Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA HASIL PERTANIAN

ACARA 2

PERHITUNGAN KIMIA DAN PEMBUATAN LARUTAN

Disusun Oleh :

Arle Arung Patanduk

NIM : 2103036031

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2021

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................4

A. Latar Belakang..................................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................5

B. Dasar Teori........................................................................................................................................5

BAB III METODOLOGI.........................................................................................................................7

C. Tujuan Percobaan............................................................................................................................7

D. Alat dan Bahan..................................................................................................................................7

E. Cara Kerja..........................................................................................................................................7

BAB IV HASIL PENGAMATAN...........................................................................................................9

F. Tabel Hasil Pengamatan..................................................................................................................9

BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................................................12

G. Pembahasan...................................................................................................................................12

BAB VI KESIMPULAN........................................................................................................................14

H. Kesimpulan......................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................15

2
KATAPENGHANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan Laporan Praktikum
Kimia Hasil pertanian acara 2.

Penulisan laporan praktikum kimia hasil pertanian acara 2 merupakan salah satu
tugas dan Materi praktikum ini diupayakan dapat menunjang mata kuliah Kimia Hasil
Pertanian I pada program studi teknologi hasil pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Mulawarman.

Dalam hal ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen selaku
pembimbing dan Pembina mata kuliah kimia hasil pertanian 1. Keluarga tercinta yang
selalu memberikan dukungan baik berupa moral maupun materil, teman-teman yang
telah memberikan motivasi dan dorongan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya laporan ini jauh dari kesempurnaan. Dalam


menyusun laporan ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan baik dari segi
isi maupun cara penulisannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempirnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap mudah-mudahan laporan yang penulis susun ini ada
manfaatnya bagi pembaca yang khususnya bagi penulis.

Selasa, 30 November 2021

Arle Arung Patanduk


2103036031

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembuatan larutan dan pengenceran larutan merupakan salah satu kegiatan dasar di
laboratorium. Kegiatan ini paling sering melibatkan kegiatan yang berlangsung di
laboratorium. Sensitivitas atau konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan cara yang
berbeda tergantung pada tujuan penggunaan.

Satuan yang digunakan untuk menentukan kepekaan suatu larutan adalah molaritas,
normalitas, persen berat, persen volume, dan seterusnya. Pengenceran dilakukan dengan
menambahkan pelarut untuk menurunkan konsentrasi larutan. Dalam praktikum ini,
praktikan juga akan belajar mengenai berbagai jenis zat terlarut dan pelarut serta tingkat
risiko masing-masing larutan.

Belajar mengenai pembuatan dan pengenceran larutan sangat penting bagi Mahasiswa,
karena peembuatan dan pengenceran larutan adalah hal yang paling mendasar dalam
praktikum yang dilakukan di laboratorium. Faktanya, tidak semua siswa dapat mempelajari
cara membuat larutan dan cara mengencerkan larutan dengan benar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Dasar Teori

Larutan adalah suatu campuran yang bersifat homogen antara molekul atom ataupun
ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunanya atau komposisinya dapat
berubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat
diamati karena adanya bagian-bagian yang berlainan (Faisal, 2011). Dalam larutan ada dua
komponen yaitu solven dan solute. Solven disebut juga sebagai pelarut. Semua komponen
yang lainnya larut dalam pelarut disebut solute (zat yang terlarut).

Jika ingin mengubah menjadi jumlah relative solute dan solven dalam suatu larutan,
maka digunakan istilah konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut
dan jumlah pelarut dinyatakan dalam satuan volume berat, mol (zat terlarut dalam sejumlah
volume tertentu dari pelarut.

Suatu larutan yang mengandung sejumlah besar solute dalam suatu solven yang
diketahui jumlahnya disebut larutan solute yang pekat. Suatu larutan pekat adalah solute

4
yang relative konsentrasinya tinggi (mengandung sebagian besar zat pelarut), dan larutan
encer adalah yang konsentrasinya kecil (mengandung sebagian kecil zat pelarut) (Hiskia,
2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperature, sifat pelarut, efek ion
sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain.

Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi.


Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas,
normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume.

Konsentrasi larutan dalam kimia menurut Gunadarma (2011), dinyatakan sebagai


berikut :

1. Molaritas (M)
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam setiap per liter larutan.

Molaritas zat

2. Molalitas (m)
Molalitas adalah jumlah mol zat yang terlarut dalam setiap per kilogram larutan. m

3. Normalitas (N)
Normalitas adalah jumlah zat terlarut dalam setiap per liter larutan.

N
4. Persen massa % (b/b)
Persen massa adalah berat bahan yang terkandung dalam 100 gram larutan.

% (massa)

5. Persen volume % (v/v)


Persen volume adalah berat bahan yang terkandung dalam 100 ml larutan.

% (volume)

6. Persen berat per volume % (b/v)


Persen berat per volume adalah berat bahan yang terkandung dalam 100 ml larutan.

% (b/v)

7. Parts per million (ppm)


Untuk larutan antara dua zat penyusunnya menyatakan kandungan suatu senyawa
dalam larutan.

5
Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah kalor
dilepaskan. Hal ini dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat agar panasnya dapat
dihilangkan dengan aman, asam sulfat yang pekat harus ditambahkan ke dalam air, tidak
boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan
sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan akan
menyebabkan asam sulfat memercik. Jika terkena percikan asam sulfat dapat merusak kulit
(Braddy, 2000).
BAB III METODOLOGI

C. Tujuan Percobaan
 Mahasiswa dapat mempelajari beberapa aspek yang terkait dengan larutan
termasuk proses pembuatan, penentuan konsentrasi dan karakterisasi sifatsifatnya.
 Setelah menyelesaikan percobaan membuat larutan dan analisisnya mahasiswa
akan dapat membuat larutan, menentukan konsentrasi larutan dan sifat-sifatnya.

D. Alat dan Bahan


Alat :
Botol timbang kering, labu takar 100 mL, pipet ukur.
Bahan :
Air suling, NaOH, H2SO4, Urea.

E. Cara Kerja
1. Pembuatan Larutan
Pembuatan larutan dengan zat terlarut bahan padat
a. Sediakan botol timbang/gelas piala kering dan bersih dalam keadaan kosong.
b. Tambahkan (timbang) dengan teliti 4 gram NaOH padat (pelet), kemudian
larutkan dengan air suling ± 50 mL.
c. Masukkan kedalam labu ukur 100 mL, kemudian penuhkan labu ukur dengan
air suling sampai tanda tera. Perhatikan meniskus (permukaan cekung dari
zat cair) harus tepat menyinggung tanda tera labu ukur.
d. Kocok hingga homogen dan diberi label konsentrasinya (konsentrasi dihitung
dalam satuan M, N, X, dan m)
e. Ulangi percobaan a-d dengan mengganti NaOH dengan
5 gram urea.

6
Perhatikan perubahan temperatur larutan. Apakah terjadi reaksi eksotermis
atau endotermis?

2. Pengenceran
Untuk membuat larutan standar kadang-kadang dilakukan dengan mengencerkan
larutan yang sudah tersedia. Misalnya dengan membuat larutan standar NaOH 0, 1
N dari larutan NaOH 1 N. Tentukan dahulu berapa banyak larutan standar yang akan
dibuat dan dihitung, berapa banyak larutan ”asli” yang harus diencerkan dengan
persamaan:

V1 = volume larutan ”asli” yang digunakan/diperlukan


N1 = normalitas ”asli”
V2 = volume larutan standar yang akan dibuat
N2 = normalitas larutan standar yang akan dibuat

Pengenceran dengan Labu Ukur


a. Ambil 10 mL larutan NaOH yang telah dibuat pada percobaan pembuatan
larutan sebelumnya, masukkan kedalam labu ukur 100 mL.
b. Tambahkan air suling sampai permukaan cekung larutan tepat menyinggung
tanda tera labu ukur.
c. Kocok sampai larutan homogen.
d. Hitung konsentrasi hasil pengenceran berdasarkan rumus . =
= volume larutan sebelum dan sesudah diencerkan
= konsentrasi larutan sebelum dan sesudah diencerkan
e. Hitung konsentrasi dalam satuan M, N, X, dan m.

Pengenceran
Untuk zat-zat yang menunjukkan reaksi eksoterm pada pengenceran seperti
H2SO4 pekat, maka pengenceran dilakukan dengan cara menambahkan sedikit
demi sedikit H2SO4 ke dalam pelarut.
a. Ambil 7 mL air suling dengan menggunakan gelas ukur, tuangkan kedalam
tabung reaksi.
b. Ambil 3 mL H2SO4 pekat dengan menggunakan pipet tetes yang bersih, isikan
ke dalam gelas ukur hingga volume 3 mL.

7
c. Tuangkan H2SO4 pekat ini kedalam tabung reaksi yang diisi air suling tadi.
Ingat, penuangan harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Perhatikan/rasakan
perubahan panas sebelum dan sesudah H2SO4 dituang kedalam tabung reaksi

BAB IV HASIL PENGAMATAN

F. Tabel Pengamatan
A. Pembuatan Larutan
Senyawa Konsentrasi larutan Sifat reaksi
Kimia
M N X M Endoterm Eksoterm
NaOH 1 0,01 1 0,1

Urea

B. Pengenceran dengan labu ukur Normalitas NaOH awal (N) 0,1 N

Volume NaOH awal ( ) 0,01 ml

Volume NaOH awal 0,1 I

Normalitas NaOH akhir (setelah diencerkan)

0,01 N

C. Pengenceran pekat

Volume air suling = 7 mL Volume =


3 mL
Perubahan panas :
Sebelum reaksi = Dingin
Sesudah reaksi = Panas
Tugas setelah selesai praktikum

1. Jika 10 gram NaOH dilarutkan dalam 500 mL H2O, berapa konsentrasinya dalam M,
N, X, dan m ?

Jawaban : Diketahui : g = 10 gram v =


500 mL
Ditanyakan : M, N, X, m ?

Penyelesaian :

8

= 0,5 m
2. Berapa mL volume HCl 0,2 N diperlukan untuk membuat larutan HCl 0,1 N sebanyak
100 mL?

Jawaban : Rumus yang digunakan

Diketahui : Dik : HCL encer 0,2 N


HCL pekat 0,1 N
V HCL 100 mL
Dit :

Jadi, volume yang diperlukan untuk membuat larutan HCL sebanyak 100 mL.

9
3. Hitung molaritas pekat (95 %) berat jenis 1,84 g mL

-1 ?

4. Apa yang dimaksud dengan reaksi eksotermis dan endotermis ?

Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor dari sistem ke


lingkungannya. Pelepasan kalor ke lingkungan akan menurunkan energi di dalam
sistem. Entalpi hasil reaksi menjadi berkurang atau menjadi lebih kecil dari entalpi
awal. Dengan demikian perubahan entalpi sistem bernilai negatif ( ).
Sedangkan pada reaksi endoterm adalah reaksi yang membutuhkan atau menyerap
energi panas dari lingkungannya. Adanya penyerapan kalor akan mengakibatkan
energi sistem naik. Entalpi hasil reaksi menjadi lebih tinggin daripada entalpi awal,
sehingga perubahan entalpi sistem bernilai positif (( ).
BAB V PEMBAHASAN

G. Pembahasan
• Pembuatan larutan NaOH

Pada proses pembuatan larutan NaOH dengan menambahkan air suling ke dalam gelas
beaker 100 mL sampai pada titik tertera dan kemudian mengaduknya sampai homogen
dengan menggunakan pengaduk (spatula), maka reaksi yang terjadi pada larutan berubah
menjadi panas (reaksi eksoterm).

