Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA
KELARUTAN
Dosen Pengampu: apt. Sudrajat Sugiharta, M. Farm.

OLEH :
Amanda Imaniar Khoirunnisa 22416248201125
Amelia Purti 22416248201119
Dini Hakiki 22416248201128
Dwi Utami Ningsih 22416248201121
Meilani Wida Pratiwi 22416248201091
Zahra Khairunnisa 22416248201115
KELOMPOK 2
FM22E

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN
KARAWANG
2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat Rahmat dan karunia-Nya, kelompok kami dapat menyelesaikan
laporan praktikum ini dengan tepat waktu. Tujuan kami membuat laporan
praktikum berjudul “Kelarutan” yaitu untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mengikuti kegiatan praktikum.
Terima kasih kepada Bapak apt. Sudrajat Sugiharta, M.Farm. yang sudah
membimbing pembuatan laoran praktikum ini. Tidak lupa juga kami ucapkan
terima kasih kepada aslab kami dan kepada rekan-rekan yang sudah berpartisipasi
dalam pembuatan laporan praktikum ini.
Dalam penulisan laporan praktikum, kami telah berusaha semaksimal
mungkin untuk memberikan dan menyajikan yang terbaik. Nmun, kami menyadari
bahwa laporan kami ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dalam
rangka melengkapi kesempurnaan dari laporan praktikum ini, sangan diharapkan
adanya saran dan kritik yang bersifat membangun.
Akhir kata, kami hanya dapat berharap, semoga laporan ini dapat
bermanfaat.

Karawang, 20 Maret 2023

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................. i


Daftar Isi ........................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 1
1.3. Tujuan Umum ......................................................................... 1
1.4. Tujuan Khusus ......................................................................... 2
Bab II Tinjauan Pustaka .................................................................. 3
2.1. Kelarutan ................................................................................. 3
2.2. Zat Aktif .................................................................................. 5
2.3. Metode .................................................................................... 6
Bab III Alat, Bahan dan Prosedur ................................................. 8
3.1. Alat dan Bahan ........................................................................ 8
3.2. Cara Kerja ............................................................................... 8
3.3. Analisis Data .......................................................................... 13
BAB IV Hasil ................................................................................... 15
4.1. Penentuan Kelarutan Asam Benzoat ....................................... 15
4.2. Pengaruh Suhu Pada Kelarutan Asam Benzoat ....................... 16
4.3. Pengaruuh Pelarut Terhadap Kelarutan Suatu Zat ................... 17
4.4. Pengaruh Surfaktan Terhadap Kelarutan Suatu Zat ................. 17
BAB V PEMBAHASAN .................................................................. 19
5.1. Penentuan Kelarutan Suatu Zat ............................................... 19
5.2. Pengaruh Pelarut Terhadap Kelarutan Suatu Zat ..................... 20
BAB IV KESIMPULAN ................................................................. 22
LAMPIRAN ..................................................................................... 24
Daftar Pustaka ................................................................................. 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelarutan adalah sifat dimana zat padat, cair atau gas dapat larut pada
pelarutnya dan membentuk larutan yang homogen (Lachman, et al., 1986). Tingkat
kelarutan didefinisikan dengan seberapa banyak zat terlarut yang terlarut hingga
keadaan jenuh atau saturated (Clugston and Fleming, 2000). Kesetimbangan larutan
terjadi pada saat jenuh, karena kecepatan reaksi telah konstan. Satuan dari kelarutan
dapat berupa konsentrasi, molalitas, fraksi mol, rasio mol dan unit lainnya (Aulton,
2002).
Kelarutan merupakan salah satu masalah umum yang sering dijumpai dalam
bidang farmasi (Mooter, 2011). Kelarutan obat akan berkorelasi dengan laju
penyerapan obat agar diabsorpsi dan menghasilkan efek terapeutik (Al Hamidi, et
al., 2010). Selain itu kelarutan juga menentukan disposisi obat dalam tubuh. Obat
dengan kelarutan rendah (lipofilik) akan terikat dengan protein plasma, terdistribusi
cepat dan dimetabolisme oleh hati. Sebaliknya, obat dengan kelarutan tinggi
(hidrofilik) akan terdistribusi secara terbatas dan dimetabolisme oleh ginjal
(Alavijeh, et al., 2005).
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. larutan hasil disebut larutan jenuh. zat tertentu dapat larut dengan
perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. contohnya adalah etanol di dalam air.
Sifat ini lebih dalam bahasa )nggris lebih tepatnya disebut miscible (Aulton, 2002).
Kelarutan juga didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi
zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu. Kelarutan suatu senyawa
tergantung pada sifat fisika kimia zat pelarut dan zat terlarut, temperatur, pH
larutan, tekanan untuk jumlah yang lebih kecil tergantung pada hal terbaginya zat

1
terlarut. Bila suatu pelarut pada temperatur tertentu melarutkan semua zat terlarut
sampai batas daya melarutkannya larutan ini disebut larutan jenuh (Mochtar,1989).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kelarutan dan bagaimana pengaruh pelarut terhadap campuran
zat?
2. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi kelarutan?
3. bagaimana pengukuran kelarutan terhadap zat dalam pelarut?
1.3 Tujuan umum
Setelah mengikuti praktikum ini praktikan diharapkan mampu memahami
tentang kelarutan, bagaimana pengaruh pelarut campur terhadap zat dan
mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhinya, serta mampu melakukan
pengukuran zat dalam pelarut.
1.4 Tujuan Khusus
Agar memahami apa itu kelarutan, bagaimana pengaruh pelarut terhadap zat
lalu dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya serta dapat
melakukan pengukuran zat dalam pelarut.

