Anda di halaman 1dari 20

Titrasi Potensiometri

Aspirin
Kelompok 3
Kirana Fayruz Swarga 260110200030
Salsabil Ghaliya 260110200032
Audry Rahma Dewayani 260110200034
Natashya Parameswari 260110200036
Alya Puteri Agustina P 260110200040
Husna Muharram Ahadi 260110200042
Tujuan
Menentukan kadar Aspirin dengan Titrasi
Potensiometri.
PRINSIP
01. 02.
Potensiometri adalah suatu teknik analisis
pengukuran konsentrasi sebagai fungsi dari Reaksi antara ion hidrogen yang berasal
potensial dalam suatu sel elektrokimia.
dari asam dengan ion hidroksida yang
Metode ini sangat berguna untuk menentukan
titik ekuivalen suatu titrasi secara instrumen berasal dari basa untuk menghasilkan air
sebagai pengganti indikator visual.
dan garam yang bersifat netral (Chang,
Ketelitiannyai lebih tinggi dibandingkan
dengan titrasi visual dan dapat diaplikasikan 2010).
pada titrasi-titrasi redoks, kompleksometri,
asam basa, dan pengendapan (Permanasari
et.al. 2020)

Titrasi Potensiometri Netralisasi


REAKSI
TEORI DASAR
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan standar ditambahkan
ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang belum diketahui
konsentrasinya. Larutan standar disebut juga sebagai titran dimana konsentrasinya
diketahui (Samiha, Y. T., 2016). Berdasarkan kemurniannya, larutan standar dibagi menjadi
dua yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer
adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat
tertentu dengan kemurnian tinggi. Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian
relatif rendah karena biasanya bersifat higroskopis. Larutan yang telah diketahui
konsentrasinya juga dapat disebut dengan larutan standar primer, sedangkan larutan yang
belum diketahui juga dapat disebut dengan larutan standar sekunder.
TEORI DASAR

Potensiometri adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari ilmu pengukuran potensial
dari suatu elektroda. Pengukuran potensial elektroda banyak digunakan untuk dalam ilmu
kefarmasian terutama untuk pengukuran pH. Metode analisis potensiometri ini didasarkan
pada pengukuran potensial sel elektrokimia (Basset, 1994). Proses titrasi potensiometri
dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang
sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik
potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di
sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara
potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik
akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan
tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).
Teori Dasar

Elektroda pembanding merupakan elektroda yang harga potensial selnya diketahui, konstan dan
sama sekali tidak peka terhadap komposisi larutan yang sedang diselidiki. Sedangkan elektroda
indikator merupakan pasangan elektroda pembanding yang potensialnya tergantung pada
konsentrasi zat yang sedang diteliti (Underwood, 1986). Keuntungan dari metode potensiometri
adalah biayanya yang relatif murah dan sederhana. Voltameter dan elektroda jauh lebih murah
daripada instrumen saintifik yang paling modern. Selain itu, kelebihan dari metode potensiometri
yaitu pada saat potensial sel dibaca tidak ada arus yang mengalir dalam larutan (arus residual
tatanan sel dan efek polarisasi dapat diabaikan). Potensiometri juga dapat digunakan untuk
menetapkan tetapan kesetimbangan.
Teori Dasar
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekurang efektifan suatu elektroda Menurut Dr. Suyanta (2013)
1. Temperatur, elektroda perak (perak klorida) umumnya lebih stabil terhadap perubahan temperatur.
2. Terkontaminasinya larutan dalam, Salah satu alasan utama berubahnya nilai potensial elektroda pembanding adalah
terjadinya gangguan spesi yang dapat berdifusi masuk ke rongga keramik dari larutan yang diukur ke larutan dalam.
3. Terkontaminasinya larutan yang diukur, Masuknya spesi dalam membran keramik elektroda pembanding tidak hanya
dengan satu cara. Larutan dalam dapat bocor keluar, khususnya karena tingkat ketinggian larutan dalam yang lebih tinggi
dari larutan luar.
4. Pembuatan yang mudah, Elektroda perak (perak klorida) mempunyai komponen yang lebih sedikit dan lebih mudah
dijelaskan. elektroda ini juga lebih tidak berbahaya dibandingkan dengan elektroda dari bahan raksa dan garamnya.
5. Harga, Secara umum elektroda perak, perak klorida lebih murah, disamping sifatnya yang lebih sederhana.
6. Ukuran, Pada pembuatan elektroda mikro atau ketika elektroda pembanding dikombinasikan dengan elektroda kerja,
ukuran menjadi hal penting.
7. Kestabilan, Kestabilan akan berkurang dengan kenaikan temperatur. Kalomel akan terurai di atas 70 oC dan
menyebabkan pergeseran nilai potensial. Terjadinya hidrolisis raksa(I) sulfat pada temperatur diatas 60 oC juga akan
menyebabkan pergeseran nilai potensial..
ALAT
Beaker Buret Erlenmeyer Gelas
Glass Ukur

Labu pH Meter Pipet Statif dan


Ukur Klem
BAHAN

Aquades Asam Sulfat 0,5 N


Sebagai pelarut Sebagai titran

Aspirin Barium Hidroksida


Sebagai titrat Sebagai titran dalam pembuatan NaOH 0,5 N

Fenolftalein NaOH 0,5 N


Sebagai indikator Sebagai titran

Kalium biftalat
Sebagai titrat dalam pembakuan NaOH
ASPIRIN
Rumus Molekul : C9H8O4
Berat Molekul : 180,16 g/mol
Kandungan : Tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C9H8O4,
dihitung terhadap zat kering
Pemerian : Hablur putih, seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk
hablur putih; tidak berbau atau berbau lemah. Stabil di udara kering
di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam
salisilat dan asam asetat.
Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; larut dalam
Penyimpanan : kloroform dan dalam eter; agak sukar larut dalam eter mutlak
Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu ruang
(Kemenkes RI, 2020)
NATRIUM HIDROKSIDA
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40,00 g/mol
Kandungan : Tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 100,5% alkali total,
dihitung sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak lebih dari
3,0%.
Pemerian : Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pelet kecil,
serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras, rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur. Jika terpapar di udara, akan cepat
menyerap karbon dioksida dan lembab.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
(Kemenkes RI, 2020).
Prosedur Pembuatan NaOH 0,5 N
20 gram natrium hidroksida dilarutkan dalam lebih kurang 1000 mL air

Ditambahkan larutan jenuh barium hidroksida segar hingga tidak ada


lagi terbentuk endapan

Dikocok dengan baik, lalu biarkan semalam


. dalam botol tersumbat dan
enap tuangkan atau saring

(Depkes RI, 1979)


Prosedur Pembakuan NaOH 0,5 N
Ditimbang kalium biftalat kurang lebih 5 gram yang sebelumnya telah
diserbukkan dan dikeringkan pada suhu 28 selama 2 jam

Kalium biftalat yang telah ditimbang, dilarutkan dalam 75 mL air bebas


karbon dioksida

Larutan kalium biftalat dititrasi dengan natrium hidroksida


menggunakan indikator fenolftalein hingga menjadi warna merah
jambu mantap

(Depkes RI, 1979)


Prosedur

Aspirin ditimbang seksama lebih kurang 1,5 g

Aspirin dimasukkan kedalam labu

Ditambahkan 50,0 mL natrium hidroksida 0,5 N LV


Didihkan secara perlahan selama 10 menit

Ditambahkan indikator fenolftalein LP

Kelebihan natrium hidroksida dititrasi dengan asam sulfat 0,5 N LV


Dilakukan penetapan blanko. Tiap mL natrium hidroksida 0,5 N setara
dengan 45,04 mg C9H8O4
Daftar Pustaka

Chang, R. 2010. Chemistry Tenth Edition. New York: Mc-Graw Hill Companies Inc.

Day, R.A., dan Underwood, A.L. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif.. Jakarta: Erlangga
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Permanasari, A. 2020. Modul 1: Titrasi Potensiometri. Tersedia Online di
http://repository.ut.ac.id/4682/2/PEKI4420-M1.pdf [Diakses pada 17 Mei 2021]
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : Universitas Indonesia..
Suyanta. 2013. Potensiometri. Yogyakarta: UNY Press.
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai