PEMBUATAN LARUTAN
(NaOH , K₂ CrO₄ 6 M, NH₃ 6 M, dan HNO₃)
OLEH :
NAMA : ADELFIANTI AYU NINGSIH
NIM : A1L121055
KELOMPOK : V (Lima)
ASISTEN : RAY ARDIANSYAH
2.3 Molaritas
Konsentrasi zat ialah jumlah mol per satuan volume, satuan SI mol per
meter kubik tidak memudahkan pekerjaan kimia, sehingga molaritas, yang di
definisikan sebagai mol zat terlarut per liter larutan, yang di gunakan
mol zat terlarut
molaritas = molֿ¹ “M” adalah singkatan untuk “mol per liter “.
liter larutan
Molaritas adalah ara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi larutan
encer. Untuk pengukuran yang teliti, cara ini kurang menguntungkan karena
sedikit ketergantungannya pada suhu. Jika larutan dipanaskan atau didinginkan,
volumennya berubah, sehingga jumlah mol zat terlarut per liter larutan juga
berubah (Yurida 2013).
2.4 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida merupakan jenis basa logam kaustik. Senyawa ini biasanya digunakan
diberbagai bidang industri, misalnya pada proses produksi tekstil, air minum,
sabun, detergen, dan sebagainya. Natrium hidroksida murni memiliki bentuk yang
padat berupa kristal putih. Senyawa ini juga dapat ditemukan dalam bentuk pelet,
serpihan, butiran maupun larutan jenuh 50%. NaOH memiliki tingkat kelarutan
yang tinggi pada air (kelarutan: 111 gr/100ml) dan akan melepaskan kalor ketika
dilarutkan. Hal ini dikarenakan terjadi reaksi eksoterm, yaitu pelepasan kalor dari
sistem ke lingkungan akibat titik didih NaOH yang lebih tinggi dibandingkan
dengan air (titik didih NaOH = 318⸰C). Semakin banyak massa NaOH maka
larutan akan semakin panas dan kalor yang dilepas juga akan semakin besar.
Selain itu, ketika NaOH dilarutkan ke dalam air, NaOH akan terurai secara
sempurna menjadi ion Na+dan ion OH-. Ion Na memiliki kereaktifan (termasuk
ke dalam golongan logam) sehingga dapat menimbulkan panas. Selain pada air,
NaOH juga dapat larut pada etanol dan metanol. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sarastina (2014) yang mengatakan bahwa NaOH merupakan senyawa jenis basa
logam kaustik yang banyak digunakan dalam bidang industri.
2.5 Normalitas
Normalitas merupakan jumlah mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan.
Terdapat hubungan antara normalitas dengan molaritas, yaitu:
N = M x Valensi
Mol-ekivalen:
- Asam/basa: jumlah mol proton/ OH’ yang diperlukan untuk menetralisir suatu
asam/basa.
Contoh:
1 mol Ca(OH)2 akan dinetralisir oleh 2 mol proton;
1 mol Ca(OH)2 setara dengan 1 mol-ekivalen;
Ca(OH)2 1M = Ca(OH)2 2N
- Redoks: jumlah mol elektron yang dibutuhkan untuk mengoksidasi atau
mereduksi suatu unsur
Contoh:
1 mol Fe+3 membutuhkan 3 mol elektron untuk menjadi Fe;
1 mol Fe+3 setara dengan 3 mol-ekuivalen;
Fe+3 1 M = Fe+3 N atau Fe2O3 6 N
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum “Pembuatan Larutan (NaOH, K₂ CrO₄, NH₃ 6 M, dan HNO₃ 6
M)” dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 pukul 13.00 WITA-selesai.
Bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.
4.2 Pembahasan
Larutan adalah campuran homogen antara dua atau lebih zat yang
terdisperi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya bervariasi.
Larutan dapat berupa cairan atau padatan. Banyaknya zat terlarut dalam pelarut
pada larutan disebut konsentrasi. Larutan disebut campuran homogen karena
komposisi dari larutan begitu seragam atau satu fase hingga tidak dapat diamati
bagian-bagian komponen penyusunnya meskipun dengan menggunakan
mikroskop ultra sekalipun. Larutan terdiri dari dua komponen penting. Komponen
tersebut adalah solven atau pelarut dan solut atau zat terlarut. Biasanya komponen
solven mengandung jumlah zat terbanyak. Dan komponen solut mengandung
jumlah zat yang lebih sedikit.
Percobaan pertama yaitu pembuatan larutan NaOH 10% dengan dilakukan
penimbangan pada padatan Natrium hidroksida sebanyak 10 gram menggunakan
timbangan analitik terlebih dahulu dan dilarutkan dengan menggunakan aquades,
diaduk menggunakan batang pengaduk hingga menjadi homogen. Setelah
homogen, larutan yang berada di dalam erleyenmeyer kemudian di tuang aquades
erlenmeyer kemudian di aduk lagi menggunakan batang pengaduk hingga menjadi
homogen. Larutan NaOH kemudian di pindahkan ke dalam botol kaca dan di beri
penanda menggunakan label. Padatan Natrium hidroksida pada saat dilarutkan
dengan aquades berubah menjadi warna bening. Penetuan larutan NaOH yang
digunakan yaitu dengan menggunakan rumus mencari massa jenis sebanding
dengan molaritas di bagi dengan volume larutan. Pada saat dilarutkan dengan
aquades larutan NaOH tidak memiliki warna melainkan bening. NaOH
merupakan kristal putih yang tidak berbau dan bersifat sangat higroskopis.
Higroskopis adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari
lingkungannya baik melalui absorbsi atau adsorpsi.
Percobaan ke dua yaitu pembuatan larutan NH₃ sebanyak 45,38 mL,
kemudian larutan NH₃ dimasukan kedalam labu takar 100 mLyang sebelumnya
sudah di isikan aquades sebanyak ¾ labu takar, kemudian di encerkan dan
tepatkan sampai tanda tera ,lalu di kocok supaya homogen. Larutan NH₃ ini
berwarna bening.
Perobaan ketiga yaitu pembuatan larutan HNO₃ sebanyak 41,5 Ml,
kemudian dimasukan kedalam labu takar 100 mL yang sebelumnya telah diisi
dengan aquades ¾ labu takar, encerkan dan tepatkan sampai tanda tera, dikocok
supaya homogen. larutan ini berbentuk cair dan larutan ini tidak memiliki warna
tetapi jika terlalu lama di simpan di dalam labu takar, tidak di tutup oksigen akan
masuk ke dalam labu takar dan warnanya lama-lama akan berubah agak kuning,
yang akan menjadi gelap seiring bertambahnya usia dan paparan cahaya. Larutan
ini memiliki bau yang sangat tajam dan kuat.
Perobaan selanjutnya yaitu larutan K₂CrO₄ sebanyak 1 gram di timbang
padatan dan larutkan dalam gelas piala sedikit demi sedikit dengan menggunakan
aquades. Lalu pindahkan larutan K₂CrO₄ ke dalam labu takar 50 mL kemudian
bilas gelas piala dengan aquades, encerkan dan tepatkan sampai tanda tera, kocok
supaya homogen. Larutan ini berbentuk padat dan tidak berbau menyengat.
Padatan kuning ini adalah garam kalium dari anion kromat. Pembuatan larutan ini
dilakukan dengan menggunakan beberapa konsentrasi tertentu. Pembutan larutan
pada larutan K₂CrO₄ 1 gram dilakukan dengan mengencerkan larutan K₂CrO₄
sebanyak 50 mL. Jumlah volume yang didapatkan dilakukan dengan
menggunkaan perbandingan volume melalui rumus pengenceran. Pengenceran
pada K₂CrO₄ dilakukan dengan menuangkan K₂CrO₄ kedalam pelarut
(aquades) sampai volume K₂CrO₄ menjadi 50 mL. Melalui proses pengenceran,
kepekatan larutan akan berkurang sesuai dengan volume aquades yang
ditambahkan. Setelah pengenceran, kepekatan larutan akan jadi lebih kecil
dibandingkan dengan volume awal. Pengenceran dimaksudkan untuk mengubah
kepekatan suatu larutan dari larutan yang pekat menjadi larutan yang kurang
pekat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pembuatan suatu larutan perlu dihitung konsentrasinya terlebih dahulu.
Pembuatan larutan juga perlu menggunakan ketelitian yang tinggi karena jika
terjadi kesalahan yang kecil saja larutannya tidak akan menjadi larutan yang
diinginkan. Proses pengenceran adalah mencampur larutan padat (konsentrasi
tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih
besar. Berdasarkan hal ini maka didapatkan hasil perhitungan dari satuan-satuan
konsentrasi seperti molaritas, persen massa, persen volume dan pengenceran
larutan
5.2 Saran
Hendaknya para praktikan bersifat teliti dan meminimalisir kesalahan
sekecil apapun sehingga hasil yang diharapkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, M.,dan Ainani, A. F. (2014). Konsentasi Larutan. Jurnal Program Studi
Ilmu dan Tegnologi Pangan. 7(4)
Putri, Laili Mei Ari. (2017). Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju
Kenaikan Suhu Larutan. Jurnal Pemelajaran Fisika. 6(1).
Natrium Hidroksida
ditimbang 10 gram
dilarutkan dengan aquades
dihomogenkan
Larutan NaOH
Larutan NH₃
Larutan HNO₃