Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN LARUTAN
(NaOH , K₂ CrO₄ 6 M, NH₃ 6 M, dan HNO₃)

OLEH :
NAMA : ADELFIANTI AYU NINGSIH
NIM : A1L121055
KELOMPOK : V (Lima)
ASISTEN : RAY ARDIANSYAH

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Larutan sering dijumpai dalam dunia kimia, hampir semua proses kimia
berlangsung dalam larutan sehingga penting untuk memahami sifat-sifatnya.
Larutan adalah sesuatu yang penting bagi manusia dan makhluk hidup pada
umumnya. Reaksi-reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat,
bukannya antara zat murni. Banyak reaksi kimia yang dikenal, baik di dalam
laboratorium atau di industri terjadi di dalam larutan.
Larutan memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari, di alam
kebanyakan reaksi berlangsung di dalam larutan air. Tubuh manusia menyerap
mineral, vitamin dan makanan dalam bentuk larutan. Larutan biasanya terdiri dari
dua zat atau lebih yang merupakan campuran homogen. Larutan disebut campuran
homogen karena komposisi dari larutan begitu seragam atau satu fase hingga tidak
dapat diamati bagian-bagian komponen penyusunnya meskipun dengan
menggunakan mikroskop ultra sekalipun. Larutan terdiri dari dua komponen
penting. Komponen tersebut adalah solven atau pelarut dan solute atau zat terlarut.
Biasanya komponen solven mengandung jumlah zat terbanyak dan komponen
solut mengandung jumlah zat yang lebih sedikit.
Menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi.
Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut,
dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume
tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu
fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan persen
massa dan persen volume.
Konsentrasi adalah kuantitas relatif suatu zat tertentu di dalam larutan.
Konsentrasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan cepat atau
lambatnya reaksi berlangsung. Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat
terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan. Larutan yang mengandung
sebagian besar solut relatif terhadap pelarut, berarti larutan tersebut
konsentrasinya tinggi atau pekat. Sebaliknya bila mengandung sejumlah kecil
solut, maka konsentrasinya rendah atau encer. Umumnya larutan mempunyai
beberapa sifat, diantaranya sifat larutan non elektrolit dan larutan elektrolit.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas maka dapat dilakukan pembuatan
larutan berdasarkan satuan konsentrasinya.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan percobaan dari praktikum ini yaitu membuat larutan NaOH, K₂
CrO₄, NH₃ 6 M, dan HNO₃ 6 M.

1.3 Manfaat Praktikum


Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan larutan berdasarkan
perhitungan dari satuan-satuan konsentrasi seperti molaritas, persen massa, persen
volume dan pengenceran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Larutan
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih
zat dalam komposisi yang bervariasi. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam
larutan disebut (zat) terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada
zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut. Sebagai contoh, jika sejumlah gula
dilarutkan dalam air dan diaduk dengan baik, maka campuran tersebut pada
dasarnya akan seragam (sama) di semua bagian (Putri, 2017).

2.2 Konsentrasi Larutan


Kosentrasi larutan adalah kompisisi yang menunjukka dengan jelas
perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Kelarutan dapat kecil atau besar
sekali., dan jika jumlah zat terlarut melewati tidak jenuh, zat itu akan keluar
(mengendap di bawah larutan). Dalam kondisi tertentu suatu larutan dapat
mengandung lebih banyak zat terlarut dari pada dalam keadaan jenuh
(Putri, 2017).

2.3 Molaritas
Konsentrasi zat ialah jumlah mol per satuan volume, satuan SI mol per
meter kubik tidak memudahkan pekerjaan kimia, sehingga molaritas, yang di
definisikan sebagai mol zat terlarut per liter larutan, yang di gunakan
mol zat terlarut
molaritas = molֿ¹ “M” adalah singkatan untuk “mol per liter “.
liter larutan
Molaritas adalah ara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi larutan
encer. Untuk pengukuran yang teliti, cara ini kurang menguntungkan karena
sedikit ketergantungannya pada suhu. Jika larutan dipanaskan atau didinginkan,
volumennya berubah, sehingga jumlah mol zat terlarut per liter larutan juga
berubah (Yurida 2013).
2.4 Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida merupakan jenis basa logam kaustik. Senyawa ini biasanya digunakan
diberbagai bidang industri, misalnya pada proses produksi tekstil, air minum,
sabun, detergen, dan sebagainya. Natrium hidroksida murni memiliki bentuk yang
padat berupa kristal putih. Senyawa ini juga dapat ditemukan dalam bentuk pelet,
serpihan, butiran maupun larutan jenuh 50%. NaOH memiliki tingkat kelarutan
yang tinggi pada air (kelarutan: 111 gr/100ml) dan akan melepaskan kalor ketika
dilarutkan. Hal ini dikarenakan terjadi reaksi eksoterm, yaitu pelepasan kalor dari
sistem ke lingkungan akibat titik didih NaOH yang lebih tinggi dibandingkan
dengan air (titik didih NaOH = 318⸰C). Semakin banyak massa NaOH maka
larutan akan semakin panas dan kalor yang dilepas juga akan semakin besar.
Selain itu, ketika NaOH dilarutkan ke dalam air, NaOH akan terurai secara
sempurna menjadi ion Na+dan ion OH-. Ion Na memiliki kereaktifan (termasuk
ke dalam golongan logam) sehingga dapat menimbulkan panas. Selain pada air,
NaOH juga dapat larut pada etanol dan metanol. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sarastina (2014) yang mengatakan bahwa NaOH merupakan senyawa jenis basa
logam kaustik yang banyak digunakan dalam bidang industri.

2.5 Normalitas
Normalitas merupakan jumlah mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan.
Terdapat hubungan antara normalitas dengan molaritas, yaitu:
N = M x Valensi
Mol-ekivalen:
- Asam/basa: jumlah mol proton/ OH’ yang diperlukan untuk menetralisir suatu
asam/basa.

Contoh:
1 mol Ca(OH)2 akan dinetralisir oleh 2 mol proton;
1 mol Ca(OH)2 setara dengan 1 mol-ekivalen;
Ca(OH)2 1M = Ca(OH)2 2N
- Redoks: jumlah mol elektron yang dibutuhkan untuk mengoksidasi atau
mereduksi suatu unsur

Contoh:
1 mol Fe+3 membutuhkan 3 mol elektron untuk menjadi Fe;
1 mol Fe+3 setara dengan 3 mol-ekuivalen;
Fe+3 1 M = Fe+3 N atau Fe2O3 6 N
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum “Pembuatan Larutan (NaOH, K₂ CrO₄, NH₃ 6 M, dan HNO₃ 6
M)” dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 pukul 13.00 WITA-selesai.
Bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pipet skala 25 ml,
filer, labu takar, 100 ml, labu takar 50 ml, pipet tetes, botol gelap, neraca analitik,
gelas kimia 100 ml, batang pengaduk, spatula, dan corong.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah NaOH 10%, NH₃ 6 M,
K₂ CrO₄ 6 M, dan HNO₃ 6 M.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pembuatan Larutan NaOH 10% 100 mL
Ditimbang padatan NaOH sebanyak 10 gram dan larutkan dalam gelas
piala sedikit demi sedikit dengan menggunakan aquades. Pindahkan larutan
tersebut ke dalam labu takar 100 ml. Kemudian bilas gelas piala dengan aquades
enerkan dan tepatkan sampai tanda tera, kocok supaya homogen.

3.3.2 Pembuatan Larutan NH₃ 6 M 10% mL


Dipipet larutan NH₃ 6 M 100 ml. Kemudian dimasukan ke dalam labu
takar 100 ml yang sebelumnya telah diisi dengan aquades ¾ labu takar . Encerkan
dan tepatkan sampai tanda tera, kocok supaya homogen.

3.3.3 Pembuatan Larutan HNO₃ 6 M 100 mL


Dipipet larutan HNO₃ sebanyak 41,5 mL. Kemudian dimasukan ke dalam
labu takar 100 ml yang sebelumnya telah diisi dengan aquades ¾ labu takar.
Encerkan dan tepatkan sampai tanda tera, kocok supaya homogen.
3.3.4 Pembuatan Larutan K₂CrO₄ 6 M 50 mL
Ditimbang padatan K₂CrO₄ sebanyak 1 gram dan larutkan dalam gelas
piala sedikit demi sedikit dengan menggunakan aquades. Pindahkan larutan
tersebut ke dalam labu takar 50 ml kemudian bilas gelas piala dengan aquades .
Enerkan dan tempatkan sampai tanda tera, kocok supaya homogen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Tabel 1.Pembuatan Larutan NaOH 10 % 100 mL
No. Perlakuan Pengamatan
Ditimbang padatan Natrium
1. Padat
hidroksida sebanyak 10 gram
2. Dilarutkan dengan aquades Larut, Berwarna bening
Dimasukkan ke dalam labu takar 100
3. Berwarna bening
mL
4. Dihomogenkan Homogen

Tabel 4.1.2 Pembuatan Larutan NH₃ 6 M 100 mL


No. Perlakuan Pengamatan
Dipipet larutan ammonia sebanyak
1. Cair
45,38 mL
2. Dilarutkan dengan aquades Larut, Berwarna bening
Dimasukkan ke dalam labu ukur 100
3. Larut
mL
4. Dihomogenkan Homogen

Tabel 4.1.3 Pembuatan Larutan HNO₃ 6 M 100 mL


No. Perlakuan Pengamatan
Dipipet larutan Asam nitrat sebanyak
1. Cair
41,5 mL
2. Dilarutkan dengan aquades Larut, Berwarna bening
Dimasukkan ke dalam labu takar 100
3. Larut sempurna
mL
4. Dihomogenkan Homogen
Tabel 4.1.4 Pembuatan Larutan K₂CrO₄ 6 M 50 mL
No. Perlakuan Pengamatan
Dipipet larutan Kalium kromat
1. Padatan
sebanyak 1 gram
2. Dilarutkan dengan aquades Larut, Berwarna kuning
Dimasukkan ke dalam labu takar 100
3. Larut sempurna
mL
4. Dihomogenkan Homogen

4.2 Pembahasan
Larutan adalah campuran homogen antara dua atau lebih zat yang
terdisperi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya bervariasi.
Larutan dapat berupa cairan atau padatan. Banyaknya zat terlarut dalam pelarut
pada larutan disebut konsentrasi. Larutan disebut campuran homogen karena
komposisi dari larutan begitu seragam atau satu fase hingga tidak dapat diamati
bagian-bagian komponen penyusunnya meskipun dengan menggunakan
mikroskop ultra sekalipun. Larutan terdiri dari dua komponen penting. Komponen
tersebut adalah solven atau pelarut dan solut atau zat terlarut. Biasanya komponen
solven mengandung jumlah zat terbanyak. Dan komponen solut mengandung
jumlah zat yang lebih sedikit.
Percobaan pertama yaitu pembuatan larutan NaOH 10% dengan dilakukan
penimbangan pada padatan Natrium hidroksida sebanyak 10 gram menggunakan
timbangan analitik terlebih dahulu dan dilarutkan dengan menggunakan aquades,
diaduk menggunakan batang pengaduk hingga menjadi homogen. Setelah
homogen, larutan yang berada di dalam erleyenmeyer kemudian di tuang aquades
erlenmeyer kemudian di aduk lagi menggunakan batang pengaduk hingga menjadi
homogen. Larutan NaOH kemudian di pindahkan ke dalam botol kaca dan di beri
penanda menggunakan label. Padatan Natrium hidroksida pada saat dilarutkan
dengan aquades berubah menjadi warna bening. Penetuan larutan NaOH yang
digunakan yaitu dengan menggunakan rumus mencari massa jenis sebanding
dengan molaritas di bagi dengan volume larutan. Pada saat dilarutkan dengan
aquades larutan NaOH tidak memiliki warna melainkan bening. NaOH
merupakan kristal putih yang tidak berbau dan bersifat sangat higroskopis.
Higroskopis adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari
lingkungannya baik melalui absorbsi atau adsorpsi.
Percobaan ke dua yaitu pembuatan larutan NH₃ sebanyak 45,38 mL,
kemudian larutan NH₃ dimasukan kedalam labu takar 100 mLyang sebelumnya
sudah di isikan aquades sebanyak ¾ labu takar, kemudian di encerkan dan
tepatkan sampai tanda tera ,lalu di kocok supaya homogen. Larutan NH₃ ini
berwarna bening.
Perobaan ketiga yaitu pembuatan larutan HNO₃ sebanyak 41,5 Ml,
kemudian dimasukan kedalam labu takar 100 mL yang sebelumnya telah diisi
dengan aquades ¾ labu takar, encerkan dan tepatkan sampai tanda tera, dikocok
supaya homogen. larutan ini berbentuk cair dan larutan ini tidak memiliki warna
tetapi jika terlalu lama di simpan di dalam labu takar, tidak di tutup oksigen akan
masuk ke dalam labu takar dan warnanya lama-lama akan berubah agak kuning,
yang akan menjadi gelap seiring bertambahnya usia dan paparan cahaya. Larutan
ini memiliki bau yang sangat tajam dan kuat.
Perobaan selanjutnya yaitu larutan K₂CrO₄ sebanyak 1 gram di timbang
padatan dan larutkan dalam gelas piala sedikit demi sedikit dengan menggunakan
aquades. Lalu pindahkan larutan K₂CrO₄ ke dalam labu takar 50 mL kemudian
bilas gelas piala dengan aquades, encerkan dan tepatkan sampai tanda tera, kocok
supaya homogen. Larutan ini berbentuk padat dan tidak berbau menyengat.
Padatan kuning ini adalah garam kalium dari anion kromat. Pembuatan larutan ini
dilakukan dengan menggunakan beberapa konsentrasi tertentu. Pembutan larutan
pada larutan K₂CrO₄ 1 gram dilakukan dengan mengencerkan larutan K₂CrO₄
sebanyak 50 mL. Jumlah volume yang didapatkan dilakukan dengan
menggunkaan perbandingan volume melalui rumus pengenceran. Pengenceran
pada K₂CrO₄ dilakukan dengan menuangkan K₂CrO₄ kedalam pelarut
(aquades) sampai volume K₂CrO₄ menjadi 50 mL. Melalui proses pengenceran,
kepekatan larutan akan berkurang sesuai dengan volume aquades yang
ditambahkan. Setelah pengenceran, kepekatan larutan akan jadi lebih kecil
dibandingkan dengan volume awal. Pengenceran dimaksudkan untuk mengubah
kepekatan suatu larutan dari larutan yang pekat menjadi larutan yang kurang
pekat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pembuatan suatu larutan perlu dihitung konsentrasinya terlebih dahulu.
Pembuatan larutan juga perlu menggunakan ketelitian yang tinggi karena jika
terjadi kesalahan yang kecil saja larutannya tidak akan menjadi larutan yang
diinginkan. Proses pengenceran adalah mencampur larutan padat (konsentrasi
tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih
besar. Berdasarkan hal ini maka didapatkan hasil perhitungan dari satuan-satuan
konsentrasi seperti molaritas, persen massa, persen volume dan pengenceran
larutan

5.2 Saran
Hendaknya para praktikan bersifat teliti dan meminimalisir kesalahan
sekecil apapun sehingga hasil yang diharapkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, M.,dan Ainani, A. F. (2014). Konsentasi Larutan. Jurnal Program Studi
Ilmu dan Tegnologi Pangan. 7(4)

Marzuki, I., Amirullah, dan Fitriana. (2010). Kimia dalam Keperawatan.


Makassar: Penerbit Pustaka As Salam

Putri, Laili Mei Ari. (2017). Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju
Kenaikan Suhu Larutan. Jurnal Pemelajaran Fisika. 6(1).

Soebiyanto dan Petrus Darmawan. (2014) Normalitas Sebagai Jumlah Ekivalen


Zat Terlarut Dalam Satu Liter Larutan. Jurnal Biomedika 10(1)

Yurida, M., Eva, A. dan Susila, R. (2013).Pengaruh Kandungan CaO dari


Adsorben Semen terhadap Kemurnian Gliserol. Jurnal Teknik Kimia.
19(2).
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Data
1.1 Pembuatan larutan NaOH 10% 100 ml
10 gram NaOH
NaOH 10% =
100 gram air
10 gram NaOH
=
90 gram air+ 10 gram NaOH
90 gram
V air =
1 gr /ml
Jadi dalam pembuatan larutan NaOH 10 % 100 ml, dibutuhkan 10 gram
NaOH.

1.2 Pembuatan larutan K₂CrO₄ 2% 50 ml


1 gram K ₂ CrO ₄
K₂CrO₄ 2% =
30 gram air
1 gram K ₂CrO ₄
=
49 gramair +1 gram K ₂ CrO ₄
49 gram
V air =
1 gr /mr
Jadi dalam pembuatan larutan K₂CrO₄ 10% 50 ml, dibutuhkan 1 gram
K₂CrO₄.

1.3 Pembuatan larutan HNO₃ 6 M 100 ml


% .⍴ .10
M =
Mr
25.0,844 .10
=
17
= 13,22
M₁V₁ = M₂V₂
13,22 . V₁ = 6 M . 100 ml
6 M . 100 ml
V₁ =
13,22 M
V₁ = 45,38 ml

1.4 Pembuatan larutan HNO₃ 6M 100 ml


% .⍴ .10
M =
Mr
70 .1,3 . 10
=
63
=14,44
M₁V₁ = M₂V₂
14,44 V₁ = 6 M . 100 . ml
6 M . 100 . ml
V₁ =
14,44 M
= 41,5 ml
Lampiran 2. Diagram Alir
2.1 Pembuatan Larutan NaOH 10% 100 mL

Natrium Hidroksida
ditimbang 10 gram
dilarutkan dengan aquades
dihomogenkan

Larutan NaOH

2.2 Pembuatan Larutan NH₃ 6 M 100 mL


Ammonia
ditimbang 45,38 mL
dilarutkan dengan 3/4 aquades
dihomogenkan

Larutan NH₃

2.3 Pembuatan Larutan HNO₃ 6 M 100 mL


Asam nitrat
dipipet sebanyak 41,5 mL
dilarutkan dengan 3/4 aquades
dihomogenkan

Larutan HNO₃

2.3 Pembuatan Larutan K₂CrO₄ 6 M 50 mL


Asam nitrat
dipipet sebanyak 1 gram
dilarutkan dengan aquades
dilarutkan kedalam labu takar 50 mL
dihomogenkan
Larutan HNO₃

Anda mungkin juga menyukai