperluas reabsorpsi natrium dari bagian distal
tubulus renal dan dari korteks tubulus kolektivus, setidaknya sejumlah ekskresi
kalium dan ion hidrogen. Reabsorpsi natrium di kelenjar keringat dan minyak,
kadar aldosteron terjadi karena tumor atau dosis yang berlebihan dengan
yang digunakan tidak sesuai dengan indikasi maupun dosis dan lama
menambah nafsu makan dalam waktu yang lama dan berulang sehingga bias
2.4.1 Indikasi
inflamasi, serta dapat juga digunakan sebagai terapi pengganti pasien dengan
1. Akut
faktor pencetus.1
tetap harus dilengkapi dengan jumlah yang tepat dari hormon penahan garam
tanpa aktivitas penahanan garam tidak boleh diberikan pada pasien ini.1
aktif di hati dan karena hidrokortison memiliki efek supresi pertumbuhan yang
paling kecil.11
2. Sindrom Cushing
dari kelenjar adrenal atau produksi ACTH ektopik oleh tumor lain. Gangguan
ini diterapi dengan operasi pengangkatan tumor yang menghasilkan ACTH atau
kortisol, radiasi tumor hipofisis, atau reseksi satu atau kedua adrenal. Pasien-
pasien ini harus menerima dosis besar kortisol selama dan setelah prosedur
pembedahan.11
neuritis
Gastrointestinal Inflammatory bowel disease (IBS), nekrosis hepatik
subakut
Hematologi Anemia hemolitik didapat, purpura alergi akut, leukemia,
mieloma
Inflamasi sistemik ARDS (Acute respiratory distress syndrome)
Infeksi ARDS, sepsis
Inflamasi tulang Artritis, bursitis, tenosinovitis
dan sendi
Neurologi Edema serebral, multiple skelrosis
Paru Pneumonia aspirasi, asma bronkial, sarkoidosis
Ginjal Sindrom nefrotik
Kulit Dermatitis atopi, liken simpleks kronik, psoriasis,
2.4.2 Kontraindikasi
A. Pemberian Sistemik
Pemberian secara topical lebih disukai karena efek sistemiknya sangat kecil
B. Penggunaan Topikal
a. Pada kulit : Sangat efektif dan nontoksik bila diberikan dalam waktu singkat.
suntikan pada lesi dikulit seperti pada keloid,kista acne atau prurigo nodularis .
Pada pemberian yang lama dapat memberikan efek sistemik terutama pada jenis
b. Pada mata : Pemberian topical dalam bentuk salep atau tetes mata Sering
dipakai pada penyakit autoimmune atau inflamasi segment anterior yang tidak
asthma bronchiale Walaupun jarang efek siatemik bisa juga terjadi pada
pemakaian yang lama dengan dosis yang lebih besar atau terjadi idiosinkrasi
sensitivitas jaringan . 44
penderita-penderita tertentu dan harus dilakukan dengan cara aseptik dan tidak
dalam jangka waktu yang lama karena dapat menimbulkan efek yang
merugikan berupa atrofi, talangiektasia, dan striae pada kulit. Pada anak dengan
jangka panjang lalu dihentikan secara tiba-tiba, maka akan beresiko untuk
pemeriksaan fisik harus dilakukan untuk menilai faktor risiko yang berpotensi
badan, tinggi badan, Bone Mineral Density (BMD), dan tekanan darah, bersama
glukosa darah, dan profil lipid. Khusus pada anak, harus dilakukan pemeriksaan
kortikosteroid yang pada pasien dengan infeksi sistemik yang tidak diobati.
Pasien tanpa riwayat cacar disarankan untuk menghindari kontak dekat dengan
penderita cacar air atau ruam saraf, dan untuk mencari solusi medis jika tertular.
untuk penilaian dan pemantauan BMD dan risiko fraktur, diabetes, risiko
mata.
Pada orang dewasa, penilaian BMD tunggal dapat memprediksi resiko fraktur
akibat osteoporosis terkait usia. Bukti yang kuat untuk osteoporosis yang
usia, tinggi, dan berat badan anak, serta penyakit dasar yang memerlukan terapi
dan vitamin D, nyeri punggung, aktivitas fisik, dan faktor risiko terkait penyakit
akibat penumpukan mineral tulang, dan tulang yang hilang (seperti peradangan
2.5.2. Osteonekrosis
nyeri sendi dan penurunan Range of Movement (ROM) pada setiap kunjungan
serta dipertimbangkan pemeriksaan MRI pada anak dengan tanda atau gejala
ini.13
Pasien yang menerima dosis glukokortikoid dosis tinggi berisiko menderita AS.
glukokortikoid dosis tinggi dalam jangka waktu yang singkat juga beresiko
tinggi selama > 2 minggu, pasien yang menerima program steroid oral dengan
total > 3 minggu dalam 6 bulan terakhir, atau pada pasien yang datang dengan
Kapan diskrining?
• Pasien yang telah menerima kortikosteroid sistemik: rutin > 2 minggu atau
hipotensi * , hipoglikemia *
Bagaimana Cara Skrining?
Tidak ada glukokortikoid oral pada malam dan pagi hari sebelum tes †
Jika kortisol pagi normal tetapi pasien memiliki gejala AS, lakukan tes
† Pasien harus dialihkan ke hidrokortison agar hal ini bisa diterapkan. Jika
dexametason), maka kortisol pagi akan tetap ditekan karena obat 24 jam
penekanan kadar optimal kortisol, tetapi tingkat kortisol dari stimulasi ACTH
‡ Terapi estrogen eksogen meningkatkan serum kortisol; oleh karena itu, kadar
keberhasilan ditentukan oleh lama dan cara terapi, serta respon dari tubuh yang
bersifat individualis.
jangka panjang ialah dengan pengurangan dosis sebesar 25% dari dosis
mg/hari. Pada pasien yang luas tubuhnya setara dengan pemberian kortisol
asetat oral 100 mg/hari, maka tapering off dilakukan dalam 8-10 minggu
dengan rincian: pada minggu pertama diberikan 75 mg/hari, pada minggu kedua
diberikan 56 mg/hari, pada minggu selanjutnya 42 mg; 31,5 mg; 24 mg; 18 mg;
13,5 mg; 10 mg; 7,5 mg; 5,5 mg/hari dan selanjutnya obat dihentikan.10
lama digunakan, namun munculnya reaksi obat yang merugikan tetap dapat
penggunaan obat.4
kortikosteroid selama 3-7 hari, namun dalam literatur lain disebutkan bahwa
hari.4
terjadi adalah:
12 hari.
terjadi pada penggunaan dosis yang lebih tinggi, yaitu 2 mg/kgbb/ hari
5. Gangguan tidur.
obat lainnya dalam jangka waktu yang pendek maupun panjang. Meskipun
gejala lainnya.4
melalui penurunan sintesis dan sekresi CRH, serta penghambatan efek CRH
opiomelanocortin (POMC), ACTH dan peptida turunan POMC lainnya dan jika
dapat bersifat subklinis sampai sangat berat hingga menyebabkan krisis adrenal
pemberian dan durasi pemberian. Regimen dengan efek supresif paling rendah
penggantinya yang diberikan sekali sehari di pagi hari selama kurang dari 2
tinggi) dibagi dalam beberapa dosis dan diberikan sehari penuh dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan munculnya gejala awal dari sindrom
Cushing. Pada kasus tersebut insufisiensi adrenal pasti akan terjadi dengan
menyebabkan supresi adrenal, jika diberikan pada dosis tinggi seperti pada
kasus karsinoma payudara. Insufisiensi adrenal juga dapat terjadi pada pasien
asma yang mendapatkan glukokortikoid inhalasi potensi tinggi dosis tinggi .34
primer. Gejala klinis insufisensi adrenal yang telah dijelaskan oleh Addison,
antara lain anemia, lemah lesu, gangguan jantung, gejala gastrointestinal dan
terletak pada defisiensi kortikoid yang terjadi antara kedua kondisi tersebut.
