Anda di halaman 1dari 36

UTILITAS

PENYEDIAAN STEAM DALAM INDUSTRI KIMIA

Disusun Oleh:
Reisa Novita Marpaung
Ghafa Al Ramadhan

NIM. 21030113120014
NIM. 21030113140183

Zaidir Syah Maulana

NIM. 21030112120002

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG 2015DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1.

Latar Belakang............................................................................................................

1
I.2.
3

Rumusan Masalah.......................................................................................................

I.3.

Tujuan..........................................................................................................................

3
BAB II PERMASALAHAN
II.1. Steam...........................................................................................................................
4
II.2. Masalah-Masalah pada Boiler.....................................................................................
5
BAB III PEMBAHASAN MASALAH
III.1.

Boiler........................................................................................................................

9
III.1.1. Sumber Penyediaan Air Umpan Boiler...............................................................
9
III.1.2. Uap (Steam).......................................................................................................
10
III.2.

Proses Kerja Boiler...............................................................................................

11
III.3.

Baku Mutu Air Boiler...........................................................................................

16
III.4.

Pengendalian Mutu Air Umpan Boiler.................................................................

17
III.5.

Pemeliharaan Boiler..............................................................................................

18
III.6.

Perlakuan Terhadap Kondensat (Condensate Treatment).....................................

18
III.7.

Utilitas Pengguna Steam.......................................................................................

19
III.8.

Contoh Soal...........................................................................................................

20
BAB IV PENUTUP
IV.1.

Kesimpulan............................................................................................................

23
IV.2.

Saran......................................................................................................................

23
2

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
24

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Steam ditinjau secara molekuler adalah H2O yang mengalami pemanasan
hingga

titik

didihnya

sehingga

mengalami

perubahan

fase.

Dengan

meningkatnya suhu dan air mendekati kondisi didihnya, beberapa molekul


mendapatkan energi kinetik yang cukup untuk mencapai kecepatan yang
membuatnya sewaktu-waktu lepas dari cairan ke ruang diatas permukaan,
sebelum jatuh kembali ke cairan. Pemanasan lebih lanjut menyebabkan eksitasi
lebih besar dan sejumlah molekul dengan energi cukup untuk meninggalkan
cairan jadi meningkat. Dengan mempertimbangkan struktur molekul cairan dan
uap, masuk akal bahwa densitas steam lebih kecil dari air, sebab molekul steam
terpisah jauh satu dengan yang lainnya. Ruang yang secara tiba-tiba terjadi
diatas permukaan air menjadi terisi dengan molekul steam yang kurang padat
(UNEP, 2006).
Air sangat menguntungkan jika digunakan sebagai media pemanas karena
memiliki panas kondensasi yang besar sekali, tidak mudah terbakar, dan tidak
beracun. Steam dapat mengakibatkan luka bakar yang parah terutama bila
seluruh panas kondensasi dibebaskan di atas kulit. Oleh karena itu, saluransaluran yang dialiri steam tidak boleh dimanipulasi sebelum saluran dibebaskan
dari tekanan dan didinginkan.
Terdapat dua jenis steam yang umum dijumpai dalam industri kimia. Yang
pertama adalah saturated steam, yang terbentuk ketika air diberi panas sensible
hingga mencapai titik didih. Ketika titik didih air tercapai, suhu air akan terus
meningkat dan mencapai titik konstan hingga semua air berubah fase menjadi
uap. Selama masih terdapat air dalam fase cair dalam sistem, suhu steam akan
sama dengan suhu air dalam fase cair tersebut. Yang kedua adalah superheated
steam, dimana ketika seluruh air berubah fase menjadi uap, terdapat
penambahan kalor yang dapat meningkatkan suhu steam tersebut. Dengan kata
lain, steam yang dipanaskan melebihi tingkatan saturated steam disebut dengan
superheated steam.
Saturated steam lebih banyak digunakan dalam industri sebagai media
4

pemanas, memasak, pengeringan, dan lain sebagainya. Sedangkan superheated


steam hanya digunakan sebagai penggerak turbin.
Steam dibuat di pusat pembangkitan steam di dalam ketel uap/steam (ketel
radiasi, ketel bakar, ketel listrik) dengan mengunakan bahan bakar batu bara,
minyak pemanas, atau listrik. Steam ini dibuat dari air yang telah dihilangkan
seluruh garam-garam dan gasnya (air umpan ketel). Di sini terbentuk steam
pada temperatur yang sesuai dengan tekaan di dalam ketel. Steam yang
terbentuk dipanaskan lebih lanjut oleh gas buang sehingga kehilangan panas
pada saat transportasi ke tempat pemakaian tidak segera menyebabkan
terjadinya kondensasi.
Setelah tekanan tinggi direduksi, misalnya di dalam turbin uap, dan air
diinjeksikan ke dalam steam berkalor lebih, steam tersebut kemudian dialirkan
ke konsumen melalui saluran-saluran yang terisolasi dengan baik. Di tempat
pemakaian, yang dibutuhkan terutama ialah panas kondensasinya. Karena steam
tidak dapat disimpan, maka kelebihan steam akan diubah menjadi air panas atau
air hangat.
Alat pemanas yang mengunakan steam sebagai media pemanas mudah
untuk diatur dengan baik. Pemanasan dapat dilakukan dengan mengalirkan
steam langsung ke bahan proses yang akan dipanaskan. Temperatur pemanasan
maksimal yang dapat dicapai pada peralatan yang menggunakan ventilasi adalah
100 oC. Cara ini hanya dapat digunakan bila air maupun penambahan volume
tidak mengganggu sistem. Panggunaan steam dapat dilakukan secara tidak
langsung, misalnya dalam alat penukar panas. Temperatur yang dapat dicapai
secara teoritis sama dengan temperatur kondensasi steam.
Menurut United National Environment 2006, steam memberikan suatu
cara pemindahan sejumlah energi yang terkendali dari suatu pusat, ruang boiler
yang otomatis, dimana energi dapat dihasilkan secara efisien dan ekonomis,
sampai ke titik penggunaan. Steam yang bergerak mengelilingi pabrik dianggap
sama dengan transportasi dan penyediaan energi. Untuk beberapa alasan, steam
merupakan komoditas yang paling banyak digunakan untuk membawa energi
panas. Penggunaannya terkenal diseluruh industri untuk pekerjaan yang luas
dari produksi daya mekanis sampai penggunaan proses dan pemanasan ruangan.
Alasan dari penggunaan steam adalah: (UNEP, 2006)
5

a. Steam efisien dan ekonomis untuk dihasilkan


b. Steam dapat dengan mudah dan murah untuk didistribusikan ke titik
penggunaan
c. Steam mudah dikendalikan
d. Energinya mudah ditransfer ke proses
e. Plant steam yang modern mudah untuk dikendalikan
f. Steam bersifat fleksibel
I.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana proses pembentukan steam
b. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi kualitas steam
c. Apa saja kegunaan steam dalam industry kimia
d. Bagaimana merancang steam dalam industri kimia
I.3. Tujuan
a. Mengetahui proses pembetukan steam
b. Mengetahui factor factor yang mempengaruhi kualitas steam
c. Mengetahui kegunaan dan manfaat steam dalam industry kimia
d. Mempelajari proses perancangan steam
e. Mempelajari kegunaan saturated steam dan superheated steam dalam industry
kimia

BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Steam
Steam berbahan dasar air (H2O) yang molekulnya tersusun dari hidrogen
dan oksigen. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan steam ialah suhu dan
tekanan dimana pada tekanan atmosfir suhu jenuhnya adalah 100C. Tetapi, jika
tekanannya bertambah, maka akan ada penambahan lebih banyak panas yang
peningkatan suhu tanpa perubahan fase. Oleh karena itu, kenaikan tekanan secara
efektif akan meningkatkan entalpi air dan suhu jenuh. Hubungan antara suhu
jenuh dan tekanan dikenal sebagai kurva steam jenuh (Gambar 1).

Gambar 2.1. Kurva Steam Jenuh (Sumber: UNEP, 2006)


Air dan steam dapat berada secara bersamaan pada berbagai tekanan pada kurva
ini, keduanya akan berada pada suhu jenuh. Steam pada kondisi diatas kurva jenuh
dikenal dengan superheated steam/ steam lewat jenuh:
Suhu diatas suhu jenuh disebut derajat steam lewat jenuh
Air pada kondisi dibawah kurva disebut air sub- jenuh.
Perubahan fase air menjadi steam ditunjukkan dalam diagram fase berikut ini:

Gambar 2.2. Diagram Fase Entalpi Suhu (Sumber: UNEP, 2006)


Ketika air dipanaskan dari 0C sampai suhu jenuhnya, kondisinya
mengikuti garis cair jenuh sampai menerima seluruh entalpi cairannya, hf, (A - B).
Jika panas ditambahkan lebih lanjut, maka akan merubah fase ke steam jenuh dan
berlanjut meningkakan entalpi sambil tetap pada suhu jenuhnya, hfg, (B - C). Jika
campuran steam/air meningkat kekeringannya, kondisinya bergerak dari garis cair
jenuh ke garis uap jenuh. Oleh karena itu pada titik tepat setengah diantara kedua
keadaan tersebut, fraksi kekeringan (x) nya sebesar 0,5. Hal yang sama, pada garis
uap jenuh steamnya 100 persen kering. Begitu menerima seluruh entalpi
penguapannya maka akan mencapai garis uap jenuh. Jika pemanas dilanjutkan
setelah titik ini, suhu steam akan mulai naik mencapai lewat jenuh (C - D).
Garis-garis cairan jenuh dan uap jenuh menutup wilayah dimana terdapat
campuran steam/air steam basah. Dalam daerah sebelah kiri garis cair jenuh,
hanya terdapat air, dan pada daerah sebelah kanan garis uap jenuh hanya terdapat
steam lewat jenuh. Titik dimana garis cairan jenuh dan uap jenuh bertemu dikenal
dengan titik kritis. Jika tekanan naik menuju titik kritis maka entalpi
penguapannya berkurang, sampai menjadi nol pada titik kritisnya. Hal ini
menunjukkan bahwa air berubah langsung menjadi steam jenuh pada titik
kritisnya. Di atas titik kritis hanya gas yang mungkin ada. Keadaan gas merupakan
keadaan yang paling terdifusi dimana molekulnya hampir memiliki gerakan yang
tidak dibatasi, dan volumnya meningkat tanpa batas ketika tekanannya berkurang.
Titik kritis merupakan suhu tertinggi dimana bahan berada dalam bentuk cairan.
Pemberian tekanan pada suhu konstan dibawah titik kritis tidak akan
mngakibatkan perubahan fase. Walau begitu, pemberian tekanan pada suhu
konstan dibawah titik kritis, akan mengakibatkan pencairan uap begitu melintas
dari daerah lewat jenuh/superheated ke daerah steam basah. Titik kritis terjadi
pada suhu 374,15C dan tekanan steam 221,2 bar. Diatas tekanan ini steam
disebut superkritis dan tidak ada titik didih yang dapat diterapkan.
8

2.2 Pembuatan Steam Bertekanan


Uap bertekanan tinggi (High Pressure Steam) dengan tekanan 105 kg/cm2

1. Pertama-tama air demin ini berada disebuah tempat bernama Hotwell.


2. Dari Hotwell, air mengalir menuju Condensate Pump untuk kemudian
dipompakan menuju LP Heater (Low Pressure Heater) yang pungsinya untuk
menghangatkan tahap pertama. Lokasi hotwell dan condensate pump terletak
di lantai paling dasar dari pembangkit atau biasa disebut Ground Floor.
Selanjutnya air mengalir masuk ke Deaerator.
3. Di dearator air akan mengalami proses pelepasan ion-ion mineral yang masih
tersisa di air dan tidak diperlukan seperti Oksigen dan lainnya. Bisa pula
dikatakan deaerator memiliki pungsi untuk menghilangkan buble/balon yang
biasa terdapat pada permukaan air. Agar proses pelepasan ini berlangsung
sempurna, suhu air harus memenuhi suhu yang disyaratkan. Oleh karena itulah
9

selama perjalanan menuju Dearator, air mengalamai beberapa proses


pemanasan oleh peralatan yang disebut LP Heater. Letak dearator berada di
lantai atas (tetapi bukan yang paling atas). Sebagai ilustrasi di PLTU Muara
Karang unit 4, dearator terletak di lantai 5 dari 7 lantai yang ada.
4. Dari dearator, air turun kembali ke Ground Floor. Sesampainya di Ground
Floor, air langsung dipompakan oleh Boiler Feed Pump/BFP (Pompa air
pengisi) dengan pompa centrifugal multistage (12 stage ) menuju Boiler atau
tempat memasak air. Bisa dibayangkan Boiler ini seperti drum, tetapi drum
berukuran raksasa. Air yang dipompakan ini adalah air yang bertekanan tinggi,
karena itu syarat agar uap yang dihasilkan juga bertekanan tinggi. Karena
itulah konstruksi PLTU membuat dearator berada di lantai atas dan BFP
berada di lantai dasar. Karena dengan meluncurnya air dari ketinggian
membuat air menjadi bertekanan tinggi.
5. Sebelum masuk ke Boiler untuk direbus, lagi-lagi air mengalami beberapa
proses pemanasan di HP Heater (High Pressure Heater). Setelah itu barulah
air masuk boiler yang letaknya berada dilantai atas.
6. Didalam Boiler inilah terjadi proses memasak air untuk menghasilkan uap.
Proses ini memerlukan api yang pada umumnya menggunakan batubara
sebagai bahan dasar pembakaran dengan dibantu oleh udara dari FD Fan
(Force Draft Fan) dan pelumas yang berasal dari Fuel Oil tank.
7. Bahan bakar dipompakan kedalam boiler melalui Fuel oil Pump. Bahan bakar
PLTU bermacam-macam. Ada yang menggunakan minyak, minyak dan gas
atau istilahnya dual firing dan batubara.
8. Sedangkan udara diproduksi oleh Force Draft Fan (FD Fan). FD Fan
mengambil udara luar untuk membantu proses pembakaran di boiler. Dalam
perjalananya menuju boiler, udara tersebut dinaikkan suhunya oleh air heater
(pemanas udara) agar proses pembakaran bisa terjadi di boiler.
9. Kembali ke siklus air. Setelah terjadi pembakaran, air mulai berubah wujud
menjadi uap. Namun uap hasil pembakaran ini belum layak untuk memutar
turbin, karena masih berupa uap jenuh atau uap yang masih mengandung
kadar air. Kadar air ini berbahaya bagi turbin, karena dengan putaran hingga

10

3000 rpm, setitik air sanggup untuk membuat sudu-sudu turbin menjadi
terkikis.
10. Untuk menghilangkan kadar air itu, uap jenuh tersebut di keringkan di super
heater sehingga uap yang dihasilkan menjadi uap kering. Uap kering ini yang
digunakan untuk memutar turbin.
11. Ketika Turbin berhasil berputar berputar maka secara otomastis generator akan
berputar, karena antara turbin dan generator berada pada satu poros. Generator
inilah yang menghasilkan energi listrik.
12. Pada generator terdapat medan magnet raksasa. Perputaran generator
menghasilkan beda potensial pada magnet tersebut. Beda potensial inilah cikal
bakal energi listrik.
13. Energi listrik itu dikirimkan ke trafo untuk dirubah tegangannya dan kemudian
disalurkan melalui saluran transmisi PLN.
14. Uap kering yang digunakan untuk memutar turbin akan turun kembali ke
lantai dasar. Uap tersebut mengalami proses kondensasi didalam kondensor
sehingga pada akhirnya berubah wujud kembali menjadi air dan masuk
kedalam hotwell (Riana, Rosita dan Efendi, 2011).

2.3 Pengertian Boiler


Boiler/ketel uap merupakan bejana tertutup dimana panas pembakaran
dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam berupa energi kerja. Air
adalah media yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses.
Air panas atau steam pada tekanan dan suhu tertentu mempunyai nilai energi yang
kemudian digunakan untuk mengalirkan panas dalam bentuk energi kalor ke suatu
proses. Jika air didihkan sampai menjadi steam, maka volumenya akan meningkat
sekitar 1600 kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah
meledak, sehingga sistem boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dan
dijaga dengan sangat baik.
Energi kalor yang dibangkitkan dalam sistem boiler memiliki nilai tekanan,
temperatur, dan laju aliran yang menentukan pemanfaatan steam yang akan
digunakan. Berdasarkan ketiga hal tersebut sistem boiler mengenal keadaan
tekanan-temperatur

rendah

(low

pressure/LP),

dan

tekanan-temperatur
11

tinggim(high pressure/HP), dengan perbedaan itu pemanfaatan steam yang keluar


dari sistem boiler dimanfaatkan dalam suatu proses untuk memanasakan cairan dan
menjalankan suatu mesin (commercial and industrial boilers), atau membangkitkan
energi listrik dengan merubah energi kalor menjadi energi mekanik kemudian
memutar generator sehingga menghasilkan energi listrikn(power boilers). Namun,
ada juga yang menggabungkan kedua sistem boiler tersebut, yang memanfaatkan
tekanan-temperatur tinggi untuk membangkitkan energi listrik, kemudian sisa
steam dari turbin dengan keadaan tekanan-temperatur rendah dapat dimanfaatkan
ke dalam proses industri.
Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam, dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan
perbaikan dari sistem air umpan, penanganan air umpan diperlukan sebagai bentuk
pemeliharaan untuk mencegah terjadi kerusakan dari sistem steam. Sistem steam
mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan
melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan
steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan.
Sistem bahan bakar adalah semua perlatan yang digunakan untuk menyediakan
bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan
pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada
sistem.
2.4 Klasifikasi Boiler
Boiler/ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup
pada ujung pangkalnya dan dalam perkembangannya dilengkapi dengan pipa api
maupun pipa air. Banyak orang mengklasifikasikan ketel uap tergantung kepada
sudut pandang masing-masing. Ketel uap diklasifikasikan dalam kelas yaitu:
A. Berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa, maka ketel diklasifikasikan
sebagai:
1. Ketel pipa api (fire tube boiler)
Pada ketel pipa api, fluida yang mengalir dalam pipa adalah gas nyala (hasil
pembakaran), yang membawa energi panas (thermal energy), yang segera
mentransfernya ke air ketel melalui bidang pemanas (heating surface). Tujuan
12

pipa-pipa api ini adalah untuk memudahkan distribusi panas (kalor) kepada air
ketel.
2. Ketel pipa air (water tube boiler)
Pada ketel pipa air, fluida yang mengalir dalam pipa adalah air, energi panas
ditransfer dari luar pipa (yaitu ruang dapur) ke air ketel.
Cara kerja:
Proses pengapian terjadi diluar pipa. Panas yang dihasilkan digunakan untuk
memanaskan pipa yang berisi air. Air umpan itu sebelumnya dikondisikan terlebih
dahulu melalui ecomonizer. Steam yang dihasilkan kemudian dikumpulkan terlebih
dahulu didalam sebuah steam drum sampai sesuai. Setelah melalui tahap secondary
superheater dan primary superheater, baru steam dilepaskan ke pipa utama
distribusi.
Karakteristik:
-

Tingkat efisiensi panas yang dihasilkan cukup tinggi.

Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air.
Sehingga air harus dikondisikan terhadap mineral dan kandungan lain yang
larut dalam air.

Boiler ini digunakan untuk kebutuhan tekanan steam yang sangat tinggi seperti
pada pembangkit tenaga.

Menggunakan bahan bakar minyak, dan gas untuk water tube boiler yang
dirakit dari pabrik.

Menggunakan bahan bakar padat untuk water tube boiler yang tidak dirakit di
pabrik.

Berdasarkan pemakaiannya, ketel dapat diklasifikasikan sebagai:

Ketel stasioner (stationary boiler) atau ketel tetap.

Ketel mobil (mobile boiler), ketel pindah atau portabel boiler.

Yang termasuk stasioner adalah ketel-ketel yang didudukan diatas pondasi


yang tetap, seperti boiler untuk pembangkit tenaga, untuk industri dan lain-lain
yang sepertinya.Yang termasuk ketel mobil, adalah ketel yang dipasang pada
pondasi yang berpindah-pindah (mobile), seperti boiler lokomotif, loko mobil
dan ketel panjang serta lain yang sepertinya termasuk ketel kapal (marine
boiler).

13

B. Berdasarkan letak dapur (furnace positition), ketel uap diklasifikasikan


sebagai:
1. Ketel dengan pembakaran di dalam (internally fired steam boiler), dalam
hal ini dapur berada (pembakaran terjadi) di bagian dalam ketel.
Kebanyakan ketel pipa api memakai sistem ini.
2. Ketel dengan pembakaran di luar (outernally fired steam boiler), dalam hal
ini dapur berada (pembakaran terjadi) di bagian luar ketel, kebanyakan ketel
pipa air memakai sistem ini.
C. Berdasarkan jumlah lorong (boiler tube), ketel ini diklasifikasikan sebagai:
1.

Ketel dengan lorong tunggal (single tube steam boiler).

2.

Ketel dengan lorong ganda (multi tube steam boiler).


Pada single tube steam boiler, hanya terdapat satu lorong saja, apakah itu

lorong api atau saluran air saja. Cornish boiler adalah single fire tube boiler dan
simple vertikal boiler adalah single water tube steam boiler. Multi fire tube
boiler misalnya ketel scotch dan multi water tube boiler misalnya ketel B dan
W dan lain-lain.
D. Tergantung kepada poros tutup drum (shell), ketel diklasifikasikan sebagai:
1. Ketel tegak (vertical steam boiler), seperti ketel cochran, ketel clarkson
dan lain-lain sepertinya.
2. Ketel mendatar (horizontal steam boiler), seperti ketel cornish,
lancashire, scotch dan lain-lain.
E. Menurut bentuk dan letak pipa, ketel uap diklasifikasikan sebagai:
1. Ketel dengan pipa lurus, bengkok, dan berlekak-lekuk (straight, bent
and sinous tubuker heating surface).
2. Ketel dengan pipa miring-datar dan miring-tegak (horizontal, inclined or
vertical tubuler heating surface).
2.5 Masalah-Masalah pada Boiler
Suatu boiler atau pembangkit uap yang dioperasikan tanpa kondisi air yang
baik, cepat atau lambat akan menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
14

kinerja dan kualitas dari sistem pembangkit uap. Banyak masalah-masalah yang
ditimbulkan akibat dari kurangnya penanganan dan perhatian khusus terhadap
penggunaan air umpan boiler. Akibat dari kurangnya penanganan terhadap air umpan
boiler akan menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Pembentukan Kerak
Terbentuk kerak pada dinding boiler terjadi akibat adanya mineral-mineral
pembentukan kerak, misalnya ion-ion kesadahan seperti Ca2+ dan Mg2+ dan akibat
pengaruh gas penguapan. Diamping itu pula dapat disebabkan oleh mekanisme
pemekatan didalam boiler karena adanya pemanasan. Jenis-jenis kerak yang umum
dalam boiler adalah kalsium sulfat, senyawa silikat dan karbonat. Zat-zat dapat
membentuk kerak yang keras dan padat sehingga bila lama penanganannya akan sulit
sekali untuk dihilangkan. Silika diendapkan bersama dengan kalsium dan magnesium
sehingga membuat kerak semakin keras dan semakin sulit untuk dihilangkan.
Kerak yang menyelimuti permukaan boiler berpengaruh terhadap perpindahan
panas permukaan dan menunjukkan dua akibat utama yaitu berkurangnya panas yang
dipindahkan dari dapur ke air yang mengakibatkan meningkatkan temperatur disekitar
dapur, dan menurunnya efisiensi boiler.
2. Peristiwa Korosi
Korosi dapat disebabkan oleh oksigen dan karbon dioksida yang terdapat
dalam uap yang terkondensasi. Korosi merupakan peristiwa logam kembali kebentuk
asalnya di alam misalnya besi menjadi oksida besi, alumunium dan lain-lain.
Peristiwa korosi dapat terjadi disebabkan oleh:

Gas-gas yang bersifat korosif seperti O2, CO2, H2S

Kerak dan deposit

Perbedaan logam (korosi galvanis)

pH yang terlalu rendah dan lain-lain


Jenis korosi yang dijumpai pada boiler dan sistem uap adalah general

corrosion, pitting (terbentuknya lubang) dan embrittlement (peretakan baja). Adanya


gas yang terlarut, oksigen dan karbon dioksida pada air umpan boiler adalah penyebab
utama general corrosion dan pitting corrosion (tipe oksigen elektro kimia dan
diffrensial). Kelarutan gas-gas ini di dalam air umpan boiler menurun jika suhu naik.
Kebanyakan oksigen akan memisah pada ruang uap, tetapi sejumlah kecil residu akan
tertinggal dalam larutan atau terperangkap pada kantong-kantong atau dibawah
15

deposit, hal ini dapat menyebabkan korosi pada logam-logam boiler. Karena itu
pentinguntuk melakukan proses deoksigenasi air boiler.
Jumlah rata-rata korosi atau serangan elektrokimia akan naik jika nilai pH air
menurun. Selain itu air umpan boiler akan dikondisikan secara kimia mencapai nilai
pH yang relatif tinggi. Bentuk korosi yang tidak umum tetapi berbahaya adalah
bentuk korosi embrittlement atau keretakan inter kristalin pada baja yang terjadi jika
berada pada tekanan yang tinggi dan lingkungan kimia yang tidak sesuai. Caustic
embrittlement atau keratakan inter kristalin pada baja yang terjadi jika berada pada
tekanan yang tinggi dan lingkungan kimia yang tidak sesuai. Caustic embrittlement
terjadi pada sambungan penyumbat dan meluas pada ujung tabung dimana celah
memungkinkan perkembangan suatu lingkungan caustic yang terkonsentrasi.
3. Pembentukan Deposit
Deposit merupakan peristiwa penggumpalan zat dalam air umpan boiler yang
disebabkan oleh adanya zat padat tersuspensi misalnya oksida besi, oksida tembaga
dan lain-lain. Peristiwa ini dapat juga disebabkan oleh kontaminsi uap dari produk
hasil proses produksi. Sumber deposit didalam air seperti garam-garam yang terlarut
dan zat-zat yang tersuspensi didalam air umpan boiler. Pemanasan dan dengan adanya
zat tersuspensi dalam air pada boiler menyebabkan mengendapnya sejumlah muatan
yang menurunkan daya kelarutan, jika temperaturnya dinaikkan. Hal ini menjelaskan
mengapa kerak dan sludge (lumpur) terbentuk. Kerak merupakan bentuk depositdeposit yang tetap berada pada permukaan boiler sedangkan sludge merupakan bentuk
deposit-deposit yang tidak menetap atau deposit lunak.
4. Terbawanya Uap (Steam Carryover)

16

Ketika air boiler mengandung garam terlarut


dan zat tersuspensi dengan konsentrasi yang
tinggi, ada kecendrungan baginya untuk
membentuk busa secara berlebihan sehingga
dapat menyebabkan steam carryover zat-zat
padat dan cairan pengotor kedalam uap. Steam
carryover terjadi jika mineral-mineral dari
boiler ikut keluar bersama dengan uap ke alatalat seperti superheater, turbin, dan lain-lain.
Kontaminasi-kontaminasi ini dapat diendapkan
kembali pada sistem uap atau zat-zat itu akan
mengontaminasi proses atau material-material
yang diperlukan steam. BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Sumber Penyediaan Air Umpan Boiler
Air yang digunakan pada air umpan boiler diperoleh dari air sungai, air waduk,
sumur bor dan sumber mata air lainnya. Kualitas air tersebut tidak sama walaupun
menggunakan sumber air sejenis, hal ini dipengaruhi oleh lingkungan asal air
tersebut. Oleh karena itu untuk dapat digunakan sebagai air umpan boiler maka air
baku dari sumber air harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu yang bertujuan
untuk menghilangkan unsur-unsur atau padatan yang terkandung didalam air baik
dalam bentuk tersuspensi, terlarut, ataupun koloid yang dapat menyebabkan
terjadinya kerak, korosi dan pembusaan dalam boiler. Disamping itu senyawa organik
dapat menyebabkan berbagai masalah dalam operasi boiler. Kualitas air umpan boiler
juga dipengaruhi oleh kondisi operasi boiler, dimana semakin tinggi tekanan dan
temperature operasi maka semakin murni kualitas air umpan yang diperlukan. Batasan
terhadap nilai parameter-parameter penting untuk air umpan boiler, sering ditentukan
oleh pihak pembuat alat, atau dapat mengacu pada criteria dari badan-badan
International seperti ASME dan ABMA.
3. 2. Uap (Steam)
Uap air adalah sejenis fluida yang merupakan fase gas dari air, bila mengalami
17

pemanasan sampai temperatur didih dibawah tekanan tertentu. Uap air tidak
berwarna, bahkan tidak terlihat bila dalam keadaan murni kering. Uap air dipakai
pertama sekali sebagai fluida kerja adalah oleh James Watt yang terkenal sebagai
penemu Mesin Uap Torak.
Uap air tidak mengikuti hukum-hukum gas sempurna, sampai dia benar-benar
kering (kadar uap 100%). Bila uap adi kering dipanaskan lebih lanjut maka dia
menjadi uap adi panas (panas lanjut) dan selanjutnya dapat dianggap sebagai gas
sempurna.
Uap air terbentuk dalam tiga jenis, yaitu:
1. Uap saturasi basah (X < 1)
2. Uap saturasi kering (X = 1)
3. Uap adi panas
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada pemanasan air dan penguapan
berlangsung pada tekanan tetap. Begitu pula pada pemanasan lanjut uap berlangsung
pada tekanan tetap. Entropi uap pada tekanan tetap, terdiri dari:
1. Kenaikan entropi air selama pemanasannya dari titik lebur sampai ke titik
didih dibawah tekanan tertentu
2. Kenaikan entropi selama peristiwa penguapan
3. Kenaikan entropi selama pemanasan lanjut
Diagram

entropi-temperatur

(diagram

T-S)

sangat

berguna

untuk

menyelesaikan soal-soal ekspansi secara adiabatis. Absis dari diagram menunjukkan


entropi dari fluida (air atau uap), di atas titik air, sedang ordinatnya menyatakan
temperatur fluida. Dalam gambar grafik ABCD menggambarkan pemanasan 1 kg air
dari titik cair (0OC) sampai suhu adi panas (tsup OC) pada tekanan tetap (constant).
Grafik AB menggambarkan pemanasan air sampai temperatur saturasi (tsup OC).
Kenaikan entropi : Sw kkal/kgOC diukur sepanjang garis AB(Effendi, 2013).

18

Gambar 3.1. Diagram Suhu-Entropi untuk Air dan Uap (Sumber:


Effendi, 2013)
3.2. Proses Kerja Boiler
Menurut UNEP dalamPedoman Efisiensi Industri Asia, sistem boiler terdiri
dari:
1. Sistem air umpan: menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan
perbaikan.
2. Sistem steam: mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler.
Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruha
nsistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat
pemantau tekanan.
3. Sistembahanbakar: semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan
bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang
diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang
digunakan pada sistem.

19

Gambar 3.2. Diagram Skematik Ruang Boiler (Sumber: UNEP, 2006)


Pada gambar diatas, terdapat beberapa komponen steam boiler seperti:
1. Steam boiler, merupakan alat yang digunakan untuk memberi panas pada
fluida (air)
2. Deaerator, merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan uap dengan
fluidanya.
3. Expansion tank, merupakan tanki yang berfungsi untuk menampung uap jenuh
yang berasal dari kerja deaerator.
4. Circulating pump, pompa yang digunakan untuk mensirkulasi fluida yang
berasal dari proses menuju steam boiler.
5. Economizer, alat ini digunakan supaya steam boiler lebih efesien dimana
fluida yang akan masuk ke steam boiler akan dipanaskan terlebih dahulu.
Air yang disuplaike boiler untuk diubah menjadi steam disebut air umpan. Dua
sumber air umpan adalah:
1. Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses
2. Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar
ruang boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih
tinggi,

digunakan

economizer

untuk

memanaskan

awal

air

umpan

menggunakan limbah panas pada gas buang.


Secara umum suatu ketel uap (boiler) dilengkapi dengan peralatan sedikitnya sbb:
1. Superheater
Superheater adalah suatu alat berbentuk heat exchanger dimana panas dari
gas asap (combustion product) digunakan untuk pengeringan uap jenuh kemudian
menaikkan temperaturnya. Jalannya penyerapan panas adalah sebagai berikut: gas
asap menyerahkan superheater panas dipindahkan secar konveksi, konduksi,
selanjutnya dari pipa bagian dalam superheater panas dipindahkan secara
konveksi ke uap yang ada dalam pipa tersebut. Bahan yang digunakan untuk pipa
20

coil adalah dari baja carbon (carbon steel) untuk suhu 450C sednag untuk suhu di
atas 450C digunakan baja campura (alloy steel). Susunan coil terhadap gas asap
ada bermacam-macam:
a. Counter flow (aliran berlawanan)
b. Partikel flow (aliran searah)
c. Combined flow ( gabungan searah)
2. Economizer
Economizer adalah alat berbentuk heat exchanger yang digunakan untuk
menaikkan temperatur feed water boiler (air umpan ketel), sebagai pemanas
biasanya dipakai gas asap yang keluar dari superheater. Dengan penggunaan
economizer didapat keuntungan:
Memanfaatkan gas uap (exhaust gas) yang masih mempunyai kalor
Menurunkan atau memperkecil perbedaan temperatur antara feed water dan
saturated steam, dengan demikian tegangan (external stress) yang terdapat di
dalam ketetl dapat diperkecil sehingga bisa menaikkan efisiensi.
Dengan penggunaan economizer selain untuk menaikkan suhu air umpan
ketel juga dimaksudkan untuk menurunkan suhu gas sebab gas asap menyalurkan
panasnya pada cair dalam economizer, dimana setiap kenaikan 1C feed water
selalu diikuti penurunan suhu gas asap sebesar 2-3C.
Economizer biasanya terbuat dari susunan pipa-pipa yang membentuk heat
excahnger, dan terbuat dari besi tuang (cast iron pipa) ataupun terbuat dari pipa
baja (steel tube). Untuk pipa-pipa drai besi tekanan yang diizinkan adalah sampai
22 atm (atmosfer melebihi), sedangkan pada tekanan yang leih besar lagi
dipergunakan steel tube economizer. Economizer dari pipa besi banyak
dipergunakan pada ketel-ketel pipa api karena tekanan yang dihasilkan rendah.
Steel tube yang digunakan sebagai economizer kadang-kadang juga menghasilkan
uap. Apabila economizer yang dipergunakan juga berfungsi menghasilkan uap,
maka disebut steaming economizer. Pada prakteknya pemanasan feed water
dapat dilakukan dengan 2 cara:

Pemanasan dengan memanfaatkan gas asap dan alatnya disebut economizer.

Pemanasan dengan exhaust steam


Uap yang masih mempunyai panas/kalor disalurkan untuk pemanasan lagi.
21

Alat yang digunakan untuk memanasi feed water dengan exhaust steam
disebutnfeed water heater. Ada 2 macam feed water heater yaitu:
a) Open type feed water heater (direct contact).
Di sini antara feed water dan exhaust steam terjadi pencampuran. Uap
yang tak mengembun dikeluarkan melalui pipa pernapasan (vent pipa) yang
letaknya di atas.
b) Close type (surface water heater)
Di sini antar exhaust steam dan feed water tak ada kontak langsung.
Perpindahan panas melalui bidang pemanasan. Close type water heater
berbentuk silinder dimana dalam silinder terdapat pipa-pipa berisi feed water.
3. Air heater
Udara yang dipergunakan untuk pembakaran sebelum masuk ke dalam
ruang bakar terlebih dahulu dilewatkan dengan alat yang namanya air heater atau
luvo, dimana tujuannya adalah untuk menaikkan suhu udara pembakaran sehingga
dapat menaikkan efisiensi pembakaran. Luvo ini biasanya diletakkan di belakang
economizer sehingga sebagai media pemanas di luvo adalah gas asap yang keluar
dari economizer luvo berbentuk besi exchanger, yang mana salah satu jenisnya
adalah regenerative type air heater.
Air heater berbentuk silinder berisi pipa-pipa yang dilengkapi dnegan rotor yang
memutar. Gas asap atau flue gas masuk pada salah satu sisi pemasukan berjalan dari
bawah ke atas. Tempat pemasukan diikatkan pada stater yang tak ikut berputar. Udara
untuk pembakaran dimasukka ke sisi lainnya dari atas ke bawah. Rotor berputar
dengan kecepatan yang rendah sekali sehingga memberi kesempatan pada gas asap
untuk meyerahkan panasnya pada permukaan pipa-pipa itu, setelah menerima
sebagian panas dengan perputaran rotor, maka udara dilewatkan pipa untuk 4. Dapur
pembakaran (furnace)
Dapur pembakaran adalah suatu ruangan temapat terjadinya proses
pembakaran dari bahan bakar. Kedudukan dapur pada ketel upa harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga panas yang dihasilkan dari pembakaran
bahan bakar di ruang dapur dapat diserap dengan baik oleh air ketel dan kerugian
panas harus diusahakan sekecil mungkin. Pada dasarnya dapur pembakaran dibagi
2 jenis:
22

1. Dapur dengan pengapian di atas kisi panggangan (gratifired furnaces).


Dapur ini digunakan untuk ketel-ketel yang menggunakan bahan bakar padat,
dimana bahan bakar terebut dibakar di atas sejumlah kisi-kisi yang mempunyai
celah udara untuk pembakar. Kisi panggangan ini sering disebut rangka bakar.
2. Dapur dengan pengapian disemburkan (pulverined fuel furnaces).
Digunakan untuk ketel-ketel yang menggunakan bahan bakar: air, gas atau powder
(tepung), dimana bahan bakar tersebut disuspensikan dan berbentuk nyala (flame).
Berdasarkan cara memasukkan udara dan bahan bakar (system feeding),
maka pengumpanan bahan bakar padat dibagi 2 macam:
Pengumpanan secara manual (dengan tangan, head fired)
Pengumpanan secara mekanis, secara otomatis
Sistem pengumpanan secara manual digunakan pada ketel-ketel tekanan
rendah atau kapasitas rendah. Hal ini disebabkan terbatasnya kecepatan melempar
bahan bakar ke dalam ruang dapur dengan menggunakan tangan biasa. Untuk
pengumpanan dengan tangan, biasanya bentuk rangka bakar berupa kisi-kisi yang
stasioner. Bentuk kisi panggangan yang stasioner.
5. Rangka bakar
Rangka bakar merupakan suatu rangka dimana alat untuk menyangga bahan
bakar dalam ruang bakar dan padanya terdapat lubang-lubang udara primer
berkisar antara 20-40%dari luas rangka bakar, dan tergantung pada jenis bahan
bakar yang dipergunakan. Perbandingan dengan luas bidang pemanasan biasanya
adalah: 1 m2 rangka bakar memanasi 40-60% heating surface.
Selain rangka bakar stasioneri yang digunakan pada sistem pengumpanan
manual. Masih ada jenis-jenis rangka bakar yang digunakan untuk siste
pengumpanan mekanis, yaitu:
a. Rangka bakar datar
b. Rangka bakar tangga
c. Rangka bakar rantai
III.3. Baku Mutu Air Boiler
Batasan terhadap nilai parameter-parameter penting untuk air umpan boiler,
sering ditentukan oleh pihak pembuat alat, atau dapat mengacu pada kriteria dari
badan-badan International seperti ASME dan ABMA. Boiler adalah tungku dalam
23

berbagai bentuk dan ukuran yang digunakan untuk menghasilkan uap dengan cara
penguapan air untuk dipakai pada pembangkit tenaga listrik lewat turbin, proses
kimia, dan pemanasan dalam produksi, dll. Dalam istilah lain biasa disebut ketel uap
yaitu alat untuk menghasilkan uap, yang terdiri dari dua bagian utama, yaitu sisi api
sebagai penyedia panas dan sisi air sebagai bagian untuk proses penguapan air
menjadi uap. Uap kemudian keluar dari boiler untuk digunakan dalam berbagai
aplikasi seperti pemanas, turbin, dll.
Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan boiler diperoleh dari
air sungai, air waduk, sumur bor dan sumber mata air lainnya. Kualitas air tersebu
ttidak sama walaupun menggunakan sumber air sejenis, hal ini dipengaruhi oleh
lingkungan asal air tersebut. Sumber mata air sungai umumnya sudah mengalami
pencemaran oleh aktivitas penduduk dan kegiatan industri, oleh sebab itu perlu
dilakukan pemurnian. Air umpan boiler harus memenuhi spesifikasi yang telah
ditentukan agar tidak menimbulkan masalah-masalah pada pengoperasian boiler. Air
tersebut harus bebas dari mineral-mineral yang tidak diinginkan serta pengotorpengotor lainnya yang dapat menurunkan efisiensi kerja dari boiler. Feed water harus
memenuhi prasyarat tertentu seperti yang diuraikan dalam tabel 3.1:
Pada proses penguapan dalam ketel uap, air menjadi uap. Uap yang dihasilkan
adalah air murni dalam fasa uap (H 2O) dimana ion-ion yang terkandung dalam air
boilernya tidak turut menguap. Sebagai akibatnya, konsentrasi ion-ion yang berada
dalam fasa cairnya (air boiler) semakin lama akan semakin tinggi dimana apabila hal
ini tidak dikendalikan kenaikan konsentrasi ion-ion tersebut akan menuju bilangan tak
terhingga, sehingga konsekuensinya pengerakan pada pipa-pipa boiler tidak akan bisa
dihindarkan. Pengendalian ion-ion dalam air boiler tersebut pada sistim boiler
dilakukan dengan membuang sebagian dari air boiler secara kontinyu dan disebut
sebagai blow-down.Tujuan blow-down adalah untuk menjaga agar ion-ion yang ada
dalam air boiler tidak melebihi batasan-batasan yang telah ditentukan.
Tabel 3.1 Parameter Air Umpan Boiler (SNI 19-1719-1989)
Parameter
pH
Konduktivitas
Total Dissolved

Satuan
Unit
mhos/cm
Ppm

Pengendalian Batas
10,5 11,5
5000 (maksimal)
3500 (maksimal)

Solid
24

P-Alkalinitas

Ppm

M-Alkalinitas

Ppm

800 (maksimal)

O-Alkalinitas

Ppm

2,5 x SiO2 (minimum)

T, hardness

Ppm

Silika

Ppm

150 (maksimal)

Besi

Ppm

2 (maksimal)

Residual fosfat

Ppm

20 50

Residual sulfit

Ppm

20 50

pH kondensat

Ppm

8,0 9,0

3.4. Pengendalian Mutu Air Umpan Boiler


Air umpan boiler memiliki standarbaku mutu tertentu. Namun, sumber air baku
untuk umpan boiler belum memenuhi standar yang telah ditentukan. Oleh karena itu,
dilakuka npengolahan secara eksternal untuk membuang padatan tersuspensi, padatan
terlarut (terutama ion kalsium dan magnesium yang merupakan penyebab utama
pembentukan kerak) dan gas-gas terlarut (oksigen dan karbondioksida). Proses
pengolahan eksternal dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

Koagulasi dan Flokulasi

Sedimentasi

Filtrasi

Demineralisasi
25

Softening

Deaerasi

Gambar 3.3. Diagram Pengolahan Air Umpan Boiler (Sumber: UNEP, 2006)
Metode pengolahan awal adalah sedimentasi sederhana dalam tangki
pengendapan ataupengendapan dalam clarifiers dengan bantuan koagulan dan
flokulan. Penyaring pasirbertekanan, dengan aerasi untuk menghilangkan karbon
dioksida dan besi.
3.4.1 Koagulasi dan Flokulasi
Koagulasi dan flokulasi yaitu proses pemberian bahan-bahan koagulan dan
flokulan kedalam air umpan boiler dengan cara penginjeksian. Koagulasi merupakan
proses netralisasi muatan sehingga partikel-partikel dapat saling berdekatan satu
dengan yang lainnya. Flokulasi merupakan proses penyatuan antar partikel-partikel
yang sudah saling berdekatan satu dengan yang lain sehingga partikel-partikel akan
saling menarik dan membentuk flok. Untuk menurunkan turbidity pada inlet clarifier
diinjeksikan bahan kimia, yaitu :
a. Alum Sulfat (Al2(SO4)3 . 18 H2O)
Berfungsi untuk membentuk gumpalan dari partikel yang tersuspensi dalam
air. Bila alum dikontakkan dengan air maka akan terjadi hidrolisa yang menghasilkan
alumunium hidroksida dan asam sulfat. Penambahan alum tergantung pada turbidity
26

dan laju alir air.


b. Caustik Soda (NaOH)
Berfungsi untuk menetralkan asam akibat reaksi pada proses sebelumnya,
konsentrasi caustik soda yang ditambahkan bergantung pada keasaman larutan. PH
diharapkan antara 6 8.
c.

Klorin (Cl2)
Penambahan klorin ini bertujuan untuk mematikan mikroorganisme dalam air,

disamping itu juga untuk mencegah tumbuhnya lumut pada dinding clarifier yang
dapat mengganggu proses selanjutnya.
d. Coagulant Aid (Polymer)
Berfungsi untuk mempercepat proses pengendapan, karena penambahan bahan
ini akan mengikat partikel-partikel yang menggumpal sebelumnya menjadi gumpalan
yang lebih besar (flok) sehingga lebih mudah dan cepat mengendap.
3.4.2 Sedimentasi
Tujuan sedimentasi adalah memberikan kesempatan kepada partikel-partikel
besar untuk mengendap dan partikel yang lebih halus akan membutuhkan waktu
endap yang lebih lama.
2.4.3 Filtrasi
Pengolahan dengan cara filtrasi dapat dilakukan dengan cara penyaringan zat
padat tersuspensi didalam air sebelum air diisikan kedalam boiler. Efisiensi saringan
paling baik bila unit beroperasi pada kecepatan aliran terkecil, padatan akan melalui
media membawa padatan bersamanya. Demikian pada tekanan yang tinggi dapat
memecahkan media akan keluar pada saat dilakukan backwash.
2.4.4 Demineralisasi
Demineralisasi berfungsi untuk membebaskan air dari unsur-unsur silika,
sulfat, chloride (klorida) dan karbonat dengan menggunakan resin. Diagram Alir
proses seperti gambar dibawah ini

27

Gambar 2.4 Diagram Alir Demineralizer


a. Cation Tower
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur logam yang berupa
ion-ion positif yang terdapat dalam air dengan menggunakan resin kation R-SO 3H
(type Dowex Upcore Mono A-500). Proses ini dilakukan dengan melewatkan air
melalui bagian bawah, dimana akan terjadi pengikatan logam-logam tersebut oleh
resin. Resin R-SO3H ini bersifat asam kuat, karena itu disebut asam kuat cation
exchanger resin.
Proses ini menghasilkan asam seperti asam seperti HCl, H 2SO4 dan asam-asam
lain. Keasaman berkisar antara Ph 2,8 3,5. untuk memperoleh resin aktif kembali,
dilakukan regenerasi dengan menambahkan H2SO4 pada resin tersebut.
a. Degasifier
Dari cation tower air dilewatkan ke degasifier yang berfungsi untuk
menghilangkan gas CO2 yang terbentuk dari asam karbonat pada proses sebelumnya.

Proses di degasifier ini berlangsung pada tekanan vakum 740 mmHg dengan
menggunakan steam ejektor, di dalam tangki ini terdapat netting ring sebagai media
untuk memperluas bidang kontak sehingga air yang masuk terlebih dahulu
diinjeksikan dengan steam.. Sedangkan keluaran steam ejektor dikondensasikan
dengan menginjeksi air dari bagian atas dan selanjutnya ditampung dalam seal pot
sebagai umpan recovery tank, maka CO2 akan terlepas sebagai fraksi ringan dan air
akan turun ke bawah sebagai fraksi berat.
b. Anion Tower
Berfungsi untuk menyerap atau mengikat ion-ion negatif yang terdapat dalam
kandungan air yang keluar dari degasifier. Resin pada anion exchanger adalah R =
NOH (Tipe Dowex Upcore Mono C-600).
Reaksi ini menghasilkan H2O, oleh karena itu air demin selalu bersifat netral.
Selanjutnya air outlet anion tower masuk ke mix bed polisher dari bagian atas. Air
keluar tangki ini memiliki pH = 7,5 8,5. Untuk memperoleh resin aktif kembali,
dilakukan regenerasi dengan menambahkan NaOH pada resin tersebut.
c. Mix Bed Polisher
Berfungsi untuk menghilangkan sisa-sisa logam atau asam dari proses
sebelumnya, sehingga diharapkan air yang keluar dari mix bed polisher telah bersih
dari kation dan anion. Di dalam mix bed polisher digunakan dua macam resin yaitu
resin kation dan resin anion yang sekaligus keduanya berfungsi untuk menghilangkan
sisa kation dan anion, terutama natrium dan sisa asam sebagai senyawa silica
Air yang telah bebas mineral tersebut dimasukkan ke polish water tank dan
digunakan untuk air umpan boiler. Air yang keluar dari mix bed polisher ini memiliki
pH antara 6 7. ( Anonymous. 1994 )
2.4.5 Deaerasi
Dalam de-aerasi, gas terlarut, seperti oksigen dan karbon dioksida, dibuang
dengan pemanasan awal air umpan sebelum masuk ke boiler. Seluruh air alam
mengandung gas terlarut dalam larutannya. Gas-gas tertentu seperti karbon dioksida
dan oksigen, sangat meningkatkan korosi. Bila dipanaskan dalam sistim boiler, karbon
dioksida (CO2) dan oksigen (O2) dilepaskan sebagai gas dan bergabung dengan air
(H2O) membentuk asam karbonat (H2CO3).
Penghilangan oksigen, karbon dioksida dan gas lain yang tidak dapat

terembunkan dari air umpan boiler sangat penting bagi umur peralatan boiler dan juga
keamanan operasi. Asam karbonat mengkorosi logam menurunkan umur peralatan
dan pemipaan. Asam ini juga melarutkan besi (Fe) yang jika kembali ke boiler akan
mengalami pengendapan dan meyebabkan terjadinya pembentukan kerak pada boiler
dan pipa. Kerak ini tidak hanya berperan dalam penurunan umur peralatan tapi juga
meningkatkan jumlah energi yang diperlukan untuk mencapai perpindahan panas.
3.5. Pemeliharaan Boiler
Boiler yang berperan dalam proses pengubahan air menjadi uap memerlukan
perlakuan dan perawatan khusus. Masalah yang timbul pada boiler umumnya
disebabkan oleh perlakuan air umpan boiler yang tidak memenuhi persyaratan. Untuk
perawatan dan pemeliharaan boiler dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Proses Commisioning awal
2. Operasi pada keadaan normal dan emergency (darurat)
3. Pengawasan dan perawatan
4. Ruangan ketel
III.6. Perlakuan Terhadap Kondensat (Condensate Treatment)
Perlakuan terhadap kondensat mencakup pengendalian korosi di system
kondensat dan perbaikan mutu kondensat (condensate polishing). Sekalipun
kondensat yang diumpankan kembali relatif murni, tetapi mungkin masih
mengandung impurities dari hasil proses korosi, dan erosi, baik yang larut
maupun yang tidak larut. Impurities tersebut dapat berupa mineral-mineral,
kesadahan

dan

minyak.

Condensate

polishing

dimaksudkan

untuk

meminimumkan jumlah impurities tersebut agar dapat mencegah pembentukan


kerak pada ketel dan turbin, dan meminimumkan pengaruh korosif. Tahap
perbaikan kondensat merupakan kombinasi dari tahap filtrasi dan pertukaran
ion. Sistem pertama yang dipakai adalah sistem filtrasi dan pertukaran ion
secara terpisah. Filtrasi digunakan untuk menyaring pengotor tersuspensi dan
minyak.
Tahap filtrasi saja sudah cukup memadai jika dipakai untuk menyaring
impurities pada saat start-up dan operasi normal. Tetapi jika terjadi kebocoran
pada pipa kondensat dan padatan terlarut banyak memasuki kondensat, tahap
filtrasi saja tidak cukup dan dibutuhkan sistem demineralisasi (mix-bed

demineralizer) untuk operasi perbaikan. Alternatif lain yang dapat dipakai


adalah penggunaan tahap filtrasi dan demineralisasi dalam satu alat

III.7. Utilitas Pengguna Steam


Hampir semua industri kimia mendapatkan manfaat dari penggunaan
steam baik sebagai media penukar panas, pemanas, atau bahkan sebagai media
penggerak turbin pembangkit listrik. Berikut beberapa utilitas yang umum
dijumpai dalam industri kimia dan menggunakan steam:
a. Boiler
Boiler merupakan alat pembuat steam yang umum dijumpai dalam
industri kimia, yang berfungsi untuk menyuplai steam menuju alat penukar
panas, evaporator, dan reaktor. Boiler terdiri dari tiga sistem, yaitu: sistem
air umpan, berfungsi untuk mengontrol air yang disuplai ke dalam boiler
untuk diubah menjadi steam. Sistem steam, berfungsi untuk mengontrol
produksi steam dalam boiler yang bekerja dengan cara mengalirkan steam
melalui sistem perpipaan ke titik pengguna. Sistem bahan bakar, berfungsi
untuk menyediakan bahan bakar yang berfungsi sebagai energi penghasil
panas yang dibutuhkan oleh boiler.
b. Heat Exchanger
Prinsip kerja pada alat penukar panas adalah terdapat dua fluida
dengan suhu yang berbeda, dialirkan melalui shell dan tube sehingga pada
kedua fluida tersebut terjadi perpindahan panas secara tidak langsung.
Adapun steam yang digunakan pada alat penukar panas umumnya berjenis
saturated steam, meskipun tidak jarang dijumpai heat exchanger dengan
pemanas berupa superheated steam.
c. Evaporator
Evaporator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan solvent
dari larutan solute berdasarkan perbedaan titik didih yang dimiliki
keduanya, untuk menghasilkan produk yang lebih pekat. Untuk proses
pemisahan solvent dari
larutan solute, maka dibutuhkan panas (kalor) yang umumnya didapat dari
boiler atau furnace.
Terdapat beberapa komponen dasar dari sebuah evaporator, yaitu: heat

exchanger, yang berfungsi untuk menukar panas dari medium pemanas


(steam) ke produk secara tidak langsung. Vacuum, berfungsi untuk menjaga
produk tetap pada suhu rendah yang berfungsi untuk mencegah kerusakan
kandungan-kandungan dalam produk. Vapour separator, berfungsi untuk
mengembalikan padatan dan uap air ke condenser. Condenser, berfungsi
untuk mengubah uap air menjadi air dalam fasa liquid dalam heat
exchanger.
III.8. Contoh Soal
Tentukan efisiensi dari siklus rankine pada siklus uap dengan tekanan
kondensor 10 Kpa. Tekanan uap keluar boiler ialah 2 Mpa. Uap keluar dari
boiler sebagai uap jenuh.
Kondisi 1.
Pada kondisi ini, fluida kerja diasumsikan sebagai kondisi cair jenuh.
Karenanya kita dapat mengetahui sifat termodinamika pada kondisi 1.
P1 = 10 Kpa (parameter diketahui dari soal)
v1 = 0,00101 m3/kg (Kondisi uap jenuh ; tabel
tekanan) h1 = 191,8 Kj/Kg (Kondisi uap jenuh ;
tabel tekanan) Kondisi 2.
Dalam kondisi ini, tekanan kerja dari fluida kerja telah meningkat dan
fluida kerja mengalami perubahan fasa dari kondisi cair jenuh menjadi kondisi
cair. Hal ini dapat dilakukan dengan memompa fluida kerja sebelum fluida
tersebut masuk ke boiler. Dikarenakan fluida kerja tidak dalam kondisi jenuh,
maka kita dapat mengetahui sifat termodinamik dari fluida kerja.
P2 = 2 Mpa (Parameter diketahui dari soal)
v1 = v2 = 0,00101 m3/kg (Karena pada kondisi ini fluida kerja memiliki
volume spesifik yang tidak berubah dari kondisi cair jenuh menjadi kondisi
cair).
Enthalpi dari fluida kerja tidak dapat langsung diperoleh dari tabel uap
jenuh. Kita dapat memperoleh entalphy dengan menggunakan bantuan hukum I
thermodinamika untuk proses pemompaan. Kerja pompa dinyatakan dengan :
Wp

= v (P2-P1) Wp = h2 + h1
= 0,00101 (2000 10) h2 = Wp + h1
= 2,0 Kj/Kg

=2,0 + 191,8
= 193,8 Kj/Kg Kondisi 3.
Pada kondisi ini, fluida kerja telah dipanaskan dalam ketel hingga
mencapai kondisi uap jenuh. Karena uap berada dalam kondisi jenuh, maka kita
dapat mengetahui sifat termodinamik dari fluida kerja dalam tabel
termodinamika untuk sifat uap.
P3 = 2 Mpa (Parameter diketahui dari soal)
s3 = 6,3409 Kj/KgOK (kondisi uap jenuh ; didapat dari tabel uap air)
h3 = 2799,5 Kj/Kg (kondisi uap jenuh ; didapat dari tabel uap air)
Perlu diketahui, bahwa penting untuk memperoleh harga entropy dari
fluida kerja pada kondisi ini. Hal ini dikarenakan jika kita memperhatikan ke
proses selanjutnya, fluida kerja tersebut akan diekspansikan ke turbine dan akan
berubah sifat dari uap jenuh menjadi uap campuran (uap dan cairan). Sehingga
kita tidak dapat mengetahui sifat termodinamika dari fluida kerja dalam tabel
uap. Kita juga akan memerlukan harga dari kualitas (fraksi). Kita dapat
memperoleh kualitas dari fluida kerja pada kondisi 4 dengan menentukan
besarnya entropi terlebih dahulu. Proses yang terjadi pada turbin ialah proses
ekspansi adiabatik reversible, sehingga entropy dari kondisi 4 sama dengan
entropi fluida kerja pada kondisi 3.
Kondisi 4.
P4

= 10 Kpa (Parameter diketahui dari soal; tekanan kondensor)

s4

=s3 = 6,3409 Kj/KgOK (Ekspansi Adiabatik reversible di turbin)

sf4

= 0, 6493 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh : didapat dari tabel uap

air)
sfg4

= 7, 5009 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh : didapat dari tabel uap

air) hf4 = 191, 8 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh : didapat dari tabel uap
air) hfg4

= 2392.8 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh : didapat dari

tabel uap air) Kualitas uap pada kondisi 4 dapat dihitung menurut
persamaan berikut :
s4

= sf4 + x sfg4

6,3409 = 0, 6493 + x (7, 5009)


x

= 0,7588

Enthalpi dari uap pada kondisi 4 dapat dihitung dengan persamaan berikut :
h4

= hf4 + x hfg4

h4

= 191, 8 + (0,7588)

(2392,8)

= 2007,5

Kj/Kg
Panas yang dipindahkan oleh boiler sebesar :
qi

= h3 - h2
= 2799,5 193,8
= 2605,7 Kj/Kg

Panas yang diserap oleh Kondensor sebesar :

qo

= h4 - h1
= 2007,5 191,8
= 1815,7 Kj/Kg

Kerja turbine sebesar :


wt

= h3 - h4
= 2799,5 2007,5

= 792 Kj/Kg BAB IV


PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
1. Boiler merupakan bejana tertutup di mana panas pembakaran dialirkan ke air
sampai terbentuk air proses atau steam. Media yang digunakan adalah air
untuk mengalirkan panas ke suatu proses karena murah.
2. Faktor yang mendasari pemilihan jenis boiler adalah sebagai berikut,
kapasitas yang digunakan, kondisi uap yang dibutuhkan, bahan bakar yang
dibutuhkan, dan konstruksi yang sederhana.
3. Uap air adalah sejenis fluida yang merupakan fase gas dari air, bila
mengalami pemanasan sampai temperatur didih dibawah tekanan tertentu.
Uap air tidak berwarna, bahkan tidak terlihat bila dalam keadaan murni
kering.
4. Batasan terhadap nilai-nilai parameter air umpan boiler mengacu dari kriteria
dari badan-badan Internasional seperti ASME dan ABMA.
5. Untuk memenuhi baku mutu air umpan boiler maka harus ada
pengendaliaannya, maka dilakukan pengolahan secara external yang meliputi
diantaranya

adalah,

koagulasi

dan

flokulasi;

sedimentasi;

filtrasi;

demineralisasi; softening; dan deaerasi.


6. Berbagai permasalahan dapat terjadi pada boiler yang disebabkan oleh
perlakuan air umpan boiler yang tidak memenuhi persyaratan, untuk
pemeliharaannya dapat dilakukan dengan proses commisioning awal; operasi
pada keadaan normal dan emergency; pengawasan dan perawatan; dan
ruangan ketel.
IV.2. Saran
1. Perlunya beberapa pertimbangan dalam pemilihan boiler.
2. Selain diadakan pengolahan eksternal, untuk menjaga agar boiler tidak
cepat rusak, serta tidak terbentuk fouling, scaling, dan sebagainya, maka
diperlukan pengolahan lebih lanjut; pengolahan internal.
3. Pada umumnya, diperlukan pembersihan secara rutin pada alat penukar
panas untuk mengoptimalkan proses perpindahan panas yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Dwi Ardiyanto. 2013. Rancang Bangun Boiler untuk Proses Pemanasan
Sistem Uap pada Industri Tahu dengan Menggunakan Catia V-5. Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Saputra, Hendra, dkk. 2012. Studi Teknis dan Ekonomis Perubahan Steam Boiler
Menjadi Thermal Oil Boiler Sebagai Pemanas Hfo Pada Kapal MV Amazon.
ITS. Department of Marine Engineering, Faculty of marine Technology.
United Nations Environment Programme (UNEP). 2006. Cleaner Production
Energy Efficiency Manual Guidelines for the integration of Cleaner
Production and Energy Efficiency. (distribusi steam dan penggunaanya)
www.uneptie.org.
Wall,

John,

et.

Al.

2009.

Saturated

steam

vs

superheated

www.systhermique.com. Diakses pada tanggal 16 mei 2015.

steam.

Anda mungkin juga menyukai