Anda di halaman 1dari 15

APLIKASI NERACA MASSA DALAM

PEMBUATAN LARUTAN

PRAKTIKUM III
( Praktikum Dasar Teknik Proses )

Kelompok 3

ANISSA NORMALITASARI 1902301007


DANI MUHRIZA 1902301009
M. AL AZRI 1902301023
SANIYA 1902301049
SHAFIRA AL GITA 1902301003

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan sehari-hari, industri maupun laboratorium tidak terlepas


dari kimia. Di dalam kimia dikenal suatu larutan, dimana larutan merupakan
hal yang sangat penting dan hal dasar yang harus diketahui, terutama bagi
seseorang yang bekerja di bidang industri maupun di dalam laboratorium.
Banyak reaksi kimia yang dikenal, terutama di dalam laboratorium atau di
industri yang terjadi di dalam larutan. Larutan pada dasarnya adalah
campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi dengan baik.
Dalam proses pembuatan larutan, juga dikenal pengenceran. Pengenceran
juga merupakan hal yang penting dalam bidang industri maupun
laboratorium. Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut
saja, sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan
jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran. Dengan kata lain jumlah mol
zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut
sesudah pengenceran. Di dalam laboratorium maupun di industri juga
dikenal pencampuran, dimana dua atau lebih senyawa yang memiliki
konsentrasi yang berbeda dicampurkan menjadi satu. Baik itu berbentuk
cair, padat, maupun gas.
Program studi ilmu dan teknologi pangan, tidak terlepas dari
pembelajaran mengenai kimia, seperti pembuatan larutan, pengenceran dan
pencampuran bahan kimia dengan konsentrasi yang berbeda. Untuk itu,
penting bagi seorang praktikan dalam mengetahui bagaimana cara
pembuatan larutan, pengenceran dan pencampuran bahan kimia, maka dari
itu dilakukanlah praktikum ini.

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan :


1. Mahasiswa terampil membuat larutan dari padatan larutan yang pekat.
2. Mahasiswa mampu menentukan konsentrasi larutan dengan beberapa
satuan.
3. Mahasiswa mampu membuat larutan kimia sesuai dengan prosedur dan
cara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 NaOH (Natrium Hidroksida)


Natrium hidroksida (NaOH) dikenal sebagai soda kaustik, soda api,
atau sodium hidroksida adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium
Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air.
Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan
ke dalam air. NaOH digunakan di berbagai macam bidang industri,
kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan
kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida murni
berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran
ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan Sorensen (Anonim,
2014).
NaOH sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara
eksotermis, yaitu pelepasan kalor dari system ke lingkungan karena titik
didih NaOH lebih besar dibandingakan titik didih air. Semakin banyak
massa NaOH maka larutan akan semakin panas dan kalor yang dilepas juga
semakin besar. Selain itu ketika NaOH dilarutkan dalam air, NaOH akan
terurai secara sempurna menjadi ion Na (Na+) dan ion OH-, dimana ion Na
oleh keaktifan lagam Na itu sendiri, sehingga dapat menimbulkan panas
serta untuk memutuskan ikatan hidrogen jaga saat penguraian NaOH maka
dilepaskan kalor yang besar oleh NaOH kedalam larutan sehingga terjadilah
reaksi eksoterm.

2.2 Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau
lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang
komposisinya dapat berpariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau
padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil
solute relative terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah
larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut.
Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut
(Baroroh, 2004).
Menurut Keenan (1996) larutan dapat dibedakan menjadi beberapa sifat,
yaitu sebagai berikut :
1. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil zat
terlarut relatif terhadap jumlah zat pelarut.
2. Larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar jumlah
zat terlarut.
3. Larutan lewat jenuh adalah larutan yang tidak dapat melarutkan zat
terlarut atau sudah terjadi pengendapan.
4. Larutan belum jenuh adalah larutan yang masih bisa untuk melarutkan
zat terlarut atau belum terjadi atau terbentuk endapan.
5. Larutan tepat jenuh adalah larutan yang menimbulkan endapan.

2.2 Konsentrasi
Konsentrasi digunakan untuk menyatakan komposisi larutan secara
kuantitatif. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam tiap
satuan larutan atau pelarut. Dan dinyatakan dalam satuan volume zat terlarut
dalam sejumlah volume (berat, mol) tertentu dari pelarut (Baroroh, 2014).
Menurut Baroroh (2004) satuan-satuan dari konsentrasi adalah sebagai
berikut:
1. Fraksi Mol
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen
dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.
2. Persen Berat
Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram
larutan.
3. Molalitas (m)
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
4. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
5. Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam setiap liter
larutan.
6. Persen massa (%(b/b))
Berat bahan yang terkandung dalam 100g larutan.
7. Persen volume (%(v/v))
Volume bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan.
8. Persen berat per volume %(b/v))
Berat bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan
9. Parts Per Million (ppm)
Menyatakan kandungan suatu senyawa dalam larutan.

2.3 Pengenceran
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih
besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-
kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada
pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan
aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh
sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang
dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak
mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di
dekatnya, percikan asam sulfat ini bisa merusak kulit (Khopkar, 1990).
Menurut john (2011), rumus yang digunakan pada pengenceran adalah
sebagai berikut:
M1 x V1 = M2 x V2

Dimana :
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan.
2.4 Pencampuran
Pencampuran merupakan penggabungan dari dua atau lebih senyawa,
baik itu berbentuk cair, padat, maupun gas. Proses pencampuran
dimaksudkan untuk membuat suatu bentuk keseragaman dari beberapa
konstituan baik likuid-solid (pasta), atau solid-solid dan kadang-kadang
likuid-gas. Berbagai proses pencampuran harus dilakukan di dalam
industry.pangan seperti pencampuran susu dengan coklat, tepung dengan
gula atau CO2 dengan air. Pencampuran bertujuan untuk mencampurkan
satu atau lebih bahan dengan menambahkan satu bahan ke dalam bahan
lainnya, sehingga dihasilkan suatu bentuk yang seragam dari beberapa
konstituen baik padat, padat-cair, maupun cair-gas. Prinsip dari
pencampuran adalah berdasarkan pada peningkatan pengayakan dan
distribusi dua atau lebih beberapa komponen yang mempunyai sifat
berbeda, yang mana derajat pencampuran dapat dikarakterisasi dari waktu
yang dibutuhkan, keadaan produk atau jumlah energi yang diperlukan untuk
melakukan pencampuran. Pencampuran bermanfaat untuk mendapatkan
hasil dari pencampuran dari beberapa bahan agar didapatkan karakteristik
bahan yang sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan
(Wirakartakusumah, 1992).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada Senin,30 September 2019 pada pukul


10.00 WITA s.d Selesai bertempat di Laboratorium Bioproses Politeknik
Negeri Tanah Laut.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Gelas Beaker
2. Gelas ukur
3. Labu takar
4. Pipet Gondok/Pipet ukur
5. Kaca arloji
6. Neraca Analitik
7. Batang Pengaduk
8. Pipet Tetes
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Asam Klorida Pekat
2. Pekat Natrium Hidroksida
3. Aquadest

3.3 Prosedur Kerja

a. Pembuatan dan pencampuran Larutan Asam Klorida


1. Ditimbang gelas ukur,catat berat massa.
2. Diambil 20 ml larutan asam klorida pekat dengan menggunakan
gelas ukur.
3. Dimasukan secara perlahan-lahan asam klorida pekat yang telah
diambil kedalam labu takar 100 ml lakukan dalam lemari asam.
4. Ditambahkan aquadest kedalam labu takar hingga tanda batas.
Tutup labu takar dan lakukan pengorokan hingga larutan homogen.
Timbang berat labu takar yang telah berisi larutan. Larutan yang
telah dibuat dalam tahap ini disebut sebagai larutan A.
5. Diukur dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur,
pindahkan 20 ml larutan asam klorida yang telah dibuat (larutan A)
ke dalam labu takar 100 ml yang baru.
6. Ditambahkan aquadest ke dalam labu takar tersebut hingga tanda
batas larutan HCL yang telah diencerkan ini sebagai larutan B.
b. Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida
1. Ditimbang secara teliti 0,4 gram butiran NaOH menggunakan kaca
arloji dan neraca analitik.
2. Diselesaikan penimbangan dan lakukan pemindahan NaOH dari
gelas arloji ke dalam gelas beaker yang telah berisi 20-25 ml
aquadest.
3. Diaduk dengan batang pengaduk kaca hingga seluruh NaOH larut
sempurna.
4. Dipindahkan larutan dari gelas beaker kedalam labu takar 100 ml.
5. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas pada labu takar. Tutup
labu takar kemudian kocok hingga homogen. Larutan yang
diperoleh pada tahap ini di sebut sebagai larutan C.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Massa gelas ukur kosong = 30,68 gr
Massa labu takar kosong = 55,27 gr
Massa labu takar kosong + larutan = 157,03 gr
Larutan Pengamatan Hasil
A Pembuatan larutan asam klorida
1. Mempipet asam klorida Volume HCL = 4,15 ml
2. Menggunakan hingga tanda V pengenceran = 100 ml
batas

B Pengenceran larutan asam klorida


1. Mempipet larutan A V larutan A = 20 ml
2. Mengencerkan hingga tanda V pengenceran = 100 ml
batas

C Pembuatan larutan NaOH


1. Membuang butiran NaOH Massa NaOH = 0,4 gr
2. Mengencerkan hingga tanda V pengenceran = 100 ml
batas

Spesifikasi bahan :

ρ = 1,19 kg/L = 1 liter = 1190 gram


Kemurnian = 37 %
Mr = 36,5

Menghitung Konsentrasi :
37
1. x 1190 = 440,3 gr ( massa HCl )
100
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
M1 = 𝑚𝑟
440,3
= = 12,06
36,5

V1 .M1 = V2 . M2
4,15 . 12,06 = 100 x M2
50,046 = M2
M2 = 0,50
V2 . M2 = V3 . M3
20. 0,50 = 100 . M3
10 = M3
M3 = 0,1

𝑔𝑟 1000
2. NaOH = 𝑚𝑟 x 𝑣
0,4 1000
Massa NaOH = 40 x 100
400
= 400

= 0,1 M

4.2 Pembahasan
Larutan adalah campuran yang selaras antara dua ataupun lebih zat.
Larutan dapat berupa cair, pada maupun gas. Pada umumunya didalam
pembuatan larutan, zat pelarut yang digunakan adalah air (H2O). Hal ini
sesuai dengan Baroroh (2004) yang menyatakan bahwa larutan adalah
campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai
molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat berpariasi.
Konsentrasi merupakan jumlah zat terlarut dalam tiap satuan larutan
atau pelarut. Dan digunakan untuk menyatakan komposisi larutan secara
kuantitatif. Konsentrasi memiliki macam-macam satuan, yatiu fraksi mol,
persen berat, molalitas, molaritas, normalitas, persen massa, persen volume,
persen berst per volume dan PPM atau Parts Per Million. Hal ini sesuai
dengan Baroroh (2014) yang menyatakan bahwa konsentrasi digunakan
untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif. Konsentrasi
didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam tiap satuan larutan atau
pelarut,
Pengenceran merupakan pencampuran larutan pekat dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika
suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, terkadang sejumlah
panas dilepaskan. Hal ini sesuai dengan Khopkar (1990) yang menyatakan
bahwa pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkaan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih
besar.
Pencampuran adalah gabungan dari dua atau lebih bahan kimia yang
bertujuan untuk menghasilkan suatu bentuk yang seragam baik itu padat-
cair, cair-gas dan padat-gas. Dan pencampuran dilakukan untuk
mendapatkan karakteristik bahan yang sesuai dengan apa yang kita
butuhkan. Hal ini sesuai dengan Wirakartakusumah (1992) yang
menyatakan bahwa pencampuran bertujuan untuk mencampurkan satu atau
lebih bahan dengan menambahkan satu bahan ke dalam bahan lainnya,
sehingga dihasilkan suatu bentuk yang seragam dari beberapa konstituen
baik padat, padat-cair, maupun cair-gas.
Bahan yang akan digunakan dalam pembuatan larutan NaOH 0,35 N
adalah NaOH .Sebelum membuat larutan NaOH, terlebih dahulu, dihitung
jumlah NaOH yang akan digunakan untuk membuat larutan NaOH 0,35 N.
Dari hasil perhitungan, untuk membuat suatu larutan NaOH 0,35 N
dibutuhkan 0,7 gr NaOH. Setelah didapatkan jumlah NaOH yang akan
digunakan, NaOH dimasukkan kedalam labu takar, kemudian dilarutkan
dengan aquadest hingga batas tera (volume larutan menjadi 50 mL) dan di
aduk hingga homogen dimana antara zat terlarut dan pelarut tidak dapat
dibedakan lagi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Baroroh (2004) bahwa
larutan adalah campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi
baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat
bervariasi.
Bahan yang digunakan untuk pengenceran adalah HCl 37%. Sebelum
melakukan pengenceran, terlebih dahulu dihitung volume awal HCl dengan
menggunakan rumus pengenceran, yaitu molaritas akhir dikali volume akhir
kemudian dibagi dengan nilai molaritas awal. Dari hasil perhitungan, jumlah
HCl yang akan digunakan untuk membuat larutan 0,2 M adalah 0,8291 mL.
Setelah didapatkan jumlah HCl yang akan encerkan, HCl dimasukkan ke
dalam labu takar kemudian dilarutkan dengan aquadest hingga batas tera
(volume larutan menjadi 50 mL) kemudian dihomogenkan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Khopkar (1990) bahwa Pengenceran adalah mencampur
larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar
diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Bahan yang digunakan untuk pencampuran adalah NaOH dengan
konsentrasi 0,35 M sebanyak 20 mL dan NaOH 0,1 M sebanyak 30 mL.
Sebelum melakukan pencampuran, terlebih dahulu dihitung jumlah
molaritas dari bahan yang akan digunakan dengan menggunakan rumus
penghitungan.jumlah molaritas campuran yaitu volume bahan satu dikali
konsentrasi bahan satu ditambah dengan volume bahan dua dikali
konsentrasi bahan dua dibagi volume bahan satu diambah volume bahan
dua. Dan diperoleh hasil bahwa jumlah molaritas dari pencampuran
senyawa NaOH 0,35 M dan NaOH 0,1 M adalah 0,2 M dengan volume 50
mL. Setelah diketahui jumlah molaritasnya, dilakukanlah pencampuran
dengan cara memasukkan NaOH 0,35 M kedalam labu takar sebanyak 20 ml
dengan menggunakan pipet volume dan dimasukkan lagi NaOH dengan 0,1
M sebanyak 30 mL dan diaduk dengan batang pengaduk. Kedua bahan yang
telah dicampur, dimasukkan ke dalam botol kaca yang telah dipersiapkan.
Hal ini sesuai dengan Wirakartakusumah (2014) yang menyatakan bahwa
pencampuran merupakan penggabungan dari dua atau lebih senyawa, baik
itu berbentuk cair, padat, maupun gas.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil praktikum adalah sebagai berikut :


1. Untuk membuat larutan NaOH 0,35 N, diperlukan 0,7 gr NaOH dan
aquadest 50 mL sebagai pelarut.
2. Untuk melakukan pengenceran HCL 0,2 M, diperlukan terlebih dulu,
dihitung jumlah bahan yang akan diencerkan kemudian dilarutkan
dengan akuades dan dikocok hingga homogen yang menandakan
bahwa kedua zat telah larut.
3. Konsentrasi akhir dari pencampuran NaOH 0,35 M dengan NaOH 0,1
M adalah 0,2 M.
5.2 Saran

Saran untuk praktikum pembuatan larutan, pengenceran dan


pencampuran adalah harus dilakukan dengan teliti, misalnya pada
penghitungan jumlah bahan yang akan dilarutkan ataupun diencerkan.
Karena, apabila praktikan tidak teliti atau salah dalam menghitug massa tiap
sampel maka akan mempengaruhi pada proses pembuatan larutan dan
pengenceran. Maka dari itu, dalam praktikum harus hati-hati dan teliti.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014. Natrium Hidroksida (NaOH). Diakses pada tanggal 25


september 2014:Makassar.

Baroroh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Universitas LambungMangkurat:


Banjar Baru

John dan Rachmawati. 2011. Chemistry 3A. Erlangga: Jakarta

Keenan, 1986, Kimia Untuk Universitas. Erlangga: Jakarta.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia:


Jakarta

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB: Bandung

Wirakartakusumah, Aman. dkk, 1992. Peralatan Dan Unit Proses Industri


Pangan. Institut Pertanian Bogor: Bogor

Anda mungkin juga menyukai