2
BAB II
TINJAUAUAN PUSTAKA

2.1. Kelarutan
Dalam istilah fisika kimia, larutan dipersiapkan dari campuran yang mana saja
dari tiga keadaan zat yaitu padat, cair, dan gas. Dalam istilah farmasi, larutan yang
didefinisikan sebagai sediaan cair yang menandung satu bahan atau lebih zat kimia
yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karena bahannya, cara
peracikan atau penggunaannya dalam golongan produk lainnya. Sedungguhnya
banyak produk farmasi melarut prinsip kimia fisika merupakan campuran homogen
dari zat terlarut yang dilarutkan dalam pelarut, menurut prinsip farmasi digolongkan
ke dalam jenis produk lain (Ansel,1989).
Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasizat terlarut
di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu.Kelarutan dinyatakan
dalam milliliter pelarut yang bdapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1gram
asam salisilat akan larut dalam 500 ml air. Kelarutan dapat juga dinyatakan dalam
satuan molalitas, molaritas dan persen (Martin, 1990)
Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti penting
yang praktis dalam analisis anorganik kualitatif, karena semua pekerjaan dilakuka
n dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer, perubahan yang sedikit dari tekanan
atmosfer tak mempunyai pengaruh yang berarti atas kelarutan. Terlebih penting
adalah perubahan kelarutan dengan suhu (Svehla, 1979).
Jumlah bagian pelarut yang
Istilah Kelarutan diperlukan untuk melarutkan 1
bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1-10
Larut 10-30
Agak sukar larut 30-100
Sukan larut 100-1000
Sangat sukar larut 1000-10000
Praktis tidak larut Lebih dari 10000
Hasil kali kelarutan adalah suatu tetapan yang menggambarkan kelarutan ion
zat padat dan memberikan harsil kali konsentrasi ionnya (aktivitas ion) dalam

3
larutan jenuh. Jika hasil kelarutan dicapau, maka senyawa yang terbentuk dari
ion0ion ini akan mengendap. Rumua umum hasil kali kelarutan (Roth, 1988).
K = Ca + Cb
Keterangan : K = hasil kali kelarutan
Ca = konsentrasi jumlah kation A
Cb = konsentrasi jumlah anion B
Larutan bermacam-macam diantaranya (Sukarjo, 1997)
a. Larutan jenuh yaitu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan
dengan fase padat (zat terlarut).
b. Larutan tidak jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah solute yang
kurang dari larutan jenuh.
c. Larutan lewat jenuh yaitu larutan yang mengandung zat terlarut dalam
konsentrasi lebih banyak dari pada yang seharusnya ada pula yang
temperature tertentu.
Dalam satuan kimia, konsentrasi larutan dinyatakan dalam: (Rosenberg, 1992)
1. Konsentrasi molar yaitu jumlah mol zat terlarut yang terkandung didalam satu
liter larutan
2. Normalitas adalah jumlah gram ekuivalen zat terlarut yang terkandung
didalam satu liter larutan
3. Molaritas banyaknya mol zat telarut per kilogram pelarut yang terkandung
dalam larutan
4. Fraksi mol adalah suatu komponen dalam larutan, didefinisikan sebagai
banyaknya mol (n) komponen itu sendiri dibagi dengan jumlah mol
keseluruhan.
Larutan yang mengandung zat terlarut dengan konsentrasi maksimum sama
dengan kelarutan yang disebut larutan jenuh. Pada suatu larutan jenuh, zat terlarut
berada dalam kesetimbangan antara fase padat dengan ion-ionnya.
MX(s) M+(aq)+ X-(aq)
Karena reaksi merupakan kesetimbangan, maka dalam suatu larutan
jenuhterdapat suatu tetapan kesetimbangan yang disebut tetapan hasil kali
kesetimbangan (Ksp) (Budiman, 2004).

4
Penetapan blanko, jika dalam pengujian dikehendaki penetapan blanko,
dimaksudkan bahwa pengujian dilakukan dengan cara sama menggunakan pereaksi
yang sama dan jumlah sama (Lund, 1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain :
1. Sifat dari solute (terlarut) dan solvent (pelarut)
Substansi polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan
substansi polar lainnya. Substansi nonpolar cenderung untuk miscible denga
n substansi nonpolar lainnya, dan tidak miscible dengan substansi polar
lainnya Sifat pelarut (Sukardjo, 1977).
2. pH
Suatu zat asam lemah atau basa lemah akan sukar terlarut, karena
tidak mudah terionisasi. Semakin kecil pKanya maka suatu zat semakin sukar
larut, sedangkan semakin besar pKa maka suatu zat akan akan mudah
larut(Lund, 1994).
3. Suhu
Kenaikan temperatur akan meningkatkan kelarutan zat yang proses
melarutnya melalui penyerapan panas/kalor (reaksi endotermik) dan akan
menurunkan kelarutan zat yang proses melarutnya dengan pengeluaran
panas/kalor (reaksi eksotermik) (Lund, 1994).
4. Solution aditif
Additivies baik dapat meningkatkan atau mengurangi kelarutan
zatterlarut dalam pelarut tertentu(Lund, 1994).
5. Pengaruh konstanta dielektrik
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut
polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat melarutkan zat-zat
non polar sukar larut di dalamnya, begitu pula sebaliknya. Besarnya tetapan
dielektrik ini menurut Moore dapat diatur dengan penambahan pelarut lain.
Tetapan dielektrik suatu campuran pelarut merupakan hasil penjumlahan dari
tetapan dielektrik masing-masing yang sudah dikalikandengan % volume
masing-masing komponen pelarut. Adakalanya suatuzat lebih mudah larut
dalam pelarut campuran dibandingkan pelarut tunggalnya. Fenomena ini

5
dikenal dengan istilah pelarut campur dan pelarut yang mana dalam bentuk
campuran dapat menaikkan kelarutan suatu zat disebut pelarut campur.
Etanol, gliserin dan propilen glikol adalah pelarut campur yang umum
digunakan dalam bidang farmasi untuk pembuatan eliksir(Sukardjo, 1977).
6. Pengaruh penambahan zat-zat lain
Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikan
kelarutan suatu zat. Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu bagian
polar dan non polar apabila didispersikan dalam air pada konsentrasi
yangrendah, akan berkumpul pada permukaan dengan mengorientasikan
bagian polar ke arah air dan bagian non polar kearah udara, surfaktan
mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk agregat yang
dikenalsebagai misel. Konsentrasi pada saat misel mulai terbentuk disebut
konsentrasi misel kritik (KMK)(Sukardjo, 1977).
2.2. Zat Aktif
1. Air suling/Aquades (Ditjen POM, 1979; 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O/ 18,02
Rumus struktur : H-O-H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel (pelarut campur)
2. Alcohol (Ditjen POM,1979;63)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol
RM : CH2OH
H H
Rumus struktur : H - C- C - OH
H H
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan

6
Mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru tidak
berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofrom dan
eter p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya,
ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : sebagai sampel
3. Propilenglikol (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Nama lain : Propilenglikol
RM/BM : C3H8O2/76,10
Pemerian : cairan kental, jenih, tidak berwarna, tidak berbau,
rasa agak manis hogroskopik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai sampel pelarut campur
2.3. Metode
a. Penggunaan timbangan anakitik
1) Pastikan timbangan sudah berada dalam posisi yang sesuai
sebelum mulai digunakan.
2) Atur water pass sesuai petunjuk penggunaan yang dianjurkan.
3) Hidupkan timbangan dengan menekan tombol “Power”.
4) Tunggu hingga timbangan berada pada posisi stabil yang
ditunjukkan dengan tampilan angka nol pada monitor.
5) Buka tutup kaca timbangan.
6) Tempatkan zat yang akan ditimbang ke atas piringan.
7) Tunggu prosesnya hingga timbangan menunjukkan angka yang
stabil.
8) Setelah kondisi timbangan dirasa stabil dan angka tidak lagi
berubah-ubah, catatlah angka penghitungan massa zat yang
ditimbang.

7
9) Angkat zat dari atas piringan neraca.
10) Matikan timbangan, bersihkan piringannya dengan menggunakan
kuas khusus, dan kembali simpan timbangan analitik di tempat
yang aman, kering, dan bebas dari gangguan.

b. Penggunaan oven
1) Hubungkan catu daya oven dengan sumber listrik terdekat.
2) Tekan tombol ON untuk menyalakan oven laboratorium.
Tunggu sampai muncul tampilan pada control panel.
3) Jika ingin mengatur suhu, tekan tombol temperature pada
panel. Sedangkan, jika ingin mengatur waktu, tekan tombol
time pada display.
4) Setelah sudah mengubah suhu, masukkan sampel atau alat
lab berbahan kaca dan gelas untuk dipanaskan selawa waktu
tertentu.
5) Keluarkan sampel dan alat lab jika pemanasan sudah selesai.
Sebaiknya ketika mengambil sampel atau alat harus
menggunakan sarung tangan dan alat tongs supaya tidak
panas.
6) Setelah selesai, tekan tombol OFF untuk mematikan oven.
7) Cabut catu daya oven dari saklar.
c. Cara menggunakan buret
1) Cuci buret hingga bersih, bebas lemak maupun debu.
2) Buret diklem pada tiang buret dalam posisi tegak lurus
dengan datar air.
3) Periksa kran buret, kran harus mudah diputar dan tidak
bocor. Bila kran sukar diputar atau bocor, lepaskan kran
tersebut dan olesilah permukaannya dengan vaselin.
4) Bilaslah buret dengan larutan yang akan dipakai untuk
titrasi, kemudian isi buret dengan larutan yang sama sampai
diatas titik nol.

