Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN LARUTAN DAN PENGENCERAN LARUTAN


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia

Oleh Kelompok 5
Salsa Nabila Prasintya 2310631220014
Putri Andriyani Silalahi 2310631220038
Dzakiyyah Putri Rahardjo 2310631220053
Syahla Aufa Balqis 2310631220059

Kelas A dan B

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Larutan adalah suatu campuran yang homogeny yang komposisinya dapat
berbeda, misalnya sjumlah garam dalam sejumlah air yang diketahui, dapat berbeda
dari satu larutan ke larutan yang lain. Dalam larutan ada dua komponen yaitu solven
dan solute. Solven disebut juga pelarut, dimana secara fisika tidak berubah jika larutan
terbentuk. Biasanya air digunakan sebagai solven, selain air yang berfungsi sebagai
pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi
kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan. Semua komponen lainya yang larut
dalam pelarut disebut solute (zat yang terlarut). Larutan garam dalam air misalnya, air
yang cair adalah pelarut (solven) dan garam yang dapat larut dalam air disebut solute
(zat yang terlarut). Jika ingin mengubah menjadi jumlah relative solute dan solven
dalam suatu larutan, maka digunakan istilah kosentrasi. Suatu larutan yang
mengandung sejumlah besar solute dalam suatu solven yang diketahui jumlahnya
disebut larutan solute yang pekat.

Suatu larutan pekat adalah solute yang relative konsentrasinya tinggi, dan larutan
encer adalah yang konsentrasinya kecil. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis,
pengaruh kompleks dan lain-lain.

Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi.


Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan
dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari
pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol,
molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen
volume.

Dalam kimia, pengenceran diartikan pencampuran yang bersifat homogen antara


zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan
disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada
zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Pengenceran juga bisa dilakukan
dengan cara mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan
pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia
yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah kalor dilepaskan. Hal ini terutama
dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan
dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh
sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan
sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan
asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak
kulit.

1.2 Tujuan Praktikum

1.2.1 Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu.

1.2.2 Membuat pengenceran larutan dengan konsentrasi tertentu.


BAB II

ALAT DAN BAHAN

2.1 Alat

1. Gelas beaker 250 ml

2. Gelas beaker 100 ml

3. Pipet ukur 5 ml

4. Pipet tetes

5. Labu ukur 100 ml

6. Labu ukur 50 ml

7. Spatula

8. Corong

9. Pengaduk kaca

10. Timbangan analitik

2.2Bahan

1. Aquades 50 ml

2. Aquades 100 ml

3. 4,0665 gram NaOH


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 NaOH, Asam Oksalat, NaCl, dan HCl

3.1.1 Natrium hidroksida (NaOH)

Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, soda api, atau
sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Ia digunakan di berbagai macam
bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu
dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Larutan NaOH sangat basa dan
biasanya digunakan untuk reaksi dengan asam lemah, dimana asam lemah seperti
natrium karbonat tidak efektif.

NaOH tidak bisa terbakar meskipun reaksinya dengan metal amfoter seperti
aluminium, timah, seng menghasilkan gas nitrogen yang bisa menimbulkan ledakan.
NaOH juga digunakan untuk mengendapkan logam berat dan dalam mengontrol
keasaman air. (Riana, Glory. 2012).

3.1.2 Asam Oksalat (C2H2O4)

Asam oksalat merupakan senyawa dikarboksilat yang atom C nya masing-


masing mengikat satu gugus hidroksil. Asam ini mempunyai bentuk kristal rombis
piramid, tidak berwarna dan transparan, tidak berbau dan higroskopis. Asam oksalat
mudah teroksidasi total oleh pengaruh panas yang tinggi sehingga terurai menjadi CO2
dan asam formiat (Kirk and Othmer, 1983; Lewis and Irving, 1983).

Asam oksalat dapat digunakan sebagai bahan peledak, pembuatan zat warna,
krayon, industri lilin, tinta, bahan kimia dalam fotografi serta untuk keperluan analisis
laboratorium. Pada industri logam, asam oksalat dipakai sebagai bahan pelapis yang
melindungi logam dari korosif dan pembersih untuk radiator otomotif, metal (Mastuti,
2005).

3.1.3 Natrium Klorida (NaCl)


Natrium klorida, juga dikenal sebagai garam meja, adalah senyawa kimia yang
terdiri dari satu ion natrium (Na+) dan satu ion klorida (Cl-) dalam rasio 1:1. NaCl
adalah padatan kristal yang tidak berwarna dan tidak berbau. NaCl terbentuk dari basa
kuat NaOH dan asam kuat HCl, sehingga ia bersifat netral. Oleh karena itu, NaCl
bukanlah asam atau basa.

NaCl banyak digunakan dalam industri makanan sebagai bumbu dan pengawet,
serta dalam bidang medis digunakan untuk mengobati dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit.

3.1.4 Asam Klorida (HCL)

Asam klorida merupakan asam kuat yang memiliki sifat sangat korosif.
Senyawa ini dapat larut dalam air, alkohol, dan benzene. Warnanya kuning pucat atau
tak berwarna. Asam klorida juga dapat bereaksi dengan basa kuat maupun lemah untuk
membentuk garam klorida.

Asam klorida merupakan salah satu senyawa yang dapat dihasilkan secara alami
oleh tubuh kita, yaitu dihasilkan oleh lambung. Nantinya zat asam ini akan digunakan
untuk membunuh kuman dan juga mengasamkan makanan. Di dunia industri, asam
klorida juga digunakan untuk membuat bahan-bahan plastik, pembuatan pipa pvc, dan
sebagai bahan aktif pada pembersih porselen.

3.2 Larutan

Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari 2 zat atau lebih. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut atau solute, sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut perlarut atau
solvent. Fase larutan dapat berwujud gas, padat, cair. Contoh dari larutan gas yaitu
nitrogen (O2 sebagai pelarut dan CO2 sebagai zat terlarut), larutan padat yaitu
perunggu (campuran dari tembaga dengan timah atau unsur kimia lainnya), larutan cair
yaitu kopi (kopi bubuk sebagai zat terlarut dan air sebagai pelarut).

Sifat-sifat larutan:
1. Koligatif => tergantung pada jumlah partikel dalam larutan.

2. Aditif => tergantung pada atom total dalam molekul atau pada jumlah sifat
konstituen dalam larutan.

3. Konstitutif => tergantung pada atom penyusun molekul (pada jenis atom dan jumlah
atom).

3.3 Konsentrasi

Konsentrasi larutan adalah besaran yang menunjukkan kepekatan suatu larutan


melalui perbandingan antara pelarut dan zat terlarut. Jika jumlah zat terlarut banyak,
maka larutan yang dibentuk memiliki konsentrasi tinggi (pekat). Sebaliknya, jika zat
terlarut berjumlah sedikit, maka larutan yang dibentuk memiliki konsentrasi rendah
(encer). Rumus standarnya adalah C = m/V, yaitu C adalah konsentrasi, m adalah massa
zat terlarut, dan V adalah total volume larutan. Jenis konsentrasi larutan yaitu sebagai
berikut:

1. Persen (%)
a. Persen massa: menyatakan massa suatu zat (dalam gram) yang terdapat
dalam 100 gram campuran.

b. Persen volume: menyatakan volume zat yang terdapat dalam setiap 100
bagian volume campuran.

2. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut yang terlarut dalam 1 liter
larutan.

3. Molalitas (m)
Molalitas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam setiap 1000 gram
pelarut.

4. Fraksi mol (X)


Fraksi mol menyatakan perbandingan banyaknya mol dari zat tersebut
terhadap jumlah mol seluruh komponen dalam larutan.

5. Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah mol ekuivalen zat terlarut dalam 1 liter
larutan. Untuk asam, 1 mol ekuivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+,
untuk basa, 1 mol ekuivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-.

3.4 Pengenceran Larutan

Pengenceran adalah prosedur pembuatan larutan yang lebih encer dari larutan
yang lebih pekat melalui penambahan sejumlah pelarut pada larutan dengan volume
dan konsentrasi tertentu. Proses pengengeran dilakukan dengan mencampur larutan
pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume
akhir yang lebih besar. Teknik pengenceran melibatkan teknik pengukuran volume dan
teknik pelarutan. Tentang kedua teknik ini beberapa hal harus diperhatikan seperti
diuraikan berikut ini. Hitung volume cairan pekat dan volume aquades yang akan
diukur dan disiapkan didalam gelas kimia. Teknik pengenceran dari larutan kurang
pekat menjadi larutan yang lebih encer lebih mudah dilakukan dan tidak diperlukan
diruang asam (Mulyono, 2005).

Rumus pengenceran menurut Gunawan (2004) yaitu:

𝑽𝟏 × 𝑴𝟏 = 𝑽𝟐 × 𝑴𝟐
V1 = volume awal larutan V2 = volume akhir larutan

M1 = molaritas awal larutan M2 = molaritas akhir larutan


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan dalam Pembuatan Larutan dan Pengenceran Larutan NaOH

Pembuatan larutan NaOH 100ml 1M:

1. Hitung massa NaOH dengan menggunakan rumus molaritas. Rumus molaritas yaitu
M= massa (gr) / Mr x 1000 / volume (ml).

2. Lalu sudah diketahui molaritas NaOH tersebut 1M, volume 100ml, dan Mr NaOH
yaitu 40.

3. Mr NaOH didapatkan dengan mengkalikan muatan masing-masing unsur dengan Ar


tersebut (Na, O , dan H). Yaitu Na= (1×23=23), O= (1×16=16), H= (1×1=1) kemudian
tambahkan semua perkalian tersebut, maka didapatkan hasil 40.

4. Lalu masukkan angka-angka yang sudah diketahui tersebut kedalam rumus


molaritas.

5. Maka kita tulis 1M= massa (a) / 40 × 1000 / 100ml. Coret 1000 dengan 100 × 40
sisa 4. Lalu massa(a) yang akan kita cari pindahkan kedepan. a= 1×4= 4gram NaOH.

6. Setelah ditimbang Massa zat terlarutnya yaitu 4,0190 gram, maka hitung kembali
Molaritasnya dengan cara yang sama.

7. M= 4,0190/40 × 1000/100 = 1,00475 M. Itulah hasil akhir yang didapat.

Pengenceran larutan NaOH:

1. Buatlah pengenceran larutan NaOH menjadi 50 ml larutan NaOH dengan Molaritas


0,1 M.

2. Hitung volume menggunakan rumus pengenceran

3. Rumus pengenceran yaitu V1.M1 = V2.M2 dengan angka yang sudah diketahui yaitu
V2 = 50 ml, M2 = 0,1M, M1 = 1,00475 ml.
4. Perlu diketahui bahwa V1= volume yang dicari sebagai volume stock yang
diperlukan.

5. Lalu masukkan dan hitung kedalam rumus,menjadi V1 = V2.M2/M1 =


50.0,1/1,00475 = 4,97636ml.

6. Maka didapatkan 4,97636 ml volume stock yang diperlukan oleh NaOH.

7. Jadi jika ingin membuat 50 ml larutan encer NaOH, perlu mencampur 4,97636 ml
stock NaOH dan 45,02364 ml Aquades.

4.2 Perhitungan dalam Pembuatan Larutan dan Pengenceran Larutan

Perhitungan dalam pembuatan larutan NaOH menggunakan rumus Molaritas

M = Molaritas (M) g = Massa suatu zat (g)

Mr = Jumlah massa atom relatif (g/mol) v = Volume larutan (ml)

Perhitungan dalam pengenceran larutan NaOH menggunakan rumus


Pengenceran Larutan

𝑴𝟏 × 𝑽𝟏 = 𝑴𝟐 × 𝑽𝟐
M1 = Molaritas sebelum pengenceran (M)

V1 = Volume sebelum pengenceran (ml)

M2 = Molaritas setelah pengenceran (M)

V2 = Volume setelah pengenceran (ml)

4.3 Tujuan dari Pembuatan Larutan dan Pengenceran Larutan

Pembuatan dan pengenceran larutan memiliki tujuan yang berbeda. Pembuatan


larutan bertujuan untuk menciptakan larutan dengan konsentrasi yang diinginkan. Pada
penggunaan di laboratorium, larutan dibuat untuk eksperimen, analisis, atau reaksi
kimia tertentu. Larutan juga sering dibuat sebagai larutan stock (stock solution). Dari
larutan stock ini, larutan dengan konsentrasi yang sesuai dapat disiapkan saat
diperlukan.

Tujuan pengenceran larutan adalah untuk mengurangi konsentrasi zat dalam


larutan. Ini sering digunakan saat larutan stok terlalu kuat untuk digunakan secara
langsung, atau ketika perlu mengubah konsentrasi larutan. Dalam konteks medis,
pengenceran dapat digunakan untuk mengurangi konsentrasi obat atau zat berbahaya
agar aman untuk dikonsumsi atau digunakan oleh pasien.

Jadi, pembuatan larutan bertujuan untuk menciptakan larutan dengan


konsentrasi yang diinginkan, sementara pengenceran bertujuan untuk mengurangi
konsentrasi larutan yang sudah ada ke tingkat yang diinginkan.
4.4 Langkah-Langkah Pembuatan dan Pengenceran Larutan (dalam diagram
alir)

Pembuatan larutan

Mulai

Hitung konsentrasi larutan yang akan dibuat.

NaOH 4,0190 gram

Timbang NaOH dengan timbangan analitik.

Jadikan gelas beaker sebagai wadah.

Tambahkan aquades
secukupnya.

Larutkan menggunakan batang pengaduk.

Pindahkan ke dalam labu ukur 100 ml.

Tambahkan aquades
hingga batas tera.

Homogenkan.

Hasil
Pengenceran larutan

Mulai

Hitung konsentrasi pengenceran yang akan


dibuat.

Ambil stock NaOH


4,97636 ml menggunakan
pipet ukur 5 ml.

Tuang sedikit aquades pada labu ukur sebagai


bantalan.

Pindahkan stock NaOH pada labu ukur yang


sudah ada sedikit aquades menggunakan corong.

Tambahkan aquades
hingga batas tera.

Homogenkan.

Hasil

4.5 Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan pada penentuan


konsentrasi dalam pembuatan suatu larutan

1. Pengukuran yang tidak akurat: Penggunaan alat ukur yang tidak tepat atau
kurang kalibrasi dapat mengakibatkan kesalahan dalam menentukan volume
atau massa zat yang digunakan untuk membuat larutan.
2. Kesalahan dalam pencatatan: Kesalahan manusia dalam mencatat hasil
pengukuran, seperti menuliskan angka yang salah atau salah mengidentifikasi
bahan kimia yang digunakan, dapat memengaruhi konsentrasi larutan.
3. Kesalahan dalam prosedur: Tidak mengikuti prosedur yang benar dalam
pembuatan larutan, seperti mencampur bahan kimia dalam urutan yang salah
atau menggunakan wadah yang tidak bersih, bisa menyebabkan penyimpangan.
4. Kesalahan peralatan: Kerusakan atau keausan pada peralatan laboratorium,
seperti buret atau pipet, dapat menghasilkan volume yang tidak tepat, sehingga
mempengaruhi konsentrasi larutan.
5. Reaksi kimia yang tidak sempurna: Beberapa reaksi kimia mungkin tidak
mencapai kesetimbangan sempurna, mengakibatkan konsentrasi yang berbeda
dari yang diharapkan.
6. Variabilitas bahan kimia: Bahan kimia dapat memiliki variasi kualitas dari satu
batch ke batch lainnya, yang dapat memengaruhi konsentrasi larutan.
7. Pengaruh suhu: Perubahan suhu dapat memengaruhi volume larutan, terutama
jika tidak dikompensasi dengan koreksi suhu.

Penting untuk meminimalkan faktor-faktor ini dengan mengikuti prosedur yang


benar, menggunakan peralatan yang baik, dan melakukan pengukuran dengan akurat
untuk memastikan konsentrasi larutan yang akurat.
BAB V

SIMPULAN

Pada praktikum pembuatan dan pengenceran larutan, kami dapat mengetahui


cara membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan dengan
konsentrasi tertentu, serta mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan
dalam pembuatan konsentrasi suatu larutan.

Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua jenis zat atau
lebih,dimana larutan ini terdiri dari dua komponen yaitu zat terlarut (solute) dan zat
pelarut (solvent). Tujuan pembuatan larutan adalah untuk mengukur konsentrasi,
penggunaan laboratorium, stock larutan.

Pengenceran adalah prosedur pembuatan larutan yang lebih encer dari larutan yang
lebih pekat melalui penambahan sejumlah pelarut pada larutan dengan volume dan
konsentrasi tertentu. Tujuan dari pengenceran larutan adalah untuk mengurangi
konsentrasi, mengurangi overdosis, mengatur konsentrasi yang tepat.

Pembuatan larutan 100 ml NaOH 1M dengan massa zat terlarutnya yaitu 4,10190
gram maka molaritasnya adalah 1,00475 M. Sedangkan pengenceran larutan oleh 50
ml 0,1 M dan molaritas larutan 1,00475 M adalah 4,97636 M. Jadi jika ingin membuat
50 ml larutan encer NaOH, perlu mencampur 4,97636 ml stock NaOH dan 45,02364
ml Aquades.

Lalu ada faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan dalam pembuatan


konsentrasi suatu larutan diantaranya seperti pengukuran yang tidak akurat, kesalahan
dalam pencatatan, kesalahan dalam prosedur, kesalahan peralatan, reaksi kimia yang
tidak sempurna, variabillitas bahan kimia, dan pengaruh suhu. Maka untuk
meminimalkan faktor-faktor ini kita perlu mengikuti prosedur dengan benar,
menggunakan peralatan yang baik, dan melakukan pengukuran dengan akurat untuk
memastikan konsentrasi larutan yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Hastagina, I., Novitasari, F., & Sihombing, H., 2016. Pembuatan larutan dan
pengenceran. Teknologi pengolahan hasil perkebunan Politeknik Pertanian
Negri Samarinda.

Hikmayanti, M & Utami, L., 2019. Analisis Kemampuan Multiple Representasi Siswa
Kelas XI MAN 1 Pekanbaru Pada Materi Titrasi Asam Basa. Jurnal Riset
Pendidikan Kimia. Jurnal Riset Pendidikan Kimia, Vol. 9, No. 1. DOI:
https://doi.org/10.21009/JRPK.091.07, diakses pada 16 Oktober 2023.

Hutami, F. D., & Harijono, H. (2014). Pengaruh Penggantian Larutan dan Konsentrasi
NaHCO3 Terhadap Penurunan Kadar Sianida pada Pengolahan Tepung Ubi
Kayu [IN PRESS OKTOBER 2014]. Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 2(4),
220–230. Retrieved from https://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/94,
diakses pada 16 Oktober 2023.

Chandra, M & Ainani, A.F. 2018. Konsentrasi Larutan. [Laporan]. Universitas


Hasanuddin.

Irma, R., Harlia & Andi, H. Perbandingan Metode Hidrolisis Asam dan Basa Tandan
Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Pembuatan Asam Oksalat. 2016.
Universitas Tanjungpura. Pontianak. ISSN 2303-1077

Unggul S. (2016). Kimia Untuk SMA/MA kelas X. Surakarta: PT


Gelora Aksara Pratama.

Anda mungkin juga menyukai