Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan sehari-hari, industri maupun laboratorium tidak terlepas dari
kimia. Didalam kimia dikenal suatu larutan, dimana larutan merupakan hal yang
sangat penting dan hal dasar yang harus diketahui, terutama bagi seseorang
yang bekerja dibidang industri maupun didalam laboratorium. Banyak reaksi
kimia yang dikenal, terutama didalam laboratorium atau di industri yang terjadi
didalam larutan (Haris, 2014).
Larutan pada dasarnya adalah campuran homogen antara dua atau lebih
zat yang terdispersi dengan baik. Dalam proses pembuatan larutan, juga
dikenal pengenceran. Pengenceran juga merupakan hal yang penting dalam
bidang industri maupun laboratorium. Pengenceran pada prinsipnya hanya
menambahkan pelarut saja, sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum
pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran.
Dengan kata lain jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan
jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran. Didalam laboratorium maupun
industri juga dikenal pencampuran, dimana dua atau lebih senyawa yang
memiliki konsentrasi berbeda dicampurkan menjadi satu, baik itu berbentuk
cair, padat maupun gas (Haris, 2014).
Program studi pendidikan biologi tidak terlepas dari pembelajaran
mengenai kimia, seperti pembuatan larutan, pengenceran maupun
pencampuran bahan kimia dengan berbagai konsentrasi. Unutk itu, penting
bagi seorang praktikan dalam mengetahui bagaimana membuat suatu larutan,
pengenceran maupun menghitung konsentrasi bahan kimia.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pembuatan larutan, pengenceran larutan dan pencampuran
larutan bahan kimia ?

1
1.3 Hipotesis
1. Untuk membuat larutan Na2SO4 0,1 M, diperlukan 1,42 gr dan aquades 50
mL sebagai pelarut.
2. Untuk melakukan pengenceran Na 2SO4 0,1 M dihitung terlebih dahulu
jumlah bahan yang akan diencerkan kemudian dilarutkan menggunakan
aquades dan dikocok hingga homogen yang menandakan bahwa kedua zat
telah larut dan di dapatkan hasil dari konsentrasi Na 2SO4 adalah 0,01 M.
3. Molaritas dari pencampuran Na2SO4 (larutan) dengan Na2SO4
(pengenceran) adalah 0,01 M.

1.4 Variabel
Macam-macam variabel dalam percobaan :

 Variabel bebas : Bahan kimia


 Variabel terikat : Larutan, pengenceran, pencampuran
 Variabel kontrol : Pembuatan larutan, pengenceran dan pencampuran
bahan kimia.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 NaOH (Natrium Hidroksida)

Natrium hidroksida atau NaOH dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk dari
oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida
membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. NaOH
digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai
basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun
dan deterjen. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia
dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa
disebut larutan Sorensen (Anonim, 2014).

NaOH sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan,
karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis, yaitu
pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan karena titik didih NaOH lebih besar
dibandingkan titik didih air (Anonim, 2013).

2.2 Larutan

Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya
dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan maupun padatan. Larutan
terbagi mendari dua, yaitu larutan encer maupun larutan pekat. Larutan encer
adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solute relative terhadap jumlah
pelarut. Sedangkan larutan pekat merupakan larutan yang mengandung
sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut sedangkan solvent (pelarut)
adalah medium dalam mana solute terlarut (Baroroh, 2004).

Teknik Pengenceran daat dicontohkan pada proses preparasi Boehmite


oleh hidrotermal dimana pengolahannya dibantu oleh sol-gel yang berasal dari

3
alumunium alkoksida. Teknik pengenceran tersebut dijelaskan secara lebih rinci
terutama pada proses hidrolisis. Untuk hidrolisis menggunakan hidrothermal,
alumunium alkoksida diencerkan dengan toluen kemudian ditampung dalam
wadah kaca. Wadah kaca tersebut kemudian diletakkan di sebuah baja
stainless. Alumunium alkoksida yang telah terhidrolisis kemudian akan berdifusi
dengan air menjadi larutan alumunium alkoksida pada kondisi hidrothermal.
(Amin's dan Mirzae, 2005)

Menurut Kaenan (1996), larutan dapatdibedakan menjadi beberapa sifat,


yaitu sebagai berikut:

1. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil zat terlarut
relatif terhadap jumlah zat pelarut.
2. Larutan pekat adalag larutan yang mengandung sebagian besar jumlah zat
terlarut.
3. Larutan lewat jenuh adalah larutan yang tidak dapat melarutkan zat terlarut
atau sudah terjadi pengendapan.
4. Larutan belum jenuh adalah larutan yang masih bisa untuk melarutkan zat
terlarut atau belum terjadi atau terbentuk endapan.
5. Larutan tepat jenuh adalah larutan yang menimbulkan endapan.

2.3 Konsentrasi

Konsentrasi digunakan untuk menyatakan komposisi larutan secara


kualitatif. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam tiap
satuan larutan atau pelarut dan dinyatakan dalam jumlah volume zat terlarut
dalam sejumlah volume (berat, mol) tertentu dari pelarut (Baroroh, 2014).

Menurut Baroroh (2004), satuan-satuan dari konsentrasi adalah sebagai


berikut:

1. Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol suatu komponen


dengan jumlah mol seluruh komponenyang terdapat dalam larutan.
2. Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram.

4
3. Molalitas (m) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram.
4. Molaritas (M) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
5. Normalitas (N) menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam setiap liter
larutan.
6. Persen massa (%(b/b)) adalah berat bahan yang terkandung dalam 100
gram larutan.
7. Persen volume (%(v/v)) adalah volume bahan yang terkandung didalam
100 ml larutan.
8. Persen berat per volume (% (b/v)) adalah berat bahan yang terkandung
didalam 100 ml larutan.
9. Parts per milion (ppm) menyatakan kandungan suatu senyawa dalam
larutan.

2.4 Pengenceran

Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan


cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika
suatu larutan senyawa kimiayang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah
panas dilepaskan. Hal ini terutama terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat.
Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus
ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke
dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat
menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat
memercik. Jika kita berada didekatnya, percikan asam sulfat ini bisa merusak
kulit (Khopkar, 1990).

Menurut Jhon (2011), rumus yang digunakan pada pengenceran adalah


sebagai berikut:

M1 X V1 = M2 X V2

5
Dimana:

M1 = molaritas larutan sebelum pelarutan

V1 = volume larutan sebelum pelarutan

M2 = molaritas larutan sesudah pelarutan

V2 = volume larutan sesudah pelarutan.

2.5 Pencampuran

Pencampuran merupakan penggabungan dari dua atau lebih senyawa, baik


itu berbentu cair, padat maupun gas. Proses pencampuran dimaksudkan untuk
membuat suatu bentuk keseragaman dari beberapa konstituan baik likuid-solid
(pasta), atau solid-solid dan kadang-kadang likuid-gas. Berbagai proses
pencampuran harus dilakukan didalam industri pangan seperti pencampuran
susu dengan coklat, tepung dengan gula atau CO 2 dengan air. Pencampuran
bertujuan untuk mencampurkan satu atau lebih bahan dengan menambahkan
satu bahan ke dalam bahan lainnya, sehingga dihasilkan suatu bentuk yang
seragam dari beberapa konstituen baik padat, padat-cair, maupun cair-gas.
Prinsip dari pencampuran adalah berdasarkan pada peningkatan pengayakan
dan distribusi dua atau lebih beberapa komponen yang mempunyai sifat
berbeda, yang mana derajat pencampuran dapat dikarakterisasi dari waktu
yang dibutuhkan, keadaan produk atau jumlah energi yang diperlukan untuk
melakukan pencampuran. Pencampuran bermanfaat untuk mendapatkan hasil
dari pencampuran dari beberapa bahan agar didapatkan karakteristik bahan
yang sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan (Wirakartakusumah,
1992).

BAB III

6
METODE PERCOBAAN

3.1 Metode Penelitian


Metode penelitian dilakukan dengan cara eksperimen.

3.2 Alat dan Bahan


1. Alat
a. Gelas kimia
b. Tabung reaksi
c. Batang pengaduk
d. Pipet tetes
e. Labu volumetrik
f. Gelas ukur
g. Timbangan analitik

2. Bahan
a. Akuades
b. NaOH
c. NaCl
d. Na2SO4
e. NaHCO3
f. H2SO4

3.3 Langkah Kerja


1. Membuat larutan NaOH 0,02 M, NaCl 0,1 M, NA2SO 0,1 M, H2SO4 0,1 M,
dan natrium bikarbonat (NaHCO3) 0,02 M
a. Massa ketiga kristal tersebut dihitung terlebih dahulu melalui data yang
ada
b. Kemudian massa kristal ditimbang dengan neraca analitik secara tepat
c. Kristal hasil penimbangan kemudian dimasukkan dalam gelas kimia 100
ml dan ditambah dengan air 50 ml kemudian diaduk dengan pengaduk
hingga larut.

7
d. Dan larutan tersebut dimasukkan kedalam labu volunetrik 100 ml dan
ditambah dengan air hingga batas akhir 100 ml
e. Lakukan semua langkah tersebut pada bahan-bahan diatas.
2. Membuat larutan dengan pengenceran
a. Larutan dari percobaan 1 diambil 10 ml menggunakan pipet ukur 10 ml
dan dimasukkan kedalam labu volumetrik 100 ml
b. Kemudian ditambah air sampai tepat garis batas 100 ml
c. Setelah itu dihitung konsentrasi setelah pengenceran
d. Lakukan semua langkah tersebut pada tiga bahan diatas.
3. Membuat larutan dengan pengenceran
a. Larutan dari hasil percobaan 1 diambil 10 ml menggunakan pipet ukur
dan dimasukkan kedalam labu volumetrik 100 ml
b. Kemudian ditambahkan dengan larutan dari hasil percobaan 2
kedalam labu volumetrik 100 ml tersebut sampai tepat garis batas 100
ml
c. Setelah itu dihitung berapa molaritas campurannya
d. Lakukan semua langkah tersebut pada bahan-bahan lainnya.

BAB IV
PEMBAHASAN

8
4.1 Hasil pengamatan
Tabel 4.1
Pembuatan Larutan

NO. Larutan Konsentrasi Massa


1. Na2SO4 0,1 M 1,42 gr
2. NaHCO3 0,02 M 0,168 gr
3. NaOH 0,02 M 0,08 gr
4. NaCl 0,1 M 0,56 gr

Tabel 4.2
Pengenceran Larutan

Konsentrasi
NO. Larutan Konsentrasi Awal Setelah
Pengenceran
1. Na2SO4 0,1 M 0,01 M
2. NaHCO3 0,02 M 0,002 M
3. NaOH 0,02 M 0,002 M
4. NaCl 0,1 M 0,01 M

Tebel 4.3
Pencampuran Larutan
Konsentrasi
NO. Larutan Konsentrasi Awal Setelah
Pengenceran
1. Na2SO4 0,01 M 0,01 M
2. NaHCO3 0,02 M 0,002 M
3. NaOH 0,002 M 0,0002 M
4. NaCl 0,01 M 0,001 M

4.2 Pembahasan
Larutan adalah campuran yang selaras antara dua ataupun lebih zat.
Larutan dapat berupa cair, padat maupun gas. Pada umumnya, didalam
pembuatan larutan, zat pelarut yang digunakan adalah air (H 2O). Hal ini sesuai

9
dengan Baroroh (2004), yang menyatakan bahwa larutan adalah campuran
homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom
maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi.
Konsentrasi merupakan jumlah zat terlarut dalam tiap satuan larutan atau
pelarut. Dan digunakan untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif.
Konsentrasi memiliki macam-macam satuan, yaitu fraksi mol, persen berat,
molalitas, molaritas, normalitas, persen massa, persen volume, persen berat
per volume dan PPM atau Parts Per Million. Hal ini sesuai dengan Baroroh
(2014) yang menyatakan bahwa konsentrasi digunakan untuk menyatakan
komposisi larutan secara kuantitatif. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah
zat pelarut dalam tiap satuan larutan atau pelarut.
Pengenceran merupakan pencampuran larutan pekat dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu
larutan suatu senyawa kimia yang pekat diencerkan, terkadang sejumlah panas
dilepaskan. Hal ini sesuai dengan Khopkar (1990) yang menyatakan bahwa
pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Pencampuran adalah gabungan dari dua atau lebih bahan kimia yang
bertujuan untuk menghasilkan suatu bentuk yang seragam baik itu padat-cair,
cair-gas dan padat-gas. Dan pencampuran dilakukan untuk mendapatkan
karakteristik bahan yang sesuai dengan apa yang kita butuuhkan. Hal ini sesuai
dengan Wirakartakusumah (1992) yang menyatakan bahwa pencampuran
bertujuan untuk mencampurkan satu atau lebih bahan dengan menambahkan
satu bahan kedalam bahan lainnya, sehingga dihasilkan suatu bentuk yang
seragam dari beberapa konstituen baik padat, padat-cair maupun cair-gas.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan larutan Na 2SO4 0,1 M adalah
Na2SO4. Sebelum membuat larutan Na 2SO4 terlebih dahulu dihitung jumlah
Na2SO4 yang akan digunakan untuk membuat larutan Na 2SO4 0,1 M. Untuk
menghitung jumlah Na2SO4 yang dipakai, digunakan rumus:
Na2SO4 = gr/mr . 1000/ml larutan
0,1 = gr/142 . 1000/100
0,1 = gr.1000/142.100

10
0,1 = 1000 gr/14.200
0,1 . 14.200 = 1000
1420/1000 = gr
1,42 = gr
Setelah didapatkan jumlah Na2SO4 yang akan digunakan, Na2SO4
dimasukkan kedalam gelas kimia 100 ml kemudian dilarutkan menggunakan
aquades 50 ml dan diaduk hingga homogen dimana antara zat pelarut dan
terlarut tidak dapat dibedakan lagi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Baroroh
(2004) bahwa larutan adalah campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya
dapat bervariasi.
Bahan yang digunakan dalam pengenceran adalah Na 2SO4. Untuk
melakukan pengenceran, Na2SO4 dimasukkan kedalam labu volumetrik
kemudian dilarutkan dengan aquades sampai batas akhir 100 ml kemudian
dihitung konsentrasi dengan rumus :
M1 . V 1 = M2 . V 2
0,1 . 10 = M2 . 100
1 = M2 . 100
M2 = 1/100
M2 = 0,01 M
Hal ini sesuai dengan pernyataan Khopkar (1990) bahwa pengenceran
adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih tinggi.
Bahan yang digunakan untuk pencampuran adalah Na 2SO4 (larutan)
dengan Na2SO4 (pengenceran). Untuk melakukan pencampuran, Na 2SO4
(larutan) diambil 10 ml dan dimasukkan kedalam labu volumetrik. Kemudian
Na2SO4 (pengenceran) ditambahkan ke dalam labu volumetrik sampai tepat
garis batas 100 ml. Lalu setelah itu, hitung molaritas campurannya dengan
rumus sama yaitu:
M1 . V 1 = M2 . V 2
0,1 . 10 = M2 . 90
1 = M2 . 90

11
M2 = 1/90
M2 = 0,01
Hal ini sesuai dengan Wirakartakusumah (2014) yang menyatakan
bahwa pencampuran merupakan penggabungan dari dua atau lebih senyawa,
baik itu berbentuk cair, padat maupun gas.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil praktikum adalah sebagai berikut:
4. Untuk membuat larutan Na2SO4 0,1 M, diperlukan 1,42 gr dan aquades 50
mL sebagai pelarut.
5. Untuk melakukan pengenceran Na 2SO4 0,1 M dihitung terlebih dahulu
jumlah bahan yang akan diencerkan kemudian dilarutkan menggunakan
aquades dan dikocok hingga homogen yang menandakan bahwa kedua zat
telah larut dan di dapatkan hasil dari konsentrasi Na 2SO4 adalah 0,01 M.
6. Molaritas dari pencampuran Na2SO4 (larutan) dengan Na2SO4
(pengenceran) adalah 0,01 M.

12
5.2 Saran
Saran untuk praktikum pembuatan larutan, pengenceran dan pencampuran
adalah harus dilakukan dengan teliti, misalnya pada penghitungan jumlah
bahan yang akan dilarutkan ataupun diencerkan. Karena apabila praktikan tidak
teliti atau salah dalam menghitung massa tiap sampel maka akan
mempengaruhi pada proses pembuatan larutan dan pengenceran. Maka dari
itu, dalam praktikum harus hati-hati dan teliti.

13

Anda mungkin juga menyukai