FARMASETIKA DASAR
Dosen Pengampu :
Apt. Dra. Cut Safriana Indriawati, M. Kes
Asisten Laboratorium
Farah Audia, S.Farm
Disusun Oleh :
Kelompok I
Tia Nazariah (221010320078)
Meutia Hermawan (221010220073)
Hayatun hikma (221010220067)
2023
PERCOBAAN I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengkajian resep secara administrasi merupakan proses yang penting dalam dunia
farmasi untuk memastikan keamanan dan kualitas penggunaan obat oleh pasien.
Administrasi yang tepat dan akurat dari resep-resep medis dapat membantu menghindari
kesalahan dosis, interaksi obat yang merugikan, dan masalah lainnya yang dapat
membahayakan kesehatan pasien. Dalam pengkajian resep secara administrasi, beberapa
faktor harus dipertimbangkan, seperti informasi pasien, kecocokan obat dengan kondisi
medis, dosis yang tepat, cara penggunaan yang benar, dan interaksi obat.
2. Salinan Resep
Salinan resep adalah duplikat dari resep asli yang diberikan kepada pasien. Salinan
resep dapat digunakan dalam berbagai situasi, seperti untuk pengisian ulang obat,
pemrosesan klaim asuransi, atau sebagai catatan pasien. Keberadaan salinan resep
memiliki beberapa keuntungan. Pertama, salinan resep memungkinkan pasien untuk
mengisi ulang obat dengan mudah dan menghindari kehabisan stok obat yang penting.
Dengan memiliki salinan resep, pasien dapat mengunjungi apotek dan memperoleh obat
yang diresepkan tanpa harus menghubungi dokter atau mengambil resep asli setiap kali
mereka membutuhkan pengisian ulang.
3. Etiket
Etiket obat adalah informasi yang terdapat pada kemasan obat yang memberikan
petunjuk dan informasi penting kepada pasien dan petugas kesehatan. Etiket obat bertujuan
untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan efektif. Pemenuhan etika dalam
merancang etiket obat penting untuk memberikan informasi yang jelas, akurat, dan mudah
dipahami oleh pasien dan petugas kesehatan. Hal ini membantu mencegah kesalahan
penggunaan obat, meningkatkan kepatuhan pasien, dan memastikan keselamatan dan
efektivitas terapi obat.
4. Perhitungan Dosis
Perhitungan dosis adalah proses penting dalam praktik farmasi untuk menentukan
dosis obat yang tepat yang harus diberikan kepada pasien berdasarkan karakteristik
individu mereka, seperti berat badan, usia, kondisi medis, dan respons terhadap
pengobatan. Perhitungan dosis yang akurat dan tepat sangat penting untuk menjaga
keamanan dan efektivitas penggunaan obat.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Resep I Sanmol
APOTEK FANARAWAN
Jln. Cempaka No.51 Jr. Hulu Pumpton
APA : Apt. Daffa Khairunisa, M. Farm
No. Resep : 1 Tgl : 6 - 03 –
APOTEK FANARAWAN
2023 Jln. Cempaka No.51 Jr. Hulu
APA : Apt. Daffa Khairunisa, M. Farm
Tn. Moh Yasin
SIPA : 150/2232/1427/1-4
Sehari Sekali Satu Tablet
No. Resep : 1 Tgl : 6 - 03 –
Harus dengan Resep Dokter
2023
Tn. Moh Yasin
Sehari Dua Kali Satu Tablet
Harus dengan Resep Dokter - No. SIP Dokter
1
Temas Resep : Obat diminta Resep
2
APOTEK FANARAWAN
Soal : Jln. Cempaka No.51 Jr. Hulu
APA : Apt. Daffa Khairunisa, M. Farm
a. Kajian Administari Resep 2 SIPA : 150/2232/1427/1-4
No. Resep : 2 Tgl : 6 - 03 –
Usul : - Umur & BB Pasien
2023
Ismail Daffa S3 dd Pulv I det 8
Sehari Tiga Kali Satu Bungkus R/ Salbutamol
Harus dengan Resep Dokter S2 dd cth ½ 1 det
APOTEK FANARAWAN
Jln. Cempaka No.51 Jr. Hulu
APA : Apt. Daffa Khairunisa, M. Farm
SIPA : 150/2232/1427/1-4 Resep 3
APOTEK FANARAWAN
Jln. Cempaka No.51 Jr. Hulu R/ Novalgen FI I
APA : Apt. Daffa Khairunisa, M. Farm S3 dd I cth det
SIPA : 150/2232/1427/1-4
R/ Rhinofed tab 1/3
No. Resep : 2 Tgl : 6/3 – 2023
Cefspan mg 40
Tn. Muhammad Raihan
Celestamine tab 1/3
Sehari Dua Kali Satu Bungkus
Eves 8.5
Harus diulang dengan Resep Dokter
Mf pulu dtd No. VIII
S2 dd I det
R/ Plantasid Susp I
S3 dd ct P.C det
Resep 5
APOTEK FANARAWAN
Jln. Banda Aceh - Calang
Tema Resep : Obat Mengandung
Apoteker : apt. Nasyani Elisiya, S. Farm
Narkotika & Psikotropika
No. Resep : IV Tgl : 9/8 – 2023
Soal
Salsa
Sehari 2 Kali ½ Sendok Teh a) KajianAdministrasi Resep 5
3.2. Pembahasan
Dalam pengkajian resep secara administrasi, peran apoteker sangatlah penting.
Apoteker bertanggung jawab untuk memverifikasi resep, memeriksa kesesuaian obat
dengan kondisi medis pasien, dan memberikan informasi yang jelas dan lengkap tentang
penggunaan obat kepada pasien. Selain itu, apoteker juga dapat memberikan saran atau
alternatif obat jika diperlukan, serta melakukan intervensi jika terdapat masalah dalam
resep yang dapat membahayakan pasien.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Resep yang baik harus menyediakan informasi yang jelas dan lengkap tentang jenis obat
yang akan diberikan kepada pasien. Informasi ini memungkinkan ahli farmasi untuk
memahami dengan baik obat yang harus disiapkan dan disediakan sesuai dengan
kebutuhan pasien.
2. Ahli farmasi memiliki peran yang sangat penting dalam pelayanan resep obat. Mereka
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa resep diisi dengan benar, mengidentifikasi
interaksi obat yang mungkin terjadi, memberikan informasi yang tepat kepada pasien
tentang penggunaan dan efek samping obat, serta memberikan saran atau konseling yang
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Megawati, F., & Santoso, P. (2017). Pengkajian Resep Secara Administratif Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 35 Tahun 2014 Pada Resep Dokter Spesialis
Kandungan di Apotek Sthira Dhipa. Jurnal Ilmiah Medicamento, 3(1).
Putri, P. R. J. (2020). Observasi pengkajian resep secara administratif pada apotek x di
kabupaten badung. Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences
(IJLFS), 10(1), 38.
PERCOBAAN I
PULVIS/SERBUK
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pulvis adalah istilah dalam farmasi yang merujuk kepada sediaan obat dalam
bentuk serbuk atau bubuk(Fatimah,2021). Sediaan pulvis banyak digunakan dalam industri
farmasi untuk berbagai keperluan, seperti penggunaan oral (diminum), topikal (digunakan
pada permukaan kulit), atau inhalasi (dimasukkan melalui saluran pernapasan). Sediaan
pulvis memiliki beberapa keuntungan dalam penggunaannya. Pertama, bentuk serbuk
memungkinkan dosis yang lebih tepat dan presisi. Hal ini memungkinkan tenaga medis
atau pasien untuk dengan mudah mengukur jumlah yang diinginkan sesuai dengan
instruksi dokter. Selain itu, pulvis dapat dilarutkan dalam cairan atau digunakan dalam
kapsul, yang memungkinkan fleksibilitas dalam pemakaian dan penggunaannya. Serbuk
adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian oral
Selain itu, pulvis juga dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas obat. Dalam
beberapa kasus, obat tertentu dapat menjadi tidak stabil ketika dalam bentuk padat atau
cair, tetapi dalam bentuk serbuk, mereka dapat tetap stabil dan memiliki umur simpan yang
lebih lama. Oleh karena itu, pulvis sering digunakan untuk obat-obatan yang mudah rusak
atau memiliki kestabilan yang buruk. Pada umumnya, sediaan pulvis terdiri dari bahan
aktif (obat) yang dihaluskan menjadi serbuk, sering kali dikombinasikan dengan bahan
tambahan seperti pengisi, pengikat, penstabil, atau perasa untuk meningkatkan sifat fisik
dan stabilitasnya. Bahan-bahan ini dihaluskan dan dikombinasikan dengan metode yang
sesuai, seperti penggilingan, pengayakan, atau pencampuran.
1. Formulasi: Proses formulasi pulvis melibatkan pemilihan bahan aktif yang tepat dan
penggunaan bahan tambahan seperti pengisi, pengikat, penstabil, atau perasa. Tujuannya
adalah untuk mencapai karakteristik fisik dan stabilitas yang diinginkan, serta memberikan
kemudahan dalam administrasi dan penggunaan obat. Bahan tambahan ini dapat
mempengaruhi kelarutan, kestabilan, dan aliran serbuk.
3. Stabilitas: Bentuk serbuk dapat meningkatkan stabilitas obat dalam beberapa kasus.
Beberapa bahan obat dapat menjadi tidak stabil dalam bentuk padat atau cair, tetapi ketika
diubah menjadi serbuk, mereka dapat tetap stabil dan memiliki umur simpan yang lebih
lama. Oleh karena itu, serbuk sering digunakan untuk obat-obatan yang mudah rusak atau
memiliki kestabilan yang buruk.
4. Administrasi: Pulvis dapat diberikan kepada pasien dalam berbagai cara, tergantung
pada sifat obat dan kebutuhan pasien. Beberapa serbuk dapat diminum langsung,
diencerkan dalam cairan, atau dimasukkan ke dalam kapsul. Pulvis juga dapat digunakan
pada kulit sebagai sediaan topikal, atau diinhalasi melalui saluran pernapasan. Administrasi
yang fleksibel ini memberikan kemudahan dalam penggunaan dan kenyamanan bagi
pasien.
5. Penyimpanan dan stabilitas: Serbuk cenderung memiliki stabilitas yang lebih baik
daripada sediaan cair atau padat lainnya. Dalam bentuk serbuk, obat dapat dijaga dari
pengaruh cahaya, oksigen, atau kelembapan yang dapat merusak kestabilan obat. Selain
itu, serbuk juga dapat disimpan dalam wadah yang rapat, menjaga kebersihan dan
mencegah kontaminasi.
6. Kelebihan dan kekurangan: Meskipun pulvis memiliki banyak keuntungan, ada juga
beberapa kelemahan yang perlu dipertimbangkan. Salah satu kelemahan adalah masalah
kelarutan, di mana beberapa serbuk sulit larut dalam air atau cairan lainnya. Selain itu,
serbuk juga dapat menyebabkan iritasi jika digunakan secara topikal pada kulit sensitif.
R
GG 0,65 gr s.u.e. : signa usus externus
Metyl Morfin 0,65 gr arti : untk pemakaian luar (obat luar)
Efedrin HCl 0,65 gr Amylum Orizae : pati beras
I. Kelengkapan Resep
Usul : -
Prinsip
- Zinc Oxyd : ayak terlebh dahulu
- Acid Salicyl : tetesi 1-2 tetes eter
IV. Penimbangan Bahan
Kegunaan
Acid Salicyl : 0,4 gr (400 mg)
- Acid Salicyl : meredakan
Zinc Oxyd : 2,2 gr (2.200 mg)
peradangan pada kulit saat jerawat
muncul Amylum Orizae = 5,5 gr (5.500
- Zinc Oxyd : mencegah terjadinya mg)
nruam pada kulit Menthol : 0,16 gr (160 mg)
- Menthol : mendinginkan Talkum : 13,74 gr (13.740 mg)
R
Paracetamol ½ tab 60-300 mg O : Opium
Codein HCl 45 mg 40 mg/hr Codein HCl menjadi 25 mg
CTM ½ tab O
SL 45 G
m.f.Pulv.dtd No. IX
s.t.dd.Pulv.I
Rahayu, P., & Chaniago, Y. (2019). Keseragaman Bobot Resep Racikan Serbuk Bagi
(Pulveres) Di Apotek Kota Bandar Lampung Tahun 2017. Jurnal Analis
Kesehatan, 8(1), 13-16.
Warnida, H., & Sukawaty, Y. (2018). Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Pulveres Pada
Puskesmas di Kota Balikpapan. Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(1), 36-43.
PERCOBAAN III
CAPSULAE
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Capsulae (kapsul) adalah salah satu bentuk sediaan obat yang digunakan dalam
industri farmasi. Kapsul terdiri dari sebuah cangkang keras atau lunak yang mengandung
bahan obat dalam bentuk serbuk, granul, atau cairan. Kapsul digunakan untuk mengemas
dan melindungi bahan obat serta memudahkan penggunaan dan administrasi obat kepada
pasien.
.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
No. 9 Tgl 21 – 3 - 2023 G/O TM Keterangan
R
GG 0,65 gr 20-50 mg
Metyl Morfin 0,65 gr O 50-150 mg
Efedrin HCl 0,65 gr
I.
II. Kelengkapan Resep
Usul :
VI. Penimbangan Bahan
- Alamat Pasien
GG = 650 mg
- Penambahan SL
Morfin = 250 mg
Prinsip
Efedrine = 250 mg
Kegunaan
- GG : Dapat mengencerkan dahak
- Methyl Morfin : dapat meredakan
rasa nyeri pada tubuh yang sakit VII. Prosedur Kerja
- Efedrine : mengatasi gangguan
saluran nafas
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang GG sebanyak 650 mg
III. Komposisi 3. Lalu timbang Methyl Morfin
IV. Perhitungan Bahan sebanyak 250 mg
4. Lalu timbang Efedrin sebanyak
250 mg
GG 0,65 gr/650 mg
5. Masukkan Morfin ke dalam
Morfin 0,25 gr/250 mg
lumpang lalu tambahkan Efedrine
Efedrine 0,25 gr/250 mg
secara and gerus ad homogen
SL = 1500 mg – (650 + 250 + 6. Tambahkan GG secara ana gerus
250) ad homogen
= 1500 mg – 1.150 mg 7. Bagi menjadi 15 perkamern lalu
= 350 mg masukkan ke dalam kapsul
8. Masukkan ke dalam wadah beri
V. Perhitungan TM etiket putih
TM Methyl Morfin 20-50 gr VIII. Etiket
- TM sekali = 20 mg
- TM sehari = 50 mg
- TP sekali = 16,6 mg
- TP sehari = 16,6 x 3
= 49,9 mg
16,6 mg
- % sekali = x 100 %
20 mg
= 83 %
No. 9 Tgl 21-2-2023
Tn. Irwan
Tiga kali sehari satu kapsul
Harus dengan resep Dokter
TM efedrine 50-150 ng
- Tm sekali = 50 mg
- Tm sehari = 150 mg
- TAPI sekali = 16,6 mg
- TAPI sehari = 49,9 mg
16,6 mg
- % sekali = x 100 % - 33,2 %
50 mg
49,9 gram
- % sehari = x 100 % - 33,2 %
150 mg
Penambahan SL
SL = 1500 – C
No. 10 Tgl 4 – 4 - 2023 G/O DM Keterangan
R
Paracetamol 40 g 40 mg/hr p.r.n : Prorenata
Codein HCl 12 mg max 3x sehari
CTM 12 mg
Vit C 250 mg dosis PCT diturunkan agar tidak
m.f.Pulv.dtd No. X overdosis karena untuk anak 5
s.t.dd.Pulv.I tahun
Pro. Delisa (5 thn)
VI Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan obat
2. Masukkan CTM ke dalam lumpang
gerus ad halus jadikan MI
IV Perhitungan TM
3. Masukkan vit. C dalam lumpang 5. Bagu menjadi 2 lalu bungkus menjadi
gerus tambahkan PCT gerus ad 10 (perkamen)
homogen + kan SL 6. Beri penandaan etiket putih
4. Tambahkan MI secara ana gerus ad
homogen VII Etiket
No. 10 Tgl 4-4-2023
Delisa
Bila perlu satu bungkus
Harus dengan resep dokter
Bahan Obat Go Dos TM Khasiat Penambahan SL
l is
Ob Laz SL : 1500 – (1000 + 12 mg + 250)
at im : 1500 – 1.262
Acetaminop B 1x - Antipire
hen = tik : 238 mg
50-
Dosis lazim sebelum penurunan
500
mg 5
1h DL sekali = x 50 = 14,7 mg
5+12
=
200 5
DL sekali = x 500 = 147 mg
– 5+12
500
mg 40.000
DP sehari = = 400 mg
CTM ( B 1x 40 Antihist 10
Chlorphenir = 2- mg/ amin DP sehari = 400 x 3 = 1.200
amine 4 hr
maleas) mg 400
% sekali = x 100 % = 2.721
1h 14,7
= 6-
16 1.200
% sehari = x 100 % = 816
mg 142
Vit. C - - - Daya %
Tahan
Febriana, L. G., PH, N. A. S. S., Fitriani, A. N., & Putriana, N. A. (2021). Potensi Gelatin
dari Tulang Ikan sebagai Alternatif Cangkang Kapsul Berbahan Halal:
Karakteristik dan Pra Formulasi. Majalah Farmasetika, 6(3), 223-233.
PERCOBAAN IV
SEDIAAN SETENGAH PADAT
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sediaan setengah padat dalam farmasi telah menjadi pilihan yang penting dalam
pengembangan formulasi obat. Mereka menggabungkan beberapa keuntungan dari sediaan
padat dan cair, sehingga menawarkan solusi yang lebih fleksibel dan efektif dalam
pengobatan. Salah satu keuntungan utama dari sediaan setengah padat adalah stabilitas
fisik dan kimia yang lebih baik dibandingkan dengan sediaan cair. Bahan aktif obat
terdispersi dalam matriks padat atau semi-padat, seperti gel atau krim, yang memberikan
perlindungan terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat merusak stabilitas obat, seperti
oksigen, cahaya, atau kelembapan. Hal ini memungkinkan sediaan setengah padat
memiliki umur simpan yang lebih panjang daripada sediaan cair.
Sediaan setengah padat juga memungkinkan pengaturan dosis yang lebih akurat.
Dalam formulasi sediaan setengah padat, bahan aktif obat dapat diukur dan diatur dengan
lebih tepat dibandingkan dengan sediaan cair. Hal ini penting dalam memberikan dosis
yang konsisten dan sesuai dengan kebutuhan pasien. Sediaan setengah padat juga
memberikan manfaat dalam hal penggunaan dan administrasi obat. Matriks padat atau
semi-padat yang digunakan dalam sediaan ini memberikan konsistensi yang baik, sehingga
memudahkan dalam pengaplikasian dan penyebaran obat pada area pengobatan. Misalnya,
dalam sediaan topikal seperti salep atau gel, sediaan setengah padat dapat menempel pada
kulit dengan baik dan memungkinkan penyerapan obat yang efektif.
R
Paracetamol 40 g 40 mg/hr p.r.n : Prorenata
Codein HCl 12 mg max 3x sehari
CTM 12 mg
Vit C 250 mg dosis PCT diturunkan agar tidak
m.f.Pulv.dtd No. X overdosis karena untuk anak 5
s.t.dd.Pulv.I tahun
Pro. Delisa (5 thn)
Penambahan SL
SL : 1500 – (1000 + 12 mg + 250)
: 1500 – 1.262
: 238 mg
Dosis lazim sebelum penurunan
5
DL sekali = x 50 = 14,7 mg
5+12
5
DL sekali = x 500 = 147 mg
5+12
40.000
DP sehari = = 400 mg
10
DP sehari = 400 x 3 = 1.200
400
% sekali = x 100 % = 2.721 Ketik persamaan di sini .sini.
14,7
1.200
sehari = x 100 % = 816 %
142
3.2. Pembahasan
Pembuatan sediaan setengah padat melibatkan penggabungan bahan aktif dengan
bahan pengemulsi, bahan pengental, dan bahan tambahan lainnya. Tujuan utama dari
sediaan setengah padat adalah memberikan efek terapeutik yang diinginkan melalui
aplikasi topikal atau rektal. Tekstur yang setengah padat memungkinkan penggunaan yang
nyaman dan aplikasi yang lebih mudah pada area yang diinginkan. Selain itu, sediaan
setengah padat juga dapat memberikan perlindungan dan penyerapan yang lebih baik bagi
bahan aktif, memungkinkan pengontrolan pelepasan obat yang lebih baik, dan dapat
menunjukkan stabilitas yang lebih tinggi daripada sediaan cair
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan tentang sediaan setengah padat, seperti krim dan salep, adalah sebagai berikut:
1. Krim dan salep adalah sediaan setengah padat yang digunakan secara topikal pada kulit
atau selaput lendir.
2. Krim merupakan bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi dengan kandungan air
tidak kurang dari 60%.
3. Salep merupakan bentuk sediaan setengah padat yang memiliki tekstur lebih kental dan
umumnya mengandung lebih sedikit air daripada krim.
4. Sediaan setengah padat, seperti krim dan salep, memberikan keuntungan dalam
kemudahan penggunaan dan aplikasi pada area yang diinginkan.
5. Krim dan salep dapat memberikan efek terapeutik melalui penyerapan kulit atau selaput
lendir.
6. Krim dan salep juga memberikan perlindungan dan penyerapan yang lebih baik bagi
bahan aktif, serta pengontrolan pelepasan obat yang lebih baik.
7. Dalam proses formulasi sediaan setengah padat, perlu diperhatikan kompatibilitas bahan
aktif dengan bahan pengemulsi dan pengental yang digunakan.
8. Krim dan salep merupakan pilihan yang umum digunakan dalam pengobatan topikal,
terutama untuk perawatan kulit dan kondisi dermatologis tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Juwita, A. P., Yamlean, P. V., & Edy, H. J. (2013). Formulasi krim ekstrak etanol daun
lamun (Syringodium isoetifolium). Pharmacon, 2(2).
Novita, R., Munira, M., & Hayati, R. (2017). Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Etanol
Pliek U Sebagai Antibakteri. AcTion: Aceh Nutrition Journal, 2(2), 103-108.