8
5) Alirkan larutan dengan membuka kran dan usahakan kolom
pipa dibawah kran terisi larutan (tidak terdapat gelembung
udara).
6) Atur tinggi cairan sampai meniskusnya tepat pada angka nol
atau angka lain dan catatlah angka mula - mula ini.
7) Mulailah titrasi, tangan kiri memegang kran sambil
memutarnya dan tangan kanan memegang labu erlenmeyer
yang berisi cairan yang akan dititrasi. Selama titrasi labu
erlenmeyer digoyang - goyang dengan gerakan berputar agar
larutan yang menetes dari buret segera bercampur. Demikian
seterusnya sampai titik akhir dicapai (ditandai dengan
adanya perubahan warna.

9
BAB III
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR

3.1 Alat dan bahan


Untuk praktikum kali ini menggunakan alat berupa Beaker gelas, buret,
gelas ukur, gelas erlenmayer, corong gelas, hot plate, oven, timbangan analitik,
stopwatch dan juga menggunakan spatula.
Untuk bahan praktikumnya menggunakan aquabides (H2O), alkohol
(C2H6O), asam benzoate, propilen glikol (C3H8O2), kertas saring dan kertas
timbang.
3.2 Cara kerja
3.2.1) Penentuan kelarutan Asam benzoat
Hal pertama yang dilakukan adalah siapkan alat dan bahan, lalu timbang
kertas saring kosong, timbang asam benzoat sebanyak 0,3 gram, Masukkan ke
dalam 100 ml air (aquades), dan tambahkan air sebanyak 50 ml, lalu aduk selama
5 menit lalu di saring menggunakan kertas saring, letakkan kertas saring dalam
cawan penguap, dan dikeringkan didalam oven pada suhu 100° C selama 30
menit, timbang kertas saring yang sudah di oven, lalu hitung kelarutan asam
betnzoat dan lalukan uji coba sebanyak 2 Berikut skema kerja pada penentuan
kelarutan asam benzoat:
Siapkan alat dan
bahan. Timbang
kertas saring kosong

Dan hitung
kelarutannya, Timbang Asam
lakukan percobaan Benzoat 0,3 gram
sebanyak dua kali

Timbang sisa Asam Masukan kedalam 100


Benzoat kering yang ml air (aquadest), dan
tertinggal di atas tambahkan air sebanyak
kertas saring 50 ml

Letakan kertas saring Aduk selama 5


dalam cawan penguap, menit lalu saring
dan keringkan di dalam
oven pada suhu 100°C menggunakan kertas
selama 30 menit saring

10
3.2.2) Pengaruh suhu pada kelarutan Asam benzoat
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu timbang kertas saring kosong,
dan timbang asam benzoat sebanyak 0,3 gram, masukkan kedalam beaker glass
100 ml tambahkan 50 ml air aquadest bersuhu 10°C, aduk selama 3 menit, lalu
saring campuran tersebut menggunakan kertas saring. letakkan kedalam cawan
penguap, kemudian keringkan dalam oven pada suhu 100° C selama 30 menit,
timbang sisa asam benzoat kering yang tertinggal diatas kertas saring, hitung
kelarutan asam benzoat. Ulangi prosedur tersebut dengan melarutkan azam
benzoat pada suhu 50°C, lalu bandingkan kelarutan asam benzoat pada suhu 10°
C, suhu kamar, dan 50°C, dan lakukan dua kali tiap pengujian. Berikut skema
kerja pengaruh suhu pada kelarutan asam benzoat:

lalu saring campuran


masukkan kedalam beaker tersebut menggunakan kertas
timbang kertas saring
glass 100 ml tambahkan 50 ml saring. letakkan kedalam
kosong, dan timbang asam
air aquadest bersuhu 10°C, cawan penguap, kemudian
benzoat sebanyak 0,3 gram
aduk selama 3 menit keringkan dalam oven pada
suhu 100° C selama 30 menit

Lalu bandingkan kelarutan


timbang sisa asam benzoat
asam benzoat pada suhu 10° Ulangi prosedur tersebut
kering yang tertinggal diatas
C, suhu kamar, dan 50°C, dan dengan melarutkan azam
kertas saring, hitung kelarutan
lakukan dua kali tiap benzoat pada suhu 50°C
asam benzoat.
pengujian

3.2.3) Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat

Langkah pertama membuat 100 ml campuran bahan pelarut yang tertera


pada tabel, ambil 20 ml campuran pelarut, tambahkan asam salisilat sebanyak
100 mg ke masing-masing campuran pelarut. aduk campuran selama 10 menit 3,
saring larutan, ambil sebanyak 5 ml larutan dan tentukan kadar asam salisilat
yang larut dengan cara titrasi asam basa dengan peniter NaOH 0,1 N dan
indikator fenoftalein, bandingkan kelarutan asam salisilat pada masing-masing
campuran pelarut , lakukan dua kali tiap pengujian. Berikut skema kerja pada
pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat:

11
Langkah pertama
membuat 100 ml
campuran bahan
pelarut yang tertera
pada tabel

Bandingkan Ambil 20 ml
kelarutan asam campuran pelarut,
salisilat pada tambahkan Asam
masing-masing Salisilat sebanyak
campuran pelarut, 100 mg ke masing-
lakukan dua kali masing campuran
tiap pengujian . pelarut.

Ambil sebanyak 5 ml
larutan dan tentukan
kadar asam salisilat Aduk campuran
yang larut dengan cara
titrasi asam basa selama 10 menit,
dengan peniter NaOH saring larutan
0,1 N dan indikator
fenoftalein.

3.2.4) Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat


Pertama membuat100 ml larutan Tween 80 dengan konsentrasi 0 mg/100
ml; 25 mg/100 ml; 50 mg/100 ml; 75 mg/100ml , lalu ambil 10 ml masing-
masing larutan dan tambahkan 100 mg asam salisilat kedalam masing-masing
larutan, aduk selama 5 menit ,saring dan tentukan kadar asam salisilat yang
terlarut dalam masingmasing larutan dengan cara titrasi asam basa menggunakan
peniter NaOH 0,1 N dan indikator fenoftalein, lalu buat kurva antara kelarutan
asam salisilat dengan konsentrasi Tween 80 yang digunakan dan bandingkan
kelarutan asam salisilat dalam berbagai larutan tween. Berikut adalah skema
kerja pada pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat:
Menggunakan peniter NaOH 0,1
N dan indikator fenoftalein, lalu
Pertama membuat100 ml larutan buat kurva antara kelarutan asam
Tween 80 dengan konsentrasi 0 salisilat dengan konsentrasi
mg/100 ml; 25 mg/100 ml; 50 Tween 80 yang digunakan dan
mg/100 ml; 75 mg/100ml bandingkan kelarutan asam
salisilat dalam berbagai larutan
tween.

Aduk selama 5 menit ,saring


Lalu ambil 10 ml masing- dan tentukan kadar asam salisilat
masing larutan dan tambahkan
yang terlarut dalam masing-
100 mg asam salisilat kedalam
masing larutan dengan cara titrasi
masing-masing larutan
asam basa

12
3.3 Analisis Data
Praktikum kelarutan yang di peroleh di analisis dengan cara menggunakan
penentuan kelarutan asam benzoat, pengaruh suhu, pengaruh pelarut campur
terhadap kelarutan suatu zat dan pengaruh penambahan surfaktan terhadap
kelarutan suatu zat akan di sajikan dalam bentuk tabel.

13
FORM DATA PENGAMATAN
Nama Kelompok Praktikum 1 Halaman
1. Amanda Imaniar 6. Zahra Khairunnisa KELARUTAN 1 dari 2
2. Amelia Putri
3. Dini Hakiki
4. Dwi utami Ningsih
5. Meilani Wida
Paraf/acc

1. Penentuan Kelarutan Asam Benzoat

Pengujian Kelarutan
Uji 1

Uji 2

Rata-rata + SD

2. Pengaruh Suhu pada Kelarutan Asam Benzoat

Pengujian Kelarutan
10° C Suhu kamar 50° C
Uji 1
Uji 2
Rata-rata + SD

3. Pengaruh Pelarut Campur terhadap Kelarutan Suatu Zat


Pengujian Kelarutan
Kel. Uji 1 Kel. Uji 2 Kel. Uji 3 Kel. Kontrol
Uji 1
Uji 2
Rata-rata + SD

4. Pengaruh Penambahan Surfaktan terhadap Kelarutan Suatu Zat


Pengujian Kelarutan
Tween 80 Tween 80 Tween 80 Tween 80
0 mg/100 ml 25 mg/100 ml 50 mg/100 ml 75 mg/100ml
Uji 1
Uji 2
Rata-rata + SD

14
BAB IV
HASIL
4.1. Penentuan Kelarutan Asam Benzoat
Berikut adalah sampel yang digunakan dalam penentuan kelarutan
asam benzoat, bahan - bahan tersebut ditimbang menggunakan timbangan
digital.

Gambar. 4.1 Sampel yang digunakan dalam penentuan kelarutan asam benzoat

1. Penentuan kelarutan asam benzoate

Pengujian Kelarutan
Uji 1 0,25
Uji 2 0,3
Rata-rata ± SD 0,275 ± sd 0,275
Dari data diatas dapat diketahui bahwa penentuan kelarutan uji 1 dan uji 2
berbeda, asam benzoat ditimbang sebanyak 0,3 gr sebanyak 2 kali kemudian
dilarutkan dalam 100 ml aquadest dan tambahkan air sebanyak 50 ml.

Grafik Penentuan Kelarutan


Asam Benzoat
0.35
0.3
0.25
0.2
Uji 1 Uji 2 Rata-rata SD

Kelarutan

15
Pada percobaan pertama hasil kelarutan asam benzoat diperoleh sebesar 0,25,
pada percobaan kedua kelarutan asam benzoat diperoleh sebanyak 0,3, dan hasil
rata-rata kelarutan asam benzoat sebesar 0,275 ± 0,275.

4.2. Pengaruh Suhu Pada Kelarutan Asam Benzoat


Pengujian Kelarutan
10°c Suhu kamar 50°c
Uji 1 0,3 gr 0,35 gr 0,3 gr
Uji 2 0,3 gr 0,35 gr 0,3 gr
Rata-rata ± sd 0,3 gr 0,35 gr 0,3 gr

Pengaruh suhu pada kelarutan asam benzoat langsung dilarutkan pada suhu
10°c masing-masing sampel dimasukkan kedalam erlenmeyer kemudian dilarutkan
kedalam aquadest, lalu panaskan hingga suhu 50°c. Setelah itu diaduk dan sampel
disaring dengan corong dan kertas saring, lalu keringkan dalam oven selama 30
menit pada suhu 100°c.

