PEMBUATAN LARUTAN
PRAKTIKUM III
( Praktikum Dasar Teknik Proses )
Kelompok 3
1.2 Tujuan
2.2 Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau
lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang
komposisinya dapat berpariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau
padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil
solute relative terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah
larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut.
Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut
(Baroroh, 2004).
Menurut Keenan (1996) larutan dapat dibedakan menjadi beberapa sifat,
yaitu sebagai berikut :
1. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil zat
terlarut relatif terhadap jumlah zat pelarut.
2. Larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar jumlah
zat terlarut.
3. Larutan lewat jenuh adalah larutan yang tidak dapat melarutkan zat
terlarut atau sudah terjadi pengendapan.
4. Larutan belum jenuh adalah larutan yang masih bisa untuk melarutkan
zat terlarut atau belum terjadi atau terbentuk endapan.
5. Larutan tepat jenuh adalah larutan yang menimbulkan endapan.
2.2 Konsentrasi
Konsentrasi digunakan untuk menyatakan komposisi larutan secara
kuantitatif. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam tiap
satuan larutan atau pelarut. Dan dinyatakan dalam satuan volume zat terlarut
dalam sejumlah volume (berat, mol) tertentu dari pelarut (Baroroh, 2014).
Menurut Baroroh (2004) satuan-satuan dari konsentrasi adalah sebagai
berikut:
1. Fraksi Mol
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen
dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.
2. Persen Berat
Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram
larutan.
3. Molalitas (m)
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
4. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
5. Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam setiap liter
larutan.
6. Persen massa (%(b/b))
Berat bahan yang terkandung dalam 100g larutan.
7. Persen volume (%(v/v))
Volume bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan.
8. Persen berat per volume %(b/v))
Berat bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan
9. Parts Per Million (ppm)
Menyatakan kandungan suatu senyawa dalam larutan.
2.3 Pengenceran
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih
besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-
kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada
pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan
aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh
sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang
dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak
mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di
dekatnya, percikan asam sulfat ini bisa merusak kulit (Khopkar, 1990).
Menurut john (2011), rumus yang digunakan pada pengenceran adalah
sebagai berikut:
M1 x V1 = M2 x V2
Dimana :
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan.
2.4 Pencampuran
Pencampuran merupakan penggabungan dari dua atau lebih senyawa,
baik itu berbentuk cair, padat, maupun gas. Proses pencampuran
dimaksudkan untuk membuat suatu bentuk keseragaman dari beberapa
konstituan baik likuid-solid (pasta), atau solid-solid dan kadang-kadang
likuid-gas. Berbagai proses pencampuran harus dilakukan di dalam
industry.pangan seperti pencampuran susu dengan coklat, tepung dengan
gula atau CO2 dengan air. Pencampuran bertujuan untuk mencampurkan
satu atau lebih bahan dengan menambahkan satu bahan ke dalam bahan
lainnya, sehingga dihasilkan suatu bentuk yang seragam dari beberapa
konstituen baik padat, padat-cair, maupun cair-gas. Prinsip dari
pencampuran adalah berdasarkan pada peningkatan pengayakan dan
distribusi dua atau lebih beberapa komponen yang mempunyai sifat
berbeda, yang mana derajat pencampuran dapat dikarakterisasi dari waktu
yang dibutuhkan, keadaan produk atau jumlah energi yang diperlukan untuk
melakukan pencampuran. Pencampuran bermanfaat untuk mendapatkan
hasil dari pencampuran dari beberapa bahan agar didapatkan karakteristik
bahan yang sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan
(Wirakartakusumah, 1992).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
4.1 Hasil
Massa gelas ukur kosong = 30,68 gr
Massa labu takar kosong = 55,27 gr
Massa labu takar kosong + larutan = 157,03 gr
Larutan Pengamatan Hasil
A Pembuatan larutan asam klorida
1. Mempipet asam klorida Volume HCL = 4,15 ml
2. Menggunakan hingga tanda V pengenceran = 100 ml
batas
Spesifikasi bahan :
Menghitung Konsentrasi :
37
1. x 1190 = 440,3 gr ( massa HCl )
100
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
M1 = 𝑚𝑟
440,3
= = 12,06
36,5
V1 .M1 = V2 . M2
4,15 . 12,06 = 100 x M2
50,046 = M2
M2 = 0,50
V2 . M2 = V3 . M3
20. 0,50 = 100 . M3
10 = M3
M3 = 0,1
𝑔𝑟 1000
2. NaOH = 𝑚𝑟 x 𝑣
0,4 1000
Massa NaOH = 40 x 100
400
= 400
= 0,1 M
4.2 Pembahasan
Larutan adalah campuran yang selaras antara dua ataupun lebih zat.
Larutan dapat berupa cair, pada maupun gas. Pada umumunya didalam
pembuatan larutan, zat pelarut yang digunakan adalah air (H2O). Hal ini
sesuai dengan Baroroh (2004) yang menyatakan bahwa larutan adalah
campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai
molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat berpariasi.
Konsentrasi merupakan jumlah zat terlarut dalam tiap satuan larutan
atau pelarut. Dan digunakan untuk menyatakan komposisi larutan secara
kuantitatif. Konsentrasi memiliki macam-macam satuan, yatiu fraksi mol,
persen berat, molalitas, molaritas, normalitas, persen massa, persen volume,
persen berst per volume dan PPM atau Parts Per Million. Hal ini sesuai
dengan Baroroh (2014) yang menyatakan bahwa konsentrasi digunakan
untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif. Konsentrasi
didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam tiap satuan larutan atau
pelarut,
Pengenceran merupakan pencampuran larutan pekat dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika
suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, terkadang sejumlah
panas dilepaskan. Hal ini sesuai dengan Khopkar (1990) yang menyatakan
bahwa pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkaan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih
besar.
Pencampuran adalah gabungan dari dua atau lebih bahan kimia yang
bertujuan untuk menghasilkan suatu bentuk yang seragam baik itu padat-
cair, cair-gas dan padat-gas. Dan pencampuran dilakukan untuk
mendapatkan karakteristik bahan yang sesuai dengan apa yang kita
butuhkan. Hal ini sesuai dengan Wirakartakusumah (1992) yang
menyatakan bahwa pencampuran bertujuan untuk mencampurkan satu atau
lebih bahan dengan menambahkan satu bahan ke dalam bahan lainnya,
sehingga dihasilkan suatu bentuk yang seragam dari beberapa konstituen
baik padat, padat-cair, maupun cair-gas.
Bahan yang akan digunakan dalam pembuatan larutan NaOH 0,35 N
adalah NaOH .Sebelum membuat larutan NaOH, terlebih dahulu, dihitung
jumlah NaOH yang akan digunakan untuk membuat larutan NaOH 0,35 N.
Dari hasil perhitungan, untuk membuat suatu larutan NaOH 0,35 N
dibutuhkan 0,7 gr NaOH. Setelah didapatkan jumlah NaOH yang akan
digunakan, NaOH dimasukkan kedalam labu takar, kemudian dilarutkan
dengan aquadest hingga batas tera (volume larutan menjadi 50 mL) dan di
aduk hingga homogen dimana antara zat terlarut dan pelarut tidak dapat
dibedakan lagi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Baroroh (2004) bahwa
larutan adalah campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi
baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat
bervariasi.
Bahan yang digunakan untuk pengenceran adalah HCl 37%. Sebelum
melakukan pengenceran, terlebih dahulu dihitung volume awal HCl dengan
menggunakan rumus pengenceran, yaitu molaritas akhir dikali volume akhir
kemudian dibagi dengan nilai molaritas awal. Dari hasil perhitungan, jumlah
HCl yang akan digunakan untuk membuat larutan 0,2 M adalah 0,8291 mL.
Setelah didapatkan jumlah HCl yang akan encerkan, HCl dimasukkan ke
dalam labu takar kemudian dilarutkan dengan aquadest hingga batas tera
(volume larutan menjadi 50 mL) kemudian dihomogenkan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Khopkar (1990) bahwa Pengenceran adalah mencampur
larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar
diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Bahan yang digunakan untuk pencampuran adalah NaOH dengan
konsentrasi 0,35 M sebanyak 20 mL dan NaOH 0,1 M sebanyak 30 mL.
Sebelum melakukan pencampuran, terlebih dahulu dihitung jumlah
molaritas dari bahan yang akan digunakan dengan menggunakan rumus
penghitungan.jumlah molaritas campuran yaitu volume bahan satu dikali
konsentrasi bahan satu ditambah dengan volume bahan dua dikali
konsentrasi bahan dua dibagi volume bahan satu diambah volume bahan
dua. Dan diperoleh hasil bahwa jumlah molaritas dari pencampuran
senyawa NaOH 0,35 M dan NaOH 0,1 M adalah 0,2 M dengan volume 50
mL. Setelah diketahui jumlah molaritasnya, dilakukanlah pencampuran
dengan cara memasukkan NaOH 0,35 M kedalam labu takar sebanyak 20 ml
dengan menggunakan pipet volume dan dimasukkan lagi NaOH dengan 0,1
M sebanyak 30 mL dan diaduk dengan batang pengaduk. Kedua bahan yang
telah dicampur, dimasukkan ke dalam botol kaca yang telah dipersiapkan.
Hal ini sesuai dengan Wirakartakusumah (2014) yang menyatakan bahwa
pencampuran merupakan penggabungan dari dua atau lebih senyawa, baik
itu berbentuk cair, padat, maupun gas.
BAB V
5.1 Kesimpulan