Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FARMASETIKA DASAR

Dosen Pengampu :
Apt. Dra. Cut Safriana Indriawati, M. Kes

Asisten Laboratorium
Farah Audia, S.Farm

Disusun Oleh :
Kelompok I
Tia Nazariah (221010320078)
Meutia Hermawan (221010220073)
Hayatun hikma (221010220067)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA

2023
PERCOBAAN I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengkajian resep secara administrasi merupakan proses yang penting dalam dunia
farmasi untuk memastikan keamanan dan kualitas penggunaan obat oleh pasien.
Administrasi yang tepat dan akurat dari resep-resep medis dapat membantu menghindari
kesalahan dosis, interaksi obat yang merugikan, dan masalah lainnya yang dapat
membahayakan kesehatan pasien. Dalam pengkajian resep secara administrasi, beberapa
faktor harus dipertimbangkan, seperti informasi pasien, kecocokan obat dengan kondisi
medis, dosis yang tepat, cara penggunaan yang benar, dan interaksi obat.

Obat memegang peran krusial dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang


holistik, meliputi upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam konteks
perawatan kesehatan, obat merupakan komponen yang tidak dapat diabaikan karena
memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup dan
menyembuhkan penyakit. Pelayanan kefarmasian merupakan bentuk pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker sebagai tanggung jawab langsung dalam bidang farmasi dengan
tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien .

1.2 Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengenalkan berbagai jenis resep dan menjelaskan
bagaimana langkah-langkah dalam mengkaji resep secara administratif dan kesesuaian
farmasetik serta membuat sediaannya kedalam bentuk yang sesuai.

1.3 Dasar Teori


1. Pengkajian Resep

Pengkajian resep merupakan proses penting dalam praktik farmasi untuk


memastikan keamanan, efektivitas, dan kepatuhan penggunaan obat oleh pasien.
Pengkajian resep melibatkan evaluasi yang cermat terhadap berbagai aspek resep,
termasuk informasi pasien, kecocokan farmasetik, dan pertimbangan klinis. Resep yang
efektif harus mencakup informasi yang memadai sehingga ahli farmasi dapat memahami
jenis obat yang akan diberikan kepada pasien (Megawati & Santoso, 2017).

2. Salinan Resep
Salinan resep adalah duplikat dari resep asli yang diberikan kepada pasien. Salinan
resep dapat digunakan dalam berbagai situasi, seperti untuk pengisian ulang obat,
pemrosesan klaim asuransi, atau sebagai catatan pasien. Keberadaan salinan resep
memiliki beberapa keuntungan. Pertama, salinan resep memungkinkan pasien untuk
mengisi ulang obat dengan mudah dan menghindari kehabisan stok obat yang penting.
Dengan memiliki salinan resep, pasien dapat mengunjungi apotek dan memperoleh obat
yang diresepkan tanpa harus menghubungi dokter atau mengambil resep asli setiap kali
mereka membutuhkan pengisian ulang.

3. Etiket

Etiket obat adalah informasi yang terdapat pada kemasan obat yang memberikan
petunjuk dan informasi penting kepada pasien dan petugas kesehatan. Etiket obat bertujuan
untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan efektif. Pemenuhan etika dalam
merancang etiket obat penting untuk memberikan informasi yang jelas, akurat, dan mudah
dipahami oleh pasien dan petugas kesehatan. Hal ini membantu mencegah kesalahan
penggunaan obat, meningkatkan kepatuhan pasien, dan memastikan keselamatan dan
efektivitas terapi obat.

4. Perhitungan Dosis

Perhitungan dosis adalah proses penting dalam praktik farmasi untuk menentukan
dosis obat yang tepat yang harus diberikan kepada pasien berdasarkan karakteristik
individu mereka, seperti berat badan, usia, kondisi medis, dan respons terhadap
pengobatan. Perhitungan dosis yang akurat dan tepat sangat penting untuk menjaga
keamanan dan efektivitas penggunaan obat.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Resep I  Sanmol

Tema Resep = Obat diserahkan semua APOTEK FANARAWAN


Jln. Cempaka No.51 Jr. Hulu
Soal APA : Apt. Daffa Khairunisa, M. Farm
SIPA : 150/2232/1427/1-4
a) Kajian Administrasi Resep I
No. Resep : 1 Tgl : 6 - 03 –
Usul : - Umur & BB Pasien 2023
Tn. Moh Yasin
- No. SIP dr
Sehari Tiga Kali Satu Tablet
- Paraf dr.
Harus dengan Resep Dokter

b) Perhitungan Dosis Resep I  Enabex


(Tidak ada obat Racikan)
APOTEK FANARAWAN
- Cravit diberikan 10 Tab
Jln. Cempaka No.51 Jr. Hulu
- Sanmol diberikan 10 Tab APA : Apt. Daffa Khairunisa, M. Farm
SIPA : 150/2232/1427/1-4
- Enabex diberikan 10 Tab
- Pumpton diberikan 10 Tab No. Resep : 1 Tgl : 6 - 03 –
2023
Tn. Moh Yasin
c) Etiket Obat Resep Sehari Sekali Satu Tablet
 Cravit (-) Harus dengan Resep Dokter

