Anda di halaman 1dari 41

FITOTERAPI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKALAH
(Tanaman Obat Yang Berkhasiat Anti Inflamasi dan Asam Urat)

OLEH :
KELOMPOK 10
KELAS C12

NAMA : HARFIANA 15020160197


SITTI MUNAWARAH 15020160155

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syujur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk membantu
mahasiswa memahami mata kuliah fitoterapi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
dikiritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diperlukan dari
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata dari penulis mohon maaf bila dalam makalah ini masih banyak kesalahan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri bagi pembaca, serta menjadi pintu
gerbang ilmu pengetahuan khususnya mata kuliah fitoterafi.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………

DAFTAR ISI ...............................................…………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………

B. Tujuan ………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A. Nama Tanaman Dan Gambar …………………………………………..

B. Nama Daerah …………………………………………………………..

C. Uraian tanaman ……………………………………………………………..

D. Kandungan Kimia…………………………………………………………

E. Bagian yang digunakan……………………………………………………..

F. Manfaat ………………………………………………………………….

G. Hasil Peneliti ………………..…………………………………………..


H. Efek Farmakologi……………………………………………………..…

I. Dosis……………………………………………………………..…
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………

B. Saran ………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila
tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun
obat-obatan. Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian
obat dengan bahan-bahan lain tersebut termasuk obat tradisional dansenyawa kimia
lain. Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat
di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi,
metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai
macam obat diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain
itu, obat juga dapat berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan
dengan obat.
Inflamasi adalah respon terhadap cedera jaringan dan infeksi. Ketika proses
inflamasi berlangsung terjadi reaksi vaskuler dimana cairan, elemenelemen dalam
darah, sel darah putih, dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan.
Penyakit ini ditandai dengan munculnya warna kemerahan, bengkak, nyeri dan
disertai panas. Anti inflamasi adalah usaha tubuh menginaktivasi atau merusak
organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan dan mengatur perbaikan
derajat.
Obat anti inflamasi non steroid (AINS) merupakan obat yang paling banyak
diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dari dokter. Obat-obat golongan ini
merupakan suatu obat yang heterogen secara kimia. Klasifikasi kimiawi AINS, tidak
banyak manfaat kliniknya karena ada AINS dari subgolongan yang sama memiliki
sifat yang berbeda, sebaliknya ada obat AINS yang berbeda subgolongan tetapi
memiliki sifat yang serupa. Ternyata sebagian besar efek terapi dan efek
sampingnya berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG).
Asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan
yang kita konsumsi.Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan
makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh
makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan makhluk hidup
tersebut, maka zat purin tersebut berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai sayuran
dan buah-buahan juga terdapat purin. Purin juga dihasilkan dari hasil perusakan sel-
sel tubuh yang terjadi secara normal atau karena penyakit tertentu.
Di dunia prevalensi penyakit persendian khususnya penyakit gout mengalami
kenaikan 2 kali lipat antara tahun 1990-2010. Hasil riset kesehatan dasar (Rikesdas)
tahun 2013 menunjukkan penyakit persendian di Indonesia masih cukup tinggi.Di
Jawa Tengah prevalensi penyakit gout belum diketahui secara pasti. Namun dari
suatu survey epidemiologik yang dilakukan di Jawa Tengah atas kerjasama WHO
terhadap 4683 sampel berusia 15-45 tahun, didapatkan prevalensi artritis gout
sebesar 24,3% (Nengsi dkk,2014).
B. Tujuan

Dengan mata kulia fitoterapi ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
tentang tanaman obat tradisional. Dalam makala ini kita dikenalkan tentang tanaman
yang bisa dijadikan obat, karena kita tahu bahwa negeri ini kaya akan segala
tanaman, termasuk tanaman obat, walau kehadirannya belum banyak diketahui oleh
seluruh lapisan masyarakat. Untuk itulah makala ini dibuat, karena kebanyakan
tanaman disamping bisa untuk sayur-sayuran juga berfungsi sebagai obat
tradisional dimana juga berkhasiat untuk kesehatan.
Dengan adanya makala ini diharapkan bisa menimbulkan semangat para
pembaca untuk memberdayakan tanaman sebagai obat tradisonal.Disamping itu
dengan adanya makala ini pembaca juga bisa memahami dan mengenal lebih lanjut
bagaimana pemanfaatan dan pengolahannya tanaman obat yang biasa dikenal
masyarakat luas.
Dengan adanya tanaman yang bermanfaat, sebagai obat tradisonal untuk
kesehatan diharapkan pembaca bisa memahami dan dijadikan pedoman untuk
memberdayakannya dan melestarikannya serta menerapkannya dalam
kesehariannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Penyakit inflamasi dan Asam urat
a) Inflamasi
Inflamasi adalah respons perlindungan normal terhadap cedera jaringan yang
disebabkan oleh trauma fisik, bahan kimia berbahaya, atau agen mikrobiologi.
Inflamasi adalah usah tubuh untuk menginaktifkan atau menghancurkan organisme
penginvaksi, menghilangkan iritan, dan persiapan tahapan untuk perbaikan jaringan.
Bila penyembuhan telah sempurna, proses inflamasi biasanya mereda. Meskipun
aktivasi system imun kita yang tidak sesuai akan menyebabkan inflamasi yang
mengakibatkan artritis rheumatoid (rheumatoid arthritis/RA) (Farmakologi Ulasan
Bergambar, 2009).
b) Asam Urat
Penyakit asam urat asalah penyakit yang timbul akibat kadar asam urat darah
berlebihan. Yang menyebabkan kadar asam urat berlebihn adalah produksi asam
urat didalam tubuh lebih banyak dari pembuangannya. Yang menyebabkan produksi
asam urat didalam tubuh berlebihan adalah factor genetic (bawaan). Factor
makanan, dan factor penyakit misalnya kanker darah (Nyoman kartia,10)
Asam urat adalah penyakit yang menyerang persendian dan jaringan tulang oleh
penumpukan kristal asam urat sehingga menimbulkan peradangan. Gout adalah
penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik
akibat produksi yang meningkat, pembuangannya melalui ginjal yang menurun, atau
akibat peningkatan asupan makanan kaya purin. Gout terjadi ketika cairan tubuh
sangat jenuh akan asam urat karena kadarnya yang tinggi (Zahara, 2013).
Asam urat sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu dan menjadi salah satu
penyakit tertua yang dikenal manusia. Penyakit asam urat disebabkan oleh kondisi
hiperurikemi, yaitu keadaan dimana kadar asam urat dalam darah di atas normal.
Berikut salah satu acuan kadar asam urat normal, perempuan : 2.4–6.0 miligram
perdesiliter (mg/dL), laki-laki : 3.4–7.0 mg/dL dan anak-anak: 2.0–5.5 mg/dL (Nopik,
2013). Gangguan asam urat ditandai dengan suatu serangan tiba-tiba di daerah
persendian, terasa terbakar, sakit dan membengkak.(Damayanti, 2012).

