Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan kehidupan masyarakat yang semakin maju

dan terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu, maka kebutuhan

akan obat-obatan baik obat tradisional maupun obat sintetik semakin

meningkat dengan tingginya angka produktivitas manusia.

Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang

kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang

lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol

interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya.

Adapun obat yang bekerja pada sistem saraf pusat, terbagi

menjadi obat depresan saraf pusat yaitu anestetik umum (memblokir

rasa sakit), hipnotik sedative (menyebabkan tidur), psikotropik

(menghilanhkan gangguan jiwa), antikunvulsi (menghilangkan kejang),

analgetik (mengurangi rasa sakit), opiod, analgetik-antipiretik-

antiinflamasi dan perangsangan susunan saraf pusat.

Adapun contoh dari obat anti inflamasi non steroid (AINS) seperti

paracetamol, ibuprofen,asam mefenamat dan lain lain yang

mempunyai efek analgetik , antipiretik pada dosis lebih tinggi bersifat

anti inflamasi. Paracetamol, aspirin, dapat dijual bebas sebagai terapi

sendiri pada sakit kepalam nyeri gigi, demam dan bengkak.


Praktikum ini dilakukan untuk menentukan evektivitas dari obat

analgetik, antipiretik, serta antiinflamasi dari beberapa jenis obat yang

memiliki khasiat yang sama dalam tubuh manusia. Praktikum ini dapat

dijadikan dasar untuk memilih jenis obat yang efektif untuk suatu

gangguan fungsi tubuh. Dalam praktikum ini digunakan hewan mencit

dan tikus.

B. Maksud Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan

memahami efek analgetik, antipiretik dan anti inflamasi dari beberapa

obat pada hewan percobaan mencit dan tikus

C. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini yaitu :

1. Untuk menentukan efektivitas dari obat analgetik yaitu obat obat

asam mefenamat berdasarkan jumlah geliat hewan coba mencit

(Mus muculus) yang diinduksi dengan asam asetat glasial.

2. Untuk menentukan efektivitas dari obat antipiretik yaitu obat

ibuprofen berdasarkan parameter pengukuran suhu tubuh rektal

pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi dengan

pepton.

3. Untuk menentukan efektivitas dari obat antiinflamasi yaitu obat

natrium diklofenak berdasarkan pengukuran volume kaki pada

hewan coba mencit (Mus musculus) yang diinduksi dengan karagen


D. Prinsip Percobaan

1. Mengamati efek analgetik dengan menggunakan obat analgetik

yaitu asam mefenamat terhadap hewan coba mencit (mus

musculus).

2. Mengamati efek antiinflamasi dengan mengukur volume kaki awal

hewan coba yang telah di iniduksi dengan karagen dan

mengujinya menggunakan obat antiinflamasi yaitu, dengan obat

natrium diklofenak pada hewan percobaan yaitu mencit (Mus

musculus).

3. Mengamati efek antipiretik dengan mengukur suhu rektal hewan

coba yang telah diinduksi pepton dan mengujinya menggunakan

obat antipiretik, yaitu ibuprofen pada hewan coba yaitu pada tikus

E. Rumusan Masalah

D. Manfaat Praktikum
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Teori Umum

Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun

nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau

mencegah penyakit berikut gejalanya.Dan farmakologi (ilmu khasiat obat)

adalah ilmu yang memepelajari pengetahuan obat dengan seluruh

aspeknya, baik sifat kimiawi maupun sifat fisikanya, kegiatan fisiologi,

resorpsi dan nasibnya dalam organisme hidup.Untuk menyelidiki semua

interaksi antar semua obat dan tubuh manusia khususnya serta

penggunaan pada pengobatan penyakit, disebut farmakologi klinis (Tjay,

2010).

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan

berkesinambungan serta terutama terdiri dari jaringan saraf. Dalam

mekanisme sistem saraf lingkungan internal dan stimulus eksternal

dipantau dan diatur oleh kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau

sensitivitas terhadap stimulus dan konduktivitas, atau kemampuan untuk

mentransmisi suatu respon terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf

dalam tiga cara utama (Sloane, 2004 ) :

1. Input sensorik yaitu sistem saraf menerima sensasi atau stimulus

melalui reseptor, yang terletak di tubuh baik eksternal (reseptor

somatik) maupun internal (reseptor viseral).


2. Aktivitas integrative yaitu reseptor mengubah stimulus menjadi impuls

listrik yang menjalar disepanjang saraf sampai ke otak dan medulla

spinalis yang kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi

stimulus sehingga respon terhadap informasi bisa terjadi.

3. Output motorik yaitu impuls dari otak dan medulla spinalis

memperoleh respon yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh yang

disebut sebagai efektor.

Lazimnya, system saraf yang mengkoordinir system-sistem

lainnya di dalam tubuh dibagi dalam dua kelompok, yaitu (Tjay, 2010):

1. Susunan Saraf Pusat (SSP), yang terdiri dari otak dan sum-sum

tulang belakang.

2. Sistem Saraf Perifer, yang dapat dibagi, yakni:

a. Saraf-saraf motoris atau saraf eferen yang menghantarkan impuls

(isyarat) listrik dari SSP ke jaringan perifer melalui perifer melalui

neuron eferen (motoris).

b. Saraf-saraf sensoris atau saraf aferen yang menghantarkan impuls

dari periferi ke SSP melalui neuron aferen (sensory).

Dalam SSP, reseptor sebagian besar sinaps tergabung dengan

kanla ion, jadi pengikatan neurotransmitter pada reseptor membran

pescasinaps menyebabkan pembukaan kanal ion secara capat tetapi

sementara. Melalui kanal ang terbuka ini, ion spesifik yang ada pada sisi

dalam dan luar membran sel dapat mengalir sesuai konsentrasi gradien.

Perubahan komposisi ion yang menyeberangi membarn neuron akan

merubah potensial pascasinaps sehingga menyebabkan depolarisasi atau


hiperpolarisasi membran pascasinaps, tergantung pada ion tertentu yang

bergerak dan arah pergerakannya ( Harvey, 2014 ).

Reseptor-reseptor yang umum disebut reseptor prasinaps

ditemukan diseluruh sistem saraf pusat dan perifer.Istilah reseptor

prasinaps menunjukkan reseptor yang ditemukan pada sisi prasinaptik

dari sinaps.Reseptor-reseptor ini dirasakan memberikan umpan balik ke

neuron mengenai tingkat aktivitas pada sinaps. Aktivasi atau inhibisi

reseptor ini dapat memodulasi pelepasan neurotransmiter dari sinaps

(Stringer, 2009 ).

Impuls eksogen diterima oleh sel-sel penerima (reseptor) untuk

kemudian diteruskan ke otak atau ke sumsum tulang

belakang.Rangsangan dapat berupa perangsang (stimuli) nyeri, suhu,

perasaan, penglihatan, pendengaran, dan lain-lain. Kesadaran akan

perasaan sakit terbentuk dari dua proses, yakni penerimaan perangsang

nyeri di otak besar dan reaksi emosional dari individu terhadapnya.

Analgetika mempengaruhi proses pertama dengan jalan meningkatkan

ambang-kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotika menekan

reaksi psikis yang diakibatkan oleh perangsang nyeri itu (Tjay, 2010).

Obat dapat mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) dengan

merangsang atau menstimulasi atau menekan (depresi), dan ada pula

obat yang dapat menekan sesuatu fungsi sekaligus merangsang fungsi

yang lain (seperti obat yang menekan pusat pernafasan, tetapi

merangsang pusat muntah) efek obat tergantung pada jenis dan

sensivitas reseptor yang dipengaruhi ( Chaidir, 2008 ).


Semua zat anestetik menghambat SSP secara bertahap, yang

mula-mula dihambat adalah fungsi yang kompleks, dan yang paling akhir

dihambat ialah medulla oblongata tempat pusat vasomotor dan

pernapasan ( Syarif, 2008 ).

Untuk praktisnya, obat yang bekerja terhadap sistem saraf

pusat dapat dibagi dalam beberapa golongan besar, yaitu (Tjay, 2010):

1. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi:

a. Psikoleptika: jenis obat yang pada umumnya menekan dan / atau

menghambat fungsi-fungsi tertentu dari sistem saraf pusat, yakni

hipnotika, sedative dan tranquilizers dan antipsikotika.

b. Psiko-analeptika: jenis obat yang menstimulisasi seluruh sistem

saraf pusat, yakni antidepresiva dan psikostimulansia.

2. Jenis obat untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS

(multiple sclerosis), penyakit Parkinson dan demensia.

3. Jenis obat yang menghalau atau memblokir perangsangan sakit :

analgetika, antiradang/rematik dan narkotika, anastetika umum dan

lokal.

4. Jenis obat vertigo dan obat migrant.

Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang

mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran

(perbedaan dengan anastetika umum).Nyeri adalah perasaan sensoris

dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman)

kerusakan jaringan.Keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya


emosi dapat menimbulkan sakit (kepala) atau memperhebatnya, tetapi

dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri (Tjay, 2010).

Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua

kelompok besar, yakni (Tjay, 2010):

1. Analgetika perifer (non-narkotika), yang terdiri dari obat-obat yang

tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja senteral. Analgetika

antiradang termasuk kelompok ini.

2. Analgetika narkotika khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri

hebat, seperti pada fractura dan kanker.

Antipiretik adalah obat-obat atau zat-zat yang dapat

menurunkan suhu badan pada keadaan demam.Suhu badan diatur oleh

keseimbangna antara produksi dan hilangnya panas. Alat pengautr suhu

tubuh berada di hipothalamus. Pada keadaan demam keseimbangna ini

terganggu tetapi dapat dikembalikan ke normal oleh obat mirip aspirin.

Ada bukit bahwa peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali

pelepasan suatu zat pirogen atau sitokinin seperti interleukin-1 (IL-1) yang

memacu pelepasan prostaglandin yang berlebihan di daerah preoptik

hypothalamus. Selain itu PGE2 terbukti menimbulkan demam setelah

diinfuskan ke ventrikel serebral atau disuntikkan ke daerah hypothalamus.

Obat mirip aspirin menekan efek zat piorgen endogen dengan

menghambat sintesis PG. (Tjay, 2010).

Efek antipiretik terutama obat yang mirip aspirin akan

menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam. Walaupun

kebanyakan obat ini memperlihatkan efek antipiretik in vitro, tidak


semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik bila

digunakan secara rutin atau terlalu lama.Fenilbutazon dan antireumatik

lainnya tidak dibenarkan digunakan sebagai antipiretik. (Ganiswarna,

1995).

Mekanisme kerja antipiretik terjadi karena penghambatan

sintesis prostaglandin dipusat pengatur panas dalam hipotalamus dan

perifer didaerah target.Lebih lanjut, dengan menurunkan sintesis

prostaglandin, salisilat juga mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit

terhadap rangsangan mekanik dan kimiawi. (Mycek, 2001)

Inflamasi adalah respon perlindungan normal terhadap cedera

jaringan terhadap cedera jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik,

bahan kimia berbahaya, atau agen mikrobilogi.Inflamasi adalah usaha

tubuh untuk menginaktifkan atau menghancurkan organisme penginvasi,

menghilangkan iritan dan persiapan tahapan untuk perbaikan jaringan.Bila

penyembuhan telah sempruna, proses inflamasi biasanya mereda.

