Rumus Struktur :
Pemerian : Hablur ringan, tidak berwarna atau
serbuk berwarna putih, hampir tidak
berbau, agak manis dan tajam
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air dan
dalam 4 bagian etanol (95%) P,
mudah larut dalam kloroform P dan
dalam eter P, larut dalam ammonium
asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P,
kalium sitrat P dan natrium sitrat P
Kegunaan : Sebagai sampel
4. Asam Nitrat (Ditjen POM, 2014)
Nama Resmi : ACIDUM NITRICUM
Nama Lain : Asam nitrat
Rumus Struktur :
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur : hitam
kehijauan, bebas warna jingga dari
garam hidrat yang telah terpengaruh
oleh kelembapan
Kelarutan : Larut dalam air, larutan
beropalesensi berwarna jingga.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
8. Eter (Ditjen POM, 2014)
Nama Resmi : AETHER ANAESTHETICUS
Nama Lain : Eter
Rumus Molekul : C4H10O
Berat Molekul : 74,12
Pemerian : Cairan transparan, tidak berwarna,
bau khas, rasa manis dan membakar,
sangat mudah menguap, sangat
mudah terbakar, campuran uapnya
dengan oksigen, udara atau dinitrogen
oksida, pada kadar tertentu dapat
meledak.
Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air, dapat
bercampur dengan etanol (95%)P,
dengan kloroform P, dengan minyak
lemak, dan dengan minyak atsiri.
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Vt N % Kadar
0,25 mL 0,5921N 102,226065%
Absorbansi % Kadar
1,095 3,674%
= 3,674
4.2 Pembahasan
Asam salisilat merupakan bahan dasar pembuatan salep atau
bahan-bahan dasar obat lainnya yang digunakan sebagai pemakaian
topikal atau pemakaian yang digunakan diluar tubuh dan memiliki
kegunaan membunuh parasit seperti jamur dan bakteri yang
menempel ditubuh.
Asam salisilat berkhasiat keratolotis dan sering digunakan
sebagai obat ampuh terhadap kutil kulit, yang berciri penebalan
epidermis setempat dan disebabkan oleh infeksi dengan virus papova.
Asam salisilat sangat iritatif, sehingga hanya digunakan sebagai obat
luar. Derifatnya yang dapat dipakai secara sistemik adalah ester
salisilat dan asam organik dengan subtitusi pada gugus hidroksil
misalnya asetosal.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
kadar asam salisilat dalam sediaan obat dengan metode volumetri.
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah
sebelum penentukan kadar asam salilsilat secara metode volumetri
dan metode spektrofotometri. Pertama kita melakukan identifikasi
pada asam yaitu ditimbang salep asam salisilat sebanyak 2 gram,
dilarutkan kedalam larutan petrolium eter 60 mL, dipanaskan diatas
penangas air hingga larut, dituang kedalam corong pisah, diekstraksi
dengan ditambahkan NaOH 6 mL sebanyak 3 kali dan dihomogenkan,
dipisahkan lapisan bagian bawah dan bagian atas, ditambahakan
H2SO4 sebanyak sampai terjadi suasana asam, dimasukan kembali
kedalam corong pisah dan ditambahakan eter sebanyak 6 mL,
dihomogenkan dan dipisahkan lapisan bagian bawah dan bagian atas,
dimasukan kedalam gelas kimia, diuapkan dengan menggunakan hair
dryer sampai kering dan terbentuk hablur putih,diambil tabung reaksi
LENY FEBRIANI ANDI TRIHADI KUSUMA, S.Farm.,M.Si
150 2016 0143
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN SALEP ASAM
SALISILAT SECARA VOLUMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI
pertama, ditambahkan hasil ekstraksi lalu ditambahkan air 1 mL,
ditambahkan lagi 1 tetes FeCl3 akan terbentuk warna biru violet,
ditambahkan hasil ekstraksi ditambah pereaksi Folin-Ciocalteu
menghasilkan warna biru ditambahkan hasil ekstraksi ditambhakan
0,5 mL asam nitrat pekatdan diuapkan sampai kering, lalu dilarutkan 5
mL aseton dan 5 mL KOH-etanol 0,1 N terbentuk warna merah jingga.
Dari semua pereaksi, hanya pereaksi folin yang menunjukan hasil
negatif. Hal ini dapat disebabkan karena adanya faktor kesalahan.
Hasil yang diperoleh untuk penetapan kadar salep asam salisilat
secara volumetric adalah 3,674%. Kadar asam salisilat tidak sesuai
dengan syarat yang tertera dalam Farmakope Indonesia yaitu kadar
rata-rata asam salisilat tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari
101,0%.
Adapun alasan penambahan NaOH 3 N adalah agar sampel
membentuk dua fase yaitu fase minyak dan air. Pereaksi H2SO4
digunakan untuk memberikan suasana asam, Petroleum eter untuk
mencairkan sampel, dan eter untuk memisahkan NaOH dan asam
salisilat.
Pada saat penambahan FeCl3 terbentuk warna violet. Warna
violet ini dihasilkan oleh Fe3 yang berwarna violet bereaksi dengan air
dan asam salisilat. Penambahan pereaksi Folin-Ciocalteu seharusnya
menghasilkan warna biru. Selama reaksi berlangsung, gugus fenolik-
hidroksil bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu, membentuk
kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru. Namun pada
percobaan ini, perubahan warna yang terjadi adalah warna kuning.
Adapun faktor kesalahan yang dapat terjadi yaitu
ketidaktepatan pemipetan bahan-bahan pereaksi, pereaksi yang
digunakan kurang baku, penggunaan alat yang belum dikeringkan
sehingga terdapat air pada alat yang digunakan, dan kestabilan
pereaksi yang lemah sehingga tidak dapat stabil pada beberapa
kondisi seperti pH atau suhu ruangan penyimpanan
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan diperoleh hasil sediaan salep
88® yaitu :
a. Pada tabung 1 ditambahkan dengan air 1 mL dan FeCl 3
menghasilkan warna ungu violet (positif, sesuai dengan literatur).
b. Pada tabung 2 ditambahkan dengan pereaksi folin menghasilkan
warna hijau (negatif, literatur menyatakan folin menghasilkan
warna biru).
c. Dan pada tabung 3 ditambahkan 0.5 mL asam nitrat pekat dan
diuapkan sampai kering, lalu dilarutkan dalam 5 mL aseton dan 5
mL KOH-etanol terbentuk warna merah jingga (positif, sesuai
dengan literatur).
d. Dan % kadar asam salisilat yang diperoleh secara volumetrik
adalah 3,674%. Kadar asam salisilat tidak sesuai dengan syarat
yang tertera dalam Farmakope Indonesia yaitu kadar rata-rata
asam salisilat tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 101,0%.
5.2 Saran
Adapun saran saya yaitu sebaiknya sebelum menggunakan bahan
maupun alat dicek terlebih dahulu apakah masih layak pakai atau
tidak, sehingga meminimalisir factor kesalahan.
2. Gambar Praktikum
C x VE
% Kadar = x FP x 100
BS
36,744 x 0,01 L
= x 1 x 100
10 mg
36,744
=
10 mg
= 3,674