PENDAHULUAN
Larutan adalah campuran homogen antara dua zat atau lebih yang saling
melarutkan. Zat yang jumlahnya lebih banyak disebut pelarut, sedangkan zat yang
jumlah lebih sedikit disebut zat terlarut. Pengenceran adalah prosedur pembuatan
larutan yang lebih encer dari larutan yang lebih pekat melalui penambahan sejumlah
pelarut pada larutan dengan volume dan konsentrasi tertentu. Untuk mengetahui
konsentrasi sebenernya dibutuhkan standart yang di lakukan dengan titrasi
(Hikmayanti., 2019).
Pengenceran merupakan suatu proses mencampurkan larutan pekat yang
konsentrasi tinggi dengan cara menambahkan pelarut. Tujuan dari pengenceran ini
agar di peroleh volume akhir yang lebih besar. Konsentrasi suatu istilah untuk
menyatakan banyaknya bagian zat terlarut dan pelarut yang terdapat dalam larutan.
Secara kualitatif, konsentrasi larutan dinyatakan dengan istilah larutan pekat dan
encer. Larutan pekat berarti jumlah zat terlarut relatif besar, sedangkan larutan
encer jumlah zat terlarut relatif lebih sedikit (Sugianti et al., 2016).
Zat terlarut (solute) adalah zat-zat yang memiliki fasa padat dan gas,
sedangkan yang berfasa cair dikatakan sebagai pelarut. Suatu zat dikatakan sebagai
pelarut apabila memiliki komposisi yang lebih banyak dibandingkan jumlah zat
terlarut. Pada pembuatan sirup jumlah gula lebih banyak dari jumlah air, tetapi air
tetap dikatakan sebagai pelarut karena dapat mempertahankan keadaan fisik. Proses
pengenceran dapat dilakukan dengan cara menambah air murni (aquades) kedalam
larutan sehingga didapat kemolaran yang diinginkan (Wulandari and Yulkifli.,
2018).
Pengenceran yang terjadi tentunya mempunyai konsentrasinya sendiri.
Suatu cairan dengan konsentrasi pekat yang akan digunakan dalam proses
pengenceran. Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat atau larutan
dengan konsentrasi tinggi dengan menambahkan pelarut dengan tujuan volume
akhir yang didapat lebih besar. Pengenceran dilakukan dari berbagai cairan seperti
alkohol, zat pembersih, aquades, dan larutan peroksida yang bisa dilakukan dengan
bebas (Rusman et al., 2018).
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
A. Analisis data
Tabel 1. Data hasil pengamatan pembuatan larutan
No. NaOH Na2SO4
Volume Konsentrasi Massa Volume Konsentrasi Massa
1. 0,5 M 2 gr 0,5 M 3,55 gr
2. 100 ml 1M 4 gr 50 ml 0,8 M 5,68 gr
3. 1,5 M 6 gr 0,7 M 4,97 gr
4. 2M 8 gr 0,6 M 0,26 gr
B. Pembahasan
Pengenceran atau dilusi adalah proses mengurangi konsentrasi larutan
dengan menambahkan zat pelarut. Fungsi pengenceran adalah untuk membuat
larutan menjadi lebih encer dan lebih mudah untuk digunakan. Contohnya, jika ada
larutan yang terlalu pekat, dilakukan pengenceran dengan menambahkan air atau
zat pelarut lainnya. Hal ini akan meningkatkan volume larutan tanpa mengubah
konsentrasi zat terlarut di dalamnya. Pengenceran digunakan dalam berbagai jenis
larutan, seperti minuman, obat-obatan, dan bahan kimia, untuk mempermudah
penggunaannya (Cyrilla et al., 2018).
Natrium Hidroksida memiliki wujud padat pada suhu kamar, bisa berbentuk
kristal atau bubuk tergantung pada tujuan atau kegunaan analisisnya. Senyawa ini
berwarna putih metalik dan tidak berbau. Tingkat kelarutannya dalam air juga
cukup tinggi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Ketika senyawa ini larut
dalam air, suhu air akan meningkat dan sekitarnya akan terasa panas, karena
pelarutan senyawa ini bersifat eksotermik sehingga melepaskan sejumlah kalor. Hal
ini serupa dengan pelarutan asam sulfat dalam air, di mana pelarutannya juga
melepaskan kalor ke lingkungan sekitarnya (Azis, 2020)
Natrium sulfat merupakan garam natrium dari asam sulfur. Adapun bentuk
anhidratnya, senyawa ini berbentuk padatan kristal putih dengan rumus kimia
Na2SO4, yang juga dikenal sebagai mineral tenardit. Sedangkan dalam bentuk
dekahidratnya, senyawa ini memiliki rumus kimia Na2SO4·10H2O dan lebih
dikenal sebagai garam Glauber atau sal mirabilis. Bentuk heptahidratnya juga
berbentuk padatan, dan saat didinginkan dapat berubah menjadi mirabilit. Adapun
produksi sebesar 6 juta ton per tahunnya, natrium sulfat menjadi salah satu
komoditas bahan kimia utama (Ufa, 2022).
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengenceran larutan memiliki
peran penting dalam proses kimia maupun industri. Adapun Salah satu faktor yang
diperhatikan adalah rasio pengenceran, yang merupakan perbandingan antara
volume akhir dan awal larutan setelah pengenceran dilakukan. Selain itu,
konsentrasi zat terlarut juga menjadi pertimbangan utama, karena dengan
pengenceran, konsentrasi tersebut akan berkurang. Tekanan yang digunakan dalam
proses pengenceran juga turut berperan, dimana tekanan yang lebih tinggi dapat
mempercepat percampuran antara zat terlarut dan pelarut. Suhu juga memiliki
dampak yang signifikan, dimana pemanasan larutan dapat meningkatkan
konsentrasi zat terlarut. Selain itu, lama waktu pengenceran juga mempengaruhi
hasil akhir, dengan pengenceran yang dibiarkan lama cenderung memberikan hasil
yang lebih baik. Kemiripan sifat antara zat terlarut dan pelarut juga menjadi faktor
penting dalam kecepatan proses pengenceran. Pengaruh ph larutan juga tak kalah
penting, karena ph yang ekstrem dapat memengaruhi kelarutan zat terlarut.
Terakhir, jenis zat pelarut yang digunakan juga memainkan peran penting, karena
sifat polar atau polarisasi zat pelarut akan memengaruhi kemampuannya dalam
membentuk larutan dengan zat terlarut. Dengan memperhatikan semua faktor ini,
pengenceran larutan dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif (Lopez,
2022).
BAB V. KESIMPULAN
Azis, N. A. 2020. Perilaku Mekanik Beton Berbahan Limbah Plastik PET Sebagai
Material Konstruksi. Jurnal Pembangunan Infrastruktur, 12(4):12-
20.
Cyrilla, R. C., Humairoh, D., dan Nela, F. V. 2018. Isolasi dan Identifikasi Jamur
Aspergillus sp. pada Sumur di Desa Sanan Kabupaten Tulungagung
Dengan Metode Pengenceran. SINTESIS (Seminar Nasional Sains,
Teknologi dan Analisis), 11(9):12-19.
Hikmayanti, M and L, Utami., 2019. Analisis Kemampuan Multiple Representasi
Siswa Kelas XI MAN 1 Pekab Baru pada Materi Titrasi Asam Basa.
Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 9(1), pp. 52-57.
Lopez, Y.F., 2022. Kimia. Politeknik Pertanian Negeri Kupang, Kupang.
Sugianti, C.,N, Apratiwi., Do Suhandy., M Telaumbanua., So Wahyo and M,
Yulia., 2016. Studies On The Use of UV-Vis Spectroscopy for
Identification of Blending of Civet Coffe With Arabica Coffe. Jurnal
Teknik Pertanian Lampung, 5(31), pp. 167-176.
Ufa, L. M. U. 2022. Desain Perancangan Pabrik Sodium Sulfat Dekahidrat
(Na2SO4. 10H2O) Menggunakan Proses Mannheim Dengan
Kapasitas 120.000 Ton/Tahun. Jurnal Pembelajaran Kimia, 5(2):1-
13.
Wulandari, D. and Yulkifli., 2018. Studi Awal Rancang Bangun Colorimeter
Sebagai Pendeteksi pada Pewarna Makanan Menggunakan Sensor
Photodioda. Pillar of Physics, 11(2), pp. 81-87.
LAMPIRAN
A. Analisis data
𝑀𝑥𝑀𝑟𝑥𝑉
Massa = 1000
1 𝑥 40 𝑥 25
= 1000
1000
= 1000
=1M
𝑀𝑥𝑀𝑟𝑥𝑉
Massa = 1000
1 𝑥 40 𝑥 50
= 1000
2000
= 1000
=2M
𝑀𝑥𝑀𝑟𝑥𝑉
Massa = 1000
0,5 𝑥 40 𝑥 25
= 1000
500
= 1000
= 0,5 M
𝑀𝑥𝑀𝑟𝑥𝑉
Massa = 1000
0,5 𝑥 40 𝑥 50
= 1000
1000
= 1000
=2M
B. Diagram alir
Baha
n
NaOH 2 gr Ditimbang
Diteteskan sampai
tenggelam Aquades
Dilarutkan
Dimasukkan ke labu
ukur
Aquade
Ditambahkan
s 50 ml
Dikocok hingga
homogen
Hasil