Lelah, lesu + +
Mual muntah + +
Nyeri abdomen + +
Arthralgia, yalgia +
Lapar garam +
Pusing +
Penurunan Libido +
Tanda
Hiperpigmentasi kulit +
Demam +
Hipotensi +
Hiponatremia + +
Hiperkalemia +
Asidosis metabolic +
Peningkatan tirotropin +
Hiperkalsemia +
Gejala klinis dari insufisiensi adrenal dapat berupa gejala yang ringan
dan tidak spesifik seperti rasa lelah dan lemah hingga gejala yang berat seperti
dan bayi, gejala yang muncul dapat berupa muntah, peningkatan berat badan,
adrenal bilateral. Spektrum gejala dari insufisiensi adrenal dapat diilihat dalam
Tabel 1. Tampilan klinis pasien dengan insufisiensi adrenal sekunder dan tersier
lebih ringan dibandingkan pada pasien dengan insufisiensi adrenal primer dan
tanpa adanya gejala salt wasting karena sebagian besar dari produksi dan
makan dan penurunan berat badan. Keluhan gastrointestinal yang paling sering
disampaikan antara lain mual, muntah, diare, konstipasi dan nyeri abdomen
µg/dL), digunakan
peningkata insufisiensi
n absolut adrenal
dari sekunder
kortisol
sebesar
193
µg/dL)
diharapkan
terjadi
ACTH dosis Mengukur kadar Seperti diatas Kadar Tidak dapat
(18-20 sekunder
µg/dL)
diharapkan
tercapai
Metyrapone Mengukur ACTH, Metyrapone 11-DOC Dapat
g) metyrapone peningkatan
intramuskuler µg/dL)
CRH Mengukur ACTH CRH Hasil
µg) >20%
supresi aksis HPA pada anak karena nilai ACTH pagi normal pada anak lebih
rendah dibangkan dewasa (5-20 pg/mL vs 20-80 pg/mL). Kadar kortisol serum
adrenal dan nilai >550 nmol/L (20 µg/dL) menunjukkan fungsi adrenal yang
normal. Jika hasil yang ditemukan tidak sesuai dengan kriteria yang disebutkan,
dapat dilakukan. Selain itu, pemeriksaan CRH juga dapat digunakan untuk
biokimiawi yang berbeda dengan nilai cut-off yang berbeda. Kadar kortisol
basal >414 nmol/L (15 µg/dL), respon kortisol puncak terhadap uji ACTH dosis
rendah >500 nmol/L (18 µg/dL), atau perbedaan kadar kortisol basal dan
puncak sebesar >248 nmol/L (9 µg/dL) atau >12% merupakan parameter yang
dosis yang sedang digunakan harus segera dinaikkan atau dipertahankan dalam
waktu yang lebih panjang. Penurunan dosis yang ideal harus dilakukan 20-15%
setiap 2-4 hari hingga dosis fisiologis tercapai (8-10 mg/m 2 hidrokortison per
hari). Setelah mencapai dosis fisiologis, kadar ACTH dan kortisol serum pagi
harus diukur setiap bulan hingga hasilnya mencapai nilai normal. Selain itu,
pemeriksaan ACTH dosis rendah juga dilakukan hingga nilai kortisol pasca
striae, hipertensi dan hirsutism. Sindrom Cushing pada anak-anak paling sering
diabetes tipe 2
Cushing46
Contoh grafik pertumbuhan anak dengan sindrom Cushing dapat dilihat pada
Gambar. Tanda dan gejala sindrom Cushing lainnya yang biasa muncul pada
antara sindrom Cushing endogen dan sindrom Cushing iatrogenik dapat dilihat
bebas di urin 24 jam, kortiol saliva atau kortisol serum tengah malam dan
dipastikan untuk melihan jenis sindrom Cushing yang terjadi (dependen atau
dicurigai menderita sindrom Cushing iatrogenic jauh lebih sulit. Hal tersebut
menunjukkan kortisol urin 24 jam yang rendah, kadar kortisol serum yangs
dosis yang diberikan dan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
dilakukan dengan sangat hati-hati karena waktu yang dibutuhkan oleh setiap
3. Gangguan Pertumbuhan
luas, terutama pada anak penderita asma, membuat efek samping ini semakin
akan terlihat semakin jelas jika pemberian glukokortikoid oral dilakukan setiap
berada pada titik tertinggi di pagi hari dan terendah di malam hari. Perbedaan
hormon seks dan insulin sehingga menekan pertumbuhan pada anak dan
remaja. 35
availibilitas sistemik dari obat melalui pemilihan alat dan teknik inhalasi yang
kortikosteroid jangka panjang dengan fraktur setelah trauma minimal atau tanpa
tulang.3,16,17
respon sel terhadap hormon dan faktor pertumbuhan, dan mengurangi IGF-
hormon paratiroid sekunder dan efek hormon tersebut pada tulang sehingga
usia, jenis kelamin, dan penyakit dasar. Kehilangan masa tulang terjadi dengan
cepat (10%-15%) akibat resorpsi tulang masif pada fase awal. Kehilangan masa
tulang terjadi lebih lambat (2%-5% per tahun) tetapi progresif akibat gangguan
tulang. Efek tidak langsung melalui kerja pada poros hipofisis-gonadal dan
keseluruhan.24
meningkat cepat lagi selama pubertas.18 Penurunan densitas tulang pada pasien
asma yang diterapi dengan kortikosteroid inhalasi dosis tinggi selama 6 bulan
C. Neuropsikiatri
klinis. Obat ini dapat digunakan pada terapi subtitusi pada insufisiensi adrenal
atau untuk supresi sekresi androgen pada penyakit akibat peningkatan sekresi
androgen seperti adrenal hiperplasia. Selain itu steroid juga sering digunakan
sintetiknya.28
maksimal dengan efek samping yang minimal. Sementara cortisone dan hydro-
Insiden gangguan mental pada anak secara umum adalah adalah 13%,
dapat diprediksi dan sering berat. Tanda-tanda klinis umumnya terdiri dari
dengan beratnya gejala, namun tidak ada hubungan antara dosis kortikosteroid
yang digunakan dengan beratnya gejala pada anak. 27 Reaksi psikiatri terjadi
pertama atau kedua pengobatan. Tidak terdapat laporan mengenai waktu rata-
orang dewasanamun belum ada penelitian yang mengatakan terapi lithium juga
pilihan pengobatan.28
intrakranial tanpa adanya bukti lesi massa atau hidrosefalus. Sakit kepala,
mual, muntah, dan papiledema adalah karakteristiknya tanda dan gejala kondisi
ini. Sering terjadi pada wanita gemuk usia reproduktif tetapi juga diketahui
idiopatik hipertensi.29
dan mengeluarkan sebagian LCS sampai pada tekanan normal. Selain itu pada
praktik klinis kasus pseudotumor juga dapat diobati dengan pemberian diueretik
seperti azetazolamid.29
alkalosis dapat terjadi pada pasien. Efek samping tersebut dapat dikurangi
dengan menganjurkan pasien untuk diet rendah garam dan diet tinggi kalium,
yang banyak terdapat pada buah-buahan, sayur terutama brokoli, ikan dan
tambahan pada pasien.39,40 Peningkatan tekanan darah yang terjadi akibat retensi
cairan, dapat diterapi dengan pemberian thiazide, yang berfungsi selain sebagai
mencegah osteoporosis.40
pletorik.11
Kerja utama kedua dari kortikosteroid pada sistem kardiovaskular adalah untuk
terjadi pada sebagian besar pasien dengan sindrom Cushing dan pada subset
peptic ulcer disease (PUD) yang diobati dengan pemakaian steroid dan juga
hiperplasia sel parietal gastrin pada hewan percobaan. Kortikosteroid juga telah
terjadi perforasi.39
Piper dkk menemukan bahwa pada 1.415 pasien yang dirawat di rumah
sakit dengan PUD tidak ada peningkatan insidensi pada mereka yang memakai
mereka yang memakai keduanya. Selain itu, ketika pasien diberikan pengobatan
kortikosteroid, mereka yang memiliki faktor risiko untuk PUD seperti riwayat
