BATUK
DOSEN PEMBIMBING:
Apt. Irma Susanti., S, Farm., M. Farm.
DISUSUN OLEH:
Nama : Devi Sujanah
NIM : 1902050276
Prodi : D3 FARMASI
Kelas : 4A / A-209
Penulis
Devi Sujanah
ii
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAGIAN 1 : PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1 Pengertian Larutan................................................................................ 1
1.2 Pengertian Ibuprofen............................................................................. 3
BAGIAN 2 :FORMULA................................................................................ 5
2.1 Formula 2.............................................................................................. 5
2.2 Alat dan Bahan...................................................................................... 5
BAGIAN 3 :TINJAUAN BAHAN................................................................. 7
3.1 Tinjauan Bahan Aktif............................................................................ 7
3.2 Tinjauan Bahan Eksipien...................................................................... 9
BAGIAN 4 : PENGUJIAN............................................................................. 18
4.1 Karakteristik Fisika............................................................................... 18
4.2 Karakteristik Kimia............................................................................... 20
4.3 Karakteristik Mikrobiologi................................................................... 20
KESIMPULAN............................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 23
iii
BAGIAN 1
PENDAHULUAN
1
2
kita memiliki banyak pilihan untuk mengatasi batuk. Namun harus dipastikan
bahwa obat batuk bebas yang digunakan adalah aman dan baik untuk anak-
anak. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Apabila penerimaan perilaku didasari oleh pengetahuan,
maka perilaku dapat bersifat langgeng (Notoatmodjo, 2007).
Penelitian berskala besar juga menemukan bahwa prevalensi batuk pada
negara USA sebanyak (18%) dari 1109 orang batuk kronis yang disebabkan
kebiasaan merokok. Survei berskala besar juga dilaporkan di negara Sweden
sebanyak (11%) batuk tidak produktif; (8%) batuk produktif; (38%) batuk yang
terjadi malam hari, dari ketiga hal tersebut diperoleh sebanyak 623 orang (usia
31 tahun) yang disebabkan asma, rhinitis alergi, relux lambung, dan merokok
(Chung and Pavord, 2008).
Data survey European Respiratory Society terhadap 18.277 subyek dengan
usia 20-48 tahun, dimana dilaporkan batuk nokturnal sebanyak 30%, batuk
produktif 10% dan batuk non produktif 10%. Beberapa penelitian telah
dilakukan tentang hubungan antara batuk kronis dengan polusi udara. Batuk
kronis menjadi perhatian utama di negara berkembang, sebagai tanda gangguan
saluran pernafasaan, seperti tuberkolosis paru (TB). Gejala batuk terus menerus
yang berlangsung selama 2-3 minggu dapat diduga sebagai indikasi penyakit
TB di beberapa negara Asia Tenggara (Song et al., 2015).
7
4
(Waisya, R. 2008)
Disamping infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) seperti influenza,
penyebab batuk yang paling sering adalah:
1. Alergi dan asthma
2. Infeksi paru-paru seperti pneumonia atau bronkitis akut.
3. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau bronkitis kronik,
emphysema
4. Sinusitis yang menyebabkan postnasal drip.
5. Penyakit paru seperti bronkiektasis, tumor paru.
6. Gastroesophageal reflux disease (GERD) ini artinya cairan lambung
balik ke tenggorokan, orangnya suka bertahak asam atau pahit.
7. Merokok
8. Terpapar asap rokok (perokok pasif), polutan udara
9. Obat darah tinggi golongan ACE Inhibito
(Nadesui, H. 2008)
secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam
jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya
iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma,
sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan
peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan
jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat
fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil
rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme
pembersihan yang potensial.
c. Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot
adduktor kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik.
Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi sampai 300 cm H2O
agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi
selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa
penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan
tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
d. Fase ekspirasi/ ekspulsi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif
otot ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah
besar dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran
benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot
pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang
penting dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase
batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat
getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.
(Guyton. 2008)
2.7 Penggolongan Obat Batuk
1. Antitusif
Antitusif bekerja untuk menekan batuk. Contohnya adalah
dekstrometorfan, naskapin, etilmorfin, dan kodein. Obat-obat ini
14
2. Ekspektoran
a. Glyceryl Guaiacolate
Indikasi Ekspektoransia
Peringatan
Kontraindikasi
Efek Samping
Dosis
b. Ammonium Klorida
Indikasi
Peringatan
Kontraindikasi
Efek Samping
Dosis
3. Mukolitik
a. Ambroxol
Indikasi
Peringatan
Kontraindikasi
Efek Samping
Dosis
b. Bromheksin
19
Indikasi
Peringatan
Kontraindikasi
Efek Samping
Dosis
4. Demulsen
a. Laserin
Indikasi
Peringatan
Kontraindikasi
Efek Samping
Dosis
b. OB Herbal
Indikasi
Peringatan
Kontraindikasi
Efek Samping
Dosis
22
22
DAFTAR PUSTAKA
Burns, J. M. dan Boyer, E. W. 2013. Antitussives and Substance Abuse.
Substance Abuse and Rehabilitation. 4: 75-82
Gershman, J. A. dan Fass, A. D. 2013. Dextromethorphan Abuse: A Literature
Review. Journal of Pharmacy Technology. 29: 66-71.
Jayachandra, S. et al. 2018. Preparation of Morphine Derivatives Using Ionic
Liquids. Archives of Organic and Inorganic. 3(2): 318-323.
Navarro, A., Perry, C. dan Bobo, W. V., 2006. A Case of Serotonin Syndrome
Precipitated by Abuse of the Anticough Remedy Dextromethorphan in a
Bipolar Patient Treated with Fluoxetine and Lithium. Gen Hosp Psychiatry.
28(1): 78–80
Schwartz, R. H. 2005. Adolescent Abuse of Dextromethorphan. Clinical Pediatric
(Phila). 44(7): 565 -568.
Song, W.J., Faruqi, S., Klaewsongkram, J., Lee, S.E., Chang, Y.S. 2015. Chronic
Cough: an Asian Perspective. Part 1: Epidemiology. Asia Pacific allergy.
Vol.5. pp.136-144.
Stahl, S. M. 2013. Mechanism of Action of Dextromethorphan/Quinidine:
Comparison with Ketamine. CNS Spectrums. 18(5): 225 -227.
Tamaweol, D., Ali, R.H., Simanjuntak, M.L. 2016. Gambaran Foto Toraks Pada
Penderita Batuk Kronis di Bagian/SMF Radiologi FK Unsrat/RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (eCl).Vol. 4, No.1
Uthari, L.P. 2015. Hubungan Metode Persalinan Dengan Angka Kejadian Alergi
Pada Bayi. Disertasi (Tidak diterbitkan). Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran Universitas Diponegoro.
Ziesenitz, V. C. dan Van Den Anker, J. N. 2018. Psychiatric Disorder or Adverse
Drug Reaction? – How CYP2D6 Metabolizing Activity Can Result in
Dextromethorphan Intoxication. Klin Padiatr .
23