2.2 Obat – obat kimia yang digunakan pada penyakit inflamasi dan asam urat
a) Inflamasi (Fub,598)
1) Asam mefenamat dan Meklofenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgetika dan anti-inflamasi, asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan dengan aspirin. Meklofenamat digunakan
sebagai obat anti-inflamasi pada reumatoid dan osteoartritis. Asam mefenamat dan
meklofenamat merupakan golongan antranilat. Asam mefenamat terikat kuat pada
pada protein plasma. Dengan demikian interaksi dengan oabt antikoagulan harus
diperhatikan.
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia, diare
sampai diare berdarah dan gejala iritasi terhadap mukosa lambung. Dosis asam
mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari. Sedangakan dosis meklofenamat
untuk terapi penyakit sendi adalah 240-400 mg sehari. Karena efek toksisnya di
Amerika Serikat obat ini tidak dianjurkan kepada anak dibawah 14 tahun dan ibu
hamil dan pemberian tidak melebihi 7 hari.
2) Diklofenak
Diklofenak merupakan derivat asam fenilasetat. Absorpsi obat ini melalui
saluran cerna berlangsung lengkap dan cepat. Obat ini terikat pada protein plasma
99% dan mengalami efek metabolisma lintas pertama (first-pass) sebesar 40-50%.
Walaupun waktu paruh singkat 1-3 jam, dilklofenakl diakumulasi di cairan sinoval
yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat
tersebut.
Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala
sama seperti semua AINS, pemakaian obat ini harus berhati-hati pada pasien tukak
lambung. Pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan. Dosis orang dewasa 100-
150 mg sehari terbagi dua atau tiga dosis.
3) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan pertama kali
dibanyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya efek anti-inflamasi yang
tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti aspirin, sedangkan efek anti-
inflamasinya terlihat pada dosis 1200-2400 mg sehari. Absorpsi ibuprofen cepat
melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai dicapai setelah 1-2
jam. 90% ibuprofen terikat dalam protein plasma, ekskresinya berlangsung cepat
dan lengkap.
Pemberian bersama warfarin harus waspada dan pada obat anti hipertensi
karena dapat mengurangi efek antihipertensi, efek ini mungkin akibat hambatan
biosintesis prostaglandin ginjal. Efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan
dibandingkan dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum wanita hamil dan
menyusui. Ibuprofen dijual sebagai obat generik bebas dibeberapa negara yaitu
inggris dan amerika karena tidak menimbulkan efek samping serius pada dosis
analgesik dan relatif lama dikenal.
4) Fenbufen
Berbeda dengan AINS lainnya, fenbufen merupakan suatu pro-drug. Jadi
fenbufen bersifat inaktif dan metabolit aktifnya adalah asam 4-bifenil-asetat. Zat ini
memiliki waktu paruh 10 jam sehingga cukup diberikan 1-2 kali sehari. Absorpsi obat
melalui lambung dan kadar puncak metabolit aktif dicapai dalam 7.5 jam. Efek
samping obat ini sama seperti AINS lainnya, pemakaian pada pasien tukak lambung
harus berhati-hati. Pada gangguan ginjal dosis harus dikurangi. Dosis untuk
reumatik sendi adalah 2 kali 300 mg sehari dan dosis pemeliharaan 1 kali 600 mg
sebelum tidur.
5) Indometasin
Merupakan derivat indol-asam asetat. Obat ini sudah dikenal sejak 1963 untuk
pengobatan artritis reumatoid dan sejenisnya. Walaupun obat ini efektif tetapi
karena toksik maka penggunaan obat ini dibatasi. Indometasin memiliki efek anti-
inflamasi sebanding dengan aspirin, serta memiliki efek analgesik perifer maupun
sentral. In vitro indometasin menghambat enzim siklooksigenase, seperti kolkisin.
Absorpsi pada pemberian oral cukup baik 92-99%. Indometasin terikat pada
protein plasma dan metabolisme terjadi di hati. Di ekskresi melalui urin dan empedu,
waktu paruh 2- 4 jam. Efek samping pada dosis terapi yaitu pada saluran cerna
berupa nyeri abdomen, diare, perdarahan lambung dan pankreatis. Sakit kepala
hebat dialami oleh kira-kira 20-25% pasien dan disertai pusing. Hiperkalemia dapat
terjadi akibat penghambatan yang kuat terhadap biosintesis prostaglandin di ginjal.
Karena toksisitasnya tidak dianjurka pada anak, wanita hamil, gangguan psikiatrik
dan pada gangguan lambung. Penggunaanya hanya bila AINS lain kurang berhasil.
Dosis lazim indometasin yaitu 2-4 kali 25 mg sehari, untuk mengurangi reumatik di
malam hari 50-100 mg sebelum tidur.
6) Piroksikam dan Meloksikam
Piroksikam merupakan salah satu AINS dengan struktur baru yaitu oksikam,
derivat asam enolat. Waktu paruh dalam plasma 45 jam sehingga diberikan sekali
sehari. Absorpsi berlangsung cepat di lambung, terikat 99% pada protein plasma.
Frekuensi kejadian efek samping dengan piroksikam mencapai 11-46% dan 4-12%.
Efek samping adalah gangguan saluran cerna, dan efek lainnya adalah pusing,
tinitus, nyeri kepala dan eritema kulit. Piroksikam tidak dianjurkan pada wanita
hamil, pasien tukak lambung dan yang sedang minum antikoagulan. Dosis 10-20 mg
sehari.
Meloksikam cenderung menghambat COXS-2 dari pada COXS-1. Efek samping
meloksikam terhadap saluran cerna kurang dari piroksikam.
7) Salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal dengan asetosal atau aspirin adalah
analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan. Struktur kimia
golongan salisilat.
Asam salisilat sangat iritatif, sehingga hanya digunakan sebagai obat luar.
Derivatnya yang dapat dipakai secara sistemik adalah ester salisilat dengan
substitusi pada gugus hidroksil, misalnya asetosal. Untuk memperoleh efek anti-
inflamasi yang baik dalam kadar plasma perlu dipertahankan antara 250-300 mg/ml.
Pada pemberian oral sebagian salisilat diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk utuh
di lambung. Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian. Setelah
diabsorpsi salisilat segera menyebar ke jaringan tubuh dan cairan transeluler
sehingga ditemukan dalam cairan sinoval. Efek samping yang paling sering terjadi
adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik, efek samping lain adalah gangguan
fungsi trombosit akibat penghambatan biosintesa tromboksan.
8) Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat merupakan sejenis obat yang sering digunakan
sebagai penghilang rasa nyeri atau sakit minor, peradangan atau anti-inflamasi, dan
antipiretik (pada demam). Selain digunakan sebagai analgesik untuk nyeri dari
berbagai penyebab (sakit kepala, nyeri tubuh, arthritis, dismenore, neuralgia, gout,
dan sebagainya), dan untuk kondisi demam, aspirin juga berguna dalam mengobati
penyakit rematik, dan sebagai anti-platelet (untuk mengencerkan darah dan
mencegah pembekuan darah) dalam arteri koroner (jantung) dan di dalam vena
pada kaki dan panggul.
Aspirin menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat enzim COX-2.
Molekul aspirin menempel pada enzim COX-2.Penempelan ini menghambat enzim
melakukan reaksi kimia. Bila tidak ada reaksi kimia yang dihasilkan, tidak ada pesan
ditransmisikan ke otak untuk memproduksi prostaglandin. Dengan tidak
diproduksinya prostaglandin, rasa sakit kepala dapat dikurangi atau bahkan
dihilangkan sama sekali.
Dosis aspirin bervariasi sesuai dengan intensitas rasa sakit yang dirasakan.
Biasanya dosis normal adalah 324 mg setiap empat jam. Untuk sakit kepala berat,
Anda dapat mengambil hingga 648 mg aspirin setiap empat jam. Disarankan tidak
mengonsumsi lebih dari 48 tablet dalam jangka waktu dua puluh empat jam. Anak-
anak di bawah usia dua belas tahun harus berkonsultasi dengan dokter sebelum
mengonsumsi aspirin.
b) Asam urat
1. Potassium Oxonate
Potassium oxonate merupakan garam kalium dari asam oksonat, yang
mempunyai berat molekul 195,18 dengan rumus molekul C4H2KN3O4,
mempunyai titik didih pada 300ºC dan bisa dideteksi pada spektra infra merah.
Kelarutan potassium oxonate dalam air adalah 5 mg/ml pada suhu ruangan dan
akan stabil jika disimpan di suhu kamar. Potassium oxonate bersifat oksidator
kuat, teratogen, karsinogen, mutagen dan mudah mengiritasi mata dan kulit
(Anonim, 2006). Potassium oxonate merupakan reagen untuk inhibitor oksidase
urat dengan
memberikan efek hiperurisemia. Mekanisme potassium oxonate dalam
meningkatkan kadar asam uratPotassium oxonate merupakan inhibitor enzim
urikase yang dapat meningkatkan kadar asam urat, karena terjadi
penghambatan pada konversi asam urat menjadi allantoin pada mencit. Inhibitor
enzim urikase yang mampu menghambat konversi asam urat menjadi allantoin
idealnya bersifat irreversibel non kompetitif dan relatif tidak toksik. Sampai saat
ini potassium oxonate digunakan sebagai inhibitor enzim urikase yang efektif
pada penelitian-penelitian secara invivo (Starvic and Nera, 1978).
2. Probenecid
Obat probenecid (Benemid) diberikan untuk membantu tubuh mengeluarkan
asam urat yang berlebihan melalui urin. Seseorang yang mengonsumsi obat
asam urat jenis ini dianjurkan untuk meminum setidaknya 2 liter air mineral per
hari untuk mencegah terbentuknya kristal karena asam urat. Penggunaan obat
probenecid yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit di bagian perut serta
gangguan fungsi ginjal.
3. Febuxostat
Febuxostat (Uloric) bekerja dengan cara menghambat pembentukan asam urat
yang biasa diberikan untuk penderita asam urat yang sudah mengalami penyakit
tersebut lebih dari 40 tahun. Obat asam urat ini tidak boleh diminum bersamaan
dengan 6-mercaptopurine (6-MP) atau azathioprine. Penggunaan febuxostat
akan menimbulkan efek samping seperti diare, tubuh merasa sakit, serta pusing.
4. Pegloticase
Obat asam urat jenis pegloticase (Krytexxa) akan diberikan apabila obat lain
yang telah diberikan tidak ampuh mengatasi penyakit ini. Biasanya obat asam
urat tersebut diberikan untuk penderita yang mengalami penyakit asam urat
kronis melalui pembuluh darah. Seseorang yang alergi dengan pegloticase tidak
boleh mengonsumsi obat tersebut karena akan membahayakan nyawanya.
5. Allopurinol
Allopurinol merupakan satu-satunya urikostatikum yang saat ini digunakan
secara terapeutik, yang bekerja untuk mengurangi pembentukan asam urat.
Sedangkan yang bekerja untuk meningkatkan eliminasi asam urat disebut
urikosurika (Mutschler, 1986). Dalam dosis rendah merupakan zat penghambat
xanthine oxydase secara kompetitif dan dalam dosis tinggi bekerja tidak
kompetitif. Xanthine oxydase mengoksidasi hipoxanthin melalui xanthine menjadi
asam urat. Allopurinol dihidroksilasi oleh xanthine oxydase menjadi metabolit
utama yaitu oksipurinol. Melalui penghambatan xanthine oxydase maka
hipoxanhtin dan xanthine diekskresi lebih banyak dalam urin dan kadar asam
urat dalam darah serta urin menurun. Adapun mekanisme penghambatan
allopurinol terhadap enzim xanthine oxidase.
Obat urikostatik memblok pembentukan asam urat dan biasa digunakan
dalam pengobatan jangka panjang. Allopurinol (suatu inhibitor xanthine oxydase)
merupakan obat pilihan bagi penderita lanjut usia dan mempunyai gangguan
fungsi ginjal (Simon et al., 2001). Efek samping allopurinol yang paling sering
adalah kemerahan pada kulit, gangguan saluran cerna, serta alergi yang ditandai
dengan demam dan menggigil. Allopurinol meningkatkan kerja antikoagulan tak
langsung dan memperkuat kerusakan pembentukan darah yang timbul oleh
sitostatiska, serta dapat meningkatkan frekuensi serangan sehingga
pemberiannya harus dengan kombinasi obat lain. Serangan biasanya
menghilang setelah beberapa bulan pengobatan (Wilmana, 1995).
2.3 Tanaman Obat Penyakit Inflamasi dan Asam Urat
a. Daun Salam (Tjitrosoepomo, 1988)
Nama Indonesia : Daun Salam
Nama latin : Syzygium polyanthum
Nama Daerah : Daun Salam (Bugis)
Biomarker : Daun salam mengandung berbagai mineral seperti
tembaga, selenium, besi, seng, mangan, magnesium, potasium dan kalsium.

Kandungan Kimia : Saponin, triterpenoid, flavonoid, polifenol, alkaloid,


tanin dan minyak atsiri yang terdiri dari sesquiterpen,
lakton dan fenol (Sudarsono et al., 2002).
b. Uraian Tanaman
Pohon atau perdu, daun tunggal, bersilang berhadapan, pada cabang-cabang
mendatar seakan-akan terusun dalam 2 baris pada 1 bidang. kelopak dan mahkota
masing-masing terdiri atas 4-5 daun kelopak dan sejumlah daun mahkota yang
sama, kadang-kadang berlekatan. Benang sari banyak, kadang-kadang berkelopak
berhadapan dengan daun-daun mahkota. Mempunyai tangkai sari dengan warna
cerah, kadang-kadang menjadi bagian bunga yang paling menarik. Bakal buah
tenggelam, mempunyai 1 tangkai putik, beruang 1 sampai banyak dengan 1-8 bakal
biji dalam tiap ruang. Biji dengan sedikit atau tanpa endosperm, lembaga lurus,
bengkok atau melingkar (Tjitrosoepomo, 1988)
c. Habitat
Pohon salam terdapat di Birma ke arah selatan sampai Indonesia. Di Jawa
tumbuh di Jawa Barat sampai Jawa Timur pada ketinggian 5-1000 m di atas
permukaan laut, tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian
1800 m, banyak tumbuh di hutan maupun rimba belantara (wijaya, 2000).
d. Manfaat
Masyarakat Indonesia lebih mengenal daun salam sebagai pengharum
masakan, dikarenakan aromanya yang khas. Tetapi tanaman salam juga
merupakan salah satu alternatif obat tradisional.
e. Bagian yang Digunaan
Buah untuk dimakan, akar untuk obat gatal, kulit batang untuk nyeri perut dan
bahan pewarna, daun untuk obat nyeri perut, serta daun dan kulit kayu digunakan
untuk obat mencret, gatal, dan kencing manis (Sudarsono et al., 2002). Dalam
tradisi pengobatan empiris, daun salam digunakan untuk pengobatan kolesterol
tinggi, kencing manis (diabetes mellitus), tekanan darah tinggi (hipertensi), sakit
maag (gastritis), diare dan diduga kandungan kimianya mempunyai aktivitas sebagai
obat asam urat (Wijayakusuma, 2002).

f. Cara pengolahan
Anda cukup merebus 3 gelas air dan menambahkan 10 lembar daun salam ke
dalamnya. Rebus hingga air menguap dan hanya menyisakan segelas air daun
salam.
g. Cara Pengunaan
Mengobati asam urat minum rebusan daun salam dua kali sehari dapat
mengurangi kadar asam urat dan masalah yang berkaitan dengan asam urat.
Mengobati darah tinggi air rebusan daun salam dapat mengurangi tekanan darah
dan meningkatkan sirkulasi. Bahkan, kadar kolesterol jahat dalam tubuh juga akan
menurun, baik untuk penderita diabetes air rebusan daun salam dapat mengontrol
kadar gula darah dan kolesterol, Antioksidan di dalamnya juga dapat membantu
tubuh dalam proses memproduksi insulin, dan meningkatkan kinerja jantung Air
rebusan daun salam dapat mencegah stroke dan juga meningkatkan kinerja jantung.
h. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian ekstrak etanol 70% daun salam dosis 1,25 g/kg BB, 2,5
g/kg BB dan 5,0 g/kg BB pada pemberian dosis berulang memiliki efek antioksidan
dengan besar yang sama (p > 0,05) pada serum darah tikus putih jantan galur
Wistar yang diinduksi karbon tetraklorida dosis 2,8 ml/kg BB (Indrayana, 2008).
Selain itu fraksi air ekstrak etanol daun salam dosis 105 mg/kg BB, 210 mg/kg BB
dan 420 mg/kg BB mampu menurunkan kadar asam urat darah pada mencit putih.
Dosis 210 mg/kg BB dan 420 mg/kg BB memiliki efek penurunan kadar asam urat
yang setara dengan kontrol positif (allopurinol 10 mg/kg BB) (Utami, 2008).
Infusa daun Salam pada dosis 2,5 g/kg BB juga mampu menurunkan kadar
asam urat yang setara dengan allopurinol dosis 10 mg/kg BB (Roman, 2009).
1. Meniran (Van Steenis, 2003)
a. Daun Maniran
Nama Indonesia : Maniran
Nama latin : Phyllanthus urinaria
Nama Daerah : Maniran (Bugis)
Biomarker : Senyawa beta-sitosteroy dan unsur nirfilin
Kandungan Kimia : Triterpen, flavonoid, tanin, alkaloid dan asam fenolat
(Jaka et al., 2004).
b. Uraian Tanaman
Batang tanaman tidak bergetah, basah, berbentuk bulat, tinggi kurang dari 50
cm, bercabang dan berwarna hijau. Daun bersirip genap dan setiap satu tangkai
terdiri dari dau majemuk yang mempunyai ukuran kecil berbentuk bulat telur.
Panjang 5 mm dan lebar 3 mm, pada bagian bawah daun terdapat bintik berwarna
kemerahan. Bunga melekat pada ketiak daun dan menghadap ke arah bawah,
warna bunga putih kehijauan. Buah berbentuk bulat pipih berdiameter 2-2,5 mm,
licin, berbiji seperti bentuk ginjal, keras dan berwarna coklat. Akar meniran
berbentuk tunggang (tap rot), yaitu akar utama yang pada umumnya merupakan
pengembangan radikula lembaga, tumbuh tegak ke bawah dan bercabang. Pada
tanaman meniran dewasa, panjang akar dapat mencapai 6 cm (Jaka et al., 2004).
c. Habitat
Meniran adalah tanaman yang sebenarnya tumbuh liar dan mudah ditemui di
pekarangan rumah, kebun atau hutan. Meniran tumbuh subur di tempat lembap dan
berbatu, di antara rumput atau selokan. Tanaman ini merupakan salah satu dari 700
jenis genus phyllanthus yang banyak tumbuh di Asia seperti Indonesia, China,
Filipina dan India. Beberapa jenis tanaman ini sudah digunakan sejak 2000 tahun
lalu untuk pengobatan tradisional ayurveda di India (Jaka et al., 2004)
d. Manfaat
Di Indonesia, meniran telah digunakan secara turun-temurun dan diyakini dapat
menyembuhkanpenyakit malaria, sariawan, mencret, sampai nyeri ginjal. Bila
dicampur dengan pegagan, meniran bisa digunakan untuk mengobati demam dan
sebagai diuretik. Di Amerika selatan, meniran digunakan untuk mengatasi oedema,
kelebihan asam urat, pengobatan batu ginjal, batu empedu, diuretik, infeksi saluran
kemih, flu dan demam. Di Peru meniran digunakan untuk menghancurkan dan
mengeluarkan batu ginjal dan batu empedu.
e. Bagian yang digunakan
Bagian yang dignakan daun maniran yang sudah direbus

f. Cara Pengolahan
Maniran direbus dengan air sebanyak 3 gelas, biasa juga diolah dengan cara
rebusan meniran yang dicampur dengan air jeruk dipakai sebagai tonikum untuk
penderita liver, diabetes dan asam urat (Jaka et al., 2004).
g. Hasil penelitian
Berdasarkan penelitian ekstrak etanol herba meniran dosis 0,83 g/kgBB; 1,66
g/kgBB dan 3,33 g/kgBB mampu menurunkan kadar asam urat mencit putih jantan
yang diinduksi potassium oxonate. Ekstrak etanol herba meniran dosis 3,33 g/kgBB
mempunyai potensi yang sama dengan allopurinol 10 mg/kg BB dalam menurunkan
kadar asam urat (Widayati, 2008).
Selain itu ekstrak herba meniran konsentrasi 15% dapat menurunkan tingkat
bilirubin total serum tikus putih yang diinduksi dengan CCl4 (Nafisah, 2007). Fraksi
etil asetat ekstrak etanol herba meniran dosis 0,21 g/kg BB, 0,83 g/kg BB, dan dosis
3,33 g/kg BB juga mempunyai efek menurunkan kadar asam urat dengan
persentase 40%, 87,37%, 123,05%. Dosis 3,33 g/kg BB mempunyai efek
menurunkan kadar asam urat yang setara dengan allopurinol dosis 10 mg/kgBB
(Fakhriziari, 2008).
2. Tempuyung
a. Daun Tempuyung (Widisih, 2004)
Nama Indonesia : Tempuyung
Nama latin : Sonchus arvensis
Nama daerah : Katelo (Mandar)
Kandungan Kimia : Senyawa lipida, flavonoid
Biomarker : Kumarin (Sudarsono et.al.,1996)
b. Uraian Tanaman
Tanaman tempuyung tingginya 65-150 cm. Batang tanaman tempuyung
berlubang dan bergetah hijau. Daunnya tunggal, bagian bawah membentuk roset
akar, bentuk lonjong atau lanset, ujung runcing dan pangkal bertoreh warna hijau.
Warna daun hijau keunguan, permukaanya licin, dan tepinya berombak serta bergigi
tidak beraturan. Di dekat pengkal batang, daun yang bergigi terpusat membentuk
roset dan yang terletak di sebelah atas berselang-seling memeluk batang. Bunga
tempuyung berbentuk malai, kelopaknya berbentuk lonceng dan berbulu dan
mahkotanya berbentuk jarum berwarna putih atau kuning. Buah tempuyung
berbentuk kotak, berusuk lima dan berbentuk hitam. Biji tempuyung berukuran kecil,
bobotnya ringan dan berbentuk sebuk (Widisih, 2004).
c. Habitat
Tumbuh liar di Jawa, di daerah yang banyak hujan pada ketinggian 50 m sampai
1.650 m diatas permukaan laut. Tumbuh di tempat terbuka atau sedikit kenaungan,
di tempat bertebing, pematang dan tempat yag baik tata airnya (Sudarsono et al.,
1996).
d. Manfaat
Daun tempuyung banyak dimanfaatkan sebagai antiradang, memperkuat dinding
kapiler, diuretika, melarutkan batu ginjal dan mengobati kelebihan asam urat,
ekstrak air daun ini mempunyai kemampuan lebih baik daripada ekstrak etanol
dalam memberikan efek diuretika dan pelarutan batu ginjal (Hardiyatmo, 1988).
senyawa yang berperan dalam proses pengobatan atau pencegahan kelebihan
asam urat adalah senyawa-senyawa glikosida flavonoid dan flavonoid bebas.
Keduanya dapat menghambat kerja enzim ksantin oksidase sehingga asam urat
tidak terbentuk di dalam tubuh dan senyawa flavonoid berikatan dengan kalsium
dari batu ginjal membentuk senyawa kompleks kelat yang mudah larut, selain itu
kandungan ion natrium dan kalium dalam tempuyung juga berfungsi untuk menjaga
keseimbangan elektrolit dalam ginjal. Ion-ion ini akan berikatan dengan asam urat
membentuk senyawa garam yang mudah larut dalam air, sehingga asam urat akan
larut secara perlahan-lahan (Widisih, 2004).
e. Bagian yang Digunakan
Bagian yang digunakan adalah daun tempuyung
f. Cara pengolahan
Pada resep ramuan obat ini, Anda hanya perlu menyiapkan daun tempuyung
kering sebanyak 250 gram dan air 250 cc. Rebus daun tempuyung sampai
mendidih. Air rebusan tersebut bisa Anda minum secara rutin setiap hari dalam
keadaan dingin.
Siapkan daun tempuyung 5 lembar, jagung muda 6 buah, air 3 gelas, 2
sentimeter gula aren. Rebus semua bahan sampai tersisas 2 ¼ gelas, saring.
Minum air rebusan tersebut 3 kali sehari sebanyak ¾ gelas.
g. Cara penggunaan
Bisa Anda minum secara rutin setiap hari dalam keadaan dingin, minum air
rebusan tersebut 3 kali sehari sebanyak ¾ gelas.
h. Hasil penelitian
Ekstrak etanol daun tempuyung dosis 50; 100; 200 mg/kgBB mempunyai efek
anti inflmasi pada tikus putih yang diinduksi dengan karagenan 1% b/v, dimana
pada dosis 200 mg/kgBB mempunyai daya antiinflamasi yang setara dengan
indometasin 10 mg/kgBB (karno, 2008).
Infusa akar tempuyung (Sonchus arvensis) dosis 1,25g/kgBB, 2,5g/kgBB,
5g/kgBB mempunyai efek terhadap penurunan kadar asam urat pada serum darah
tikus. Efek infusa akar tempuyung (Sonchus arvensis) konsentrasi 5g/kgBB
sebanding dengan allopurinol dosis 18 mg/kgBB terhadap penurunan kadar asam
urat pada serum darah tikus (Karno, 2008).
i. Mekanisme aksi
Keduanya dapat menghambat kerja enzim ksantin oksidase sehingga asam urat
tidak terbentuk di dalam tubuh dan senyawa flavonoid berikatan dengan kalsium
dari batu ginjal membentuk senyawa kompleks kelat yang mudah larut, selain itu
kandungan ion natrium dan kalium dalam tempuyung juga berfungsi untuk menjaga
keseimbangan elektrolit dalam ginjal. Ion-ion ini akan berikatan dengan asam urat
membentuk senyawa garam yang mudah larut dalam air, sehingga asam urat akan
larut secara perlahan-lahan (Widisih, 2004).
3. Sirsak
a. Klasifikasi Daun Sirsak (Sunarjono, 2005).
Nama latin : Annona muricata
Nama Indonesia : Sirsak
Nama Daerah : Sarikaya
Biomarker : Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, minyak
esensial, reticuline, loreximine, coclaurine, annomurine, higenamine.
Senyawa kimia : Daun sirsak mengandung alkaloid, tanin, dan
beberapakandungan kimia lainnya termasuk Annonaceous acetogenins.
Acetogenins merupakan senyawa yang memiliki potensi sitotoksik (Mardiana,
2011).
b. Uraian Tanaman
Morfologi dari daun sirsak adalah berbentuk bulat dan panjang, dengan bentuk
daun menyirip dengan ujung daun meruncing, permukaan daun mengkilap, serta
berwarna hijau muda sampai hijau tua. Terdapat banyak putik di dalam satu bunga
sehingga diberi nama bunga berpistil majemuk. Sebagian bunga terdapat dalam
lingkaran, dan sebagian lagi membentuk spiral atau terpencar, tersusun secara
hemisiklis. Mahkota bunga yang berjumlah 6 sepalum yang terdiri dari dua
lingkaran, bentuknya hampir segitiga, tebal, dan kaku, berwarna kuning keputih-
putiham, dan setelah tua mekar dan lepas dari dasar bunganya. Bunga umumnya
keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau pohon bentuknya sempurna
(hermaprodit) (Sunarjono, 2005).
c. Habitat
Tersebar luas di Indonesia
d. Bagian yang digunakan
Rebusan daun sirsak
e. Manfaat
Daun sirsak dimanfaatkan sebagai pengobatan alternatif untuk pengobatan
kanker, yakni dengan mengkonsumsi air rebusan daun sirsak. Selain untuk
pengobatan kanker, tanaman sirsak juga dimanfaatkan untuk pengobatan demam,
diare, anti kejang, anti jamur, anti parasit, anti mikroba, sakit pinggang, asam urat,
gatal-gatal, bisul, flu, dan lain lain (Mardiana, 2011).
f. Cara pengolahan
Setelah tersisa hingga 1 gelas, saring air rebusan tersebut hingga tidak ada
remah-remah daun sirsak di dalam air. Metode merebus daun sirsak ini cocok untuk
pengobatan penyakit kanker, asam urat, kolesterol dan diabetes.

g. Cara penggunaan
Minumlah selagi hangat secara rutin 3-4 kali sehari, saat pagi, siang, sore dan
malam.
h. Hasil Penelitian
Penelitian menunjukkan bahwa daun sirsak memliki aktivitas anti-arthritis,
antikonvulsan, antidiabetes, anti-inflamasi, anti asam urat antihipertensi, insecticidal,
gastroprotective (Moghadamtousi et al., 2015) dan antioksidan (Gavamukulya et al.,
2014). Penelitian lain melaporkan bahwa daun sirsak memiliki aktivitas antikanker
terhadap sel T47D (Fidianingsih and Handayani, 2014; Rachmani and Suhesti,
2012), sel MCF-7 (Raj et al., 2014; Endrini and Widiowati, 2014) dan K562 (Enzirim
et al., 2013). Kulit buah sirsak juga dapat sebagai antioksidan 4 (Ahalya et al., 2013)
dan menghambat pertumbuhan sel MCF-7 (Raj et al., 2014). Menurut penelitian
Solomon-Wisdom et al (2014), daun sirsak memiliki aktivitas antibakteri pada
Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumonia, Salmonella
typhimurium, Eschericia coli, dan Streptococcus pyogenes. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa biji sirsak juga memiliki aktivitas antikanker pada sel T47D,
WiDr, HeLa dan Raji (Arifianti et al., 2014).
i. Mekanisme aksi
Akan mengakibatkan penurunan produksi ATP yang akan menyebabkan
kematian sel kanker, lalu kemudian memicu terjadinya aktivasi jalur apoptosis
sertamengaktifkan p53 yang dapat menghentikan siklus sel untuk mencegah
terjadinya proliferasi tak terkendali (Retnani, 2011).
j. Dosis
Faktorial dengan dua faktor, faktor pertama adalah dosis ekstrak daun sirsak dan
faktor kedua adalah waktu pemberian yaitu 25 hari dan 50 hari. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh bahwa rata-rata jumlah leukosit pada perlakuan 50 hari lebih
meningkat pada dosis 0,2 g/kg BB sebanyak 9,1x103 ± 5,38 dibandingkan pada
perlakuan 25 hari yaitu 7,8x103 ± 5,76. Dalam hal ini, lama pemberian (faktor
kedua) memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah leukosit tikus putih. Selain itu
persen neutrofil menunjukkan peningkatan (perlakuan 25 hari yaitu 53 ± 1,93
sedangkan perlakuan 50 hari yaitu 58 ± 2,31) sementara persen limfosit mengalami
penurunan (perlakuan 25 hari yaitu 46 ± 2,16 sedangkan perlakuan 50 hari yaitu 40
± 1,58) pada dosis 0,4 gr/kg BB tikus setelah diberi ekstrak daun sirsak.
4. Kayu Manis (Rismunandar dan Paimin,2001)
a. Klasifikasi Kayu Manis
Nama Latin : Cinnamomum burmanni (Nees.) BL.
Nama Indonesia : Kayu Manis
Nama Daerah : Kayu Manis (Bugis)
Kandungan Kimia : Damar, Tanin.
Biomarker : zat penyamak, kalsium, oksalat, dan gula (Hariana 2007)
b. Uraian Tanaman
Daun kayu manis duduknya bersilang atau dalam rangkaian spiral. Panjangnya
sekitar 9–12 cm dan lebar 3,4–5,4 cm, tergantung jenisnya. Warna pucuknya
kemerahan, sedangkan daun tuanya hijau tua. Bunganya berkelamin dua atau
bunga sempurna dengan warna kuning, ukurannya kecil. Buahnya adalah buah
buni, berbiji satu dan berdaging. Bentuknya bulat memanjang, buah muda berwarna
hijau tua dan buah tua berwarna ungu tua (Rismunandar dan Paimin, 2001).
c. Habitat
Kayu manis ini banyak di temui di sumatera barat dan jambi.
d. Bagian yang digunakan
Kulit kayu manis bukan hanya bermanfaat sebagai bumbu masakan namun juga
dapat sebagai obat.
e. Khasiat dan Manfaat Kayu Manis
Minyak atsiri dari kayu manis mempunyai daya bunuh terhadap mikroorganisme
(antiseptis), membangkitkan selera atau menguatkan lambung (stomakik) juga
memiliki efek untuk mengeluarkan angin (karminatif). Selain itu minyaknya dapat
digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta, penyegar bau sabun,
deterjen, lotion parfum dan cream. Dalam pengolahan bahan makanan dan
minuman minyak kayu manis di gunakan sebagai pewangi atau peningkat cita rasa,
diantaranya untuk minuman keras, minuman ringan (softdrink), agar–agar, kue,
kembang gula, bumbu gulai dan sup (Rismunandar dan Paimin, 2001).
Pada Kulit Batang kayu manis digunakan sebagai obat antidiare,kejang perut,
dan untuk mengurangi sekresi pada usus (Syukur dan Hernani, 2001). Efek
farmakologis yang dimiliki kayu manis diantara sebagai peluruh kentut (carminative),
peluruh keringat (diaphoretic), antirematik, penambah nafsu makan (stomachica)
dan penghilang rasa sakit (analgesic) (Hariana, 2007).
f. Cara Pengolahan
Untuk mengobati asam urat dipakai kayu manis, temulawak, jahe, bidara
upas,jintan, dan kemukus yang semuanya direbus dalam dalam 3 gelas air hingga
airnya tinggal separonya. Setelah dingin disaring lalu diminum dengan madu 3 kali
sehari masing-masing ½ gelas. Efek farmakologi yang sudah diketahui adalah
bermanfaat sebagai analgetikum (mengurangi rasa sakit), anti radang, dan
hipertensi (Gunawan dan Mulyani, 2004).
g. Cara Penggunaan
Setelah dingin disaring lalu diminum dengan madu 3 kali sehari masing-masing
½ gelas.
h. Adapun Mekanisme dan Dosis Obat Tradisonal Untuk Asam Urat
Fraksi air ekstrak etanol daun salam dosis 210 mg/kgBB dan 420 mg/kgBB
memiliki efek penurunan kadar asam urat yang setara dengan kontrol positif
(allopurinol 10 mg/kgBB) (Utami, 2008). Sedangkan infusa daun Salam pada dosis
2,5 g/kgBB mampu menurunkan kadar asam urat yang setara dengan allopurinol
dosis 10 mg/kgBB (Ariyanti, 2007). Pada Meniran disebutkan bahwa ekstrak etanol
herba meniran dosis 3,33 g/kgBB mempunyai potensi yang setara dengan
allopurinol 10 mg/kgBB dalam menurunkan kadar asam urat (Widayati, 2008), Efek
antihiperurisemia ini timbul dari aksi uricosuric, terutama dari
lignannya (Murugaiyah, 2009). Selain itu pada uji efek imunostimulan ekstrak etanol
50% herba. Meniran (Phyllanthus niruri L.) secara in vivo pada tikus putih
menunjukkan bahwa pada ekstrak etanol meniran dosis dosis 100 mg/kgBB
memberikan nilai aktivitas fagositosis yang lebih tinggi dlbanding kontrol normal
(Sriningsih, 2006). Sedangkan pada pemberian infusa akar tempuyung (Sonchus
arvensis) dosis 5g/kgBB sebanding dengan allopurinol dosis 18 mg/kgBB terhadap
penurunan kadar asam urat pada serum darah tikus (Retnowati, 2009). Selain itu
ekstrak etanol daun tempuyung dosis 300 mg/kg BB mempunyai daya diuretika
sedikit lebih kuat dibandingkan dengan furosemida dosis 0,72 mg/kg BB (Imelda et
al., 2009) dan ekstrak etanol daun tempuyung dosis 200 mg/kgBB mempunyai daya
antiinflamasi yang setara dengan indometasin 10 mg/kgBB (Lumbanraja, 2009).
5. Manggis (Hadriyono, 2011).
a. Klasifikasi Manggis
Nama Latin : Garcinia mangostana L
Nama Indonesia : Manggis
Nama Daerah : Manggista (Sumatera Barat)
Biomarker : Lemak, protein, dan karbohidrat
Kandungan kimia : Tanin, asam fenolat maupun antosianin.
b. Kandungan dari Kulit Buah Manggis
Hasil penelitian ilmiah menyebutkan bahwa kulit buah Manggis sangat kaya akan
anti-oksidan, terutama xanthone, tanin, asam fenolat maupun antosianin. Dalam
kulit buah Manggis juga mengandung air sebanyak 62,05%, lemak 0,63%, protein
0,71%, dan juga karbohidrat sebanyak 35,61%. Dibawah ini adalah zat-zat yang
terkandung dalam kulit manggis.
c. Uraian Tanaman
Manggis termasuk tanaman tahunan yang masa hidupnya dapat mencapai
puluhan tahun. Susunan tubuh tanaman manggis terdiri atas organ vegetatif dan
generatif. Organ vegetatif tanaman manggis meliputi akar, batang, dan daun yang
berfungsi sebagai alat pengambil, pengangkut, pengolah, pengedar, dan
penyimpanan makanan. Batang tanaman manggis berbentuk pohon berkayu,
tumbuh tegak ke atas hingga mencapai 25 meter atau lebih. Kulit batangnya tidak
rata dan berwarna kecoklatan. Percabangan tanaman umumnya simetris
membentuk tajuk yang rimbun dan rindang. Daun manggis berbentuk bulat telur
sampai bulat panjang, tumbuhnya tunggal dan bertangkai pendek sekali tanpa daun
penumpu. Struktur helai daun tebal dengan permukaan sebelah atas berwarna hijau
mengkilap, sedangkan permukaan bawah warnanya kekuning-kuningan.
Organ generatif tanaman manggis terdiri atas bunga, buah, kulit buah dan biji.
Bunga manggis muncul dari ujung ranting, berpasangan dengan tangkainya yang
pendek, tebal dan teratur. Struktur bunga manggis memiliki empat kelopak yang
tersusun dalam dua pasang. Mahkota bunga terdapat empat helai, berwarna hijau
kekuningan dengan warna merah pada pinggirnya. Benang sarinya banyak dan
bakal buahnya mempunyai 4-8 ruang dengan 4-8 kuping kepala putik yang tidak
pernah rontok sampai stadium buahnya matang. Bakal buah manggis berbentuk
bulat, mengandung 1-3 bakal biji yang mampu tumbuh berkembang menjadi biji
normal. Bunga manggis mempunyai alat kelamin jantan dan betina atau disebut
bunga sempurna, namun benang sarinya berukuran kecil dan mengering, hingga
tidak mampu membuahi sel telur. Oleh sebab itu, meskipun manggis berbunga
sempurna sering disebut hanya berbunga betina saja. Buah manggis berbentuk
bulat dan berjuring, sewaktu masih muda permukaan kulit buah berwarna hijau,
namun setelah matang berubah menjadi ungu kemerahmerahan atau merah muda.
Pada bagian ujung buah terdapat juring berbebtuk bintang sekaligus menunjukkan
ciri dari jumlah segmen daging buah. Kulit buah manggis ukurannya tebal mencapai
proposi sepertiga bagian dari buahnya.
Kulit buahnya mengandung getah yang warnanya kuning dan cita rasanya pahit.
Warna daging buah putih bersih dan cita rasanya sedikit asam sehingga digemari
masyarakat luas. Biji manggis berbentuk bulat agak pipih dan berkeping dua
(Rukmana, 1995)
d. Habitat
Manggis banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan Asia
Tenggara, seperti di Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
e. Bagian yang Digunakan
Kulit buah Manggis yaitu memiliki kemampuan sebagai anti-inflamasi (anti-
peradangan). Untuk membuktikan hal itu, penelitian yang dilakukan adalah dengan
memakai mangostin dari ekstrak etanol 40% yang memiliki aktifitas penghambatan
terhadap pelepasan nistamin dan sintesis prostagladin E2 sebagai perantara
inflamasi. Kandungan ekstrak etanol dalam kulit buah Manggis mampu meredam
radikal bebas secara kuat.
f. Manfaat
Ternyata, khasiat kulit manggis selain mengandung Xanthone yang
merupakan zat yang memiliki aktivitas antioksidan dan antiinflamasi, kulit buah
manggis juga sangat kaya akan antioksidan tinggi yang dapat mengobati berbagai
macam penyakit bahkan penyakit maut sekalipun seperti penyakit jantung,
kanker,stroke, diabetes, ginjal, hepatitis, AIDS, dan lain-lain.
Kulit manggis mengandung 50 senyawa xanthone. Xanthone adalah
bioflavonoid yang bersifat antioksidan, antibakteri, antitumor, antialergi, antiinflamasi
dan antihistamin. Di alam ini terdapat sekitar 200 jenis xanthone dimana 50 jenis
diantaranya berada pada buah manggis (Garcinia mangostana). Senyawa itu
tersebar pada kulit buah dan biji, kulit batang, daun serta sebagian kecil pada
daging buahnya.
Beberapa penelitian telah dilakukan di berbagai negara untuk membuktikan
bahwa ternyata terdapat cukup banyak manfaat kulit manggis untuk kesehatan.
Penelitian berbagai manfaat kulit manggis ini dilakukan di seluruh dunia tersebar di
4 benua, 12 negara dan semuanya memberikan hasil yang positif. Mungkin hal ini
cukup mengejutkan bagi kita semua. Beberapa peneliti manfaat kulit manggis
mengatakan bahwa kulit manggis mujarab mengatasi berbagai macam penyakit
berkat adanya senyawa xanthone.
Kulit manggis terbukti sangat efektif sebagai antioksidan. Antioksidan
senyawa yang dapat mencegah terjadinya reaksi terhadap oksidasi radikal bebas.
Selanjutnya, antioksidan akan bereaksi dengan radikal bebas sehingga dapat
mengurangi kemampuan radikal bebas untuk menimbulkan kerusakan.
g. Cara pengolahan
Bersihkan kulit manggis segar dari satu buah yang sudah dikupas, cuci dengan
air mengalir, potong-potong kulit manggis, kemudian rebus di dalam 250 ml air
hingga mendidih, sesudah mendidih, angkat dan saring air rebusan., tunggu sampai
hangat, kemudian tambahkan madu atau gula sebagai pemanis.
h. Cara penggunaan
Segera konsumsi kulit manggis dalam waktu satu jam. Jangan menunggu
sampai berubah warna. 3 x sehari, Pagi setelah bangun tidur: Siang dan malam
sebelum tidur. Apabila anda mempunyai gejala mag sebaiknya dikonsumsi setelah
makan. dan perbanyak minum air putih ( memperlancar penyerapan dan berfungsi
untuk memperlancar sistem sekresi racun dalam tubuh.
i. Hasil penelitian
Hasil penelitian ilmiah menyebutkan bahwa kulit buah Manggis sangat kaya akan
anti-oksidan, terutama xanthone, tanin, asam fenolat maupun antosianin. Dalam
kulit buah Manggis juga mengandung air sebanyak 62,05%, lemak 0,63%, protein
0,71%, dan juga karbohidrat sebanyak 35,61%. Dibawah ini adalah zat-zat yang
terkandung dalam kulit manggis.
6. Tanaman Temulawak
a. Klasifikasi Tanaman Temulawak
Nama Latin : Curcuma zanthorrhiza
Nama Indonesia : Temulawak
Nama Daerah : Temulawak (Bugis)
Biomarker : Protein ,pati, serta zat – zat minyak atsiri.
Kandungan Kimia : Kurkumin, kurkuminoid, P-toluilmetilkarbinol, seskuiterpen
d-kamper, mineral
b. Uraian Tanaman
 Batang
Batang temu lawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun.
Tanaman ini berbatang semu dan habitusnya dapat mencapai ketinggian 2 – 2,5
meter. Tiap rumpun tanaman terdiri atas beberapa tanaman (anakan), dan tiap
tanaman memiliki 2 – 9 helai daun.
 Daun
Daun tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar. Lamina daun
dan seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang daun sekitar 50 – 55 cm,
lebarnya + 18 cm, dan tiap helai daun melekat pada tangkai daun yang posisinya
saling menutupi secara teratur. Daun berbentuk lanset memanjang berwana
hijau tua dengan garis – garis coklat. Habitus tanaman dapat mencapai lebar 30
– 90 cm, dengan jumlah anakan perumpun antara 3 – 9 anak.

 Bunga
Bunga tanaman temu lawak dapat berbunga terus-menerus sepanjang tahun
secara bergantian yang keluar dari rimpangnya (tipe erantha), atau dari samping
batang semunya setelah tanaman cukup dewasa. Warna bunga umumnya
kuning dengan kelopak bunga kuning tua, serta pangkal bunganya berwarna
ungu. Panjang tangkai bunga + 3 cm dan rangkaian bunga (inflorescentia)
mencapai 1,5 cm. Dalam satu ketiak terdapat 3-4 bunga.
 Rimpang
Rimpang induk temu lawak bentuknya bulat seperti telur, dan berukuran
besar, sedangkan rimpang cabang terdapat pada bagian samping yang
bentuknya memanjang. Tiap tanaman memiliki rimpang cabang antara 3 – 4
buah. Warna rimpang cabang umumnya lebih muda dari pada rimpang induk.
Warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah kuning-kotor.
Atau coklat kemerahan. Warna daging rimpang adalah kuning atau oranye tua,
dengan cita rasanya amat pahit, atau coklat kemerahan berbau tajam, serta
keharumannya sedang. Rimpang terbentuk dalam tanah pada kedalaman + 16
cm. Tiap rumpun tanaman temu lawak umumnya memiliki enam buah rimpang
tua dan lima buah rimpang muda.
 Akar
Sistem perakaran tanaman temu lawak termasuk akar serabut. Akar-akarnya
melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya
tidak beraturan.
c. Habitat
Tumbuh di seluruh pulau Jawa, tumbuh liar di bawah naungan di hutan jati, di
tanah yang kering dan di padang alang – alang , ditanam atau tumbuh liar di
tegalan; tumbuh pada ketinggian tempat 5 m sampai 1500 m di atas permukaan
laut.
d. Bagian yang digunakan
Rimpang temulawak
e. Kandungan dan Manfaat
Temu lawak memiliki efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah
penyakit hati), menurunkan kadar kolesterol, anti inflamasi (anti radang), laxative
(pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan menghilangkan nyeri sendi[1]. Manfaat
lainnya yaitu, meningkatkan nafsu makan, melancarkan ASI, dan membersihkan
darah[2].
Selain dimanfaatkan sebagai jamu dan obat, temu lawak juga dimanfaatkan
sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil patinya, kemudian diolah menjadi
bubur makanan untuk bayi dan orang-orang yang mengalami gangguan
pencernaan[6]. Di sisi lain, temu lawak juga mengandung senyawa beracun yang
dapat mengusir nyamuk, karena tumbuhan tersebut menghasilkan minyak atsiri
yang mengandung linelool, geraniol yaitu golongan fenol yang mempunyai daya
repellan nyamuk Aedes aegypti[7].
Pemanfaatan, di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah
rimpang temu lawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-
59,64 % zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan
dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari
rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti
kolesterol, antiinflamasi, anemia, antioksidan, pencegah kanker, dan antimikroba.
Sentra penanaman, tanaman ini ditanam secara konvensional dalam skala kecil
dengan menggunakan teknologi budidaya yang sederhana, karena itu sulit
menentukan letak sentra penanaman temulawak di Indonesia. Hampir di setiap
daerah pedesaan, terutama di dataran sedang dan tinggi, dapat ditemukan
temulawak terutama di lahan yang teduh.
f. Cara pengolahan
Rimpang temulawak etelah diparut, rebus selama 15-30 menit. Diamkan sampai
endapannya turun pengendapan ini dilakukan agar bagian-bagian yang kurang
bersih tidak ikut terminum kalau sudah bisa disaring dan siap diminum
7. Tumbuhan Iler (Dalimartha, 2008).
a. Klasifikasi Tumbuhan Iler
Nama Latin : Plectranthus scutellarioides
Nama Indonesia . Iler
Nama Daerah : Saru-saru (bugis)
Kandungan Kimia : Daun dan batang mengandung minyak atsiri, fenol, tannin,
lemak (Dalimartha, 2008).
b. Uraian Tanaman Iler
Iler memiliki batang herba, tegak atau berbaring pada pangkal dan menyerap
tinggi sekitar 30-150 cm, mempunyai penampang batang berbentuk segiempat dan
termaksuk kategori tumbuhan basah yang batangnya mudah patah (Setiawati,
2008). Daunnya berbentuk hati dan pada setiap tepinya dihiasi oleh jorong-jorong
atau lekuk – lekuk tipis yang bersambungan dan didukung oleh tangkai daun yang
panjang sekitar 3 cm, dan memiliki warna yang beraneka ragam, mulai dari hijau
hingga merah ungu (Setiawati, 2008).
Bunga berbentuk untaian bersusun dipucuk tangkai dengan variasi warna merah
atau putih, ungu atau kuning, tanaman iler memiliki aroma bau yang khas berbentuk
seperti telur dan licin jika seluruh bagian diremas akan mengeluarkan bau yang
harum
(Dalimartha, 2008).
c. Habitat
Tumbuhan iler tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1500
meter diatas permukaan laut dan merupakan tanaman semusim. Umumnya
tumbuhan ini ditemukan di tempat lembab dan terbuka seperti pematang sawah, tepi
jalan pedesaan di kebun-kebun sebagai tanaman liar atau tanaman obat.
d. Bagian yang digunakan
Batang, akar dan daun iler
e. Manfaat Tumbuhan iler
Tumbuhan iler bermanfaat untuk menyembuhkan hepatitis dan menurunkan
demam, batuk dan influenza. Selain itu daun tumbuhan iler ini juga berkhasiat untuk
penetralisir racun (antitoksik), menghambat pertumbuhan bakteri (antiseptik),
mempercepat pematangan bisul, pembunuh cacing (vermisida), wasir, peluruh haid
(emenagog), membuyarkan gumpalan darah, gangguan pencernaan makanan
(despepsi), radang paru, gigitan ular berbisa dan serangga (Dalimartha, 2008).
Sedangkan akar tumbuhan ini berkhasiat untuk mengatasi perut mulas dan
diare.. Dalimartha juga menyebutkan bahwa tumbuhan iler dapat menyembuhkan
radang telinga, mengeluarkan cacing gelang dari perut, Tetapi dengan catatan ibu
hamil dilarang meminum rebusan daun iler ini karena dapat menyebabkan
keguguran (Yuniarti, 2008).
f. Cara penggolahan
Gilinglah 7 helai daun iler yang sudah dicuci bersih. Tambahkan setengah
cangkir air dan satu sendok makan madu.
g. Cara penggunaan
Saringlah dan minum airnya sebanyak dua sampai tiga kali sehari. Saringlah dan
minum airnya sebanyak dua sampai tiga kali sehari.