PUD di masa lalu; merokok; asupan alkohol yang tinggi; atau menerima obat
saluran napas. Ini mencerminkan remodelling saluran udara oleh hiperplasia sel
Glukokortikoid oral dan inhalasi adalah terapi utama pada asma akut
waktu ke waktu pada individu dengan asma. Program manajemen asma pada
anak mempelajari fungsi paru-paru berusia 5-12 tahun dengan asma ringan
perbedaan ini menghilang oleh adanya penelitian selama periode 4 tahun. Para
pasien asma yang diobati dengan glukokortikoid yang dihirup tidak berkurang
pendek pada sinyal protein-protein yang terjadi dalam hitungan menit dan efek
yang lebih lama pada tanskripsi RNA melalui reseptor glukokortikoid yang
konjungtivitis alergi dan inflamasi paska operasi dengan berbagai preparat baik
salep maupun tetes, namun disisi lain penggunaan kortikosteroid juga dapat
memberikan efek samping pada mata, tidak hanya pada penggunaan topikal
tekanan intraokular namun kerusakan yang telah terjadi akan permanen. Untuk
glaukoma, yaitu pada pasien dengan riwayat glaukoma pada keluarga, diabetes,
miopia tinggi atau riwayat artritis. Terapi yang akan diberikan pada pasien
yang masuk kedalam sel fiber dari lensa kristalin bereaksi dengan asam amino
tahun penggunaan kortikosteroid (prednison oral) dengan dosis ≥10 mg/ hari.42
yang terjadi akibat pembentukan cairan subretina pada daerah makula sehingga
akan bermanifestasi sebagai penglihatan yang kabur pada bagian tengah dan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
elektrolit.
pada praktik klinis. Obat ini dapat digunakan pada terapi subtitusi pada
insufisiensi adrenal atau untuk supresi sekresi androgen pada penyakit akibat
peningkatan sekresi androgen seperti adrenal hiperplasia. Selain itu steroid juga
saraf, autoimun, kelainan kolagen, ginjal, hematologi dan neoplasia. Agen yang
turunan sintetiknya.
digunakan tidak sesuai dengan indikasi. Oleh karena itu dalam penggunaanya
menghindari efek samping yang dapat terjadi. Efek samping dapat terjadi pada
3.2 Saran
bagaimana efek steroid pada anak. Anak dan dewasa merupakan individu yang
dewasa.
Dalam: Katzung, GB, Master BS, Trevor AJ (ed). Basic and Clinical
2018: 697-709.
6.
2005; 352-72.
12. Dhossche , J., Simpson, E., Hajar, T., et al. Topical corticosteroid
13. Liu, D., Ahmet A., Ward L., et al. A practical guide to the monitoring
2015.
medicine.http:// Merck.Praxis.nd/bpm/bpm.asp?page:cpm02EN313
17. Orth DN, Kovacs WJ. The Adrenal Cortex. In Kovacs WJ ed. Williams
466 – 75
500.
22. Bianchi ML. Glucocorticoids and bone: some general remarks and
Internat 2012;70:384-90.
23. Singh RF, Muskelly CC. Inhaled corticosteroidinduced bone loss and
24. Garnett SP, Hogler W, Blades B, Baur La. Relation between hormones
25. Valsamis HA, Arora SK, Labban B, MacFarlane SI. Antiepileptic drugs
28. Bharathan V et al. Steroid Psychiatric: A case series of three patients. Indian
35. Wolfgram PM, Allen DB. Factors influencing growth effects of ihaled
1711-1712.e2.
37. Allen DB. Inhaled corticosteroids and growth: still and issue after all
42. Liu D, Ahmer A, Ward L, dkk. A Practical Guide to the Monitoring and
43. Olonan LR, Pangilinan CAG, Yatco MM. Steroid-induced Cataract and
22(1): 48-54.
46. Lodish MD, Keil MF. Stratakis CA. Cushing’s syndrome in pediatrics:
M4): 74-84.
49.