Pembuatan larutan NaOH dilakukan dengan menggunakan prinsip penimbangan dan


pengenceran/pelarutan. Dalam hal ini, air suling merupakan bahan pelarut dan NaOH
merupakan zat terlarut. Pembuatan larutan diawali dengan penimbangan menggunakan
gelas piala. Untuk mencari massa dari NaOH, masukan NaOH padat kedalam gelas piala
sebanyak 4 gram kemudian akan dilarutkan dengan air suling sebanyak 50 mI, lalu diaduk
menggunakan pengaduk (spatula). Kemudian NaOH yang sudah larut dimasukan kedalam
labu ukur sebanyak 100 mL sampai pada tanda tertera.

• Pengenceran dengan labu ukur

10
Pada percobaan pembuatan larutan sebelumnya, larutan NaOH diambil sebanyak 10
mI, kemudian dimasukan kedalam labu ukur sebanyak 100 mI. Selanjutnya masukan air
suling ke dalam labu ukur sampai larutan menyinggung tepat pada tanda tera labu ukur
tersebut. Labu ukur yang sudah terisi NaOH dan air suling dibolak-balik sampai larutan
homogen.
Setelah itu hitung konsentrasi hasil pengenceran dengan menggunakan rumus . =
dalam satuan M, N, X, m.

• Pengenceran dengan
, pengenceran yang dilakukan dengan cara menambah
Pada pengenceran diperlukan
sedikit demi sedikit kedalam pelarut. sebagai zat cair dan air suling sebagai zat
terlarut. Langkah awal yang harus dilakukan adalah memasukan air suling terlebih dahulu ke
dalam tabung reaksi sebanyak 7 mL menggunakan gelas ukur. Hal ini dilakukan guna untuk
menghilangkan panas dari , jika dimasukkan terlebih dahulu tanpa berisi air
suling maka akan mendadak mendidih (memercik) dan hal ini akan sangat membahayakan.
Setelah itu, masukkan pekat sebanyak 3 mL ke dalam tabung reaksi yang sudah
berisikan air suling, penuangan dilakukan dengan sangat hatihati. Perubahan yang terjadi
sebelum dan sesudah dimasukkan kedalam tabung reaksi adalah sebelum
dimasukkan kedalam tabung reaksi terasa dingin dan ketika dimasukkan kedalam
tabung reaksi akan terasa lebih panas.

11
BAB VI KESIMPULAN

H. Kesimpulan

 Untuk membuat suatu larutan menggunakan rumus Normalitas, sedangkan pada saat
pembuatan pengenceran menggunakan rumus .=.
 Proses pembuatan larutan yaitu dengan menentukan seberapa berat jenis bahan yang
akan dilarutkan yang kemudian melarutkannya denagn airaquades sesuai denagn
takaran yang diinginkan yang selanjutnyadihomogenkan dengan cara mengocok larutan
hingga homogen.Untuk menentukan konsentrasi larutan yaitu denagn mengencerkan
larutan yangtelah tersedia. Misalnya denagn membuat larutan standar NaOH 0,1 N
darilarutan NaOH1 N. yang kemudian menentukan dulu berapa banyak larutan asliyang
harus di encerkan dengan persamaan :V1.N1=V2.N2 V1= V2.N1N1V1= Volume larutan
asli yang diperlukanN1= Normalitas asliV2= Volume larutan standar yang akan di
buatN2= Normalitas larutan standar yang akan dibuat.

12
DAFTAR PUSTAKA

 Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Bandung : Citra Aditya Bakti.


 Braddy, J. E. 2000. Kimia Universitas Asas Dan Struktur. Binarupa Aksara : Jakarta
Gunadarma. 2011. Larutan. Diakses pada tanggal 25 september 2014. Makassar.
 Irfandah, Aminu. 2010. Mengapa Air Disebut Pelarut Universal. Yogyakarta : Farmasi
UGM
 Muhammad, Faisal. 2013. Pembuatan Larutan. Diakses pada tanggal 25 september
2014. Makassar.

13

Anda mungkin juga menyukai