Meskipun demikian, aktivasi sistem imun kita yang tidak sesuai akan

mengakibatkan inflamasi yang mengakibatkan artritis reumatoid.

Normalnya, sistem imun kita dapat antara sel milik sendiri (sefl) dan yang

bukan (nonself). Pada RA sel darah putih mengenali sinovium (jaringan

pemberi nutrisi pada kartilago dan tulang ) sebagai nonself dan memulai

serangan inflamasi (Harvey, 2014).

OAINS adalah suatu kelompok agen yang berlainan secara

kimiawi dan memiliki perbedaan dalam aktivitas entipiretik, analgetik, dan

anti-inflamasinya.Obat ini terutama belerja melalui penghambatan enzim


siklooksigenase yang mengatalisis langkah pertama dalam biosintesis

prostanoid.Hal ini menyebabkna penurunan sistesis prostaglandin dengan

efek menguntungkan dan merugikan.Deteksi kejadian kardiovaskukar

yang serius terkait dengan pengahmbat COX-2 telah menyebabkan

penarikan rofecoxib dan valdecoksib.dari pasar (celecoxib masih tersedia

untuk digunakan pada pasien dengan RA) (Harvey, 2014).

Klasifikasi kimiawi AINS, tidak banyak manfaat kliniknya,

karena ada AINS dari subgolongan yang sama memiliki sifat yang

berbeda., sebaliknya ada obat AINS yang berbeda subgolongan tetapi

memiliki sifat yang serupa. Klasifikasi yang lebih bermanfaat untuk

diterapkan di klinik ialah berdasarkan selektifitasnya terhadap

siklooksigenase (Gunawan, 2007).

Kemajuan penelitian dalam dasawarsa terakhir ini memberi

penjelasan mengapa kelompok heterogen tersebut memiliki kesamaan

efek terapi dan efek samping. Ternyata sebagian besar efek terapi dan

efek sampingnya berdasarkan atas penghambatan biosintesis

prostaglandin (Gunawan, 2007)


NSAID

AINS COX- AINS COX-2- AINS COX-2-


nonselektif preferential selektif

*aspirin *nimesulid - Generasi 1:


*indometasin *meloksikam *selekoksib
*piroksikam *nabumeton *rofekoksib
*ibuprofen *diklofenak *valdekoksib
*naproksen *etodolak *parekoksib
*asam mefenamat *eterikoksib
- Generasi 2:
*lumirakoksib

A. Uraian Probandus Dan Hewan Coba

1. Uraian bahan

a. Aqua pro injeksi (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : AQUA PRO INJECTION

Sinonim : Aqua pro injeksi

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau kuning gading

tidak berbau atau hamper tidak berbau

hidrofilik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, disimpan dalam

wadah tertutup kapas berlemak, harus

digunakan dalam waktu 30 hari setelah

pembuatan.
Kegunaan : Sebagai pelarut

b. Asam Asetat Glasial (Ditjen POM, 1995)

Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM GLACIALE

Sinonim : Asam asetat glacial

BM : 60,05

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas

menusuk, rasa asam jika diencerkan dengan

air mendidih pada suhu lebih kuran 118º.

Bobot jenis lebih kurang 1,05.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

c. Na.CMC (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHYL CELLULOSUM

Sinonim : Natrium karboksimetil sellulosa

BM : 90.000 -700.000

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau kuning

gading, tidak berbau atau hamper tidak

berbau hidrofilik.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, tidak larut

dalam etanol 95% P dan pelarut organic lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai obat kontrol dan pensuspensi obat

Na.CMC

d. Pepton (Ditjen POM, 1995)

Nama Lain : Pepton Kering


Pemeriaan : Serbuk, kuning kemerahan hingga coklat,

bau khas tetapi tidak busuk.

Kelarutan : Larut dalam air, membentuk larutan coklat

kekuningan, bereaksi sedikit asam, tidak larut

dalam etanol dan dalam eter.

2. Uraian Obat

a. Asam Mefenamat (Pio Depkes, 2013)

Nama Generik : Asam Mefenamat

Golongan Obat : Analgesik, Antipiretik, Antiinflamasi

Nonsteroid

Indikasi : Nyeri dan inflamasi pada arthritis dan

osteoarthritis, nyeri pasca operasi; nyeri

ringan sampai sedang, dismenorea dan

menorrhagia

Kontraindikasi : Hipersensitiv asam mefenamat, atau

komponen formulasi, nyeri perioperatif

dalam pengaturan graft bypass arteri

koroner (CABG), ulserasi aktif atau

peradangan kronis pada saluran

pencernaan; penyakit ginjal

Efek samping : Sakit kepala, gugup, pusing

Farmakologi : - Onset : Puncak efek: 2-4 jam

- Durasi : 6 jam

- Ikatan protein : Tinggi


- Metabolisme: di hati

- Waktu paruh : 3,5 jam

- Ekskresi: Urin (50%) dan kotoran

sebagai obat tidak berubah dan

metabolit

Interaksi obat : Obat yg terikat pada protein plasma :

Menggeser ikatan dengan protein plasma,

sehingga dapat meningkatkan efek samping

(contoh : hidantoin, sulfonylurea). Obat

antikoagulan & antitrombosis : Sedikit

memperpanjang waktu prothrombin &

Waktu thromboplastin parsial. Jika Pasien

menggunakan antikoagulan (warfarin) atau

zat thrombolitik (streptokinase), waktu

prothrombin harus dimonitor.