8. Tanaman Sambiloto (Dalimartha, 2006)


a. Klasifikasi tanaman sambiloto
Nama Latin : Andrographis paniculata Ness
Nama Indonesia : Sambiloto
Nama Daerah : Sambilita (Mandar)
Kandungan Kimia : flavonoid berupa polimetoksiflavon, andrografin, panikolin,
dan apigenin-7, 4-dimetil eter, alkena.
b. Uraian tanaman sambiloto
Tanaman sambiloto memiliki morfologi yaitu herba tegak tinggi sekitar 0,5 - 1
meter, batang muda bersiku empat, sedang yang tua berkayu dengan pangkal
membulat, percabangan monodial, warna hijau. Daun tunggal berbentuk bulat telur,
bersilang berhadapan dengan ujung dan pangkalnya runcing, helai daun bertepi rata
dengan pertulangan menyirip, panjang daun 3 - 5 cm, lebar 0,5 - 1,5 cm, berasa
pahit, berhadapan, bagian atasnya hijau tua, bagian bawahnya berwarna lebih
pucat. Bunga majemuk, kecil, berwarna putih dengan garis-garis ungu, tersendiri
dengan diatur diketiak dan diujung rangkai. Seluruhnya membentuk bunga malai
yang besar, kelopak bentuk lanset, berbagi lima, pangkalnya berlekatan, memiliki
dua bulir benang sari, bulat panjang, kepala putik ungu kecoklatan. Buah berbentuk
kotak, tegak, agak berbentuk silinder, bulat panjang, bagian ujungnya runcing dan
tengahnya beralur, buah berwarna hijau, setelah tua berwarna hitam. Bijinya tiga
sampai empat buah yang dilempar keluar jika buah masak (Sudarsono et al., 1996).
c. Habitat
Habitat sambiloto ialah di tempat terbuka seperti ladang, pinggir jalan, tebing,
saluran atau sungai, semak belukar, di bawah tegakan pohon jati atau bambu.
Tumbuhan sambiloto dipanen dari habitat aslinya oleh masyarakat untuk sumber
bahan obat tradisional.
d. Bagian yang digunakan
Daun dan akar sambiloto
e. Manfaat
Di Indonesia sambiloto digunakan untuk antiradang, antipiretik atau meredakan
demam, dan untuk penawar racun atau detoksikasi. Di India akar dan daun
digunakan untuk menyembuhkan sakit karena gigitan ular dan serangga. Di Cina
digunakan sebagai obat antiinflamasi, antipiretik, obat influensa, disentri, infeksi
saluran kencing, dan radang paru-paru (Achmad et al., 2007).
f. Cara pengolahan
Daun sambiloto segar sebanyak satu genggam (30 gram) ditumbuk rata
kemudian ditambahkan air matang setengah cangkir (110 mL), saring kemudian
minum sekaligus. Atau bisa juga menggunakan bahan kering sebanyak 3 gram
direbus dan diminum 2 kali sehari sebelum makan.
g. Cara penggunaan
Diminum 2 kali sehari sebelum makan.
Pada uji pra klinis untuk efek antiradang menggunakan mencit bahwa infus daun
sambiloto 51,4 mg/100 g BB, secara oral dapat meningkatkan efek antiradang
(Anonim, 2010).
9. Kayu Secang
a. Klasifikasi kayu secang menurut Heyne (1987)
Nama latin : Caesalpinia sappan
Nama Indonesia : Kayu secang
Nama daerah : Kayu sappang (Mandar)
Kandungan kimia : Asam galat, tanin, resorsin, brasilin, brasilein, d-alfa-
phellandrene,antibakteri, oscimene, alkaloid, flavonoid, saponin, fenil propana,
terpenoid, danminyak atsiri (Hidayat et al., 2015).
b. Uraian Tanaman
Kayu secang biasa tumbuh di daerah tropis umumnya di tempat terbuka sampai
ketinggian 1000 m di atas permukaan laut seperti di pegunungan namun tidak
bersuhu terlalu dingin (Astina, 2010).
Secang adalah tanaman berkayu yang biasa dimanfaatkan bagian batangnya
(Praja, 2015). Batang kayu secang berbentuk bulat, berwarna hijau kecokelatan
memberikan warna merah bila serutan kayunya direbus (Padmaningrum et al.,
2012). Secang merupakan pohon kecil dengan tinggi 5 – 10 m. Permukaan batang
kasar dengan duri tersebar. Daun majemuk menyirip, setiap sirip memiliki 10 – 20
pasang anak daun berhadapan, mempunyai daun penumpu. Perbungaan tersusun
tandan, bunga berwarna kuning terang, tak terbatas. Buah berupa polong berwarna
hitam, berisi 3 – 4 biji yang bulat memanjang (Hidayat et al., 2015).
c. Habitat
Asal usul tumbuhan ini tidak diketahui dengan pasti;[3][4] akan tetapi ada pula
yang memperkirakan bahwa secang berasal dari wilayah sekitar India tengah, ke
timur hingga Cina selatan, dan ke selatan hingga Semenanjung Malaya.[4] Di
kawasan Asia Tenggara dan Nusantara, tumbuhan ini telah lama dibudidayakan
orang, bahkan sebagiannya telah meliar kembali di alam.[4] Di Afrika tumbuhan ini
tercatat didapati di Nigeria, Kongo, Uganda, Tanzania, Reunion, Mauritius, dan
Afrika Selatan.[6]
Secang kebanyakan tumbuh alami pada lahan-lahan yang berlereng. Tidak
tahan terhadap penggenangan, tanaman ini tumbuh pada tanah-tanah yang berliat
atau berbatu kapur, atau adakalanya di tanah berpasir dekat sungai.[4].
d. Bagian yang digunakan
Batang kayunya sebagai bahan alami
e. Manfaat Tanaman
Pemanfaatan kayu secang ini dengan cara direbus yang bertujuan
untukmelarutkan senyawa tanin dan brasilin yang terkandung didalamnya.
Senyawa tanin dan brasilin merupakan senyawa kompleks dengan ukuran dan
bentuk molekul yang memungkinkan kelarutannya dalam air (Kumala & Tulus,
2009). Kandungan kayu secang yang bermanfaat sebagai antibakteri, Flavonoid
yang terkandung dalam kayu secang berperan sebagai antikanker, antivirus,
antiinflamasi, diuretik dan antihipertensi. Saponin juga terkandung di dalam kayu
secang yang berfungsi sebagai antivirus, antibakteri, dan meningkatkan kekebalan
tubuh (Yusriana et al., 2014). Flavonoid berfungsi sebagai anti bakteri dengan cara
membentuk senyawa kompleks terhadap protein extraseluler yang menghambat
integritas membran sitoplasma sel bakteri (Juliantina et al., 2008).
f. Cara pengolahan
Anda hanya perlu menyeduh kayu secang dengan segelas air panas atau
merebus kayu secang secukupnya dengan dua gelas air dan dibiarkan mendidih
sampai tersisa satu gelas.
g. Mekanisme aksi
Tumbuhan ini mengandung senyawa flavonoid dan terpenoid yang bermanfaat
sebagai antioksidan. Indeks antioksidatif ekstrak kayu secang lebih tinggi daripada
antioksidan komersial, dapat menangkal radikal bebas oksidatif. Radikal bebas
dapat merusak sel-sel tubuh dengan menyerang lipid, protein, enzim, karbohidrat
dan DNA. Secang juga bermanfaat sebagai ramuan obat tradisional untuk
pengobatan berbagai penyakit kronis dan degeneratf. Pemanfaatan bahan alami
dapat menghasilkan residu yang lebih mudah terdegradasi dibandingkan bahan
sintetik, serta efek samping dapat diminimalisir. Oleh karena itu, secang berpotensi
sebagai minuman herbal untuk kesehatan dan pengobatan.
10. Daun Sirih
a. Klasifikasi Daun Sirih Menurut Tjitrosoepomo (1988)
Nama Latin : Piper betle L
Nama Indonesia : Sirih
Nama Daerah : Sirih (Mandar)
Kandungan Kimia : Saponin, flavonoid dan polifenol (Syamsuhidayat dan
Hutapea, 1991)
Biomarker : Samak, enzim diastase, gula, vitamin A,
b. Morfologi Tanaman
Sirih tumbuh memanjat, tinggi 5 m sampai 15 m. Helaian daun berbentuk
bundar telur atau bundar telur lonjong, pada bagian pangkal berbentuk jantung
atau agak bundar, tulang daun bagian bawah gundul atau berambut sangat
pendek, tebal, berwarna putih, panjang 5 cm sampai 18 cm, lebar 2.5 cm sampai
10.5 cm. Bunga berbentuk bulie, berdiri sendiri diujung cabang dan berhadapan
dengan daun. Daun pelindung berbentuk lingkaran, bundar telur berbalik atau
lonjong, panjang kira-kira 1 mm. Bulir jantan, panjang gagang 1.5 cm sampai 3
cm, benang sari sangat pendek. Bulir betina, panjang gagang 2.5 cm sampai 6
cm. Kepala putik 3 sampai 5. buah buni, bulat, dengan ujung gundul. Bulir masak
berambut kelabu, rapat, tebal 1 cm sampai 1.5 cm. Biji membentuk lingkaran
(Anonim, 1980).
c. Habitat
Sirih merupakan tanaman khas atau Flora Identitas provinsi Kepulauan Riau.
Tanaman yang konon asli Indonesia dan tumbuh merambat pada batang pohon
lain ini ditetapkan sebagai maskot (identitas) provinsi kepulauan Riau
d. Bagian yang digunakan
Daun sirih digunakan untuk mengobati berbagai penyakit terutama anti
inflamasi
e. Manfaat
Daun sirih dipakai untuk tujuan pengobatan pada hidung berdarah, mulut
berbau, mata sakit, radang tenggorokan. Daun dikunyah bersama kapur dan biji
pinang untuk penguat gigi stimulansia dan adtrigent. Campuran tersebut berasa
pedas, menyebabkan air ludah berwarna merah dan gigi menjadi berwarna
hitam. Banyak digunakan untuk pengobatan penyakit asma, rheumatic arthritis,
antiinflamasi, rheumatalgia, dan luka-luka ( Sudarsono dkk, 1996)
f. Cara pengolahan
Daun sirih tumbuk 3-5 lembar daun sirih merah dengan 2 sendok teh madu.
Rebus 5-6 daun sirih dalam 2 gelas air sampai tersisa setengahnya.
g. Cara penggunaan
Minum rebusan tersebut secara rutin 2-3 gelas sehari. Minum air rebusan
2 kali sehari secara rutin.

h. Hasil penelitian
Berdasarkan penggunaan secara empiris di masyarakat bahwa daun sirih
(Piper betle L.) digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan menyembuhkan
bengkak maka penelitian ini diharapkan dapat diketahui efek antiinflamasi infusa
daun sirih pada tikus putih jantan galur Wistar secara oral yang diinjeksi 0,1ml
karagenin secara subplantar.
g. Mekanisme aksi
11. Temu Putih
a. Klasifikasi Tamu Putih
Nama Latin : Curcuma zedoaria
Nama Indonesia : Temu Putih
Nama Daerah : Temu Putih
b. Kandungan senyawa aktif dan Manfaat
Perlu diketahui bahwa senyawa aktif yang terkandung dalam suatu
tanaman dapat berpotensi sebagai obat namun dapat juga menimbulkan efek
toksik karena memiliki banyak molekul target serta memberikan efek yang
beragam terhadap fisiologi tubuh (Incalci et al., 2005) :
• Kandungan senyawa aktif secara umum: Temu putih memiliki banyak
kandungan kimia seperti alkaloid, fenolik, flavonoid, saponin, glikosid, steroid
dan terpenoid (Sumathi et al., 2013).
• Kandungan senyawa aktif yang memiliki khasiat dengan
penyakitnya:Kurkumin merupakan salah satu senyawa aktif pada rimpang
temu putih yang 2 merupakan senyawa turunan fenolik (polifenol) yang
termasuk ke dalam kelompok kurkuminoid, senyawa kurkumin ini berkhasiat
sebagai antikanker Chen, 1998; Kunnumakkara, 2009). Berdasarkan
penelitian Chen (2008), potensi kurkumin sebagai antikanker berasal dari
kemampuannya dalam menekan proliferasi atau pembelahan sel-sel yang
sedang aktif (Aggarwal, 2003).

c. Habitat
Temu putih berasal dari negara India dan Tiongkok bagian Selatan. Di negeri
asalnya habitat temu putih banyak ditemukan di ladang atau pada tanah-tanah
yang lembab. Temu putih merupakan tumbuhan semak yang berumur tahunan,
tingginya dapat mencapai 2 m.
d. Bagian yang digunakan
Rimpang temu putih digunakan untuk pengobatan
e. Mekanisme kerja senyawa aktif untuk pegobatan
Mekanisme kerja dalam menekan pertumbuhan sel kanker adalah sebagai
berikut: rimpang temu putih (Curcuma zedoaria) bersifat anti neoplastik merusak
pembentukan ribosoma pada sel-sel kanker dan jaringan liar dengan cara
meningkatkan pembentuk-an jaringan fibroblast di sekeliling jaringan kanker,
lalu membentuk lapisan limfosit dalam sel-sel jaringan kanker dan
membungkusnya, sehingga sel-sel jaringan kanker tersebut tidak dapat
berkembang, akhirnya sel- sel kanker akan mati, dan tidak menimbulkan
bahaya lagi.
f. Efek Farmakologi
Temu putih merupakan jenis rimpang yang berkhasiat sebagai melancarkan
perdaran darah, antibakteri (antiseptic), anti radang (Wijayakusuma, 2011).
Menurut hasil penelitian American institute cancer reports, temu putih
mengandung RIP (Ribosom inacting protein),zat anti oksidan dan zat anti
kurkumin. RIP berkhasiat menonaktifkan pertumbuhan sel kanker ,meluruhkan
sel kanker tanpa merusak jaringan yang ada disekitarnya.
Dari Uji pra klinis Temu putih sebagai anti inflamasi dan hepatoprotektor.
Pemberian peroral pada tikus menghambat reaksi inflamasi yang terjadi
karenakemampuannya menghambat aktivitas enzim siklooksigenase Yoshioka T
et al(1998), Ekstrak temu putih menurunkan SGPT pada mencit yang
diinduksidengan karbon tetraklorida Xiang ZX et al, (1989). Penelitian kultur
hepatosittikus yang diinduksi dengan D-galaktosamin/lipopoli sakarida
menunjukkan bahwa penambahan ekstrak temu putih dalam kultur dapat
mencegah terjadinyakerusakan sel hepatosit, Matsuda et al, (1998).

G. Adapun Jurnal Yang Di Dapat Yaitu :


 Uji Aktivitas Anti-Inflamasi Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum
americanum L.) pada Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Karagenan
H. Efek Farmakologi/Mekanisme
Kemampuan minyak atsiri daun kemangi dalam penghambatan terbentuknya
udem diduga karena adanya kandungan sitral. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Quintans-Junior, et al., (2010), sitral dapat menghambat tebentuknya
udem sebesar 27,8%.Sitral menghambat pembentukan udem melalui
penghambatan pelepasan histamin dan/ serotonin pada fase pertama. Pada fase
selanjutnya sitral menghambat enzim siklooksigenase yang berperan dalam
pembentukan prostaglandin dan leukotrien. Sehingga dapat disimpulkan minyak
atsiri daun kemangi yang memiliki kandungan sitrat berpotensi sebagai anti
inflamasi.
I. Dosis
Pemberian minyak atsiri daun kemangi memberikan efek sebagai anti-inflamasi
pada dosis 80 mg/200 gr BB dan 160 mg/200 gr BB. Persentase penghambantan
terbesar ditunjukkan oleh minyak atsiri dosis 160 mg/200 gr BB pada jam ke empat
yaitu sebesar 44,83%. Pada jam ke empat, dosis ini menunjukkan perbedaan
persentase penghambatan yang signifikan dengan kontrol positif. Hal ini
menunjukkan bahwa pada jam ke empat minyak atsiri daun kemangi dosis 160
mg/200 gr BB memiliki kemampuan untuk menurunkan udem yang lebih baik dari
kontrol positif pada jam ke empat menunjukkan persentase penghambatan udem
terbesar yaitu 44,84%.
 “Infusa Daun Salam dalam Menurunkan Nilai Asam Urat”,
Herba salam (Eugenia polyantha Wight) mengandung beberapa senyawa khas
diantaranya saponin, flavonoid, alkaloid, tannin dan polifenol (Syamsuhidayat dan
Hutapea, 2002). Flavonoid merupakan senyawa alam yang dapat bekerja sebagai
antioksidan (Markham, 1988). Begitu pula dengan tannin yang juga mempunyai
aktifitas sebagai antioksidan (Harbone, 1987). Berdasarkan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Priyoherianto (2005), ia berhasil menunjukkan bahwa infusa
dengan konsentrasi 10% (dosis 1,0 g/1,5 kgBB) efektif untuk menurunkan kadar
asam urat darah ayam Leghorn dan hasilnya setara dengan kontrol positif. Penulis
tersebut juga menyatakan bahwa senyawa yang bertanggung jawab dalam
menurunkan kadar asam urat adalah flavonoid, karena flavonoid merupakan
antioksidan yang dapat menghambat enzim ksantin oksidase. Flavonoid bersifat
polar sehingga diharapkan dapat larut dalam air (Manitto dan Sammers, 1992).
Adapun penelitian terbaru tentang asam urat yang dilakukan oleh Handadari
(2007) juga berhasil menunjukkan bahwa dekokta daun salam pada konsentrasi 5%
(dosis 1,25 g/kgBB) mampu menurunkan kadar asam urat dalam darah mencit putih
jantan hiperurisemia. Dari penelitian-penelitian tersebut, penulis ingin mencoba
meneliti efek pemberian infusa daun salam terhadap penurunan kadar asam urat
dalam mencit jantan. Dan juga penulis penulis ingin membandingkan keefektifan
antara sediaan infusa dan dekokta daun salam dalam menurunkan kadar asam urat
dalam darah mencit jantan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Hasil Penelitian Daun Kemangi Sebagai Anti inflamasi
Kemampuan minyak atsiri daun kemangi dalam penghambatan terbentuknya
udem diduga karena adanya kandungan sitral. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Quintans-Junior, et al., (2010), sitral dapat menghambat tebentuknya
udem sebesar 27,8%. Sitral menghambat pembentukan udem melalui
penghambatan pelepasan histamin dan/ serotonin pada fase pertama. Pada fase
selanjutnya sitral menghambat enzim siklooksigenase yang berperan dalam
pembentukan prostaglandin dan leukotrien. Sehingga dapat disimpulkan minyak
atsiri daun kemangi yang memiliki kandungan sitrat berpotensi sebagai anti
inflamasi.
Pemberian minyak atsiri daun kemangi memberikan efek sebagai anti-inflamasi
pada dosis 80 mg/200 gr BB dan 160 mg/200 gr BB. Persentase penghambantan
terbesar ditunjukkan oleh minyak atsiri dosis 160 mg/200 gr BB pada jam ke empat
yaitu sebesar 44,83%. Pada jam ke empat, dosis ini menunjukkan perbedaan
persentase penghambatan yang signifikan dengan kontrol positif. Hal ini
menunjukkan bahwa pada jam ke empat minyak atsiri daun kemangi dosis 160
mg/200 gr BB memiliki kemampuan untuk menurunkan udem yang lebih baik dari
kontrol positif pada jam ke empat menunjukkan persentase penghambatan udem
terbesar yaitu 44,84%.
Infusa daun salam (Eugenia polyantha Wight) mempunyai efek menurunkan
kadar asam urat darah pada mencit putih jantan yang diinduksi dengan potasium
oksonat dosis 300 mg/kgBB.
B. Saran
Tanaman yang ada di Indonesia sebagiannya dapat digunakan sebagai obat
tradisional terutama sebagai asam urat dan anti inflamasi, Tanaman Obat tradisonal
harus dibudidayakan sebagai pengobatan non farmakologi, Tanaman obat
tradisonal yang ada diindonesia banyak dikenal oleh masyarakat terutama di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1980. Kunyit. http://www.id.online.org (21 Juni 1980)


Arini, D.I.D dan Julianus Kinho. 2015. Keragaman Tumbuhan Berkhasiat Obat di
Hutan Pantai Cagar Alam Tangkoko. Jurnal Wasian. Volume 2 Nomor
Anggana, A.F. 2011. Kajian Etnobotani masyarakat di Sekitar Taman nasional
Gunung Merapi. Bogor: Institur Pertanian Bogor.
Fakhrizi I. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Tradisional di Sekitar
Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 6. Jakarta:
Pustaka Bunda. h:89-94.
Rahmadhani.,Farmakologi Ulasan Bergambar., 2009 Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
Rohman, A., 2009., Kromatografi untuk Analisis Obat, Edisi 1, Yogyakarta, Graha
Ilmu.
Tarwaka et al. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta : UNIBA PRESS
Hariana, Arief. 2006/2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Depok: Penebar
Swadaya. h:95.
Katno, Pramono, S. 2008. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat
Tradisional. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta..
Sudarsono., et al. 1996. Tumbuhan Obat. Yogyakarta: Pusat Penelitian Obat
Tradisional UGM. h:30-35.
Tjokronegoro, A. dan Baziad.A., 1992, Etik Penelitian Obat Tradisional A. Baziad,
ed., Jakarta, FKUI.
Wijayakusuma, H., 2000, Ensiklopedia Milenium Tumbuhan Berkhasiat Obat
Indonesia, Edisi 1, ed. S. F. Y. Tim Simpul, Imas Maisaroh, Yamah, ed., Jakarta,
PT. Prestasi Insan Indonesia.
Winarto, W.P., 2003, Memanfaatkan Bumbu Dapur untuk Mengatasi Aneka Penyakit
1st ed. Mulyono, ed., Jakarta, AgroM Tjitrosoepomo, G., 1988, Taksonomi
Tumbuhan Spermatophyta, GMU Press, Yogyakarta.
Van Steenis, C.G. G. J., 2003, Flora, PT Pradnya Paramita, Jakarta. edia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai