Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PEMBUATAN LARUTAN DARI PADATANNYA


DAN STANDARISASINYA

Disusun oleh:

Nama : Cici Nurhidayati


NIM : 15307141040
Kelas : Kimia E

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2017

PEMBUATAN LARUTAN DARI PADATANNYA DAN


STANDARISASINYA

A. TUJUAN
1. Membuat larutan NaOH dari padatannya
2. Menstandarisasi laritan NaOH menggunakan prinsip netralisasi

B. DASAR TEORI
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut
atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain
dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut
dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau
solvasi (Oxtoby et al, 2001). Apabila dua zat yang berbeda dimasukkan dalam
suatu wadah, terdapat tiga kemungkinan, yaitu: bereaksi, bercampur, dan tidak
bercampur. Jika bereaksi akan menghasilkan zat baru yang sifatnya berbeda
dari zat semula (Syukri, 1999 : 350).
Adapun kepekatan atau cairnya sebuah larutan dinamakan konsentrasi.
Konsentrasi adalah kuantitas relatif suatu zat tertentu di dalam larutan.
Konsentrasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan cepat atau
lambatnya reaksi berlangsung. Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat
terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan. Larutan yang
mengandung sebagian besar solut relatif terhadap pelarut, berarti larutan
tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat. Sebaliknya bila mengandung
sejumlah kecil solut, maka konsentrasinya rendah atau encer (Achmad, 2001).
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam
cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula
dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air.
Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam
gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan
mineral tertentu (Karyadi, 1994 : 51).

Menurut Harjadi (2000), dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi


tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak diinginkan. Untuk mengetahui
besarnya konsentrasi yang sebenarnya digunakan standarisasi. Sedangkan
larutan standar digunakan dalam analisis kimia dengan metode titrasi asam basa
yang berprinsip menentukan jumlah asam sehingga ditambahkan asam dengan
jumlah ekuivalen atau sebaliknya. Proses titrasi diakhiri jika telah mencapai
titik ekuivalen. Yang dimaksud titik ekuivalen adalah titik dimana penambahan
sedikit titran akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar.

Konsentrasi larutan diperlukan untuk mengetahui komponen-komponen


dari larutan, dimana pada konsentrasi larutan ini menyatakan kualitas zat
pelarut (larutan), sehingga konsentrasi larutan harus menyatakan butir-butir
standarisasi yang digunakan untuk zat terlarut. Unsur pH, serta konsentrasi pada
zat terlarut dan pelarut sangatlah berpengaruh terhadap pembuatan larutan dan
standarisasinya (Coles, 1996).

Titrasi adalah cara analisis untuk menghitung jumlah suatu cairan yang
dibutuhkan untuk bereaksi dengan sejumlah cairan lain. Dalam suatu titrasi satu
cairan mengandung reaktan yang ditempatkan pada biuret. Titrasi biasanya
terjadi pada asam, basa dan ditandai dengan adanya perubahan warna (Hadyana,
1990).

Salah satu reaksi yang sering digunakan dalam titrasi adalah netralisasi
asam-basa. Biasanya, sebagai larutan asam diletakkan pada erlemeyer atau
gelas kimia. Indikator adalah suatu zat yang mempunyai warna yang berlainan
dalam keadaan asam dan basa. Misalnya, lakmus dalam suasana asam akan
berwarna merah, sedangkan dalam keadaan basa warnanya biru. Indikator lain
yang biasa juga digunakan adalan phenophtalein, yang dalam suasana asam
tidak berwarna dan dalam keadaan basa berwarna merah muda (Brady,1999).

Proses standarisasi diperlukan untuk mengetahui besar konsentrasi


sesungguhnya dari larutran yang dihasilkan. Cara yang digunakan bermacam
macam, yaitu misalnya titrasi dapat digunakan jika konsentrasinya diketahui.
Standarisasi secara titrasi dapat digunakan dengan bahan baku primer yakni
bahan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan murni
yang dilarutkan dalam volume larutan yang terjadi. Larutan yang dibuat dari
bahan baku primer disebut larutan bahan baku primer ( Haryadi, 1996 ).

Senyawa natrium hidroksida (NaOH) adalah zat yang bersifat higroskopis,


yaitu dapat menyerap air dari udara. Karena sifat tersebut, maka larutan NaOH
hanya bisa dipakai sebagai standar sekunder, tidak bisa dipakai sebagai standar
primer. Larutan standar primer adalah larutan standar yang penentuan
konsentrasinya dilakukan melalui penimbangan. Sementara larutan standar
sekunder adalah larutan standar yang penentuan konsentrasinya dilakukan
melalui standarisasi oleh larutan standar primer (Tim Dosen Kimia Dasar,
2016). Berdasarkan teori diatas, maka dalam penelitian kali ini akan dilakukan
pembuatan larutan NaOh 0,5 M dan standarisasinya dengan asam oksalat 0,05
M.