Lithium : Meningkatkan toksisitas Lithium

dengan menurunkan eliminasi lithium di

ginjal. Obat lain yang juga memiliki efek

samping pada lambung : Kemungkinan

dapat meningkatkan efek samping terhadap

lambung.

Dosis obat : Anak di atas 12 tahun dan Dewasa, 500 mg

3 kali sehari

b. Ibuprofen (Pio Depkes, 2013)


Nama Generik : Ibuprofen

Golongan Obat : Analgesik, Antipiretik, Antiinflamasi

Nonsteroid

Indikasi : Nyeri dan peradangan pada penyakit

rematik(termasuk juvenile idiopathic

arthritis) dan lainnya gangguan

muskuloskeletal, ringan sampai nyeri

sedangtermasuk dismenorea, analgesia

pasca operasi;migrain, sakit gigi, demam

dengan ketidaknyamanan dan rasa

sakitpada anak-anak, pasca-imunisasi

demam

Kontraindikasi : Hipersensitif ibuprofen atau komponen

formulasi, nyeri preoperatif dalam

pengaturan graft bypass arteri koroner

(CABG)

Ibuprofen lisin kontraindikasi pada bayi

prematur dengan infeksi terbukti atau

diduga tidak diobati, penyakit jantung

bawaan di mana patensi PDA diperlukan

untuk paru atau sistemik aliran darah,

perdarahan (terutama dengan perdarahan

intrakranial aktif atau berdarah GI),

trombositopenia, cacat koagulasi; terbukti


atau dicurigai necrotizing enterocolitis

(NEC), disfungsi ginjal yang signifikan

Efek samping : Gangguan gastro-intestinal termasuk

ketidak nyamanan, mual, diare, dan

kadang-kadang berdarah dan ulserasi .

Sistemik serta lokal efek NSAID

berkontribusi terhadap kerusakan gastro-

intestinal; mengambil formulasi oral dengan

susu atau makanan, atau menggunakan

entericcoated formulasi, atau mengubah

rute pemberian mungkin hanya sebagian

mengurangi gejala sepertidispepsia.

Farmakologi : - Onset : Analgesik: 30-60 menit; Anti

- Inflamasi: 7 hariPuncak efek: 1-2

minggu

- Durasi: 4-6 jam

- Absorbsi: Oral: Cepat (85%)

- Distribusi: Bayi prematur dengan

penutupan duktus (sangat bervariasi

antara studi):

Hari 3: 145-349 mL / kgHari 5: 72-222

mL / kgProtein mengikat: 90% sampai

99%
- Metabolisme: hepatik melalui oksidasi

Paruh

- Ekskresi: Urin (80% sebagai metabolit,

1% sebagai obat tidak berubah),

beberapa feses

Interaksi obat : - Antagonis reseptor angiotensin II :

melemahkan efek antihipertensi dari

losartan, valsartan, atau lainnya kecuali

telmisartan; meningkatkan risiko

gangguan ginjal dan hiperkalemia.

- Antasida : dapat mempengaruhi tingkat

penyerapan.

- Antikoagulan & antitrombotik :

Meningkatkan efek samping perdarahan

saluran cerna.

- Aspirin : Meningkatkan efek samping &

menurunkan efek kardioprotektif dari

aspirin.

- Litium : Meningkatkan konsentrasi litium

dalam plasma & serum dan dapat

menurunkan klirens

Dosis obat : Dewasa dan Anak lebih dari 12 tahun,

Penyakit
- inflamasi : 400-800 mg 3-4 kali sehari

(dosis maksimum 3,2 g/hari)

Analgesia/demam/dismenore : 200-400

mg setiap 4-6 jam (dosis maksimum 1,2

g)

- Migrain : 400 mg/24 jam

Nyeri dan demam pada anak-anak,

- Anak 1-3 bulan : 5 mg/kg 3-4 kali sehari,

- Anak 3-6 bulan (berat badan lebih 5 kg),

50 mg 3 kali sehari (maks. 30 mg / kg

sehari dalam 3-4 dosis terbagi),

- Anak 6 bulan-1 tahun, 50 mg 3-4 kali

sehari (maks. 30 mg / kg sehari dibagi

dalam 3-4 dosis);

- Anak 1-4 tahun, 100 mg 3 kali sehari

(maks.30 mg / kg sehari dalam dosis

terbagi 3-4),

- Anak 4-7 tahun, 150 mg 3 kali sehari

(maks. 30 mg / kg sehari dalam 3-4dosis

terbagi);

- Anak 7-10 tahun, 200 mg 3 kali sehari

(sampai 30 mg / kg sehari (maks. 2,4 g)

dalam 3-4 dibagi dosis);


- Anak 10-12 tahun, 300 mg 3 kali sehari

(sampai 30 mg / kg sehari (maks. 2,4 g)

dalam dosis terbagi 3-4

Penyakit rematik pada anak-anak (termasuk

remaja idiopathic arthritis),

- Anak 3 bulan-18 tahun (berat

badanlebih dari 5 kg), 30-40 mg / kg

(maks. 2,4 g) setiap hari dosis terbagi 3-

4, dalam sistemik juvenil idiopatik

arthritis hingga 60 mg / kg (maks. 2,4 g)

setiap hari dalam 4-6 dosis terbagi

c. Natrium Diklofenak (Pio Depkes, 2013)

Nama Generik : Natrium Diklifenak

Golongan Obat : Analgesik, Antipiretik, Antiinflamasi

Nonsteroid

Indikasi : Rasa sakit dan peradangan pada penyakit

rematik(termasuk juvenile idiopathic

arthritis) dan lainnya gangguan

muskuloskeletal, gout akut, pasca operasi

sakit

Kontraindikasi : Pasien dengan hipersensitivitas, asma,

urtikaria, rinitis parah, angioudema, tukak

lambung aktif
Efek samping : - Pencernaan : gangguan pada saluran

cerna bagian atas (20% pasien) tukak

lambung, perdarahan saluran cerna.

- Saraf : sakit kepala (3-9% pasien),

depresi, insomnia, cemas.

- Ginjal : (kurang dari 1% pasien)

terganggu fungsi ginjal

(azotemia,proteinuria,nefrotik sindrom

dll),

- Kardiovaskular : retensi cairan,

hipertensi, (3-9% pasien),

- Pernapasan : asma (kurang dari 1%

pasien),

- Darah : lekopenia, trombositopenia,

hemolitik anemia (kurang dari 1%

pasien),

- Hati : hepatitis, sakit kuning (jarang),

peningkatan SGOT terjadi pada 2 %

pasien,

- Lain-lain : ruam, pruritus, tinnitus, reaksi

sensitivitas (1-3% pasien).

Farmakologi : - Absorbsi : Topical gel: 6%- 10%

- Ikatan protein : 99% to albumin

- Metabolisme: Hati menjadi metabolit


- Waktu Paruh : 2 jam; Patch: 12 jam

- Ekskresi : Urine (65%); feces (35%)

Interaksi obat : - Antikoagulan : Dapat memperparah

perdarahan saluran cerna.

- Metotreksat : Meningkatkan konsentrasi

metotreksat.

- Glikosida jantung : Meningkatkan

toksisitas glikosida jantung.

- Diuretik : Secara bersamaan dengan

HCT, meningkatkan kadar kalium dalam

serum; dengan triamterene

meningkatkan resiko kerusakan ginjal.

- NSAID : Penggunaan bersama aspirin

dapat meningkatkan eksresi diklofenak

melalui empedu.

- Siklosporin : Meningkatkan efek

nefrotoksik siklosporin.

- Litium : Meningkatkan konsentrasi

plasma litium dan menurunkan klirens

litium.

- Antidiabet : Kasus hipoglikemik &

hiperglikemi telah dilaporkan (jarang).


- Kuinolon : Dapat meningkatkan resiko

stimulasi sistem saraf pusat (misalnya

kejang).

- Antasid : Dapat menunda absorpsi

diklofenak.

- Kortikosteroid : Meningkatkan resiko

ulser saluran cerna

Dosis obat : - Oral, 75-150 mg sehari dalam 2-3 dosis

terbagi (maksimum dosis : 150 mg per

hari)

- Dengan rektum dalam supositoria, 75-

150 mg sehari dalam dosis terbagi

- Juvenile idiopathic arthritis, anak 6

bulan-18 tahun, melalui mulut 1,5-2,5

mg / kg (maks.75 mg) dua kali sehari,

total dosis harian mungkin alternatif

diberikan dalam 3 dosis terbagi

- Nyeri pasca operasi, anak 6-12 tahun,

per rectal, 1 - 2 mg / kg (maks. 150 mg)

sehari dalam dosis terbagi (12,5 mg dan

25 mg supositoria saja) untuk maks. 4

hari Untuk tetes mata, 1 - 2 tetes, 4 kali

sehari.

3. Uraian Hewan
a. Mencit (Malole, 1989)

1. Klasifikasi Hewan Coba Mencit ( Mus Musculus )

Kingdom : Animalia

Phylum : Cordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

2. Karakteristik

Berat badan dewasa : 20 – 40g jantan ; 18 – 35g betina

Mulai dikawinkan : 8 minggu (jantan dan betina)

Lama kehamilan : 19 – 21 hari

Jumlah pernapasan: 140 – 180/menit, turun menjadi 80

dengan anestesi, naik sampai 230

dalam stress.

Tidal volume : 0,09 - 0,23

Detak jantung : 600-650/menit, turun menjadi 350

dengan anestesi, naik sampai 750

dalam stress.

Volume darah : 76-80 ml/kg


Tekanan darah : 130-160 siistol; 102-110 diastol, turun

menjadi 110 sistol, 80 diastol dengan

anestesi.

Kolesterol : 26,0-82,4 mg/100 ml

b. Tikus (Rattus norvegicus)

1. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Ordo : Seluroanathi

Family : Muridae

Genus : Rattus

Species : Rattus norvegicus

2. Karakteristik Tikus Putih ( Rattus norvegicus ) (Malole, 1989)

Berat badan dewasa

Jantan : 450 – 520 gram

Betina : 250 – 300 gram

Berat lahir : 5 – 6 gram

Luas perm. tubuh : 50 gram : 130 cm2

30 gram : 250 cm2

Temperatur tubuh : 35,9 – 37, 5 0C

Harapan hidup : 2,5 – 3,5 tahun

Konsumsi makanan : 10 gram/100 gram/hari


Konsumsi air minum: 10 – 12 ml/100 gram/hari

Saat dikawinkan

Jantan : 65 – 110 hari

Betina : 65 – 110 hari

Lama kebuntingan : 21 – 23 hari

Jumlah anak : 6 – 12 ekor

Umur sapih : 20 hari

Komposisi air susu : Lemak 13,0 %

Pidern 9,7 %

Laktosa 3,2 %

Jumlah pernapasan : 0,68 – 1,10 ml/gram/hari

Penggunaan oksigen: 250 – 450 menit

Detak jantung : 54 – 70 ml/kg

Volume darah : 84 – 134/60 mmHg

Tekanan darah : 7 – 10 x 106/mm

Butir darah merah : 36 – 48 %

Hemotokrit : 11 – 18 mg/dl

Hemoglobin : 6 – 17 x103/mmHg

3. Morfologi Tikus Putih ( Rattus novergicus ) (Malole,1989)

Tikus atau rat ( Rattus novergicus ) telah diketahui

sifat – sifatnya dengan sempurna, mudah dipelihara,

merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk

berbagai macam penelitian. Terdapat beberapa galur atau

varietas tikus yan memiiki kekhususan tertentu antara lain


galut spraguk-dowly. Berwarna albino putih, berkepala kecil

dan ekornya lebih panjang daripada badannya; galur wister

ditandai dengan kepala besar dan ekor yang lebih pendek,

dan galur long-evans yang lebih kecil daripada tikus putih

dan memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh bagian

depan.
BAB III

METODE KERJA

A. Alat yang Digunakan

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah benang

godam, gelas kimia, kanula, penggaris , spoit injeksi, stopwatch, dan

termometer rektal.

B. Bahan yang Digunakan

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah

Asam asetat glasial 1%, Asam Mefenamat, Ibuprofen, Karagen 1%,

Na-CMC, Pepton 1% , dan natrium diklofenak

C. Hewan yang Digunakan

Adapun hewan yang digunakan dalam percobaan ini adalah

mencit (Mus musculus) dan tikus (Rattus norvegicus).

D. Prosedur Kerja

1. Analgetik

Disiapkan hewan coba (mencit) kemudian di timbang setelah di

timbang . Kemudian hewan coba diinduksi dengan obat asam

mefenamat 0,6 mL kemudian setalah 30 menit di suntik dengan

menggunakan asam glasial kemudian amati frekunsi geraknya

2. Antipiretik

Disiapkan hewan coba tikus kemudian timbang hewan coba

setelah itu diukur suhu rektalnya, kemudian diinduksi dengan


pepton 1 %. Dan diukur kembali suhu rektalnya setelah 15 menit

pemberian. Kemudian hewan coba diberi obat ibuprofen. setelah itu

diukur lagi suhu rectal pada menit ke 15 , 30 dan 60.

3. Antiinflamasi
Disiapkan hewan coba (mencit) kemudian di timbang setelah itu

Hewan coba diukur volume kaki awal . Kemudian kedua hewan

coba diinduksi dengan karagen 1 % sebanyak 0,1 ml. diukur lagi

voleme kakinya setalah itu, diinduksi dengan obat natrium

diklofenak dan diukur volume kaki setelah 15, 30 , 60 menit

E. Perlakuan Hewan

a. Analgetik

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Hewan uji (mencit) diberikan Asam Mefenamat, setelah 30

menit disuntikkan asam asetat glasial 1% sebanyak 0,2 ml.

3. Hitung frekuensi geliatnya pada menit ke 15, 30 dan 60.

b. Antipiretik

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Diukur suhu tubuh awal hewan coba (tikus)

3. Diinduksi dengan pepton 1% sebanyak 0,1 ml

4. Diukur suhu tubuh demam

5. Diberi obat Ibuprofen.

6. Diukur suhu rektal setiap menit 15, 30 dan 60.

c. Antiinflamasi

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Diukur lingkar kaki kiri hewan coba (mencit)

3. Diinduksi dengan karagen 1%.

4. Diukur lingkar kaki kiri hewan coba

5. Diberi obat Natrium diklofenok

6. Diukur lingkar kaki pada menit ke 15, 30 dan 60.

F. Pembuatan Bahan

1. Pembuatan Na-CMC 1% b/v

1. Ditimbang Na-CMC sebanyak 500 mg

2. Dilarutkan dalam 250mL air dengan wadah gelas kimia 250 mL

3. Dipanaskan pada penagas air hingga mendidih dan NaCMC

larut

2. Pembuatan Obat

a. Asam mefenamat

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Ditimbang asam mefenamat

3. Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml

4. Dilarutkan dengan Na-CMC 1%

5. Dihomogenkan lalu diberi etiket

b. Ibuprofen

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Ditimbang ibuprofen

3. Dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml

4. Dilarutkan dengan Na-CMC 1%

5. Dihomogenkan lalu diberi etiket.


c. Natrium diklofenak

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Ditimbang natrium diklofenak

3. Dimasukan kedalam labu ukur 10 mL

4. Dilarutkan dengan 10 mL Na –CMC 1%

5. Dihomogenkan lalu diberi etiket

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Tabel pengamatan

1. Analgetik

Jumlah geliat pada menit


ke %
Obat BB VP
Penurunan
15 30 60
As.
0,66
Mefenam 20 mg 12 kali 11 kali 5 kali 58,333%
mL
at

2. Antipiretik
Suhu Suhu %
Dosis Suhu
Obat BB Dema perlakuan penuruna
Obat Awal
m 15 30 60 n

Ibuprofe 185 4,265 32.40 34.4


34.40C 0C - - 0%
n g ml C

3. Antiinflamasi
V. V. setelah %
V. kaki
Obat BB kaki perlakuan penurun
bengkak
awal 15 30 60 an
Natrium 2,5 3,3 2,7 1.5
24 mg 3,5 cm 24,242 %
diklofena cm Cm cm cm
k

B. Pembahasan

Sistem saraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk

menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan

koordinasi kegiatan tubuh.

Fungsi utama SSP adalah mengkoordinasi dan mengontrol

sistem yang ada dalam tubuh. Neurotransmitter (NT) dan hormon

adalah dua alat utama yang sangat penting bagi SSP untuk

mengkoordinasi dan mengontrol fungsi-fungsi organ agar dapat

berfungsi sesuai kebutuhan.

Percobaan ini dilakukan untuk menentukan efektivitas dari obat

analgetik (asam mefenamat) berdasarkan jumlah geliat pada hewan

coba mencit yang diinduksi dengan asam asetat glasial 1%,

menentukan efektivitas dari obat antipiretik (ibuprofen) berdasarkan

parameter pengukuran suhu rektal pada hewan coba yang diinduksi

dengan pepton 1%, dan menentukan efektivitas obat antiinflamasi

(natrium diklofenak) berdasarkan pengukuran volume kaki pada hewan

coba yang diinduksi dengan karagen 1%.

Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau

menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa

menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa

nyaman pada orang yang menderita. Dimana pada percobaan ini obat
yang digunakan yaitu asam mefenamat. Asam mefenamat termasuk

termasuk obat golongan analgesik non-narkotik dan tidak bekerja

sentral, cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa

sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan

hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Dan juga tidak

mengakibatkan efek ketagihan pada penggunanya.

Antipiretik adalah obat-obat atau zat-zat yang dapat menurunkan

suhu badan pada keadaan demam. Pada praktikum kali ini obat yang

digunakan yaitu ibuprofen. Ibuprofen merupakan derivat asam

propionate. Mekanisme kerja obat antipiretik bekerja dengan cara

menghambat produksi prostaglandin di hipotalamus anterior.

Antiinflamasi adalah obat-obat untuk menginaktivasi atau

merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan

mengatur derajat perbaikan. Dimana pada praktikum ini obat yang

digunakan yaitu natrium diklofenat. Obat ini mempunyai mekanisme

kerja melalui penghambatan biosintesis prostaglandin, efek

sampingnya berhubungan dengan mekanisme kerja sediaan ini pada

enzim cyclooxygenase-1 (COX-1) dan cyclooxygenase-2 (COX-2)

yang dibutuhkan dalam biosintesis prostaglandin.

Percobaan analgetik digunakan mencit yang diberikan obat

asam mefenamat. Kemudian setelah 30 menit diberikan asam asetat

glasial 1% sebanyak 0,2 mL. Hasilnya yaitu geliat dari mencit

berkurang dimana pada menit ke 15 jumlah geliatnya 12, menit ke 30

jumlahnya 11 dan menit ke 60 jumlahnya 5. Asam asetat glasial


merupakan asam lemah yang tidak berkonjugasi dalam tubuh,

pemberian asam asetat glasial terhadap hewan percobaan akan

merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat

adanya kerusakan jaringan atau inflamasi. Sehingga diberi asam

mefenamat untuk meredakan rasa nyeri yang dirasakan hewan coba

(mencit) yang ditandai dengan berkurangnya geliat sehingga rasa sakit

pada mencitput berkurang.

Percobaan antipiretik digunakan tikus sebagai hewan coba yang

diberikan obat ibuprofen. Namun sebelum diberikan, di ukur terlebih

dahulu suhu tubuh awal yaitu 32,4ºC kemudian diinduksi dengan

pepton 1% sebanyak0,1 mL. Suhunya naik menjadi 34,4ºC. Digunakan

pepton karena bahan tersebut dapat meningkatkan suhu tubuh atau

dengan kata lain pepton salah satu penginduksi demam. Dan diberikan

obat ibuprofen sebagai obat menurunkan demam. Setelah itu diukur

suhu tubuh tikus pada menit ke 15 masih tetap 34,4ºC (belum

mengalami penurunan suhu badan), menit 30 dan 60 suhu tubuh tikus

tidak diukur.

Mekanisme pepton adalah suatu protein dimana biasanya

disebut pirogen yaitu suatu zat yang menyebabkan demam,pirogen

terbagi atas 2 yaitu pirogen eksogen dan pirogen endogen.pirogen

eksogen berasal dari luar tubuh seperti toksin, produk-produk bakteri

dan bakteri itu sendiri mempunyai kemampuan untuk merangsang

pelepasan pirogen endogen yang disebut dengan sitokin. Sebagian

besar sitokin ini dihasilkan oleh mokrofag yang merupakan akibat


reaksi terhadap pirogen eksogen. Dimana sitokin-sitokin ini

merangsang hipotalamus untuk meningkatkan prostaglandin, yang

kemudian dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Pirogen ini

dapat secara langsung mengubah set-point di hipotalamus yang

menghasilkan pembentukan panas.

Percobaan antiinflamasi digunakan hewan coba mencit yang

terlebih dahulu diukur volume kaki yaitu 2,5 cm, kemudian diinduksi

dengan karagen 1%, alasan digunakan karagen 1% adalah sebagai

salah satu pemicu terjadinya inflamasi. Selanjutnya ditunggu hingga

kaki bengkak. Kemudian diukur kaki mencit yang bengkak yaitu 3,5

cm. Lalu diberikan natrium diklofenat pada mencit. Kemudian diukur

lagi kaki mencit pada menit ke 15 yaitu 3,3 cm , mnit ke 30 yaitu 2,7

cm, dan menit ke 60 yaitu 1,5 cm. Dari data yang diperoleh dapat

dilihat bahwa obat natrium diklofenat dapat menurunkan bengkak pada

mencit.

Mekanisme kerja karagen yaitu merangsang terjadinya udem

dengan cara melepaskan mediator-mediator inflamasi yaitu histamine,

serotonin, dan kini yang akan dilepaskan pada jam pertama,

sedangkan mediator inflamasi yang akan dilepaskan pada jam kedua

sampai ketiga yaitu prostaglandin dan lisosom.

Adapun faktor kesalahan yaitu pembuatan bahan seperti asam

asetat glacial, pepton dan karagen yang terlambat sehingga mengulur

waktu praktikum yang cukup lama. Dan juga akibatnya pengukuran


suhu rektal pada tikus tidak selesai pada menit ke 30 dan 60

dikarenakan waktu yang tidak cukup.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu :

a. Analgesik yaitu asam mefenamat menurunkan rasa nyeri pada

mencit yang ditandai dengan berkurangnya jumlah geliat pada

mencit.

b. Antipiretik yaitu ibuprofen pada menit ke 15 belum menurunkan

suhu pada tikus dan menit ke 30 dan 60 suhunya tidak diukur.

c. Antiinflamasi yaitu natrium diklofenat menurunkan

inflamasi/pembengkakan pada kaki mencit yang ditandai dengan

volume kaki mencit yang berkurang atau kembali mengcil.

B. Saran

Sebaiknya praktikan lebih hati-hati dalam pemberian obat kepada

mencit agar hewan coba tidak mati dan praktikum dapat berjalan

dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Chaidir, jusup, dkk. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi.EGC : Jakarta.

Ditjen POM. 1979.Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen

Kesehatan RI: Jakarta.

Harvey, Richard A. 2014. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya

medika : Jakarta.

MIMS Indonesia Petunujuk Konsultasi : PT Bhuana Ilmu Populer

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.Penerbit

Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Stringer, Janet L. 2009.Konsep Dasar Farmakologi. Penerbit Buku

Kedokteran EGC : Jakarta.

Syarif, Amir. 2008. . Farmakologi dan Terapi Edisi V. Bagian

Farmakologi dan terapi kedokteran I : Jakarta.

Tjay, Tan Hoan. 2010. Obat-Obat Penting. Penerbit PT Elex Media

Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia : Jakarta


LAMPIRAN

A.Perhitungan dosis :

1. Asam Mefenamat

Dosis untuk 10 ekor Mencit

Dosis Obat : 500mg/tab

Berat Rata2 : 640,26 mg

Perhitungan :

500 mg
a. Dosis umum manusia = = 8,333 mg/kg BB
60 kg/BB

KM A
b. Dosis Umum Mencit = Dosis Umum manusia x
KM B

37
= 8,333 mg/kgBB x
3

= 102,773 mg/kgBB

102,773 mg
c. Dosis max mencit = x 30 gr = 3,083 mg
1000 gr

VYD
d. Larutan stok = x dosis max
Vp max mencit

10 mL
= x 3,083 mg
1 mL
= 30,83 mg/10mL

Larutan Stok
e. BYD = x berat rata-rata
Berat Etiket

30,83 mg
= x 640,26 mg
500 mg

= 39,478 mg

2. Natrium Diklofenat

Dosis untuk 10 ekor Mencit

Dosis Obat : 25 mg/tab

Berat Rata2 : 142,28 mg

Perhitungan :

25 mg
a. Dosis umum manusia = = 0,416 mg/kg BB
60 kg/BB

KM A
b. Dosis Umum Mencit = Dosis Umum manusia x
KM B

37
= 0,416 mg/kgBB x
3

= 5,130 mg/kgBB

5,130 mg
c. Dosis max mencit = x 30 gr
1000 gr

= 0,153 mg

VYD
d. Larutan stok = x dosis max
Vp max mencit

10 mL
= x 0,153 mg
1 mL

= 1,53 mg/10mL
Larutan Stok
e. BYD = x berat rata-rata
Berat Etiket

1,53 mg
= x 142,28 mg
25 mg

= 8,707 mg

3. Ibuprofen

Dosis untuk 10 ekor Tikus

Dosis Obat : 500mg/tab

Berat Rata2 : 495, 68 mg

Perhitungan :

500 mg
a. Dosis umum manusia = = 8,333 mg/kg BB
60 kg/BB

KM A
b. Dosis Umum Mencit = Dosis Umum manusia x
KM B

37
= 8,333 mg/kgBB x
6

= 51,386 mg/kgBB

51,386 mg
c. Dosis max mencit = x 200 gr
1000 gr

= 10, 277 mg

VYD
d. Larutan stok = x dosis max
Vp max mencit

50 mL
= x 10, 277 mg
5 mL

= 102,77 mg/50mL
Larutan Stok
e. BYD = x berat rata-rata
Berat Etiket

102,77 mg
= x 495,68 mg
500 mg

= 101,882 mg

B.Skema Kerja :

1. Analgetik

Disiapkan hewan coba

Ditimbang hewan coba

Diinduksi obat asam mefenamat

Setelah 30 menit disuntikkan asam asetat


glasial 1 % 0,2 mL

Hitung frekuensi geliatnya

2. Antipiretik
Disiapkan alat dan bahan

Disiapkan hewan coba tikus

diukur suhu rektal (awal)

Diinduksi dengan pepton 1% sebanyak 0,1 mL

Diukur suhu rektal setelah 15 menit penyuntikan

Dinduksi dengan ibuprofen

Diukur suhu rektal setiap menit 15 , 30 dan 60

3. Anti inflamasi

Disiapkan alat dan bahan



Disiapkan hewan coba mencit

Diinduksi dengan karagen 1%

Diukur ukur volume kaki

Diinduksi dengan natrium diklofenak

Diukur volume kaki setelah menit 15 , 30 , 60
C.GAMBAR PRAKTIKUM

Obat asam mefenamat dan


Thermometer
larutan asam asetat glasial
TIKUS

obat ibuprofen

pepton TIKUS
Obat natrium diklofenak Tikus di induksi dengan obat ibuprofen

D.ETIKET OBAT

asam mefenamat
ibuprofen

natrium diklofenak

Anda mungkin juga menyukai