Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH JENIS KATALIS HCl DAN H2SO4 TERHADAP

REAKSI ESTERIFIKASI
Fadhil Rifqi Pratama, Prana Mahisa, Reisa Novita Marpaung
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Semarang Jl. Prof Soedharto 50239 Semarang, Telp./Fax. 0247460058
Abstrak
Esterifikasi merupakan suatu cara untuk pembentukan ester dengan cara mereaksikan antara
asam asetat dengan alkohol yang akan menghasilkan ester dan air. Reaksi ini bersifat
eksotermis, reversible dan umumnya berjalan sangat lambat sehingga memerlukan katalis agar
diperoleh ester yang maksimal sehingga perlu dipelajari faktor-faktor menurut berbagai
tinjauan dan melakukan berbagai percobaan guna mengetahui berbagai variable proses yang
berpengaruh terhadap proses esterifikasi tersebut. Variabel berubah pada percobaan ini adalah jenis
katalis yaitu HCl dan H2SO4. Berdasarkan data hasil percobaan diketahui bahwa semakin
bertambah waktu konversi reaksi akan semakin besar, namun akan tercapai kondisi steady state
dimana konversi tidak lagi berubah terhadap waktu. Secara keseluruhan konversi dengan
katalis HCl lebih tinggi daripada reaksi dengan katalis H 2SO4 karena HCl memiliki reaktivitas
yang lebih tinggi disebabkan tingkat keasamannya. Nilai konstanta laju reaksi dengan katalis
HCl lebih tinggi daripada reaksi dengan katalis H 2SO4 karena katalis HCl lebih reaktif sehingga
energi aktivasi lebih kecil dan konstanta laju reaksi menjadi lebih besar. Katalis tidak merubah
konstanta kesetimbangan. Konstanta kesetimbangan reaksi esterifikasi dengan katalis HCl lebih
rendah daripada reaksi dengan katalis H2SO4 karena nilai k2 yang lebih besar.
Kata Kunci: Esterifikasi, katalis, konversi, konstanta laju reaksi, konstanta kesetimbangan

Abstract
Esterification is a method to produce ester. The reaction is exothermic and reversible.
Genarally the reaction is too slow so it needs catalyst in order to obtain a maximal results. So it
is needed to learn about the factors of esterifiction from many consideration and doing experiments
in order to find out the deciding process variable of estirification. The independent variable
in this experiment is the kind of catalyst. Based on the experimental data it is known that increasing
reaction time made the conversion greater, but the steady state will be reached where the
conversion is no longer changed with time. Overall conversion to the HCl catalyst is higher
than the reaction with H 2SO4 catalyst because HCl has a higher reactivity due to the level of
acidity. The value of the reaction rate constant with HCl catalyst is higher than the reaction
with HCl catalyst H2SO4 as a catalyst is more reactive so that the smaller the activation energy and
reaction rate constant becomes larger. The catalyst does not change the equilibrium constant.
The equilibrium constant of the esterification reaction with HCl catalyst is lower than the reaction
with H2SO4 catalyst because of the greater value k2.
Keyword: Esterification, catalyst, conversion, rate constant, equilibrium constant.

PENDAHULUAN
Etil asetat merupakan salah satu
jenis pelarut yang memiliki rumus molekul
CH3COOC2H5. Produk turunan dari
asam asetat
ini memiliki
banyak
kegunaan serta pasar yang cukup luas.
Senyawa ini berwujud cairan tak

berwarna,
memiliki aroma
khas.
Esterifikasi merupakan suatu cara untuk
pembentukan
ester
dengan
cara
mereaksikan antara asam asetat dengan
alkohol. Mekanisme katalis asam pada
hidrolisa ester adalah oksigen karbonil
diprotonasi
oleh
asam,
alkohol

nukleofilik menyerang ester kemudian


Eliminasi molekul air diikuti penarikan H +
dari H2O
akan menghasilkan ester.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
reaksi
esterifikasi
antara
lain
perbandingan mol zat pereaksi.
Bila
ditinjau dari segi kesetimbangan jika
suatu
sistem
dalam kesetimbangan,
diganggu dari luar sistem, maka system
tersebut akan berusaha menghilangkan
gangguan sampai dicapai kesetimbangan
baru.
Konsentrasi
katalis. Katalis
berfungsi untuk menurunkan energi
aktivasi sehingga reaksi berjalan lebih
cepat. Kecepatan pengadukan. Pengadukan
dilakukan
untuk
memperbesar
kemungkinan
terjadinya
tumbukan
molekul pereaksi, sehingga kecepatan
reaksinya bertambah besar. Dalam rentang
suhu yang diinginkan, jika suhu reaksi
semakin tinggi maka kecepatan reaksi
akan semakin besar, sehingga reaksi
akan berjalan semakin cepat.
Reaksi
bersifat
endotermis,
reversible dan umumnya berjalan sangat
lambat sehingga memerlukan katalis
agar diperoleh ester yang maksimal
sehingga perlu dipelajari faktor-faktor
menurut berbagai tinjauan dan melakukan
berbagai percobaan guna mengetahui
berbagai variable proses yang berpengaruh
terhadap proses esterifikasi tersebut.
Tujuan percobaan untuk mengetahui
pengaruh jenis katalis yaitu HCl dan
H2SO4 terhadap
konversi, konstanta laju reaksi dan
konstanta kesetimbangan.
METODE PERCOBAAN
Bahan yang digunakan antara
lain asam
asetat,
etanol,
NaOH,
indikator PP, HCl, dan HSO4. Alat yang
digunakan antara lain labu leher tiga,

buret, pipet, statif dan klem, erlenmeyer,


pendingin balik,
kompor
listrik,
magnetic
stirrer, termometer, dan
pengaduk.
Variabel Operasi pada percobaan
adalah volume total
265 ml, volume
titrat 5 ml. Selang waktu analisa sampel
11 menit, suhu 50C, konsentrasi katalis
0,13 N. Perbandingan mol alkohol dan
asam asetat adalah 2,5:1. Waktu reaksi
44 menit. Sedangkan variabel berubah
adalah jenis katalis H2SO4 dan HCl.

Gambar 1: Rangkaian alat esterifikasi


Pada variabel 1 dengan katalis
H2SO4, rangkai alat esterifikasi. Kemudian
mencampurkan asam asetat 93 ml dan
katalis
H2SO4 4,5 ml. Panaskan
sampai suhu 50C. Panaskan etanol
167,5 ml sampai suhu 50C. Setelah
suhu kedua reaktan sama campurkan
kedua reaktan tersebut ke dalam labu
leher tiga. Amati suhu
campuran.
Setelah tercapai suhu 50C kembali,
analisa sampel mulai dati t0 dengan
waktu pengambilan setiap 11 menit
selama 44 menit dan lakukan analisa
sampel.
Pada variabel 2 dengan katalis
HCl, rangkai alat esterifikasi kemudian
mencampurkan asam asetat 94 ml dan
katalis HCl 2 ml. Panaskan sampai
suhu 50C. Panaskan etanol 169 ml

sampai suhu 50C. Setelah


suhu
kedua reaktan
sama
campurkan
kedua reaktan tersebut ke dalam labu
leher tiga. Amati suhu
campuran.
Setelah tercapai suhu 50C kembali,
analisa sampel mulai dati t0 dengan
waktu pengambilan setiap 11 menit
selama 44 menit dan lakukan analisa
sampel.
Untuk analisa sampel 5
ml
sampel yang diambil dari labu leher
tiga ditambahkan 3 tetes indikator PP.
Titrasi dengan NaOH 0,25 N. Amati
perubahan warna yang terjadi yaitu dari
tidak berwarna menjadi warna merah
muda hampir hilang. Catat kebutuhan
titran.
HASIL
PERCOBAAN
DAN
PEMBAHASAN
Pengaruh Waktu Terhadap Konversi

Gambar 4.1 Hubungan Waktu dan


Konversi Reaksi Esterifikasi
Berdasarkan grafik hubungan
waktu dan konversi reaksi esterifikasi
terlihat bahwa semakin lama waktu reaksi
maka konversi akan semakin tinggi. Pada
reaksi dengan katalis H2SO4 dari awal
reaksi hingga waktu 44 menit dengan
rentang waktu 11 menit, konversi
mengalami peningkatan dari 0,6565;
0,7422; 0,8270; 0,8355 dan 0,8439.
Begitupun pada reaksi dengan katalis HCl.
Konversi meningkat dari 0,7497; 0,7857;
0,8191; 0,8260 dan 0,8474

Konversi yang terbentuk semakin


besar seiring dengan bertambahnya waktu
dikarenakan semakin lama waktu reaksi
yang diberikan maka jumlah tumbukan
yang terjadi antar zat reaktan yaitu asam
asetat dan metanol semakin banyak
sehingga mengakibatkan reaktan yang
bereaksi semakin banyak pula sehingga
konversi yang dihasilkan semakin besar.
Semakin lama waktu reaksi, molekul akan
memperoleh tambahan kesempatan untuk
bergerak lebih dan meningkatkan energi
kinetik
yang
dihasilkan.
Karena
kesempatan untuk bergerak lebih maka
kesempatan untuk bertumbukan makin
besar pula, sehingga konversi untuk
menghasilkan metil asetat semakin besar
pula.
Kenaikan konversi selama reaksi
esterifikasi dapat dibuktikan dengan
jumlah titran NaOH pada percobaan yang
semakin menurun. Titran NaOH digunakan
untuk mengamati konsentrasi sisa asam
asetat
(CH3COOH).
Titrasi
ini
berdasarkan reaksi acidi alkalimetri (asambasa), NaOH sebagai basa akan bereaksi
dengan asam asetat sisa. Apabila jumlah
kebutuhan NaOH semakin sedikit karena
asam asetat yang sisa juga semakin sedikit
karena telah bereaksi dengan metanol
membentuk ester (Hikmah dan Zuliyana,
2012).
Pengaruh
Konversi

Jenis

Katalis

Terhadap

Gambar 4.2 Pengaruh Jenis Katalis


terhadap Konversi Reaksi Esterifikasi
Berdasarkan grafik pengaruh jenis
katalis
terhadap
konversi
reaksi
esterifikasi terlihat bahwa reaksi dengan
katalis HCl menghasilkan konversi yang
lebih tinggi daripada reaksi dengan katalis
H2SO4. Pada reaksi dengan katalis H2SO4
konversi mengalami peningkatan dari
0,6565; 0,7422; 0,8270; 0,8355 dan
0,8439. Begitupun pada reaksi dengan
katalis HCl. Konversi meningkat dari
0,7497; 0,7857; 0,8191; 0,8260 dan
0,8474.
Katalis H2SO4 dan HCl mempunyai
normalitas yang sama. Namun katalis HCl
lebih reaktif dibandingkan H2SO4.
Kereaktifan ini disebabkan tingkat
keasaman yang berbeda. HCl memiliki
tingkat keasaman yang lebih tinggi
daripada H2SO4 ditunjukkan dengan nilai
pKa yaitu -6,3 sedangkan nilai pKa H2SO4
sebesar -3. HCl memiliki nilai pKa yang
lebih kecil atau Ka yang lebih besar.
Semakin besar nilai Ka maka akan
semakin mudah memutus ikatan H-A dan
melepaskan proton H+ sehingga HCl
menjadi lebih asam (Miessler G.L. and
Tarr D.A , 1998). Hal ini menyebabkan
reaksi esterifikasi dengan katalis HCl
berjalan lebih cepat dan menghasilkan
konversi yang lebih tinggi daripada
menggunakan katalis H2SO4.
Pengaruh Jenis Katalis
Konstanta Laju Reaksi

Terhadap

Gambar 4.3 Pengaruh Jenis Katalis


Terhadap Nilai Konstanta Laju Reaksi
Esterifikasi
Berdasarkan grafik hubungan jenis
katalis dan nilai konstanta laju reaksi
terlihat bahwa reaksi dengan katalis HCl
memiliki nilai konstanta laju reaksi yang
lebih tinggi daripada reaksi dengan katalis
H2SO4. Reaksi dengan katalis H2SO4
memiliki nilai konstanta laju reaksi
1,2589 x 10-4. Sedangkan reaksi dengan
katalis HCl memiliki nilai konstanta laju
reaksi 3,1724 x 10-4.
Adanya
katalis
dapat
meningkatkan konstanta laju reaksi
karena katalis dapat menurunkan energi
aktivasi. Katalis membentuk senyawa
intermediet berupa radikal bebas.
Terbentuknya radikal bebas dapat
mempercepat jalannya reaksi karena
meningkatnya kereaktifan sehingga energi
yang diperlukan untuk berlangsungnya
reaksi atau energi aktivasi menjadi lebih
kecil. Menurunnya energi aktivasi akan
meningkatkan nilai konstanta laju reaksi
sesuai persamaan Arhenius.

Katalis HCl lebih reaktif daripada


katalis H2SO4 karena HCl memiliki
tingkat keasaman yang lebih tinggi,
terlihat dari nilai pKa dan Ka. Semakin
reaktif maka energi yang dibutuhkan
untuk berlangsungnya reaksi semakin

kecil dan konstanta laju reaksi semakin


bbesar sesuai persamaan Arhenius.
Sehingga reaksi dengan katalis HCl
mempunyai nilai konstanta laju reaksi
yang lebih tinggi daripada reaksi dengan
katalis
H2SO4
(Levenspiel,
1970;
Setiawan, 2008).
Pengaruh Jenis Katalis
Konstanta Kesetimbangan

merupakan perbandingan konstanta laju


reaksi ke arah produk dan konstanta laju
reaksi ke arah reaktan. Reaksi dengan
katalis HCl memiliki konstanta laju reaksi
ke arah reaktan (k2) cukup tinggi sehingga
nilai konstanta kesetimbangan menjadi
lebih rendah dari pada reaksi dengan
katalis H2SO4 (Wahid Setiawan, 2008).

Terhadap
KESIMPULAN
Semakin bertambah waktu konversi reaksi
akan semakin besar, namun akan tercapai
kondisi steady state dimana konversi tidak
lagi berubah terhadap waktu. Reaksi
esterifikasi

dengan

katalis

H2SO4

menghasilkan konversi 0,8439 sedangkan


Gambar 4.5 Pengaruh Jenis Katalis
Terhadap Nilai Konstanta Kesetimbangan
Berdasarkan grafik hubungan
antara jenis katalis dengan nilai konstanta
kesetimbangan, terlihat bahwa reaksi
esterifikasi
dengan
katalis
H2SO4
memiliki nilai konstanta kesetimbangan
yang lebih tinggi daripada reaksi dengan
katalis HCl. Reaksi dengan katalis H2SO4
memiliki nilai konstanta kesetimbangan
2,6646 sedangkan reaksi dengan katalis
HCl
memiliki
nilai
konstanta
kesetimbangan
2,3205.
Konstanta
kesetimbangan diperoleh berdasarkan
perbandingan mol produk dengan mol
reaktan pada saat kesetimbangan.
Faktor
yang
mempengaruhi
kesetimbangan adalah perubahan suhu
(Le Chatelier). Suatu katalis akan
meningkatkan laju reaksi ke kanan
ataupun ke kiri tanpa mengubah konstanta
kesetimbangan, Katalis hanya akan
mengubah waktu yang diperlukan suatu
reaksi mencapai kesetimbangan.
Konstanta
kesetimbangan

reaksi dengan katalis HCl menghasilkan


konversi 0,8474 hal ini disebabkan karena
konversi karena HCl memiliki reaktivitas
yang lebih tinggi disebabkan tingkat
keasamannya. Nilai konstanta laju reaksi
dengan katalis HCl lebih tinggi daripada
reaksi dengan katalis H2SO4 karena
nkatalis HCl lebih reaktif sehingga energi
aktivasi lebih kecil dan konstanta laju
reaksi menjadi lebih besar. Katalis tidak
mempengaruhi konstanta kesetimbangan.
Konstanta

kesetimbangan

reaksi

esterifikasi dengan katalis HCl lebih


rendah daripada reaksi dengan katalis
H2SO4 karena nilai k2 yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Hikmah, Maharani Nurul dan Zuliyana.
2012.

Pembuatan

(Biodiesel)

dari

Metil

Ester

Minyak

Dedak dan Metanol dengan Proses


Esterifikasi dan Transesterifikasi.
Semarang:
G.C.1977.

Miessler G.L. and Tarr D.A. Inorganic


Chemistry (2nd ed., Prentice-Hall

Universitas Diponegoro.
Hill,

Printing Company.

An

1998,p.170). ISBN

Introduction

to

Chemical Engineering Kinetics and

0-13-

841891-8
Perry.

2008.

Chemical

Engineering

Reactor Design. Mc Graw Hill Book

Handbook *th edition. Mc Graw Hill

Company

Book Company.

Levenspiel,

Octave.

Reaction

1970.

Chemical

Engineering.

Hamilton

Setiawawan, Wahid. 2008. Kesetimbangan


Kimia. Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai