Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

(KIMIA ANALISIS KUANTITATIF)


PERCOBAAN I
(ACIDI ALKALIMETRI)

Dosen Pengampu :
apt. Elasari Dwi Pratiwi, M.Farm

Nama Kelompok 6 :
1. Dimas Prayogo pangestu (1902060032)
2. Erlita Layyina Sulistyowati (1902060023)
3. Evi Anastasya (1902060030)
4. Indi Ulul Fadhilah (1902060007)
5. Yuni Dwi Pujiningsih (1902060015)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2020
I.1 Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu menentukan kadar atau suatu senyawa asam atau
basa yang terdapat dalam suatu sampel.
I.2 Dasar Teori
Titrasi asam basa merupakan salah satu metode analisis kuantitatif
untuk menentukan konsentrasi daru suatu zat yang ada dalam larutan.
Keberhasilan dalam titrasi asam basa sangan ditentukan oleh kinerja
indicator yang mampu menunjukan titik akhir dari titrasi. Indicator
meruapakan suatu zat yang ditambahkan kedalam larutan sampel sebagai
penanda yang menunjukan telah terjadinya titik akhir titrasi pada analisis
volumetric. Suatu zat dapat dikatakan sebagai indicator titrasi asam basa jika
dapat memberikan perubahan warna sampel seiring dengan terjadinya
perubahan konsentrasi ion hydrogen atau perubahan PH (Day and
Underwood,1986).
Titrasi netralisis digunakan untuk menentukan kadar nanalit yang
bersifat asam atau basa zat yang dapat diubah menjadi asam atau basa.
Asidimetri adalah penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan
larutan baku asam dan alkalimetri adalah penentuan konsentrasi larutan
asam dengan menggunakan larutan baku basa (Muchtaridi,2006).
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam
satuan (N) atau Normalitas atau Molalitas (M). senyawa yang digunakan
untuk membuat karutan baku dinamakan senyawa baku (Rohman,2007).
Asidimetri adalah penetuan konsentrasi larutan basa dengan
menggunakan larutan basa dengan menggunakan larutan asam sebagai
standarnya. Sebaliknya alkalimetri adalah penentuan konsentrasi suatu
larutan asam dengan menggunakan larutan basa sebagai standarnya
(Suyatno,2007).
Larutan asam primer adalah larutan yang mengandung senyawa kimia
stabil yang tersedia dalam kemurnian tinggi dan dapat digunakan untuk
menstandarisasi larutan standar yang digunakan dalam titrasi (Waston,
2005).
Contoh : Kalium hydrogen Flavat,KBrO3,K2KrO7,AS2O3,Nacl,asam
oksalat, asam benzoate. Larutan sekunder adalah larutan yang telah melalui
proses standarisasi dan memiliki konsentrasi tertutup(Waston,2005). Contoh
: NaOH, KCL, AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2.
I.3 Uraian Bahan
1. Aquadest ( FI III,96 )
Nama resmi : AQUADESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbau
Kelarutan : Larut dalam etanol dan gliserol
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2. Asam oksalat (FI III,651)
Nama lain : ASAM OKSALAT
Rumus Molekul : (CO2H)2.2H2O
Pemerian : Hablur ,tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
3. Phenolphtaleein (FI Edisi III Hal 675)
Nama Resmi : PENOLPHTALEEIN
Nama Lain : Fenolftalein
Rumus Molekul : C20H14O4
Berat Molekul : 318,32
Pemerian : Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, agak
sukar larut dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Larutan indikator
4. Natrium Hidroksida (FI Edisi III Hal 412)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping,
kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan
hablur; putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis
dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5. Asam Clorida (FI Edisi III)
Nama resmi : ACIDUM HIDROCHIORIDUM
Nama lain : Asam Clorida, Asam Garam
Rumus kimia : HCl
Berat molekul : 36,5
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap dan bau
merangsang jika diencerkan dua bagian air asap
dan bau hilang
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
6. Etanol (FI Edisi IV Hal.400)
Nama kimia : ETIL ALKOHOL
Rumus kimia : C2H6O
Berat molekul : 46,07
Kemurnian : Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3 % b/b
dan tidak lebih dari 93,8 % b/b, setara dengan tidak
kurang dari 94,9 % v/v dan tidak lebih dari 96,0 %
v/v C2H5OH, pada suhu 15,56°
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna.
Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada
lidah.Mudah menguap walaupun pada suhu rendah
dan mendidih pada suhu 78°.Mudah terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.
I.4 Alat dan Bahan yang Digunakan
1. Alat yang Digunakan
Neraca alitik, Labu ukur 100 ml, Labu ukur 25 ml, Buret, Pipet 10 ml,
Pipet volume, Erlenmeyer
2. Bahan yang Digunakan
Asam oksalat, Aquadest, NaOH 0,1 N, Phenolphtalein, Etanol, HCl
I.5 Metode Kerja
1. Pembuatan Larutan
a. Pembuatan larutan baku primer Asam Oksalat (H2C2O4.5H20)
Timbang dengan teliti menggunakan neraca analitik sekitar 6,3470
gram asam oksalat, kemudian masukkan kedalam labu ukur 100 ml,
larutkan dengan aquadest sampai tepat tanda batas, tutup labu ukur
dan kocok sampai homogen.
b. Pembuatan larutan baku sekunder NaOH 0,1 N
Timbang dengan teliti menggunakan neraca analitik kurang lebih 25
gram NaOH, masukan kedalam labu ukur 25 ml, larutkan dengan
aquadest sampai tanda batas, tutup labu ukur dan kocok sampai
homogeny.
c. Pembuatan indikator Phenolphtalein 1 %
Timbang dengan teliti menggunakan neraca analitik sekitar 1 g
phenolphthalein, kemudian masukkan kedalam labu ukur 100 ml,
larutkan dengan etanol 70% sampai tepat tanda batas , tutup labu
ukur dan kocok sampai homogen
2. Pembakuan
a. Pembakuan larutan NaOH dengan H2CO4.2H2O
1) Masukkan larutan NaOH ke dalam buret, sebelumya dibilas dulu
dengan larutan NaOH tersebut.
2) Pipet 10 ml larutan baku asam oksalat dengan pipet volume yang
kering dan bersih, dimasukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian
tambahkan 1-2 tetes phenolphthalein.
3) Titrasi asam oksalat dengan NaOH sampai terjadi perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi rose muda.
4) Catat volume NaOH yang digunakan.
5) Lakukan titrasi minimal duplo (dua kali).
6) Hitung normalitas rata-rata NaOH
3. Penetapan Sampel
a. Petapan Kadar HCl
1) Pipet 10 ml larutan sampel yang mengandung HCL, kemudian
masukkan kedalam Erlenmeyer
2) Tambahkan 1-2 tetes indikator phenolphthalein
3) Titrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna
menjadi rose muda
4) Catat volume NaOH yang digunakan
5) Lakukan titrasi minimal duplo
6) Hitung kadar HCl dari sampel
I.6 Data Pengamatan
1. Standarisasi laritan NaOH dngan Asam Oksalat
V. Asam Oksalat V. Indikator PP V. naOH Pengamatan

10 ml 2 tetes 20,5 ml Merah mudah


pekat

10 ml 2 tetes 17 ml Merah muda


pudar
2. Standarisasi kadar sampel yang menganding HCl
V. Asam Oksalat V. Indikator PP V NaOH Pengamatan

10 ml 2 tetes 35,5 ml Merah muda


pudar

10 ml 2 tetes 27,5 ml Merah muda


pudar

I.7 Analisis Data


1. Standar larutan NaOH 0,1 M dengan Asam Oksalat
Berat asam oksalat = 6,4370 gram
BM asam oksalat = 126 gram/mol
Valensi =2
Rata-Rata ml NaOH = (20,5 ml + 17 ml)/2
= 18,75 ml = 0,01875 L
N NaOH = Gr asam oksalat . valesnsi/BM asam oksalat .
ml NaOH = 6,437 . 2 / 126 . 0,01875 = 5,44 N
2. Menghitung kadar HCl
Dengan menganggap HCl mempunyai kemolaran 17,4 M
Persamaan reaksi HCl + NaOH → NaCl + H2O
Rata-rata Volume NaOH = (35,5 + 27,5) ml / 2 = 31,5 ml
Volume NaOH yang terpakai = 0,1 M . 31,5 ml
= 3,15 mmol
Kadar HCl pada sampel = V. NaOH/ V. HCl
= 3,15/10
= 0,315 M
Kadar HCl pada sampel = 0,315 M/17,4 . 100%
= 1,81 %
I.8 Pembahasan
Pada percobaan kali ini, praktikum bertujuan untuk dapat menentukan
kadar asam atau basa dalam suatu sampel. Pengguanaan larutan NaOH dan
HCl didasarkan pada pengertian acidimetri dan alkalimetri. Asidimetri yaitu
analisis secara volumetri dengan larutan standar asam. Sedangkan
alkalimetri yaitu analisis secara volumetri dengan lartan standar basa.
Tujuan dari standarisasi adalah menentukan konsentrasi larutan setepat
mungkin.
Pada percobaan alkalimetri digunakan larutan NaOH 0,1 N sebagai
larutan standar. Dalam pembuatan laruran NaOH 0,1 N diperlukan 25 gram
NaOH, lalu dimasukan kedalam labu ukur 25 ml, kemudian dilarutkan
dengan aquadest sampai tanda batas, tutup labu ukur dan kocok sampai
homogen. Kemudian Larutan NaOH distandarisasi menggunakan Larutan
asam oksalat dengan menambahkan 2 tetes indikator fenolftalein. Titrasi
dihentikan sampai larutan berubah warna menjadi merah muda.
Kemudian larutan NaOH standar digunakan untuk menentukan kadar
suatu sampel yang mengandung HCl. Titrasi dibantu oleh larutan indikator
yaitu indikator fenolftalein yang jangkauan pH antara 8 – 9,6. Pada saat ion
basa kuat mengubah semua ion asam asetat yang terdapat dalam
Erlenmeyer, maka indikator akan berubah warna menjadi merah muda
karena telah terjadi titik ekuivalen. Dari percobaan yang telah dilakukan
didapatkan konsentrasi larutan NaOH 5,44 N dan kadar asam asetat dalam
asam cuka sebesar 1,81%
I.10 Kesimpulan
1. Larutan standar NaOH distandarisasi menggunakan asam oksalat,
dengan volume rata-rata 18,75 ml sehingga konsentrasi yang didapatkan
yaitu 5,44 N.
2. Pembuatan larutan NaOH standar dilakukan dengan melarutkan
sejumlah NaOH dengan aquadest.
3. Penentuan kadar suatu sampel yang mengandung HCl dalam dilakukan
dengan larutan NaOH sebagai peniter dan penambahan indikator
fenolftalein, sehingga kadar yang didapatkan sebesar 1,81%.
I.11 Daftar Pustaka
1. Depkes, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
2. Depkes RI. 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
3. Muchtaridi, Sandri Justiana. 2006. KIMIA. Jakarta: Yudhistira Ghalia
Indonesia.
4. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
5. Suyatno. 2007. KIMIA. Bandung: PT. Grafindo Media Pratama.
6. Underwood,A.L and R.A Day,Jr. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif.
Jakarta: Erlangga
7. Watson, David G. 2005. Pharmaceutical Analysis, 2e.Oxford: Elsevier
Limited

Anda mungkin juga menyukai