Oleh Kelompok 5
Salsa Nabila Prasintya 2310631220014
Putri Andriyani Silalahi 2310631220038
Dzakiyyah Putri Rahardjo 2310631220053
Syahla Aufa Balqis 2310631220059
Kelas A dan B
Suatu larutan pekat adalah solute yang relative konsentrasinya tinggi, dan larutan
encer adalah yang konsentrasinya kecil. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis,
pengaruh kompleks dan lain-lain.
2.1 Alat
3. Pipet ukur 5 ml
4. Pipet tetes
6. Labu ukur 50 ml
7. Spatula
8. Corong
9. Pengaduk kaca
2.2Bahan
1. Aquades 50 ml
2. Aquades 100 ml
TINJAUAN PUSTAKA
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, soda api, atau
sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Ia digunakan di berbagai macam
bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu
dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Larutan NaOH sangat basa dan
biasanya digunakan untuk reaksi dengan asam lemah, dimana asam lemah seperti
natrium karbonat tidak efektif.
NaOH tidak bisa terbakar meskipun reaksinya dengan metal amfoter seperti
aluminium, timah, seng menghasilkan gas nitrogen yang bisa menimbulkan ledakan.
NaOH juga digunakan untuk mengendapkan logam berat dan dalam mengontrol
keasaman air. (Riana, Glory. 2012).
Asam oksalat dapat digunakan sebagai bahan peledak, pembuatan zat warna,
krayon, industri lilin, tinta, bahan kimia dalam fotografi serta untuk keperluan analisis
laboratorium. Pada industri logam, asam oksalat dipakai sebagai bahan pelapis yang
melindungi logam dari korosif dan pembersih untuk radiator otomotif, metal (Mastuti,
2005).
NaCl banyak digunakan dalam industri makanan sebagai bumbu dan pengawet,
serta dalam bidang medis digunakan untuk mengobati dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit.
Asam klorida merupakan asam kuat yang memiliki sifat sangat korosif.
Senyawa ini dapat larut dalam air, alkohol, dan benzene. Warnanya kuning pucat atau
tak berwarna. Asam klorida juga dapat bereaksi dengan basa kuat maupun lemah untuk
membentuk garam klorida.
Asam klorida merupakan salah satu senyawa yang dapat dihasilkan secara alami
oleh tubuh kita, yaitu dihasilkan oleh lambung. Nantinya zat asam ini akan digunakan
untuk membunuh kuman dan juga mengasamkan makanan. Di dunia industri, asam
klorida juga digunakan untuk membuat bahan-bahan plastik, pembuatan pipa pvc, dan
sebagai bahan aktif pada pembersih porselen.
3.2 Larutan
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari 2 zat atau lebih. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut atau solute, sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut perlarut atau
solvent. Fase larutan dapat berwujud gas, padat, cair. Contoh dari larutan gas yaitu
nitrogen (O2 sebagai pelarut dan CO2 sebagai zat terlarut), larutan padat yaitu
perunggu (campuran dari tembaga dengan timah atau unsur kimia lainnya), larutan cair
yaitu kopi (kopi bubuk sebagai zat terlarut dan air sebagai pelarut).
Sifat-sifat larutan:
1. Koligatif => tergantung pada jumlah partikel dalam larutan.
2. Aditif => tergantung pada atom total dalam molekul atau pada jumlah sifat
konstituen dalam larutan.
3. Konstitutif => tergantung pada atom penyusun molekul (pada jenis atom dan jumlah
atom).
3.3 Konsentrasi
1. Persen (%)
a. Persen massa: menyatakan massa suatu zat (dalam gram) yang terdapat
dalam 100 gram campuran.
b. Persen volume: menyatakan volume zat yang terdapat dalam setiap 100
bagian volume campuran.
2. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut yang terlarut dalam 1 liter
larutan.
3. Molalitas (m)
Molalitas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam setiap 1000 gram
pelarut.
5. Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah mol ekuivalen zat terlarut dalam 1 liter
larutan. Untuk asam, 1 mol ekuivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+,
untuk basa, 1 mol ekuivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-.
Pengenceran adalah prosedur pembuatan larutan yang lebih encer dari larutan
yang lebih pekat melalui penambahan sejumlah pelarut pada larutan dengan volume
dan konsentrasi tertentu. Proses pengengeran dilakukan dengan mencampur larutan
pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume
akhir yang lebih besar. Teknik pengenceran melibatkan teknik pengukuran volume dan
teknik pelarutan. Tentang kedua teknik ini beberapa hal harus diperhatikan seperti
diuraikan berikut ini. Hitung volume cairan pekat dan volume aquades yang akan
diukur dan disiapkan didalam gelas kimia. Teknik pengenceran dari larutan kurang
pekat menjadi larutan yang lebih encer lebih mudah dilakukan dan tidak diperlukan
diruang asam (Mulyono, 2005).
𝑽𝟏 × 𝑴𝟏 = 𝑽𝟐 × 𝑴𝟐
V1 = volume awal larutan V2 = volume akhir larutan
1. Hitung massa NaOH dengan menggunakan rumus molaritas. Rumus molaritas yaitu
M= massa (gr) / Mr x 1000 / volume (ml).
2. Lalu sudah diketahui molaritas NaOH tersebut 1M, volume 100ml, dan Mr NaOH
yaitu 40.
5. Maka kita tulis 1M= massa (a) / 40 × 1000 / 100ml. Coret 1000 dengan 100 × 40
sisa 4. Lalu massa(a) yang akan kita cari pindahkan kedepan. a= 1×4= 4gram NaOH.
6. Setelah ditimbang Massa zat terlarutnya yaitu 4,0190 gram, maka hitung kembali
Molaritasnya dengan cara yang sama.
3. Rumus pengenceran yaitu V1.M1 = V2.M2 dengan angka yang sudah diketahui yaitu
V2 = 50 ml, M2 = 0,1M, M1 = 1,00475 ml.
4. Perlu diketahui bahwa V1= volume yang dicari sebagai volume stock yang
diperlukan.
7. Jadi jika ingin membuat 50 ml larutan encer NaOH, perlu mencampur 4,97636 ml
stock NaOH dan 45,02364 ml Aquades.
𝑴𝟏 × 𝑽𝟏 = 𝑴𝟐 × 𝑽𝟐
M1 = Molaritas sebelum pengenceran (M)
Pembuatan larutan
Mulai
Tambahkan aquades
secukupnya.
Tambahkan aquades
hingga batas tera.
Homogenkan.
Hasil
Pengenceran larutan
Mulai
Tambahkan aquades
hingga batas tera.
Homogenkan.
Hasil
1. Pengukuran yang tidak akurat: Penggunaan alat ukur yang tidak tepat atau
kurang kalibrasi dapat mengakibatkan kesalahan dalam menentukan volume
atau massa zat yang digunakan untuk membuat larutan.
2. Kesalahan dalam pencatatan: Kesalahan manusia dalam mencatat hasil
pengukuran, seperti menuliskan angka yang salah atau salah mengidentifikasi
bahan kimia yang digunakan, dapat memengaruhi konsentrasi larutan.
3. Kesalahan dalam prosedur: Tidak mengikuti prosedur yang benar dalam
pembuatan larutan, seperti mencampur bahan kimia dalam urutan yang salah
atau menggunakan wadah yang tidak bersih, bisa menyebabkan penyimpangan.
4. Kesalahan peralatan: Kerusakan atau keausan pada peralatan laboratorium,
seperti buret atau pipet, dapat menghasilkan volume yang tidak tepat, sehingga
mempengaruhi konsentrasi larutan.
5. Reaksi kimia yang tidak sempurna: Beberapa reaksi kimia mungkin tidak
mencapai kesetimbangan sempurna, mengakibatkan konsentrasi yang berbeda
dari yang diharapkan.
6. Variabilitas bahan kimia: Bahan kimia dapat memiliki variasi kualitas dari satu
batch ke batch lainnya, yang dapat memengaruhi konsentrasi larutan.
7. Pengaruh suhu: Perubahan suhu dapat memengaruhi volume larutan, terutama
jika tidak dikompensasi dengan koreksi suhu.
SIMPULAN
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua jenis zat atau
lebih,dimana larutan ini terdiri dari dua komponen yaitu zat terlarut (solute) dan zat
pelarut (solvent). Tujuan pembuatan larutan adalah untuk mengukur konsentrasi,
penggunaan laboratorium, stock larutan.
Pengenceran adalah prosedur pembuatan larutan yang lebih encer dari larutan yang
lebih pekat melalui penambahan sejumlah pelarut pada larutan dengan volume dan
konsentrasi tertentu. Tujuan dari pengenceran larutan adalah untuk mengurangi
konsentrasi, mengurangi overdosis, mengatur konsentrasi yang tepat.
Pembuatan larutan 100 ml NaOH 1M dengan massa zat terlarutnya yaitu 4,10190
gram maka molaritasnya adalah 1,00475 M. Sedangkan pengenceran larutan oleh 50
ml 0,1 M dan molaritas larutan 1,00475 M adalah 4,97636 M. Jadi jika ingin membuat
50 ml larutan encer NaOH, perlu mencampur 4,97636 ml stock NaOH dan 45,02364
ml Aquades.
Hastagina, I., Novitasari, F., & Sihombing, H., 2016. Pembuatan larutan dan
pengenceran. Teknologi pengolahan hasil perkebunan Politeknik Pertanian
Negri Samarinda.
Hikmayanti, M & Utami, L., 2019. Analisis Kemampuan Multiple Representasi Siswa
Kelas XI MAN 1 Pekanbaru Pada Materi Titrasi Asam Basa. Jurnal Riset
Pendidikan Kimia. Jurnal Riset Pendidikan Kimia, Vol. 9, No. 1. DOI:
https://doi.org/10.21009/JRPK.091.07, diakses pada 16 Oktober 2023.
Hutami, F. D., & Harijono, H. (2014). Pengaruh Penggantian Larutan dan Konsentrasi
NaHCO3 Terhadap Penurunan Kadar Sianida pada Pengolahan Tepung Ubi
Kayu [IN PRESS OKTOBER 2014]. Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 2(4),
220–230. Retrieved from https://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/94,
diakses pada 16 Oktober 2023.
Irma, R., Harlia & Andi, H. Perbandingan Metode Hidrolisis Asam dan Basa Tandan
Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Pembuatan Asam Oksalat. 2016.
Universitas Tanjungpura. Pontianak. ISSN 2303-1077