Anda di halaman 1dari 18

WETTING

Wetting/pembasahan: pengusiran suatu fluida oleh zat lain


dari permukaan
Contoh: pengusiran udara dari permukaan suatu padatan
oleh suatu cairan

Wetting/pembasahan selalu melibatkan 3 fase zat:


a.Gas dengan dua cairan tidak saling campur
b.Padat dengan dua cairan tidak saling campur
c.Gas, cair, dan padatan

Wetting agent: senyawa yang mampu meningkatkan


kemampuan suatu cairan untuk mengusir udara dari
permukaan suatu cairan lainnya atau permukaan
padatan. Surfaktan adalah wetting agent
SPREADING WETTING LA

Air (A)
Liquid (L)
θ
B Substrate (S) C
(Side view)

SA SL
a

B C
(Top view)

Cairan (L) membasahi permukaan substrat (S) seluas (a)


dengan cara menyebar ke sebelah kiri mengusir
udara di permukaan substrat
Syarat wetting: wetting akan terjadi jika perubahan energi
bebas permukaan sistem negatif (-)

1. Perubahan energi bebas permukaan sistem karena


pengusiran udara dari permukaan: -a SA

2. Perubahan energi bebas permukaan sistem karena


penyebaran cairan pada permukaan: +a SL dan +a LA

Perubahan energi bebas total permukaan dengan adanya


wetting: Gw/a = SA (SL + LA)

Gw/a = SL/S= SA (SL + LA)


SL/S = koefisien spreading, sebagai ukuran gaya
penggerak untuk terjadinya wetting. Syarat untuk
terjadi wetting adalah SL/S positif
When a thin layer of liquid (L1) is being spread over a
second liquid (L2) as Substrate,
The value of S can be obtained directly by measuring the
surface tensions of the two liquids and the interfacial tension
between them
The initial spreading coefficient:

SL1/L2 = L2A (L1L2 + L1A)

After 2 phases become saturated each other then the


Equilibrium Spreading Coefficient will be based on the
tensions of the mutually saturated phases, which may be
very different.
Contoh:
L1A = Tegangan permukaan benzene murni pada 20C =
28.9 dyn/cm
L2A = Tegangan permukaan air murni pada 20C = 72.8
dyn/cm
L1/L2 = Tegangan antarmuka benzena-air pada 20OC= 35.0
dyn/cm
Koefisien spreading awal benzena pada air:
SL1/L2 = L2A (L1L2 + L1A)
= 72.8  (35.0+28.9)
= 8.9 dyn/cm
Benzena bisa membasahi/bercampur dengan air secara
spontan.
Setelah kedua fase air dan benzena saling kontak:
L1A = Tegangan permukaan benzena yang telah jenuh
air pada 20C = 28.8 dyn/cm
L2A = Tegangan permukaan air yang telah jenuh
benzena pada pada 20C = 62.2 dyn/cm
L1/L2 = Tegangan antarmuka benzena air pada 20OC =
35.0 dyn/cm
Koefisien spreading setelah kedua fase saling kontak:
SL1/L2 = L2A (L1L2 + L1A)
= 62.2  (35.0+28.8)
=  1.4 dyn/cm
Pencampuran kedua fase tidak terjadi lagi (nospontan)
Aplikasi wetting

1.Floatasi
Metode pemisahan partikulat padat dari campuran satu
dengan lainnya.
Contoh:
Pemisahan emas, pyrite, oksida besi, dari campurannya.
Pemisahan kotoran pada pemurnian air/pengolahan limbah.
Deinking pada pengolahan kertas bekas
Floatasi bijih dilakukan dengan menggerus material yang
akan dipisahkan menjadi <0.1 mm, dicampur dengan air
membentuk SOL (PULP), mengalirkan pulp kedalam
kontainer sambil di bulbing dengan udara. Bijih mineral
akan terkumpul dipermukaan melalui interaksi hidrofobik
dengan udara yang dialirkan, membentuk FROTH yang
siap dikeluarkan
Aplikasi wetting

2.Pelumasan
Pelumasan permukaan logam mutlak diperlukan untuk
menghindarkan friksi pada saat salah satu bergerak atau
saling bergerak.
Friksi harus dicegah untuk meminimalisir terjadinya keausan
(wear) dan menghindarkan kehilangan energi menjadi
panas.
Di bidang otomotif, panas yang ditimbulkan akibat friksi
akan mengurangi tenaga dari mesin.
TRIBOLOGY: ilmu tentang FRIKSI, LUBRIKASI, WEAR
Efektivitas pelumasan sangat ditentukan oleh
kesesuaian karakter hidrofilitas-lipofilitas antara
permukaan yang dilumasi dengan cairan yang melumasi
Metode penentuan tegangan antarmuka antara dua cairan
(Good (1960) & Girifalco (1957)):
L1/L2 = L1A + L2A  2  L1A  L2A
 = faktor empiris, yang menyatakan ukuran derajat interaksi antara
L1 dan L2

SL1/L2 = L2A (L1L2 + L1A)

SL1/L2 = L2A (L1A + L1A + L2A  2 L1AL2A )


= 2 (    L1A )
L1A L2A
= 2 L1A (  L2A/ L1A 1 )
SL1/L2 = 2 ( L1AL2A  L1A ) = 2 L1A (  L2A/ L1A  1 )

Jika tidak ada interaksi yang kuat antara L1 dan L2,


maka  < 1, sehingga untuk terjadinya wetting L1A <
L2A

Agar wetting terjadi, cairan yang akan membasahi


harus mempunyai tegangan permukaaan yang lebih
rendah dari cairan yang akan dibasahi (substrat)

Jika substrat yang akan dibasahinya suatu padatan


maka persamaannya menjadi:

SL/S = 2 (  LA  SA  LA ) = 2 LA (  SA /  LA  1 )


ZISMAN: untuk substrat dengan energi permukaan
yang rendah, spreading wetting akan terjadi jika
tegangan permukaan cairan yang akan membasahinya
tidak melebihi tegangan permukaan kritik yang
karakteristik dari substrat tersebut.
Material Contoh Energi permukaan
(erg/m2)
Padatan bertitik leleh Logam Ratusan sampai
tinggi Silika ribuan
Padatan bertitik leleh Polimer organik, 25 - 100
rendah lilin, senyawa
kovalen
Seluruh Cairan Selain cairan logam < 75

Liquid usually spread readily on metallic or siliceous


surfaces but may not spread on low-melting solids
Sudut kontak (θ) suatu cairan pada permukaan suatu
padatan umumnya berkurang dengan berkurangnya
tegangan permukaan, dan akan mencapai NOL pada
saat cairan membasahi sempurna permukaan tersebut.

Tegangan permukaan cairan kritis ( C): tegangan


permukaan cairan pada saat terjadi wetting sempurna
pada suatu substrat padatan tertentu (θ = 0,Cos θ =1)

Substrat Polimer C (mN/m) pada 20OC


C
Polyheksafluoropropilena 16.2
O Polyfinilfluoride 28
N Polyetilena 31
T Polystirena 33
O Polyfinilklorida 39
H Selulosa 45
Untuk substrat padatan, SL/S biasanya ditentukan
secara tidak langsung dengan mengukur sudut kontak
karena tegangan permukaan padatan dan tegangan
antarmuka tidak mudah ditentukan secara langsung

The contact angle () adalah sudut yang terbentuk ketika


cairan berkontak dengan fase lain yang berada dalam
kesetimbangan.
Besarnya sudut kontak yang terbentuk akan
berhubungan dengan energi bebas antarmuka persatuan
luas antarmuka fase yang terlibat
A LA
SUDUT KONTAK
a cos  L
 
SA SL

S
(Side view)

A a L

S
(Top view)

Sudut kontak yang terbentuk pada saat cairan (L)


berkontak dan berada dalam kesetimbangan
dengan permukaan substrat (S) dan udara (A)
Untuk pergeseran kecil reversibel posisi cairan L pada
permukaan substrat S, maka akan menyebabkan:
Kenaikan luas antarmuka L/S (= a)
Penurunan luas antarmuka S/A (= a)
Kenaikan luas antarmuka L/A (= a cos)

Dengan demikian,
Gw = SAa +SL a + LA a cos 
a  0, G  0
SA da + SL da + LA da cos  = 0
Sehingga:  SA   SL
cos 
LA cos  = SA  SL (6.3)  LA
 SA   SL
Persamaan Young’s cos  
 LA

Tegangan Adhesi LA cos 

SL/S = SA (SL + LA) (6.1)


= SA SL  LA
= LA cos   LA (6.3)  (6.1)
= LA (cos   1) (6.5)

Jika:  > 0  (cos  -1) < 0 (neg)  SL/S < 0 (negatif)


 = 0  (cos  -1) = 0  SL/S = 0 or >0 (wetting telah
mencapai kesetimbangan)
Aplikasi wetting

1.Floatasi
Metode pemisahan partikulat padat dari campuran satu
dengan lainnya.
Contoh:
Pemisahan emas, pyrite, oksida besi, dari campurannya.
Pemisahan kotoran pada pemurnian air/pengolahan limbah.
Deinking pada pengolahan kertas bekas
Floatasi bijih dilakukan dengan menggerus material yang
akan dipisahkan menjadi <0.1 mm, dicampur dengan air
membentuk SOL (PULP), mengalirkan pulp kedalam
kontainer sambil di bulbing dengan udara. Bijih mineral
akan terkumpul dipermukaan melalui interaksi hidrofobik
dengan udara yang dialirkan, membentuk FROTH yang
siap dikeluarkan
Aplikasi wetting

2.Pelumasan
Pelumasan permukaan logam mutlak diperlukan untuk
menghindarkan friksi pada saat salah satu bergerak atau
saling bergerak.
Friksi harus dicegah untuk meminimalisir terjadinya keausan
(wear) dan menghindarkan kehilangan energi menjadi
panas.
Di bidang otomotif, panas yang ditimbulkan akibat friksi
akan mengurangi tenaga dari mesin.
TRIBOLOGY: ilmu tentang FRIKSI, LUBRIKASI, WEAR
Efektivitas pelumasan sangat ditentukan oleh
kesesuaian karakter hidrofilitas-lipofilitas antara
permukaan yang dilumasi dengan cairan yang melumasi

Anda mungkin juga menyukai