C. ALAT DAN BAHAN


ALAT:
1. labu Volumetrik 25ml, 50ml, dan 100ml
2. Pipet ukur 1,5ml dan 10ml
3. Ball pipet
4. Pipet tetes
5. Neraca analitik
6. Gelas beker 100ml
7. pH meter
8. Batang pengaduk
9. Toples kaca
10. Buret
11. Statif dan klem
12. Erlenmeyer

BAHAN
1. PAdatan NaOH
2. Akuades
3. Padatan H2C2O4.2H2O

D. CARA KERJA
1. Pembuatan larutan NaOH dari padatannya
a. Menimbang dengan teliti 2 gram padatan NaOH menggunakan
neraca analitik
b. Memasukkan padatan NaOH ke dalam gelas beker
c. Menambahkan 20ml akuades ke dalam gelas beaker kemudian
mengaduknya ssampai padatan NaOH larut sempurna
d. Memasukkan larutan NaOH ke dalam labu volumetrik 100ml
e. Mengecerkan larutan NaOH dengan menambahkan akuades sampai
tanda etsa dan menghomogenkannya
f. Membuat larutan sampel NaOH dengan konsentrasi 0,1M; 0,001M;
dan 0,0001M menggunakan prinsip pengenceran
g. Mengukur pH masing-masing sampel dengan pH meter

2. Standarisasi larutan NaOH dengan prinsip netralisasi


a. Membuat 50ml larutan NaOH 0,1 M dengan metode pengenceran
(menggunakan larutan induk pada cara kerja 1)
b. Membuat 100ml laruta asam oksalat 0,005M. menimbang padatan
0,63gram padatan H2C2O4.2H2O,melarutkannya dengan 20ml
akuades pada gelas beaker. Memasukkan larutan ke dalam labu
volumetrik 50ml, kemudia menambahkan akuades hingga batas etsa
c. Memasukkan larutan asam oksalat k dalam buret
d. Mengambil 10 l larutan NaOH kemudian memasukkan ke dalam
erlenmeyer
e. Menambahkan 2 tetes indikator pp ke dalam larutan NaOH
f. Menitrasi larutan NaOH menggunakan titran larutan asam oksalat
g. Menghentikan titrasi saat warna pink tepat menghilang
h. Mencatat volum asam oksalat yang digunakan untuk menitrasi
larutan NaOH
i. Mengulangi percobaan sebanyak 2 kali percobaan

E. DATA PENGAMATAN
1. Pembuatan Larutan NaOH dari padatannya
a. Larutan induk NaOH
Massa NaOH (g) Volume NaOH [NaOH] (M)
(ml)
2 100 0,5

b. Larutan Sampel
Volume NaOH Konsentr Volume Konsentra pH
pekat (ml) asi NaOH encer si NaOH
NaOH (ml) encer (M)
pekat(M)
10 0,5 50 0,1 12,86
1 0,5 50 0,01 6,22
0,1 0,5 50 0,001 5,18

2. Standarisasi larutan NaOH dengan prinsip netralisasi


Volum Konsentrasi Volum Rata-rata Volume
NaOH (ml) NaOH (M) H2C2O4. (ml) H2C2O4.(ml)
20 0,1 17,4 17,15
20 0,1 16,9

F. PERHITUNGAN
1. Pembuatan Larutan NaOh dari padatannya
A. Larutan Induk
Massa NaOH = 2 gram
Massa Molar (Mr) NaOH = 40 gram/mol
Volume NaOH = 100 ml

Konsentrasi larutan induk NaOH


molNaOH
MNaOH
VNaOH
mNaOH / MrNaOH

VNaOH
2 g / 40

0,1l

= 0,5 M

B. Larutan Sampel
Konsentrasi larutan 0,1 M
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 0,5 M = 50 ml x 0,1 M
5ml
V1
0,5

= 10 ml
Jadi volume NaOH 0,5 ml yang dibutuhkan untuk membuat 50 ml
larutan NaOH 0,1 M adalah sebanyak 10 ml

Konsentrasi larutan 0,01 M


V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 0,5 M = 50 ml x 0,01 M
0,5ml
V1
0,5

= 1 ml
Jadi volume NaOH 0,5 ml yang dibutuhkan untuk membuat 50 ml
larutan NaOH 0,01 M adalah sebanyak 1 ml

Konsentrasi larutan 0,001 M


V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 0,5 M = 50 ml x 0,001 M
0,05ml
V1
0,5

= 0,1 ml
Jadi volume NaOH 0,5 ml yang dibutuhkan untuk membuat 50 ml
larutan NaOH 0,001 M adalah sebanyak 0,1 ml

C. Perhitungan pH Sampel
Larutan sampel bersifat basa, maka:
pOH = -Log [OH-]
Untuk memperoleh pH larutan, maka:
pH = 14 - pOH
Larutan sampel NaOH0,1 M
Konsentrasi = 1x10-1 M
pOH = -log (1 x 10-1)
=1
pH = 14 - pOH

= 14 - 1

= 13

Larutan sampel NaOH 0,01 M

Konsentrasi = 1 x 10-2

pOH = - log ( 1 x 10-2)

=2

pH = 14 - pOH

= 14 - 2

= 12

Larutan sampel NaOH 0,001 M

Konsentrasi = 1 x 10-3

pOH = -log (1 x 10-3)


=3
pH = 14 - pOH
= 14 - 3

= 11

2. Standarisasi larutan NaOH dengan prinsip netralisasi


A. Pembuatan larutan standar primer (asam oksalat)
Massa yang dibutuhkan padatan H2C2O4.2H2O (Mr=126 gr/mol)
yang dibutuhkan untuk membuat larutan asam oksalat 0,05 M
sebanyak 100ml adalah:
m( g ) 1000
M x
Mr v(ml)
m( g ) 1000
0,05M x
126 gr / mol 100ml

1000m
0,05M
12600ml
1000m = 630 mol
m = 0,63 gram

B. Titrasi
- Volum NaOH = 20 ml
- Konsentrasi asam oksalat = 0,05M
- Volume rata-rata asam oksalat = 17,15 ml
- Konsentrasi NaOH = .
Dengan menggunakan rumus pengenceran, maka
V1 x M1 = V2 x M2
20ml x M1 = 17,15 x 0,05M
M1 = 0,04375 M
Jadi, diperoleh konsentrasi NaOH larutan Standar sekunder
adalah 0,04375 M

G. PEMBAHASAN
Praktikum yang telah dilakukan adalah percobaan yang berjudul
Pembuatan Larutan dari Padatannya dan Sytandarisasinya.
percobaan ini bertujuan untuk membuat larutan NaOH dengan
konsentrasi tertentu dan menstandarisasi larutan NaOH menggunkan
prinsip reaksi netralisasi. Pada percobaan ini teridiri dari 2 metode
praktikum yang pertama adlah pembuatan larutan NaOH 0,5M dari
padatannya dan dilanjutkan dengan praktikum yang kedua yaitu
menstandarisasi larutan NaOH 0,5M tersebut menggunakan larutan
standar asam oksalat yang dibuat dari kristal H2C2O4.2H2O.
Pada praktikum pertama yaitu pembuatan larutan NaOH dari padatan NaOH
dialkukan dengan melarutkan 2 gram NaOH padat ke dalam gelas beker kemudian
ditambahkan 20 ml akuades. Selanjutnya larutan tersebut dituangkan ke dalam
labu takar 100 ml. Lalu, ditambahkan akuades sampai batas edsa kemudian
larutan pada labu volumetrik dihomogenkan. Langkah sekanjutnya adalah
membuat larutan sampel NaOH dengan konsemtrasi 0,1 M. 0,01 M, 0,001 M
menggunakan prinsip pengenceran dan mengukur pH masing-masing sampel
dengan pH meter. Adapun pengenceran dilakukan berdasarkan rumus
pengenceran berikut:
V1 x M1 = V2 x M2
Berdasarkan rumus pengenceran tersebut , maka akan diperoleh pH dari masing
-masing pengukuran pH larutan sampel NaOH dengan konsentrasi 0,1 M,
0,001M. dan 0,0001 M secara berturut trut adalah 12, 86; 6,22; dan 5,18.
perbedaan pH yang signifikan disebabkan oleh beberapa kesalhan diantaranya
adalah pembuatan larutan NaOH dari padatannya yang belum sempurna akibat
proses menghogenkan masih kurang, sehigga saat pembaacaan nilai pH
menggunakan pH meter tidak sesuai dengan teori/ perhitungan.
Pada pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihalislkan
konsentrasi yang tidak diinginkan. Unutk mengetahui konsentrasi sebenarnya
perlu dilakukan standarisasi (Harjadi, 2000). standarisasi dapat dilakukan dengan
titrasi, salah satunya adalah titrasi netralisasi karena larutan yang digunakan pada
percobaan ini adalah larutan basa maka digunakan asam sebagai penetralnya atau
sebagai titran dalam proses titrasi.
Pada percobaan ini digunakan larutan NaOH, yang dimana senyawa NaOH
adalah zat yang bersifat higriskopis , yaitu senyawa ang menyerap air dari udara.
Karena sifat higroskopis tersebut, maka larutan NaOH hanya dapat dipakai
sebagai larutan standar sekunder, dan tidak dapat dipakai sebagailarutan stahndar
primer. Larutan standar primer adalah larutan standar yang penentuan
konsentrasinya dilakukan melalui penimbangan sedangkan untuk larutan standar
sekunder adalah larutan standar yang penentuan konsentrasinya dilakukan melalui
proses standarisasi oleh larutan standar primer. Berdsarkan hal tersebut maka
dalam percobaan ini dilakukan stnadarisasi larutan NaOH 0,5M yang diencerkan
menjadi 0,1 M menggunakan larutan asam oksalat dengan konsentrasi 0,05 M
sebagai standar primer.
Adapun langkah yang dilakukan adalah membuata larutan standar primer
yaitu asam oksalat yang dibuat dari padatan kristal H2C2O4.2H2O sebanyak 0,63
gram yang dilarutkan dalam 20 ml akuades pada gelas beker lalu, dimasukkan
kedalam labu volumetrik dan diencerkan hingga volum 50ml dengan
menambahkan akuades sampe batass etsa, dan kemudian dihogenkan. Selanjutnya
dilakukan proses standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan metode titrasi yaitu
menggunakan titran asam oksalat. Kemuadia pada larutan NaOH 0,1 M
ditambahkan indikator pp sehingga warna larutan berubah menjadi merah muda,.
selanjutnya tirasi dilakukan hingga warna merah muda tepat menghilang. Adapun
persamaan reaksi yang terjadi pada proses titrasi adalah sebagai berikut:
2NaOH(aq) + H2C2O4.2H2O -> Na2S2O4 (aq) + 2 H2O(aq
Titrasi tersebut dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan, sehingga diperoleh volum
rata- rata asam oksalat adalah 17,15. dan berdasaran perhitungan melauli rumus
pengenceran diperoleh konsentrasi NaOH adalah 0,04375 M.
Berdasarkan hasil percobaan standarisasi menggunakan prinsip netralisasi
NaOh dengan asam oksalat, Konsentrasi NaOH yang diperoleh tidak sama dengan
hasil perhitungan. KOnsentrasi NaOH mealui pengenceran adalah 0,1 M
sedangkan melalui standarisasi konsentrasinya adalah 0,04375M. hal ini
disebabkan oleh bebrapa kesalahan diantaranya adalah kesalahan pada saat titrasi
yaitu dimungkinkan pngaruh titran yang berlebihan, yaitu masih ditambah asam
oksalat padahal warna merah muda telah menghilang, serta pembacaat volum
asam oksalat di buert yang kurang teliti.

H. KESIMPULAN
1. telah dibuat larutan NaOH dari padatannya sejumlah 2 gram
pada volume 100 ml dengan konsentrasi 0,5 M
2. Standarisasi larutan standar NaOH 0,1 M menggunakan prinsip
netralisasi dengan asam oksalat 0,05M menghasilkan konsentrasi
0,04375

I. DAFTAR PUSTAKA
Brady.1990. Kimia Dasar II. Bandung : Gama Exact.

Coles. 1996. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Rineka Cipta.

Hadyana, Aloysius. 2000. Fessenden & Fessenden, Kimia Organik 1. Jakarta.


Erlangga.

Harjadi, W. 2000. Ilmu Kimia Analitik. Jakarta : Pt.Gramedia Pustaka.

Karyadi, Grenny. 1994. Kimia 2. Jakarta: DEPDIKBUD.


Oxtoby, D.W., Gillis, H.P., Nachtrieb, N.H. (2001) Prinsip-prinsip Kimia Modern.
Edisi ke-4. Jilid 1. Diterjemahkan oleh S.S. Achmadi. Jakarta: Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.

Tim Dosen Kimia Dasar. 2016. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Dasar.
Yogyakarta : FMIPA UNY.

Wahyudi, 2000, Jurnal Kimia dan Larutan No.5 Vol 2. Universitas Jendral
Sudirman : Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai