Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRKTIKUM

KIMIA ANALITIK

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

Adelia Dwi A (H0916001)

Ariffa Fathonia H (H0916008)

Asta Pramesti (H0916011)

Ayodya (H0916014)

Dahlia Puspitasari (H0916020)

Dyah Ayuningtyas (H0916029)

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017
ACARA I

ASIDIMETRI-ALKALIMETRI

A. Tujuan
Tujuan praktikum Kimia Analitik Acara I “Asidimetri-Alkalimetri”
adalah:
1. Mahasiswa mampu melakukan standarisasi NaOH dengan larutan baku
primer (COOH)2.2H2O (asam oksalat).
2. Mahasiswa mampu menghitung kadar asam laktat pada susu dan susu
asam (yoghurt).
3. Mahasiswa mampu menggambarkan dan memahami kurva pH titrasi serta
dapat menentukan letak titik ekivalen bahan uji.

B. Tinjauan Pustaka
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume
larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui
komponen yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Larutan merupakan campuran
karena terdiri dari dua bahan dan disebut homogen karena sifat-sifatnya
sama disebuah cairan. Karena larutan adalah campuran molekul biasanya
molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan bila dibandingkan
dalam larutan murni. Gaya tarik inter molekul tidak sejenis menyebabkan
pelepasan energi dan entalpi menurun (Day Underwood, 2002).
Larutan pada dasarnya adalah campuran homogen, dapat berupa
gas, zat cair maupun padatan. Menyebabkan komponen-komponen dalam
larutan saja tidak cukup memberikan larutan secara lengkap. Banyak cara
untuk memberikan konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan
kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan
demikian setiap sistem konsentrasi menyatakan satuan yang digunakan zat
terlarut, kuantitasn zat terlarut pelarut. Zat yang ada di dalam jumlah yang
relatif besar disebut pelarut (solvent). Sedangkan zat yang ada dalam
jumlah yang relatif lebih sedikit disebut zat terlarut (solut). Baik solut
maupun solvent dapat berupa zat padat, cair, ataupun gas (Khusida, 2008)
Natrium Hidroksida anhidrat berbentuk kristal berwarna putih.
NaOH bersifat sangat korosif terhadap kulit. Istilah yang paling sering
digunakan dalam industri yaitu soda kaustik. Soda kaustik apabila
dilarutkan dalam air akan menimbulkan reaksi eksotermis. NaOH
merupakan salah satu basa kuat yang dapat digunakan sebagai campuran
larutan standar untuk menguji kadar basa larutan lain (Dewi, 2010).
Dalam satu cairan yang menganndung reaktan ditempatkan dalam
biuret, sebuah tabung yang panjang salah satu ujungnya terdapat kran
(stopcock) dengan skala milimeter dan sepersepuluh milimeter. Cairan di
dalam biuret disebut titran dan pada titran ditambah indikator, perubahan
warna indikator menandai habisnya titrasi Dalam pembuatan larutan
dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak kita
inginkan. Untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya perlu dilakukan
standarisasi. Standarisasi sering dilakukan dengan titrasi (Hayani, 2003).
Susu uht (ultra high temperature) merupakan susu segar atau susu
rekombinasi yang disterilkan pada suhu tidak kurang dari 135° C selama 2
detik dan segera dikemas dalam kemasan steril. Pemanasan dengan suhu
mencapai 135° C sudah mampu membunuh bakteri yang ada.Citarasa
susunya sudah tidak terlalu bagus karena telah melalui proses pemanasan
dengan suhu tinggi. Kelebihan proses ini tidak menghilangkan
kandungan nutrisi mikro, seperti vitamin dan mineral. Kandungan
gizinya telah diformulasikan menyerupai susu segar dan susu formula
bubuk. Kandungannya tidak kurang dari 3,25 persen lemak susu dan 8,25
persen padatan bukan lemak. Susu UHT dapat disimpan dalam suhu
ruangan.Waktu penyimpanan mencapai 6 bulan sampai dengan setahun
untuk kemasan yang belum dibuka (Barraquio, 2014).
Yoghurt merupakan produk olahan susu fermentasi yang
mengandung asam laktat, alkohol, karbondioksida, dan senyawa lain.
Proses pembuatan yoghurt adalah homogenasi, pasteurisasi, pendinginan,
inokulasi, dan inkubasi. Pendinginan, susu didinginkan hingga mencapai
43 °C setelah pemanasan. Suhu ini merupakan suhu optimum bagi
pertumbuhan bakteri. Inokulasi, susu yang telah didinginkan diinokulasi
dengan starter sebanyak 2-3 % (v/v atau b/b). Inkubasi, inkubasi dilakukan
didalam wadah tertutup selama 20-24 jam pada suhu ruang atau didalam
inkubator bersuhu 43 °C selama 4 jam. Proses fermentasi dilakukan
hingga pH mencapai 4,4-4,5 yang diikuti dengan terbentuknya flavor asam
khas dari senyawa asam lemak, asam asetat, asetaldehid, diasetil, dan
senyawa volatil lainnya (Pramono dkk, 2011).
Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat
atau garam boraks (Na2B4O7.10H2O) dan asam borat (H3BO3). Nama
lainnya adalah bleng, pijer, atau gendar. Jika terlarut dalam air akan
menjadi natrium hidroksida dan asam borat, dengan demikian bahaya
boraks identik dengan bahaya asam borat. Asam borat yaitu serbuk padat
berwarna putih, tidak berbau, terasa pahit, berat molekulnya 61,83, rumus
molekulnya H3BO3, tekanan uap 2,6 pada 20oC, titik didih 300oC, titik
leleh 171oC, pH 5,1 (0,1 M), gravitasi spesifik 1,435 pada 15oC dan
kelarutannya dalam air yaitu 63,4 g/L pada 30oC. Boraks digunakan dalam
industri kaca, porselen, alat pembersih, bahan pestisida, dan bahan
pengawet lainnya (Triastuti, 2013).
Soda kue atau natrium bikarbonat (NaHCO3), merupakan bahan
pengembang adonan yang terdiri dari bahan pengembang natrium
bikarbonat(NaHCO3) dan tepung. Dilihat dari sifat alkali yang digunakan,
soda kue merupakan bahan pengembang yang berwarna putih dan tidak
berbau. Soda kue merupakan bahan pengembang yang mudah didapat
dengan harga yang relatif murah, kemurnian tinggi, serta cepat larut dalam
air (Febrianto dkk, 2014).Soda kue digunakan dalam pembuatan kue atau
roti yang bertujuan untuk membuat adonan kue mengembang sehingga
produk yang dihasilkan mempunyai volume besar, memiliki tekstur renyah
dan memiliki kecepatan pelepasan CO2 rendah. Natrium bikarbonat
tergolong senyawa yang bersifat basa lemah (Pambudi dan Simon, 2015).
Semakin tinggi konsentrasi NaHCO3 maka suasana perendaman akan
menjadi semakin basa, sehingga total asam semakin berkurang. NaHCO3
dapat digunakan sebagai pencuci untuk menghapus apapun yang berasam
(Irzam dan Harijono, 2014).
Larutan asam klorida (HCl) adalah cairan kimia yang sangat
korosif, berbau menyengat dan sangat iritatif dan beracun, larutan HCl
termasuk bahan kimia berbahaya atau B3. Asam klorida merupakan
larutan gas hidrogen klorida (HCl) dalam air. Warnanya bervariasi dari
tidak berwarna hingga kuning muda. Perbedaan warna ini tergantung pada
kemurniannya (Yurida dkk, 2013). HCl juga merupakan larutan asam
dengan asumsi dapat lebih mudah melarutkanlogam. HCl memiliki harga
yang murah dan mudah diperoleh. Selain itu HCl memiliki kereaktifan
yang lebih baik dalam proses hidrolisis jika dibandingkan dengan asam
lainnya seperti asam Nitrat dan H2SO4 (Muzakky, 2012).
Larutan natrium hidroksida (NaOH) adalah cairan kimia yang
mudah terbakar. Perlu dilakukan kemanan dengan tepat dalam penggunaan
NaOH dalam praktikum. NaOH dapat menimbulkan alergi atau iritasi pada
kulit jika terkena kulit secara langsung. Warna larutan NaOH murni yaitu
bening atau tidak berwarna. NaOH memiliki titik didih dan titik leleh yang
tinggi, yaitu lebih dari 100oC (Muzakky, 2012).

C. Metodologi
1. Alat
a. Buret
b. Corong
c. Erlenmeyer
d. Gelas Beaker
e. Labu Takar
f. pH meter
g. Pipet Tetes
h. Pipet Volume
i. Propipet
j. Statif
k. Timbangan Analitik

2. Bahan
a. Aquades
b. Asam Oksalat ((COOH)2.2H2O)
c. Boraks (Na2B4O7)
d. Indikator Methyl Merah
e. Indikator Phenolptalein (PP)
f. Larutan HCl
g. Larutan NaOH
h. Susu UHT
i. Soda Kue (NaHCO3)
j. Yoghurt Plain

3. Cara Kerja
a. Standarisasi NaOH dengan larutan (COOH)2.2H2O

0,1 gr Asam Oksalat

25 ml aquades Pengenceran dalam labu takar

3 tetes indikator Pengambilan 25 ml asam oksalat


PP ke dalam erlenmeyer

Penitrasian dengan larutan


NaOH

Gambar 1.1 Diagram Alir Standarisasi NaOH dengan larutan


(COOH)2.2H2O
b. Penentuan Kadar Asam Laktat pada Susu UHT dan Yoghurt Plain

5 ml sampel + 5 ml aquades

3 tetes indikator Penambahan ke dalam gelas


PP beaker

Penitrasian dengan larutan


NaOH

Diukur pH saat 0 ml, 2 ml, 4 ml,


6 ml, 8 ml, dan x ml

Pencatatan penambahan volume


NaOH
Gambar 1.2 Diagram Alir Penentuan Kadar Asam Laktat Pada Susu UHT
dan Yoghurt Plain.

c. Standarisasi HCl dengan Larutan NaOH Terstandarisasi

10 ml NaOH terstandarisasi

3 tetes indikator Penambahan ke dalam labu


MM erlenmeyer

Penitrasian dengan larutan HCl

Gambar 1.3 Diagram Alir Standarisasi HCl dengan Larutan NaOH


Terstandarisasi
d. Penentuan Kadar Basa pada Boraks dan Soda Kue

0,35 gr sampel + 10 ml aquades

3 tetes indikator Penambahan ke dalam gelas


MM beaker

Penitrasian dengan larutan HCl

Diukur pH saat 0 ml, 2 ml, 4 ml,


6 ml, 8 ml, dan x ml

Pencatatan penambahan volume


HCl

Gambar 1.4 Diagram Alir Penentuan Kadar Basa pada Boraks dan
Soda Kue
D. Hasil dan Pembahasan

Tabel 1.1 Standarisasi NaOH dengan Larutan Baku Primer (COOH)22H2O


Shift 1 dan 2

Kel N as. Oks V as. Oks N NaOH V NaOH Perubahan


(N) (ml) (N) (ml) Warna
1 dan 2 0,063 25 0,099 25,9 Semburat
Ungu
13 0,063 25 0,105 15 Pink Muda
Sumber : Hasil Praktikum
Standarisasi NaOH dengan Larutan Baku Primer (COOH)22H2O
atau biasa disebut asam oksalat dapat dilakukan dengan cara titrasi, dari tabel
1.1 diperoleh hasil bahwa nilai dari N NaOH dengan N asam oksalat dan V
asam Oksalat yang telah diketahui adalah 0,099 pada shift 1 dan 0,105 pada
shift 2 dan terjadi perubahan warna jika dititrasi yaitu umumnya berubah warna
menjadi semburat pink. Menurut (Yudhi dan Pranjono, 2000) nilai N dari
Standarisasi NaOH dengan Larutan Baku Primer (COOH)22H2O adalah 0,1 N-
0,6 N jika dibandingkan dengan hasil praktikum yang dilakukan hasilnya sudah
sesuai teori.

Tabel 1.2 Penentuan Kadar Asam Laktat pada Sampel susu UHT dan Yoghurt
Shift 1 dan 2

Bahan Uji Kel. ml V NaOH N NaOH Perubahan Kadar


bahan (ml) (N) warna (%)
Susu UHT 5-6 5 0,9 0,099 Merah muda 0,161
(1)
Yoghurt 7-8 5 4,4 0,099 Ungu muda 0,784
(1)
Susu UHT 15 5 0,9 0,105 Semburat Pink 0,170
(2)
Yoghurt 16 5 5 1,05 Semburat Pink 0,945
(2)
Sumber : Hasil Praktikum

Dari Tabel 1.2 didapat kadar dari susu UHT adalah 0,161 % pada
shift 1 dan 0,170 pada shift 2 hasilnya tidak berbeda jauh karena nilai N NaOH
yang digunakan hampir mendekati nilainya yaitu 0,099 N (shift 1) dan 0,105
(shift 2). Menurut SNI (1995) dalam Machmud dkk (2011), total asam susu
fermentasi yang baik adalah 0,5 -2,0%, jika dibandingkan dengan hasil
praktikum tidak sesuai karena faktor kondisi lingkungan yaitu pH. Seharusnya
kadar pH semakin rendah jika kadar asam laktatnya semakin tinggi.

Tabel 1.3 Kuva Titrasi Bahan Uji Susu UHT dengan NaOH shift 1

ml Titran (x) pH (y)


0 6,40
0,9 10,80 (ekuivalen)
2 18,15
4 12,90
6 12,96
8 14,00

Sumber : Hasil Praktikum

kurva titrasi bahan uji susu UHT


dengan NaOH Shift 1
20

15
pH

10
pH
5

0
0 2 4 6 8 10
ml Titran

Gambar 1.5 Kuva Titrasi Bahan Uji Susu UHT dengan NaOH shift 1

Berdasarkan tabel dan kurva titrasi bahan uji susu UHT dengan
NaOH memiliki pH pada titik ekuivalen yaitu 10,8 yang artinya mendekati
basa, sedangkan menurut Machmud (2011) pH dari susu sebesar 4-7
perbedaan dengan teori ini bisa terjadi karena kondisi dari susunya dan
kondisi lingkungan kisaran pH yogurt adalah pH 4 dan pH 7
(Jannah dkk, 2014).

Tabel 1.4 Kuva Titrasi Bahan Uji Yoghurt dengan NaOH shift 1

ml Titran (x) pH (y)


0 3.18
2 3,90
4 7,18
4,4 8,72 (ekuivalen)
6 12,00
8 12,47
Sumber : Hasil Praktikum

Kuva Titrasi Bahan Uji Yoghurt


dengan NaOH Shift 1
14
12
10
8
pH

6
pH 04.19
4
2
0
0 2 4 6 8 10
ml Titran

Gambar 1.6 Kuva Titrasi Bahan Uji Yoghurt dengan NaOH shift 1

Menurut Winarno dan Fernandez (2007) dalam Jannah (2014) .Asam


laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi dapat meningkatkan citarasa
danmeningkatkan keasaman atau menurunkan pH-nya, tetapi pada hasil
praktikum menunjukkan bahwa pada titik ekuivalen pH nya 8,72 hal ini
dikarenakan kondisi dari yoghurt yang sudah dibiarkan terbuka dan kondisi
lingkungan.

Tabel 1.5 Kurva Titrasi Bahan Uji Susu UHT dengan NaOH shift 2

ml Titran (x) pH (y)


0 5,5
0,9 8,9 (ekuivalen)
2 11,06
4 12,19
6 12,22
8 12,34

Sumber : Hasil Praktikum

Kuva Titrasi Bahan Uji Susu UHT


dengan NaOH shift 2
14
12
10
8
pH

6
pH
4
2
0
0 2 4 6 8 10
ml Titran

Gambar 1.7 Kurva Titrasi Bahan Uji Susu UHT dengan NaOH shift 2

Dari tabel 1.5 didapatkan bahwa pH pada titik ekuivalen yaitu 8,9
pada 0,9 ml titran.Dan dilihat dari Gambar 1.7 didapatkan kurvanya
meningkat ketika jumlah volume dari titran meningkat juga. pH sebelum titik
ekuivalen sudah sesuai Machmud (2011) yaitu sekitar 4-7 kisaran pH yogurt
adalah pH 4 dan pH 7 (Jannah dkk, 2014).
Tabel 1.6 Kuva Titrasi Bahan Uji Yoghurt dengan NaOH shift 2

ml Titran (x) pH (y)


0 2,10
2 3,11
4 5,67
5 8,67 (ekuivalen)
6 10,36
8 11,58

Sumber : Hasil Praktikum

Kuva Titrasi Bahan Uji Yoghurt


dengan NaOH shift 2
14
12
10
8
pH

6
pH (y)
4
2
0
0 2 4 6 8 10
ml Titran

Gambar 1.6 Kuva Titrasi Bahan Uji Yoghurt dengan NaOH shift 1

Menurut Winarno dan Fernandez (2007) dalam Jannah (2014) Asam


laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi dapat meningkatkan citarasa
danmeningkatkan keasaman atau menurunkan pH-nya, tetapi pada hasil
praktikum menunjukkan bahwa pada titik ekuivalen pH nya 8,67 hal ini tidak
jauh berbeda dengan hasil dari percobaan di shift 1, faktor yang
mempengaruhi sama dengan yang terjadi pada shift 1.
Tabel 1.6 Standarisasi HCl dengan Larutan NaOH terstandarisasi shift 1 dan
2

Kel N NaOH V NaOH N HCl V HCl Perubahan


(N) (ml) (N) (ml) Warna
3 0,099 10 0,104 9,5 Semburat Pink
14 0,103 10 0,089 11,8 Merah Muda
Sumber : Hasil Praktikum
Dari Tabel 1.6 didapat nilai N HCl berturut-turut adalah 0,104 N
dan 0,089 N dengan perubahan warna semburat pink dan Merah muda. Dan
volume HCl yang dititrasi adalah 9,5 ml dan 11,8 ml. Sedangkan N dari
NaOH adalah 0,099 N dan 0,103. Volume NaOH pada praktikum ini sudah
ditentukan yaitu sebesar 10 ml

Tabel 1.7 Penentuan Kadar Basa pada sampel Boraks dan Soda Kue shift 1
dan 2

Bahan Kel. ml V NaOH N NaOH Perubahan Kadar


Uji bahan (ml) (N) warna (%)
Boraks 9-10 0,35 16 0,104 Semburat Pink 95,609
(1)
Soda 11-12 0,35 14,5 0,104 Semburat Pink 36,192
Kue (1)
Boraks 17 0,35 16,6 0,089 Semburat Pink 84,418
(2)
Soda 18 0,35 15 0,089 Semburat Pink 32,040
Kue (2)
Sumber : Hasil Praktikum

Menurut Anam (2013) soda kue memiliki kadar Basa yang tinggi,
dan dilihat dari hasil praktikum didapatkan bahwa kadar dari soda kue adalah
36.192 % pada sift 1 dan 32,040 pada shift 2. Menurut Padmaningrum dan
Dyah (2005) Penentuan kadar boraks secara volumetri yaitu titrasi asam-basa
maka dsimpulkan bahwa kadar basa dari boraks sangat tinggi terbukti dihasil
praktikum bahwa kadar basa boraks shift 1 adalah 95,609 % dan 84,418 %
pada shift 2.
Tabel 1.8 Kuva Titrasi Bahan Uji Boraks dengan NaOH shift 1

ml Titran (x) pH (y)


0 9,23
2 8,70
4 8,92
6 9,09
8 9,49
16 4,37 (ekuivalen)
Sumber : Hasil Praktikum

Kuva Titrasi Bahan Uji Boraks dengan


NaOH shift 1
12
10
8
pH

6
4 pH (y)
2
0
0 5 10 15 20
mi Titran

Gambar 1.7 Kuva Titrasi Bahan Uji Boraks dengan NaOH shift 1

Didapatkan pada tabel kuva titrasi bahan uji boraks dengan NaOH
shift 1 pH 4,37 pada titik ekuivalen dengan volume titran sebesar 16 ml dan
didapatkan pada kurva bahwa pH menurun seiring bertambahnya volume
titran.
Tabel 1.9 Kuva Titrasi Bahan Uji Soda Kue dengan NaOH shift 1

ml Titran (x) pH (y)


0 9,56
2 8,78
4 7,44
6 7,10
8 6,68
14,5 3,54 (ekuivalen)
Sumber : Hasil Praktikum

Kuva Titrasi Bahan Uji Soda Kue


dengan NaOH shift 1
12
10
8
pH

6
4 pH (y)
2
0
0 5 10 15 20
ml Titran

Gambar 1.8 Kuva Titrasi Bahan Uji Soda Kue dengan NaOH shift 1

Dari Tabel 1.9 kuva titrasi bahan uji soda kue dengan NaOH shift 1
didapatkan bahwa ekuivalen pada pH 3.54 dengan volume titran 14,5 ml
sedangkan kurvanya menunjukkan penurunan seiring bertambahnya volume
titran
Tabel 1.10 Kuva Titrasi Bahan Uji Boraks dengan NaOH shift 2

ml Titran (x) pH (y)


0 9,15
2 9
4 8,63
6 8,25
8 7,89
16,6 2,55 (ekuivalen)
Sumber : Hasil Praktikum

Kuva Titrasi Bahan Uji Boraks dengan


NaOH shift 2
10

6
pH

4
pH (y)
2

0
0 5 10 15 20
ml Titran

Gambar 1.9 Kuva Titrasi Bahan Uji Boraks dengan NaOH shift 2

Didapatkan pada tabel kuva titrasi bahan uji boraks dengan NaOH
shift 2 pH 2,55 pada titik ekuivalen dengan volume titran sebesar 16,6 ml dan
didapatkan pada kurva bahwa pH menurun seiring bertambahnya volume
titran.
Tabel 1.11 Kuva Titrasi Bahan Uji Soda Kue dengan NaOH shift 2

ml Titran (x) pH (y)


0 8,35
2 7,37
4 6,85
6 6,35
8 5,93
15 3,55 (ekuivalen)
Sumber : Hasil Praktikum

Kuva Titrasi Bahan Uji Soda Kue


dengan NaOH shift 2
10

6
pH

4
pH (y)
2

0
0 5 10 15 20
ml Titran

Gambar 1.10 Kuva Titrasi Bahan Uji Soda Kue dengan NaOH shift 1

Dari Tabel 1.9 kuva titrasi bahan uji soda kue dengan NaOH shift 2
didapatkan bahwa ekuivalen pada pH 3,55 dengan volume titran 15 ml
sedangkan kurvanya menunjukkan penurunan seiring bertambahnya volume
titran.
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan
menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimetri adalah pengukuran
konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Keduanya disebut
juga sebagau titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur volume
larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain
yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna, atau dengan kata
lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik
ekivalen (Brady, 1987).
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan
standarditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen
yang tidakdikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui secarapasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan
menjadi larutan standarprimer dan larutan standar sekunder. Larutan standar
primer adalah larutan standaryang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengankemurnian tinggi (konsentrasi diketahui
dari massa - volum larutan). Contoh larutan baku primer yaitu AgNO3,
KMnO4, Fe(SO4)2. Zat yang dapat digunakan untuk larutan baku sekunder,
biasanya memiliki karakteristik seperti tidak mudah diperoleh dalam bentuk
murni ataupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya, zatnya tidak
mudah dikeringkan, higrokopis, menyerap uap air, menyerap CO2 pada
waktu penimbangan; derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku
primer; mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan; larutannya relatif stabil dalam penyimpanan
(Day Underwood, 2002).
Prinsip standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi
larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi
dengan larutan standar primer. Titran atau titer adalah larutan yang digunakan
untuk mentitrasi (biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya).
Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai
titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi
komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan banyaknya
titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies
(atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau ditentukan
konsentrasinya atau strukturnya. Tujuan standarisasi yaitu untuk mengetahui
konsentrasi larutan (Padmaningrum, 2008).
Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi
(biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi
suatu zatberfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah
larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu
(Padmaningrum, 2008). Dalam praktikum yang telah dilakukan, titran yang
digunakan adalah NaOH untuk standarisasi NaOH dengan larutan
(COOH)22H2O dan untuk penentuan kadar asam laktat pada susu UHT dan
Youghurt, selain NaOH digunakan juga titran HCl untuk standarisasi HCl
juga penentuan kadar basa pada boraks dan soda kue. Sedangkan titrat yang
digunakan adalah larutan (COOH)22H2O, susu UHT, Youghurt, boraks, dan
soda kue.
Titrasi asidi-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam kuat-basa
kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari
asam lemah, basa kuat-garam dari basa lemah. Titrasi ini menggunakan
indikator pH atau indikator asam-basa sebagai penanda karena memiliki sifat
dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Warna asam ialah
sebutan warna indikator ketika dalam keadaan asam dan warna basa ketika
dalam keadaan basa. Prinsip titrasi asidi-alkalimetri adalah mengukur volume
titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah
saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam
prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir
teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator
asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik
akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi
(titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator (Ratnasari, 2016).
Pada praktikum titrasi asidimetri-alkalimetri terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi kelangsungan titrasi. Faktor tersebut antara lain yaitu,
besarnya tetapan kesetimbangan, pengaruh konsentrasi, dan pemilihan
indikator (Trout, 1960). Selain itu, faktor yang mempengaruhi kesalahan
dalam melakukan titrasi pada praktikum, yaitu disebabkan kebocoran buret,
ketidak telitian praktikan dalam melakukan percobaan, dan degradasi mutu
bahan yang digunakan untuk titrasi asidimetri-alkalimetri.
Pada umumnya, pH susu sapi berkisar antara 6,3-6,75. Bila pH
menjadi 6 dapat disebabkan karena kolostrum atau aktivitas bakteri
pembusuk. Maka dalam susu UHT, berarti tingkat keasamannya bisa lebih
rendah karena adanya kontrol tertentu terhadap aktivitas bakteri pembusuk,
Nilai pH susu yang meningkat akan menyebabkan viskositas susu juga
meningkat sebagai akibat pecahnya butiran kasein (Umar dkk, 2014).
Menurut Wanda (2005) dalam Hassan (2010) variasi tingkat
keasaman yoghurt berkisar antara 0,7 sampai 1,1%. Semakin tinggi
penambahan suatu ekstrak, maka keasaman yang dihasilkan semakin tinggi.
Adanya peningkatan keasaman pada yoghurt berhubungan dengan adanya
aktivitas BAL dalam memecah laktosa menjadi asam laktat.
Kadar basa soda kue tergantung konsentrasinya, semakin besar
konsentrasi maka kadar basanya pun semakin besar. Karbon dioksida larut
dalam air dan secara spontan membentuk H2CO3 (asam karbonat) dalam
kesetimbangan dengan CO2. Konsentrasi relatif antara CO2, H2CO3, dan
HCO3 − (bikarbonat) dan CO3 2−(karbonat) bergantung pada kondisi pH
larutan. Dalam air yang bersifat netral atau sedikit basa (pH > 6,5), bentuk
bikarbonat mendominasi (>50%). Dalam air yang bersifat basa kuat (pH >
10,4), bentuk karbonat mendominasi. Bentuk karbonat dan bikarbonat
memiliki kelarutan yang sangat baik. Dalam air laut (dengan pH = 8,2 - 8,5),
terdapat 120 mg bikarbonat per liter (Cundari, 2014).
Boraks atau asam boraks biasanya digunakan untuk bahan pembuat
deterjen dan antiseptic. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks
tidak berakibat buruk secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit
demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif.
Larangan penggunaan boraks juga diperkuat dengan adanya Permenkes RI
No. 235/Menkes/VI/1984 tentang bahan tambahan makanan, bahwa Natrium
Tetraborate yang lebih dikenal dengan nama Boraks digolongkan dalam
bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan, tetapi pada
kenyatannya masih banyak bentuk penyalahgunaan dari zat tersebut. kadar
boraks yang ditemukan berkisar antara 0,1 % hingga 1% (Tubagus, 2013).

E. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum Acara I Asidimetri-Alkalimetri adalah


1. Hasil perhitungan N dari praktikum standarisasi NaOH dengan larutan
baku primer (COOH)22H2O berturut-turut adalah 0,099 N dan 0,105 N
2. Kadar asam laktat pada susu UHT adalah 0,161 % dan 0,170 %,
sedangkan kadar asam laktat pada sampel yoghurt yaitu 0,784 % dan 0,945
%
3. N HCl yang didapat pada standarisasi HCl dengan larutan NaOH
terstandarisasi adalah 0,104 N dan 0,089 N
4. Kadar basa pada boraks adalah 95,609 % dan 84,418 % sedangkan kadar
basa pada sampel soda kue yaitu 36,192 % dan 32,040%
5. Titik ekuivalen pada susu UHT dengan NaOH terjadi pada 0,9 mltitran
dengan pH 10,80 untuk shift 1 dan 8,9 untuk shift 2 , sedangkan titik
ekuivalen pada yoghurt dengan NaOH pada Shift 1 dan 2 bertirut-turut
terjadi pada 4,4 ml dan 5 ml titran dengan pH 8,72 dan 8,67
6. Titik ekuivalen pada bahan uji soda kue untuk volume titran sebesar 14,5
ml dan 15 ml dengan nilai pH sebesar 3,54 dan 3,55, sedangkan titik
ekuivalen dari bahan uji boraks pada volume titran 16 ml dan 16,6 ml
dengan pH sebesar 4,37 dan 2,55
DAFTAR PUSTAKA

Anam, Choirul., Nur Her Riyadi P., dan Andhita Nur S. 2013. Aplikasi Edible
Coating Pati Ubi Kayu dalam Pembuatan Permen Saga (Adenanthera
pavonina) Terhadap Karakteristik Sensoris, Umur Simpan, dan Kimia.
Jurnal Teknosains Pangan Vol. 2 No. 3
Barraquio, Virginia L. 2014. Which Milk is Fresh?. International Journal of
Dairy Science & Processing. ISSN: 2379-1578.
Brady, James E. 1987. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara.
Tangerang.
Cundari, Lia., Selpiana., Chandra Karta Wijaya., dan Arini Sucia. 2014. Pengaruh
Penggunaan Solven Natrium Karbonat (Na2CO3) Terhadap Absorpsi
CO2 Pada Biogas Kotoran Sapi dalam Spray Column. Jurnal Teknik
Kimia Vol. 20 No. 4
Febrianto, Andri., Basit., dan Choirul Anam. 2014. Kajian Karakteristik
Fisikokimia dan Sensoris Tortilla Corn Chips dengan Variasi Larutan
Alkali Pada Proses Nikstamalisasi Jagung. Jurnal Teknosains Pangan
Vol 3 No. 3
Hassan, Ammara., and Imran Amjad. 2010. Nutritional Evaluation of Yoghurt
Prepared By Different Starter Cultures and Their Physiochemical
Analysis During Storage. Journal of Biotechnology Vol. 9 No.90, page
2913-2917
Hayani, Eni. 2003. Analisis Kadar Catechin dari Gambir dengan Berbagai
Metode. Buletin Teknik Pertanian Vol. 8 No. 1.
Irzam, Firmannanda Nur dan Harijono. 2014. Pengaruh Penggantian Air dan
Penggunaan NaHCO3 dalam Perendaman Ubi Kayu Iris (Manihot
esculenta Crantz) Terhadap Kadar Sianida Pada Pengolahan Tepung
Ubi Kayu. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4
Jannah, Alifah Mafatikhul., Anang Mohamad Legowo2., Yoyok Budi Pramono.,
Ahmad Nimatullah Al-Baarri2., dan Setya Budi M Abduh. 2014. Total
Bakteri Asam Laktat, pH, Keasaman, Citarasa dan Kesukaan Yogurt Drink
dengan Penambahan Ekstrak Buah Belimbing. Jurnal Aplikasi Teknologi
Pangan 3 (2)
Kushida, Clete A., Alejandro Chediak., Richard B. Berry., Lee K. Brown., David
Gozal., Conrad Iber., Sairam Parthasarathy., Stuart F. Quan., and James A.
Rowley. 2008. Clinical Guidelines for the Manual Titration of Positive
Airway Pressure in Patients with Obstructive Sleep Apnea. Journal of
Clinical Sleep Medicine, Vol. 4, No. 2
Machmud. Nur Afni ., Yuliana Retnowati., dan Wirnangsi D. Uno. 2011.
Aktivitas Lactobacillus bulgaricus pada Fermentasi Susu Jagung (Zea
mays ) dengan Penambahan Sukrosa dan Laktosa. Jurnal Teknologi
Pangan Vol. 2 No. 1
Muzakky , Supriyanto C. 2012. Kakarterisasi Pelarut Asam (HNO3, HF, dan
HCl) Pada Proses Digesti Sedimen sungai Daerah Muria. Prosiding
Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Yogyakarta ISSN 0216 - 3128
Padmaningrum, Regina Tutik. 2008. Titrasi Iodometri. Jurnal Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta Vol. 1 No. 1.

Pambudi, Setyo dan Simon Bambang Widjanarko. 2015. Pengaruh Proporsi


Natrium Bikarbonat dan Ammonium Bikarbonat Sebagai Bahan
Pengembang Terhadap Karakteristik Kue Bagiak. Jurnal Pangan dan
Agroindustri Vol. 3 No 4
Pramono, Yoyok Budi., Nurwantoro, Masykuri, dan Bambang Dwiloka. 2011.
Karakteristik Mikrobiologis, Kimia, Fisik, danOrganoleptik Yoghurt
dengan PenambahanUbi Jalar Merah. Hasil Penelitian Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.
Ratnasari, Sinta., Dede Suhendar., dan Vina Amalia. Studi Potensi Ekstrak Daun
Adam Hawa (Rhoeo Discolor) Sebagai Indikator Titrasi Asam-Basa.
Jurnal Chimica et Natura Acta Vol.4 No.1
Triastuti, Endang., Fatimawali, dan Max Revolta John Runtuwene. 2013. Analisis
Boraks Pada Tahu yang Diproduksi di Kota Manado. Pharmacon. Jurnal
Ilmiah Farmasi 2(01).
Trout, David L., E. Harvey Estes., and Samuel J. Friedberg. 1960. Titration Of
Free Fatty Acids Of Plasma: A Study Of Current Methods And A New
Modification. Journal of Lipid Research.
Tubagus, Indra., Gayatri Citraningtyas., dan Fatimawali. 2013. Identifikasi dan
Penetapan Kadar Boraks Dalam Bakso Jajanan Di Kota Manado. Jurnal
Ilmiah Farmasi Vol. 2 No. 4 ISSN 2302 – 2493
Umar., Razali, dan Andi Novita. 2014. Derajat Keasaman dan Angka Reduktase
Susu Sapi Pasteurisasi dengan Lama Penyimpanan yang Berbeda. Jurnal
Medika Veterinaria. ISSN: 0853-1943.
Underwood, A. L. dan R. A. Day Jr. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi
Keempat. Erlangga. Jakarta.
Yudhi Noor dan Pranjono. 2000. Anatisis Asam Bebas secara Potensiometrik di
dalam larutan uranil Nitrat Murni. Urania No. 21-22. ISSN 0852-4277
Yurida, Mutia., Evi Afriani., dan Susila Arita R. 2013. Pengaruh Kandungan CaO
Dari Jenis Adsorben Semen Terhadap Kemurnian Gliserol. Jurnal Teknik
Kimia Vol. 19 No. 2
LAMPIRAN

1. Lampiran Perhitungan
- Rumus
𝑔𝑟 1000
a. N Asam Oksalat = valensi x x
𝑚𝑟 𝑉
𝑉 𝑥 𝑁 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
b. N NaOH =
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
1
𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑥
10
c. Kadar Asam =
𝑚𝑙 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛
1
𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑉 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝑀 𝐵𝑎𝑠𝑎 𝑥
10
d. Kadar Basa =
𝑔𝑟 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛
- Perhitungan
0,1 1000
a. N Asam Oksalat = 2 x x
126 25
= 0,06349
= 0,0635 N
25 𝑥 0,06349
b. N NaOH =
15,9
= 0,0998 N
10 𝑥 0,1
c. N HCl =
9,5
= 0,10526
= 0,1053 N
d. Kadar Asam Laktat Susu UHT Shift 1
1
0,0998 𝑥 0,9 𝑥 90 𝑥
10
=
5
0,80838
=
5
= 0,161676
= 0,1617 %
e. Kadar Asam Laktat Yoghurt Plain Shift 1
1
0,0991 𝑥 4,4 𝑥 90 𝑥
10
=
5
= 0,7849 %
f. Kadar Basa Soda Kue
1
0,1043 𝑥 14,5 𝑥 84 𝑥
10
=
0,35
12,70374
=
0,35
= 36,2964 %
g. Kadar Basa Boraks
1
0,1043 𝑥 16 𝑥 382 𝑥
10
=
0,35
63,74816
=
0,35
= 182, 1376 %
2. Lampiran Gambar

Gambar 1.11 Rangkaian Alat Gambar 1.12 Bahan yang


Percobaan Digunakan

Gambar 1.13 Proses Penitrasian Gambar 1.14 Pengambilan


Larutan

Gambar 1.15 Larutan Akhir Hasil Titrasi

Anda mungkin juga menyukai