Grafik Pengaruh Suhu pada Kelarutan


Asam Benzoat
0.36
0.34
0.32
0.3
0.28
0.26
Uji 1 Uji 2 Rata-rata SD

10° C Suhu Kamar 50° C

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh suhu pada kelarutan
asam benzoat ada uji 1 0,3, uji 2 0,3, dan rata-rata 0,3.

16
4.3. Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Suatu Zat
Pengujian Kelarutan
Kel. Uji 1 Kel. Uji 2 Kel. Uji 3 Kel. Kontrol
Uji 1 0,048 0,24 0,02 0,01
Uji 2 0,046 0,018 0,03 0,02
Rata-rata ± sd 0,047 0,021 0,025 0,015
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pelarut campur terhadap kelarutan
suatu zat diperoleh rata-rata nya 0,047, 0,021, 0,025, 0,015.

Grafik Pengaruh Pelarut Campur terhadap


Kelarutan Suatu Zat
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Uji 1 Uji 2 Rata-rata SD

Kel. Uji 1 Kel. Uji 2 Kel. Uji 3 Kel. Kontrol

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh pelarut campur terhadap
kelarutan suatu zat pada uji 1 0,047, uji 2 diperoleh rata-ratanya 0,021, uji 3
diperoleh rata-ratanya 0,025, dan kelarutan kontrol diperoleh rata-ratanya 0,015.
4.4. Pengaruh Penambahan Surfraktan Terhadap Kelarutan Suatu Zat
Pengujian Kelarutan
Tween 80 Tween 80 Tween 80 Tween 80
0 mg/100 ml 25 mg/100 ml 50 mg/100 ml 75 mg/100 ml
Uji 1 0,016 N 0,025 0,03 0,1
Uji 2 0,02 N 0,018 0,025 0,028
Rata-rata ± sd 0,018 0,125 0,028 0,19
Dari data hasil percobaan diatas dapat diketahui bahwa kelarutan asam
benzoat pada uji 1 sebesar 0,047, kelarutan asam benzoat uji 2 sebesar 0,21,
kelarutan asam benzoat uji 3 sebesar 0,025, dan kelarutan asam benzoat kelarutan

17
kontrol sebesar 0,015. Dalam percobaan ini alasan zat dilarutkan untuk melihat
tingkat kelarutan asam benzoat dalam pelarut aquadest sehingga dapat diketahui
kelarutannya. Kelarutan sampel dapat ditingkatkan dengan mengaduk-ngaduk
larutan tersebut.

Grafik Penambahan SurfaktZatan Terhada


Kelarutan Suatu
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Uji 1 Uji 2 Rata-rata SD

0mg/100ml 25mg/100ml 50mg/100ml 75mg/100ml

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh pelarut campur terhadap
kelarutan suatu zat pada uji tween 80 0/100 ml 0,018 N , 80 25/100 ml diperoleh
rata-ratanya 0,0215 N, 80 50/100 ml diperoleh rata-ratanya 0,028, dan 80
75/100 ml diperoleh rata-ratanya 0,019.

18
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Penentuan Kelarutan Benzoat
Pada praktikum kali ini ditentukan kelarutan asam benzoat. Untuk
praktikum kali ini menggunakan alat berupa beaker glass, gelas ukur,
corong gelas, cawan petri, batang pengaduk,timbangan analitik, kertas
saring, oven dan juga menggunakan stopwatch. Untuk bahan
praktikumnya mengguanakan asam benzoat dan aquadest.
Kelarutan juga didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu.
Kelarutan suatu senyawa tergantung pada sifat fisika kimia zat pelarut
dan zat terlarut, temperatur, pH larutan, tekanan untuk jumlah yang lebih
kecil tergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Bila suatu pelarut pada
temperatur tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya
melarutkannya larutan ini disebut larutan jenuh (Mochtar,1989).
Asam benzoat ditimbang 0,3 gram yang kemudian dilarutkan dalam
100 ml air (Aquadest), dan ditambahkan sebanyak 50ml. lalu aduk
selama 5 menit. Sampel disaring dengan corong dan kertas saring.
Kertas saring tersebut dilipat dan diletakkan diatas cawan uap, lalu
dikeringkan dalam oven selama 30 menit pada suhu 100ºC. Dikeringkan
pada suhu ini dikarenakan air menguap pada suhu 100ºC. Kemudian
larutan didinginkan selama 3 menit lalu ditimbang residu yang terdapat
pada kertas saring dan residu tersebut dianggap sebagai residu zat yang
tidak larut. Tujuan dari pengadukan yaitu untuk mempercepat difusi
antar partikel sehingga mempercepat kelarutan.
Dalam percobaan ini alasan zat dilarutkan yaitu untuk melihat
tingkat kelarutan asam benzoat dalam pelarut air. Kertas saring
sebelumnya dipanaskan dalam oven pada suhu 100ºC dengan tujuan
agar kandungan air yang terdapat di dalam kertas saring hilang sehingga
tidak mempengaruhi hasil akhir pengamatan. Diperoleh berat kertas
saring yang konstan. Setelah itu pada proses penyaringan bertujuan
untuk menyaring zat yang tidak terlarut dalam pelarut yang digunakan.
Sedangkan pengeringan dilakukan untuk mengubah endapan menjadi
bentuk yang susunannya tetap sebelum ditimbang dan menghilangkan
kandungan air dalam endapan di kertas saring sehingga diperoleh zat
yang lebih murni bukan berat dari pelarut yang melekat pada kertas
saring.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dengan menggunakan
rumus M Terlarut = M Total – M Residu maka diperoleh hasil pada uji
pertama yaitu 0,25 gram, dan uji kedua menggunakan rumus yang sama
hasilnya yaitu 0,3 gram. Setiap hasil pada data pengamatan dicari juga

19
rata-ratanya, agar lebih mudah dan mempercepat waktu menggunakan
excel untuk mencari rata-ratanya.
5.2. Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Suatu Zat
5.2.1) Pengujian Kelarutan 3
Untuk melakukan praktikum kali ini menggunakan alat
berupa beaker glass, gelas ukur, corong gelas, cawan petri,
batang pengaduk, buret, timbangan analitik dan juga kertas
saring. Untuk bahan praktikumnya menggunakan NaOH, asam
salisilat, etanol dan aquadest.
Pada praktikum kali ini diawali dengan melakukan
pencampuran larutan yaitu air 14 ml, etanol 6ml, asam salisilat
100 mg. Kemudian sampel dilarutkan dalam pelarut tersebut dan
dilakukan pengocokan dengan menggunakan tangan (secara
manual) selama 10 menit. Kemudian larutan tersebut difiltrasi
satu-satu untuk memisahkan endapan dan pengotor. Filtrasi
adalh suatu operasi pemisahan campuran antara padatan dan
cairan dengan melewatkan umpan (padatan + cairan) melalui
medium penyaringan. Secara umum filtrasi dilakukan bila
jumlah padatan dalam suspensi relatif lebih keccil dibandingkan
zat cairnya. (Oxtoby, 2016).
Setelah itu diambil 5ml larutan tersebut untuk dilakukan
titrasi alkalimetri dengan menggunakan indikator fenolptalein
(PP). Larutan yang telah disaring kemudian dititrasi dengan
larutan NaOH dan beberapa tetes indikator (PP) hingga
diperoleh titik ekuivalen. Setelah melakukan praktikum maka
diperoleh hasil dengan rumus V Asam x M Asam = V Basa x M
Basa pada uji pertama yaitu 0,02 dan pada uji kedua dengan
menggunakan rumus yang sama yaitu 0.03. Setiap hasil pada
data pengamatan dicari juga rata-ratanya, agar lebih mudah dan
mempercepat waktu menggunakan excel untuk mencari rata-
ratanya
5.2.2) Pengujian Kelarutan Kontrol
Untuk melakukan praktikum kali ini menggunakan alat
berupa beaker glass, gelas ukur, corong gelas, cawan petri,
batang pengaduk, buret, timbangan analitik dan juga kertas
saring. Untuk bahan praktikumnya menggunakan NaOH, asam
salisilat, dan air. Pada praktikum kali ini diawali dengan
melakukan pencampuran larutan yaitu air 20ml, dan asam
salisilat 100 mg. Kemudian sampel dilarutkan dalam pelarut
tersebut dan dilakukan pengocokan dengan menggunakan
tangan (secara manual) selama 10 menit. Kemudian larutan
tersebut difiltrasi satu-satu untuk memisahkan endapan dan
pengotor.

20
Setelah itu diambil 5ml larutan tersebut untuk dilakukan
titrasi alkalimetri dengan menggunakan indikator fenolptalein
(PP). Larutan yang telah disaring kemudian dititrasi dengan
larutan NaOH dan beberapa tetes indikator (PP) hingga
diperoleh titik ekuivalen. Setelah melakukan praktikum maka
diperoleh hasil dengan rumus V Asam x M Asam = V Basa x M
Basa pada uji pertama yaitu 0,01 dan pada uji kedua dengan
menggunakan rumus yang sama yaitu 0.02. Setiap hasil pada
data pengamatan dicari juga rata-ratanya, agar lebih mudah dan
mempercepat waktu menggunakan excel untuk mencari rata-
ratanya.

21
BAB IV
KESIMPULAN
Kelarutan merupakan sifat dari zat dimana zat padat, cair atau gas dapat
larut pada pelarutnya dan membentuk larutan homogen. Tingkat kelarutan
didefinisikan dengan seberapa banyak zat terlarut yang dapat terlarut hingga
keadaan jenuh atau saturated. Pelarut memiliki pengaruh terhadap kelarutan suatu
zat, dan faktor-faktor seperti sifat fisika kimia zat pelarut dan zat terlarut,
temperatur, pH larutan, dan tekanan juga mempengaruhi kelarutan. Kelarutan juga
sangat penting dalam bidang farmasi karena kelarutan obat berkorelasi dengan laju
penyerapan obat agar diabsorpsi dan menghasilkan efek terapeutik serta
menentukan disposisi obat dalam tubuh. Pengukuran kelarutan dapat dilakukan
dengan mengukur konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur
tertentu. Dalam praktikum ini diharapkan dapat memahami konsep kelarutan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan serta mampu melakukan pengukuran
zat dalam pelarut.
Kelarutan dijelaskan sebagai jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk
melarutkan satu bagian zat. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi
kelarutan, seperti sifat solute dan solvent, pH, suhu, solution aditif, pengaruh
konstanta dielektrik, dan penambahan zat lain seperti surfaktan. Kelarutan dapat
dinyatakan dalam berbagai satuan konsentrasi, seperti konsentrasi molar,
normalitas, molaritas, dan fraksi mol. Larutan yang mengandung zat terlarut dengan
konsentrasi maksimum sama dengan kelarutan disebut larutan jenuh. Dalam larutan
jenuh, zat terlarut berada dalam kesetimbangan antara fase padat dengan ion-
ionnya, dan terdapat tetapan hasil kali kesetimbangan (Ksp) yang merupakan suatu
tetapan kesetimbangan. Pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan perlu
diperhatikan dalam bidang farmasi terutama dalam pembuatan sediaan obat-obatan
yang melibatkan kelarutan.
Pada praktikum kali ini menguji tentang tiga zat aktif yang digunakan
sebagai sampel pelarut campur dalam penelitian. Zat aktif tersebut adalah air suling,
alcohol, dan propilenglikol. Deskripsi masing-masing zat meliputi nama resmi,
nama lain, rumus struktur, pemerian, penyimpanan, dan kegunaan. Selain itu, jurnal
ini juga menjelaskan tiga metode yang digunakan dalam penelitian yaitu
penggunaan timbangan analitik, oven, dan buret. Penggunaan masing-masing alat
juga dijelaskan secara rinci, termasuk langkah-langkah dalam menggunakan alat
tersebut. Jurnal ini dapat menjadi panduan bagi peneliti dalam memilih zat aktif dan
metode yang sesuai dalam penelitian mereka.
Jurnal tersebut merupakan laporan dari praktikum tentang kelarutan suatu
zat dengan berbagai variasi pengujian, yaitu penentuan kelarutan asam benzoat,
pengaruh suhu pada kelarutan asam benzoat, pengaruh pelarut campur terhadap
kelarutan suatu zat, dan pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu

22
zat. Pada praktikum ini menggunakan berbagai macam alat dan bahan, seperti
beaker gelas, buret, hot plate, oven, timbangan analitik, dan berbagai jenis larutan
seperti air, alkohol, asam benzoat, propilen glikol, dan lain sebagainya.
Untuk hasil pengujian, dilakukan analisis data dengan menggunakan tabel
untuk masing-masing pengujian. Hasil analisis menunjukkan pengaruh suhu,
pelarut campuran, dan penambahan surfaktan dapat mempengaruhi kelarutan suatu
zat, dan diperoleh informasi tentang kelarutan asam benzoat dalam berbagai kondisi
dan berbagai jenis pelarut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa praktikum tersebut
berhasil memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
suatu zat.
Dapat disimpulkan tentang dua kegiatan praktikum di laboratorium, yaitu
penentuan kelarutan asam benzoat dan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan
suatu zat. Kedua praktikum tersebut menggunakan alat dan bahan yang berbeda.
Pada praktikum penentuan kelarutan asam benzoat, dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat kelarutan asam benzoat dalam pelarut air. Alat dan
bahan yang digunakan meliputi beaker glass, gelas ukur, corong gelas, cawan petri,
batang pengaduk, timbangan analitik, kertas saring, oven, dan aquadest. Proses
praktikum meliputi penyiapan larutan asam benzoat, pengadukan, penyaringan, dan
pengeringan sebelum dilakukan penghitungan kelarutan menggunakan rumus M
Terlarut = M Total – M Residu.
Sedangkan pada praktikum pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan
suatu zat, dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh campuran pelarut
terhadap kelarutan asam salisilat dalam larutan. Alat dan bahan yang digunakan
meliputi beaker glass, gelas ukur, corong gelas, cawan petri, batang pengaduk,
buret, timbangan analitik, kertas saring, NaOH, etanol, air, dan asam salisilat.
Proses praktikum meliputi pencampuran larutan, pengocokan, filtrasi, dan titrasi
alkalimetri menggunakan indikator fenolptalein (PP).

23
LAMPIRAN

24
25
26
27
28
29
DAFTAR PUSTAKA
Apsari Khoirunnisa dkk, 2020, "UPAYA PENINGKATAN KELARUTAN
OBAT" , Universitas Padjajaran, Bandung
Martin, Alfred, 1993, "Farmasi Fisika", Universitas Indonesia, Jakarta
Mochtar, 1989, Farmasi Fisika Bagian larutan dan sistem dispersi, 57-60, Gadjah
Mada University Yogyakarta
M, Alfian Partang, 2008, Laporan Praktikum Kelarutan, Laboratorium
Farmaseutika Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Salsabillah ayu dkk, 2022, "kelarutan" , Universitas Muhammadiyah Bandung
Sukardjo, 1997, "Fisika kimia I", Universitas Indonesia Jakarta
Voight., (1994), Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima, PenSerbit
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Putik Titian, c, h, dkk, 2022, Kelarutan, Laboratorium Farmasi Fisika, Program
Studi Farmasi Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung
Dianeti Hardianti, dkk, 2015, Percobaan I Kelarutan, Program Studi Farmasi,

30

Anda mungkin juga menyukai