APOTEK FANARAWAN
Jln. Cempaka No.51 Jr. Hulu  Pumpton
APA : Apt. Daffa Khairunisa, M. Farm
No. Resep : 1 Tgl : 6 - 03 –
APOTEK FANARAWAN
2023 Jln. Cempaka No.51 Jr. Hulu
APA : Apt. Daffa Khairunisa, M. Farm
Tn. Moh Yasin
SIPA : 150/2232/1427/1-4
Sehari Sekali Satu Tablet
No. Resep : 1 Tgl : 6 - 03 –
Harus dengan Resep Dokter
2023
Tn. Moh Yasin
Sehari Dua Kali Satu Tablet
Harus dengan Resep Dokter - No. SIP Dokter

- Alamat Praktek dr.


d) Salinan Resep 1

b. Perhitungan Dosis Resep 2


APOTEK FANARAWAN 1. PCT = 170 mg
Jln. Cempaka No.51 Jr. Hulu × 8 = 1.360 mg
APA : Apt. Daffa Khairunisa, M. Farm
SIPA : 150/2232/1427/1-4 2. Endoson = 1 Tab (100 mg)
COPY RESEP × 8 = 800 mg
Tgl Copy Resep: 6 - 03 – 3. Vansanbe = 0,25
2023 × 8 = 2 mg
Dari Dokter : dr. Feby 4. SL = 500 mg
No. Resep :1 × 8 = 4.000 mg
Tgl Resep : 24/3 – 2012
Nama Pasien : - SL = 4.000 mg – (1.360 + 800
+ 2) mg
Cravit No X = 4000 mg – 2.162 mg
R/
S 1 DD 1 det
= 1.838 mg
Sanmol No X
R/ c. Etiket Obat Resep 2
S 1 DD 1 det
Enab No X APOTEK FANARAWAN
R/
S 1 DD 1 nedet Jln. Cempaka No.51 Jr. Hulu
APA : Apt. Daffa Khairunisa, M. Farm
Pump No X
R/ SIPA : 150/2232/1427/1-4
S 1 DD 1 det
No. Resep : 2 Tgl : 6/3 – 2023
Harus dengan Resep Dokter
Ismail Daffa
Sehari Empat Kali Satu Sendok Teh
 Resep 2 Harus dengan Resep Dokter

1
Temas Resep : Obat diminta Resep
2
APOTEK FANARAWAN
Soal : Jln. Cempaka No.51 Jr. Hulu
APA : Apt. Daffa Khairunisa, M. Farm
a. Kajian Administari Resep 2 SIPA : 150/2232/1427/1-4
No. Resep : 2 Tgl : 6 - 03 –
Usul : - Umur & BB Pasien
2023
Ismail Daffa S3 dd Pulv I det 8
Sehari Tiga Kali Satu Bungkus R/ Salbutamol
Harus dengan Resep Dokter S2 dd cth ½ 1 det

APOTEK FANARAWAN
Jln. Cempaka No.51 Jr. Hulu
APA : Apt. Daffa Khairunisa, M. Farm
SIPA : 150/2232/1427/1-4  Resep 3

No. Resep : 2 Tgl : 6/3 – 2023 Tema Resep : Resep diulang 3X


Ismail Daffa
Sehari Dua Kali Setengah Sendok Teh
Harus dengan Resep Dokter Soal

a) Kajian Administrasi Resep 3


d. Salinan Resep 2
Usul : - Alamat pasien
APOTEK FANARAWAN - No. SIP Dokter
Jln. Cempaka No.51 Jr. Hulu
APA : Apt. Daffa Khairunisa, M. Farm
SIPA : 150/2232/1427/1-4 b) Perhitungan Dosis Resep 3
COPY RESEP
Rhinofed ½ tab x 8 bgks = 2,6 tab
Tgl Copy Resep : 6/3 – 2023
Dari Dokter : Dr. Hakimi, Sp A (K) Cefspan 40 mg x 6 bgks = 320
Resep :2 gram
Tgl. Resep : 5/12 – 2012 Celestamine 1/3 tab x 3 bksg = 2,6 tab
Nama Pasien : Ismail Daffa
Bahan – bahan diatas kemudian digerus
Umur Pasien : 10 Tahun
dan nanti ditambahkan equal secukupnya

R/ Bioticol Syr sampai kita bagi sebanyak 6 bungkus

S4 dd cth 1 det c) Etiket Obat Resep


R/ PTT 170 mg
APOTEK FANARAWAN
Endexon Tab 1 Jln. Cempaka No.51 Jr. Hulu
Valisanbe 0,25 mg APA : Apt. Daffa Khairunisa, M. Farm
SIPA : 150/2232/1427/1-4
SL 9.5
No. Resep : 2 Tgl : 6/3 – 2023
Mf pulv dtd No. XV
Tn. Muhammad Raihan
Sehari Tiga Kali Satu Sendok Teh No. Resep : III
Harus dengan Resep Dokter Tgl. Resep : 2/1 – 2012
Nama Pasien : Muhammad Raihan

APOTEK FANARAWAN
Jln. Cempaka No.51 Jr. Hulu R/ Novalgen FI I
APA : Apt. Daffa Khairunisa, M. Farm S3 dd I cth det
SIPA : 150/2232/1427/1-4
R/ Rhinofed tab 1/3
No. Resep : 2 Tgl : 6/3 – 2023
Cefspan mg 40
Tn. Muhammad Raihan
Celestamine tab 1/3
Sehari Dua Kali Satu Bungkus
Eves 8.5
Harus diulang dengan Resep Dokter
Mf pulu dtd No. VIII
S2 dd I det
R/ Plantasid Susp I
S3 dd ct P.C det

APOTEK FANARAWAN  Resep 4


Jln. Cempaka No.51 Jr. Hulu
APA : Apt. Daffa Khairunisa, M. Farm Tema Resep → Obat yang tersedia hanya
SIPA : 150/2232/1427/1-4 pada resep nomor 2
No. Resep : 2 Tgl : 6/3 – 2023
a) Kajian Administrasi
Tn. Muhammad Raihan
- Alamat Pasien
Sehari Tiga Kali Satu Sendok Teh
- No. SIP dr
Sesudah Makan
b) Perhitungan Dosis
Harus dengan Resep Dokter
Pct 500 mg x 5= 2500 mg

d) Salinan Resep Ctm 4 mg x 5 = 20 mg

APOTEK NASYANI 0,5 x 5 = 2,5 mg


Jln. Banda Aceh - Calang
Apoteker : apt. Nasyani Elisiya, S. Farm c) Etiket
SIPA :
APOTEK FANARAWAN
COPY RESEP Jln. Banda Aceh - Calang
Tgl : 10/5 – 2023 Apoteker : apt. Nasyani Elisiya, S. Farm
Dari Dokter : dr. Titin Nugraheri SP. A
No. Resep : IV Tgl : 9/8 – 2023 Dari Dokter : dr. Titin Nugraheri SP. A
Salsa No. Resep : IV
Sehari Satu Kali Satu Sendok Teh 1 Tgl. Resep : 9- 8 – 2022
Jam Sebelum Makan Nama Pasien : Salsa
Tidak Boleh Diulang tanpa Resep Umur Pasien = 5 Tahun
Dokter
R/ Salbio Syrup FI No I (2mg)
S dd I cth 1 jam ac det
APOTEK FANARAWAN
Jln. Banda Aceh - Calang R/ PCT 500 mg V
Apoteker : apt. Nasyani Elisiya, S. Farm CLM 4 mg V
PXM 0,5 VIII
No. Resep : IV Tgl : 9/8 – 2023
Ambucol III
Salsa
Mf pulu dtd No. V
Sehari Satu Kali Satu Bungkus
S 3 dd I det 3
Tidak Boleh Diulang tanpa Resep
R/ Throphyllit Syrp II No. 1
Dokter
S1 dd cth det

 Resep 5
APOTEK FANARAWAN
Jln. Banda Aceh - Calang
Tema Resep : Obat Mengandung
Apoteker : apt. Nasyani Elisiya, S. Farm
Narkotika & Psikotropika
No. Resep : IV Tgl : 9/8 – 2023
Soal
Salsa
Sehari 2 Kali ½ Sendok Teh a) KajianAdministrasi Resep 5

Tidak Boleh Diulang tanpa Resep Usul : - No. SIP Dokter


Dokter
b) Perhitungan dosis Resep 5
d) Salinan Resep 4
- Salbutamol tab 1/12 =
APOTEK NASYANI 12 tab
Jln. Banda Aceh - Calang
Apoteker : apt. Nasyani Elisiya, S. Farm - Eufilin tab 1/3 x 12
SIPA : = 4 tab
COPY RESEP - Codeim tab ½ x 12
Tgl : 9/8 – 2023 = 6 tab
- Aseton tab tab 2/1 Tn. H. Danis
x 12 tab Sehari 2 Kali satu Kapsul
- Dexametason tab ½ x 12 Harus dengan Resep Dokter
= 6 tab
- Ciprohexidin tab tab ½ x
APOTEK FANARAWAN
12 = 6 tab Jln. Cempaka No. 51 Jr. Hulu
APA : apt. Daffa Khairunnisa, M. Farm
Obat dicampurkan dan dibuat sebanyak SIPA : 150/2232/1427/1-4
12 kapsul No. Resep : 5 Tgl : 6/3 – 2023

c) Etiket Obat resep 5 Tn. H. Danis


Sehari sekali satu tablet
APOTEK FANARAWAN
Harus dengan Resep Dokter
Jln. Cempaka No. 51 Jr. Hulu
APA : Apt. Daffa Khairunnisa, M. Farm
SIPA : 150/2232/1427/1-4
No. Resep : 5 Tgl : 6/3 – 2023 APOTEK NASYANI
Jln. Cempaka No. 51 Jr. Hulu
Tn. H. Danis APA : apt. Daffa Khairunnisa, M. Farm
Sehari 3 Kali satu tablet SIPA : 150/2232/1427/1-4

Harus dengan Resep Dokter COPY RESEP


Tgl : 6/3 – 2023
Dari Dokter : Rahma Indah P.
APOTEK FANARAWAN
No. Resep :5
Jln. Cempaka No. 51 Jr. Hulu
APA : Apt. Daffa Khairunnisa, M. Farm Tgl. Resep : 12 Oktober 2011
SIPA : 150/2232/1427/1-4
Nama Pasien : Tn. H. Danis
No. Resep : 5 Tgl : 6/3 – 2023
Umur Pasien : 79 Tahun
Tn. H. Danis
Alamat Pasien : Kp. Kebun Jeruk
Sehari 3 Kali satu tablet
Jika diperlukan/jika sakit R/ Cifrofloxacin 500 mg No. XV
Harus dengan Resep Dokter S3 dd 1 det
R/ Sanmol 500 mg X

APOTEK FANARAWAN S3 dd 1 p.r.n det


Jln. Cempaka No. 51 Jr. Hulu Salbutamol Tab 1
APA : apt. Daffa Khairunnisa, M. Farm
SIPA : 150/2232/1427/1-4 Ambucol III

No. Resep : 5 Tgl : 6/3 – 2023 Mf pulu dtd No. V


S 3 dd I det 3
R/ Throphyllit Syrp II No. 1
S1 dd cth det

d) Salinan Obat Resep 5


APOTEK NASYANI
Jln. Banda Aceh - Calang
Apoteker : apt. Nasyani Elisiya, S. Farm
SIPA :
COPY RESEP
Tgl : 9/8 – 2023
Dari Dokter : dr. Titin Nugraheri SP. A
No. Resep : IV
Tgl. Resep : 9- 8 – 2022
Nama Pasien : Salsa
Umur Pasien = 5 Tahun

R/ Salbio Syrup FI No I (2mg)


S dd I cth 1 jam ac det
R/ Salbutamol tab 1
Eufilin tab 1/3
Codein tab 1/2
Asetosal Tab 1
Dexametason tab ½
Ciprohexidin tab ½
Mf 1 Caps dtd No. XII
S 3 dd 1 Caps det 3
R/ Tensivaneti 5 mg No. X
S1 dd 1 det

3.2. Pembahasan
Dalam pengkajian resep secara administrasi, peran apoteker sangatlah penting.
Apoteker bertanggung jawab untuk memverifikasi resep, memeriksa kesesuaian obat
dengan kondisi medis pasien, dan memberikan informasi yang jelas dan lengkap tentang
penggunaan obat kepada pasien. Selain itu, apoteker juga dapat memberikan saran atau
alternatif obat jika diperlukan, serta melakukan intervensi jika terdapat masalah dalam
resep yang dapat membahayakan pasien.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan

1. Resep yang baik harus menyediakan informasi yang jelas dan lengkap tentang jenis obat
yang akan diberikan kepada pasien. Informasi ini memungkinkan ahli farmasi untuk
memahami dengan baik obat yang harus disiapkan dan disediakan sesuai dengan
kebutuhan pasien.

2. Ahli farmasi memiliki peran yang sangat penting dalam pelayanan resep obat. Mereka
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa resep diisi dengan benar, mengidentifikasi
interaksi obat yang mungkin terjadi, memberikan informasi yang tepat kepada pasien
tentang penggunaan dan efek samping obat, serta memberikan saran atau konseling yang
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Megawati, F., & Santoso, P. (2017). Pengkajian Resep Secara Administratif Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 35 Tahun 2014 Pada Resep Dokter Spesialis
Kandungan di Apotek Sthira Dhipa. Jurnal Ilmiah Medicamento, 3(1).
Putri, P. R. J. (2020). Observasi pengkajian resep secara administratif pada apotek x di
kabupaten badung. Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences
(IJLFS), 10(1), 38.
PERCOBAAN I
PULVIS/SERBUK
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pulvis adalah istilah dalam farmasi yang merujuk kepada sediaan obat dalam
bentuk serbuk atau bubuk(Fatimah,2021). Sediaan pulvis banyak digunakan dalam industri
farmasi untuk berbagai keperluan, seperti penggunaan oral (diminum), topikal (digunakan
pada permukaan kulit), atau inhalasi (dimasukkan melalui saluran pernapasan). Sediaan
pulvis memiliki beberapa keuntungan dalam penggunaannya. Pertama, bentuk serbuk
memungkinkan dosis yang lebih tepat dan presisi. Hal ini memungkinkan tenaga medis
atau pasien untuk dengan mudah mengukur jumlah yang diinginkan sesuai dengan
instruksi dokter. Selain itu, pulvis dapat dilarutkan dalam cairan atau digunakan dalam
kapsul, yang memungkinkan fleksibilitas dalam pemakaian dan penggunaannya. Serbuk
adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian oral

atau untuk pemakaian luar(Rahayau & Chaniago, 2019).

Selain itu, pulvis juga dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas obat. Dalam
beberapa kasus, obat tertentu dapat menjadi tidak stabil ketika dalam bentuk padat atau
cair, tetapi dalam bentuk serbuk, mereka dapat tetap stabil dan memiliki umur simpan yang
lebih lama. Oleh karena itu, pulvis sering digunakan untuk obat-obatan yang mudah rusak
atau memiliki kestabilan yang buruk. Pada umumnya, sediaan pulvis terdiri dari bahan
aktif (obat) yang dihaluskan menjadi serbuk, sering kali dikombinasikan dengan bahan
tambahan seperti pengisi, pengikat, penstabil, atau perasa untuk meningkatkan sifat fisik
dan stabilitasnya. Bahan-bahan ini dihaluskan dan dikombinasikan dengan metode yang
sesuai, seperti penggilingan, pengayakan, atau pencampuran.

1.2 Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengenalkan jenis resep serbuk (pulvis dan
pulveres) dan melatih praktikan mengkaji resep serta membuat sediaannya kedalam bentuk
yang sesuai.

1.3 Dasar Teori


Pulvis atau serbuk dalam farmasi adalah salah satu bentuk sediaan obat yang
banyak digunakan dalam industri farmasi. Serbuk dapat dibuat dari bahan aktif tunggal
atau kombinasi beberapa bahan aktif yang telah dihaluskan menjadi partikel-partikel kecil.
Pulveres adalah sediaan serbuk terbagi dalam bobot dan dosis yang sama. Pembuatan pulveres
sering terjadi variasi dalam bobot dan kehomogenan yang berpengaruh pada ketepatan dosis
(Warnida & Sukawati, 2018). Berikut ini adalah beberapa pembahasan yang lebih rinci
mengenai pulvis dalam farmasi:

1. Formulasi: Proses formulasi pulvis melibatkan pemilihan bahan aktif yang tepat dan
penggunaan bahan tambahan seperti pengisi, pengikat, penstabil, atau perasa. Tujuannya
adalah untuk mencapai karakteristik fisik dan stabilitas yang diinginkan, serta memberikan
kemudahan dalam administrasi dan penggunaan obat. Bahan tambahan ini dapat
mempengaruhi kelarutan, kestabilan, dan aliran serbuk.

2. Keuntungan: Pulvis memiliki beberapa keuntungan dalam industri farmasi. Pertama,


pulvis memungkinkan dosis yang lebih tepat dan presisi, sehingga memudahkan dalam
mengatur dosis obat yang dibutuhkan. Selain itu, pulvis dapat digunakan dalam berbagai
cara seperti diminum, diencerkan, diinhalasi, atau digunakan topikal pada kulit.
Fleksibilitas penggunaan ini membuat pulvis menjadi pilihan yang nyaman bagi pasien.

3. Stabilitas: Bentuk serbuk dapat meningkatkan stabilitas obat dalam beberapa kasus.
Beberapa bahan obat dapat menjadi tidak stabil dalam bentuk padat atau cair, tetapi ketika
diubah menjadi serbuk, mereka dapat tetap stabil dan memiliki umur simpan yang lebih
lama. Oleh karena itu, serbuk sering digunakan untuk obat-obatan yang mudah rusak atau
memiliki kestabilan yang buruk.

4. Administrasi: Pulvis dapat diberikan kepada pasien dalam berbagai cara, tergantung
pada sifat obat dan kebutuhan pasien. Beberapa serbuk dapat diminum langsung,
diencerkan dalam cairan, atau dimasukkan ke dalam kapsul. Pulvis juga dapat digunakan
pada kulit sebagai sediaan topikal, atau diinhalasi melalui saluran pernapasan. Administrasi
yang fleksibel ini memberikan kemudahan dalam penggunaan dan kenyamanan bagi
pasien.

5. Penyimpanan dan stabilitas: Serbuk cenderung memiliki stabilitas yang lebih baik
daripada sediaan cair atau padat lainnya. Dalam bentuk serbuk, obat dapat dijaga dari
pengaruh cahaya, oksigen, atau kelembapan yang dapat merusak kestabilan obat. Selain
itu, serbuk juga dapat disimpan dalam wadah yang rapat, menjaga kebersihan dan
mencegah kontaminasi.

6. Kelebihan dan kekurangan: Meskipun pulvis memiliki banyak keuntungan, ada juga
beberapa kelemahan yang perlu dipertimbangkan. Salah satu kelemahan adalah masalah
kelarutan, di mana beberapa serbuk sulit larut dalam air atau cairan lainnya. Selain itu,
serbuk juga dapat menyebabkan iritasi jika digunakan secara topikal pada kulit sensitif.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


3.3. Hasil Pengamatan

No. 6 Tgl 19 – 3 - 2023 G/O DM Keterangan

R
GG 0,65 gr s.u.e. : signa usus externus
Metyl Morfin 0,65 gr arti : untk pemakaian luar (obat luar)
Efedrin HCl 0,65 gr Amylum Orizae : pati beras

I. Kelengkapan Resep
 Usul : -
 Prinsip
- Zinc Oxyd : ayak terlebh dahulu
- Acid Salicyl : tetesi 1-2 tetes eter
IV. Penimbangan Bahan
 Kegunaan
 Acid Salicyl : 0,4 gr (400 mg)
- Acid Salicyl : meredakan
 Zinc Oxyd : 2,2 gr (2.200 mg)
peradangan pada kulit saat jerawat
muncul  Amylum Orizae = 5,5 gr (5.500
- Zinc Oxyd : mencegah terjadinya mg)
nruam pada kulit  Menthol : 0,16 gr (160 mg)
- Menthol : mendinginkan  Talkum : 13,74 gr (13.740 mg)

II. Komposisi V. Prosedur Kerja


III. Perhitungan Bahan 1. Siapkan alat dan bahan yaitu
lumpang, ayakan No., lalu bahan obat
2% 2. Ayak talkum terlebih dahulu lalu
 Acid Salicyl = x 20 = 0,4 gr timbang jadikan bahan I
100
(400gr) 3. Timbang bahan yaitu Zinc Oxyd,
 Zinc Oxyd = 2 x 1,1 = 2,2 gr (2.200 Amylum Orizae Menthol dan Talkum
mg) 4. Timbang Acid Salicyl lalu masukkan
 Amylum Orizae = 5 x 1,1 = 5,5 gr ke dalam lumpang tetesi dengan eter
(5500 mg) sebanyak 1-2 tetes
0,8 5. Lalu tambahkan bahan I secara ana
 Menthol = x 20 = 0,16 gr (160 gerus ad homogen lalu tambahkan
100
mg) Ainx Oxyd dan Amilum Orizae
 Talkum ad 20 = 20 x 1,1 = 22 secara ad homogen
= 22 gr – (0,4 + 2,2 + 6. Lalu masukkan mentol dan talkum
5,5 + 0,16) gerus ad homogen, ayam semuanya
= 22 gr – 8,26 gr lalu di masukkan ke dalam wadah lalu
= 13,74 gr timbang hingga 20 gr
7. Beri etiket biru lalu tulis aturan pakai
VI. Etiket
No. 6 Tgl 14-3-2023
Anita
Serbuk Tabur
Untuk Pemakaian Luar
Obat Luar
No. 7 Tgl 14 – 3 - 2023 G/O DM Keterangan

R
Paracetamol ½ tab 60-300 mg O : Opium
Codein HCl 45 mg 40 mg/hr Codein HCl menjadi 25 mg
CTM ½ tab O
SL 45 G
m.f.Pulv.dtd No. IX
s.t.dd.Pulv.I

I Kelengkapan Resep Hasil sisa dibungkus


 Usul : Penurunan dosis codein
menjadi 25 mg
 Prinsip
 Kegunaan
- Paracetamol : anti piretik
- Codein : dapat meredakan nyeri IV Penimbangan Bahan
- CTM : antihistamin  Paracetamol : 4 tab + 350 mg
- SL : bahan tambahan  Codein HCl : 405 mg
 CTM : 4 tab + 2,5 mg
 SL : as
II Komposisi
III Perhitungan Bahan
V Prosedur Kerja
 Paracetamol : ½ tab x 9 bks = 4,5 tab - Siapkan alat dan bahan
 Codein HCl : 25 mg x 9 bks = 225 - Ambil 5 tab Pct kaky sisihkan 4 tab
mg kemudian 1 tab sisanya dilakukan
 CTM : ½ tab x 9 bks = 4,5 tab penipisan tab sesuai prosedur lalu
 SL as bungkus sisa penipisan
- Penipisan 4,5 tab pct - Ambil 5 tab CTM lalu sisihkan 4 tab
x.pct 4,5 tab → 4 tab (sisihkan) kemudian 1 tab sisanya lakukan
→ 1 tab penipisan sesuai prosedur lalu
(penipisan) bungkus sisa penipisan
Ambil pct 1 tab - Masukan codein ke dalam lumpang
Timbang berat 1 tab pct : 565 gerus ad harus tambahkan pct tab
Timbang Sl : 135 gerus ad homogen
Total berat : 700 mg - Tambahkan ctm gerus ad homogen
- Lalu bungkus obat menjadi 9 bungkus
Hasil penipisan tab : 0,5 tab x 700 mg =
- Dibungkus di kertas perkamen lalu
350 mg
masukkan ke plastik atau wadah
Sisa penipisan tab : 700 mg – 350 mg – - Beri penandaan (etiket)
350 mg
VI Etiket
Note : hasil penipisan di sisihkan
No. 7 Tgl 14-3-2023
Vania
Tiga kali sehari satu bungkus
Harus dengan resep dokter
- Penipisan tab CTM 4,5 tab
 CTM 4,5 tab = 4 tab
(sisihkan)
= 1 tab
(penipisan
0,5 tab)
Ambil CTM 1 tab
Timbang berat CTM 1 tab = 5 mg
Timbang SL = 45 mg
Total berat = 50 mg
Hasil penipisan tab = 0,5 tab x 50 mg =
25 mg
Sisa penipisan tab = 50 mg – 25 mg = 25
mg
Note : hasil penipisan di sisihkan
Sisa penipisan dibungkus
IV. Perhitungan TM
Codein HCl = 60 – 300 mg
10
- TM sekali = x 60 mg = 30 mg
20
10
- TM sehari = x 300 mg = 150 mg
20
- TP sekali = 25 mg
- TP sehari = 25 mg x 3 bks = 75
25 mg
- % sekali = x 100% = 83%
30 mg
75 mg
- % sehari = x 100 % = 50 %
150 mg
CTM = 40 mg/hr
10
- TM sehari = x 40 mg = 20 mg
20
- TP sekali = ½ tab (2mg)
- TP sehari = ½ tab x 3 bks = 1,5 tab
(6 mg)
6 mg
- % sehari = x 100% = 30%
20 mg
3.4. Pembahasan
Kelengkapan serbuk farmasi mencakup beberapa aspek utama yang harus
diperhatikan. Pertama, kualitas bahan baku sangat penting. Serbuk farmasi harus dibuat
dari bahan baku yang berkualitas tinggi dan sesuai dengan standar farmakope. Bahan baku
tersebut harus memiliki kemurnian yang tinggi, bebas dari kontaminasi, dan memenuhi
persyaratan farmasi yang ditetapkan. Selain itu, karakteristik fisik serbuk juga harus
dipertimbangkan. Serbuk farmasi harus memiliki ukuran partikel yang tepat, distribusi
ukuran partikel yang seragam, dan kemampuan untuk mengalir secara bebas. Hal ini
penting karena karakteristik fisik serbuk dapat mempengaruhi proses manufaktur dan
stabilitas sediaan farmasi yang dihasilkan. Selain itu, serbuk farmasi juga harus memiliki
stabilitas kimia yang baik agar dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama tanpa
mengalami degradasi atau perubahan yang dapat mempengaruhi efektivitasnya.
Kelengkapan serbuk farmasi juga melibatkan pemilihan bahan tambahan yang sesuai,
seperti agen pengikat, pelumas, dan penghancur, yang dapat membantu dalam proses
pembuatan tablet atau kapsul. Terakhir, proses produksi serbuk farmasi juga harus
memenuhi standar GMP (Good Manufacturing Practice) untuk memastikan bahwa serbuk
tersebut diproduksi dengan prosedur yang benar, kebersihan yang baik, dan pemantauan
yang ketat. Dengan memperhatikan semua aspek ini, kelengkapan serbuk farmasi dapat
dipastikan sehingga sediaan farmasi yang dihasilkan aman, efektif, dan sesuai dengan
standar farmasi yang berlaku.
BAB IV PENUTUP
4.2 Kesimpulan

Kelengkapan serbuk farmasi merupakan hal yang penting dalam memastikan


keamanan, efektivitas, dan kepatuhan terhadap standar farmasi yang ketat. Kualitas bahan
baku, karakteristik fisik serbuk, stabilitas kimia, pemilihan bahan tambahan, dan proses
produksi yang memenuhi standar GMP adalah beberapa faktor yang harus diperhatikan
dalam kelengkapan serbuk farmasi. Dengan memperhatikan semua aspek ini, serbuk
farmasi dapat diproduksi dengan kualitas yang baik dan dapat digunakan dalam pembuatan
tablet, kapsul, atau campuran topikal yang aman dan efektif bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
.

Fatimah, R. 2021. Kumpulan Resep dan Perhitungan Farmasi. Bogor : GUEPEDIA.

Rahayu, P., & Chaniago, Y. (2019). Keseragaman Bobot Resep Racikan Serbuk Bagi
(Pulveres) Di Apotek Kota Bandar Lampung Tahun 2017. Jurnal Analis
Kesehatan, 8(1), 13-16.

Warnida, H., & Sukawaty, Y. (2018). Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Pulveres Pada
Puskesmas di Kota Balikpapan. Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(1), 36-43.
PERCOBAAN III
CAPSULAE
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Capsulae (kapsul) adalah salah satu bentuk sediaan obat yang digunakan dalam
industri farmasi. Kapsul terdiri dari sebuah cangkang keras atau lunak yang mengandung
bahan obat dalam bentuk serbuk, granul, atau cairan. Kapsul digunakan untuk mengemas
dan melindungi bahan obat serta memudahkan penggunaan dan administrasi obat kepada
pasien.

1.2 Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengenalkan jenis resep kapsul dan melatih
praktikan mengkaji resep serta membuat sediaannya kedalam bentuk yang sesuai.

1.3 Dasar Teori


Capsulae, atau yang lebih dikenal dengan kapsul, adalah salah satu bentuk sediaan
farmasi yang umum digunakan dalam pengobatan manusia(Andriani, 2014). Kapsul terdiri
dari dua bagian yang terpisah dan dapat diisi dengan bahan aktif obat atau kombinasi
bahan aktif, zat pengisi, dan bahan tambahan lainnya. Kapsul biasanya terbuat dari bahan
gelatin atau polimer yang dapat larut dalam air, sehingga kapsul dapat larut di dalam tubuh
setelah diminum. Kapsul adalah bentuk sediaan farmasi padat yang berisi obat dan
memiliki cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Biasanya, cangkang kapsul terbuat
dari bahan gelatin atau pati(Febriana dkk., 2021).

Penggunaan kapsul dalam industri farmasi memiliki beberapa keuntungan.


Pertama, kapsul dapat menyediakan cara yang mudah dan praktis dalam mengonsumsi
obat. Kapsul biasanya lebih mudah ditelan dibandingkan tablet yang keras, sehingga dapat
digunakan oleh pasien dengan kesulitan menelan atau anak-anak. Selain itu, kapsul juga
dapat memfasilitasi penggunaan kombinasi obat dalam satu dosis, jika bahan aktif yang
berbeda perlu dikombinasikan.

.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
No. 9 Tgl 21 – 3 - 2023 G/O TM Keterangan

R
GG 0,65 gr 20-50 mg
Metyl Morfin 0,65 gr O 50-150 mg
Efedrin HCl 0,65 gr

I.
II. Kelengkapan Resep
 Usul :
VI. Penimbangan Bahan
- Alamat Pasien
 GG = 650 mg
- Penambahan SL
 Morfin = 250 mg
 Prinsip
 Efedrine = 250 mg
 Kegunaan
- GG : Dapat mengencerkan dahak
- Methyl Morfin : dapat meredakan
rasa nyeri pada tubuh yang sakit VII. Prosedur Kerja
- Efedrine : mengatasi gangguan
saluran nafas
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang GG sebanyak 650 mg
III. Komposisi 3. Lalu timbang Methyl Morfin
IV. Perhitungan Bahan sebanyak 250 mg
4. Lalu timbang Efedrin sebanyak
250 mg
 GG 0,65 gr/650 mg
5. Masukkan Morfin ke dalam
 Morfin 0,25 gr/250 mg
lumpang lalu tambahkan Efedrine
 Efedrine 0,25 gr/250 mg
secara and gerus ad homogen
 SL = 1500 mg – (650 + 250 + 6. Tambahkan GG secara ana gerus
250) ad homogen
= 1500 mg – 1.150 mg 7. Bagi menjadi 15 perkamern lalu
= 350 mg masukkan ke dalam kapsul
8. Masukkan ke dalam wadah beri
V. Perhitungan TM etiket putih
TM Methyl Morfin 20-50 gr VIII. Etiket
- TM sekali = 20 mg
- TM sehari = 50 mg
- TP sekali = 16,6 mg
- TP sehari = 16,6 x 3
= 49,9 mg
16,6 mg
- % sekali = x 100 %
20 mg
= 83 %
No. 9 Tgl 21-2-2023
Tn. Irwan
Tiga kali sehari satu kapsul
Harus dengan resep Dokter
TM efedrine 50-150 ng
- Tm sekali = 50 mg
- Tm sehari = 150 mg
- TAPI sekali = 16,6 mg
- TAPI sehari = 49,9 mg
16,6 mg
- % sekali = x 100 % - 33,2 %
50 mg
49,9 gram
- % sehari = x 100 % - 33,2 %
150 mg
Penambahan SL
SL = 1500 – C
No. 10 Tgl 4 – 4 - 2023 G/O DM Keterangan

R
Paracetamol 40 g 40 mg/hr p.r.n : Prorenata
Codein HCl 12 mg max 3x sehari
CTM 12 mg
Vit C 250 mg dosis PCT diturunkan agar tidak
m.f.Pulv.dtd No. X overdosis karena untuk anak 5
s.t.dd.Pulv.I tahun
Pro. Delisa (5 thn)

I Kelengkapan Resep CTM 40 mg/hari


 Usul : Penurunan dosis PCT dari
n
40 g menjadi 1 g - TM sehari = x TM sehari
n+12
 Kegunaan
- Paracetamol : (antipiretik, 5
= x 40 mg
menurunkan panas demam 5+12
- CTM : (antinistamin) meredakan 5
alergi = x 40 mg = 11,7
17
- Vit C : meningkatkan kekebalan
tubuh -TP sekali = 1,2 mg
 Prinsip -TP sehari = 1,2 mg x 3 = 3,6
3,6 mg
- % Sehari = x 100 % =
11,7 mg
II Komposisi 30,7 %
III Perhitungan Bahan V Penimbangan Bahan
 Paracetamol : 1g/ 1000 mg
 Paracetamol : 1000 mg/1 g  CTM : 0,012g/12 mg
 CTM : 12 mg/ 0,012 g  Vit C. : 0,25 g/250 mg
 Vit C : 250 mg/0,25 g

VI Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan obat
2. Masukkan CTM ke dalam lumpang
gerus ad halus jadikan MI
IV Perhitungan TM
3. Masukkan vit. C dalam lumpang 5. Bagu menjadi 2 lalu bungkus menjadi
gerus tambahkan PCT gerus ad 10 (perkamen)
homogen + kan SL 6. Beri penandaan etiket putih
4. Tambahkan MI secara ana gerus ad
homogen VII Etiket
No. 10 Tgl 4-4-2023
Delisa
Bila perlu satu bungkus
Harus dengan resep dokter
Bahan Obat Go Dos TM Khasiat Penambahan SL
l is
Ob Laz SL : 1500 – (1000 + 12 mg + 250)
at im : 1500 – 1.262
Acetaminop B 1x - Antipire
hen = tik : 238 mg
50-
Dosis lazim sebelum penurunan
500
mg 5
1h DL sekali = x 50 = 14,7 mg
5+12
=
200 5
DL sekali = x 500 = 147 mg
– 5+12
500
mg 40.000
DP sehari = = 400 mg
CTM ( B 1x 40 Antihist 10
Chlorphenir = 2- mg/ amin DP sehari = 400 x 3 = 1.200
amine 4 hr
maleas) mg 400
% sekali = x 100 % = 2.721
1h 14,7
= 6-
16 1.200
% sehari = x 100 % = 816
mg 142
Vit. C - - - Daya %
Tahan

Perhitungan dosis lazim PCT


5
DL sekali = x 50 mg = 14,7
5+12
mg
5
DL sehari = x 500 mg = 147
5+12
mg
1000 mg
DP sekali = = 100 mg
10
DP sehari = 100 mg x 3 = 300 mg
100 mg
% sekali = x 100 % = 680
14,7 mg
%
300 mg
% sehari = x 100 % = 204
197 mg
%
3.2. Pembahasan
Selain keuntungan penggunaan, pembuatan kapsul juga melibatkan beberapa
pertimbangan. Pertama, kelengkapan kapsul menjadi hal penting untuk memastikan
kualitas dan konsistensi produk. Kapsul harus diproduksi dengan ketelitian yang tinggi
untuk memastikan bahwa jumlah bahan aktif di dalam setiap kapsul sesuai dengan dosis
yang diinginkan. Selain itu, proses pengisian kapsul harus memperhatikan distribusi bahan
aktif yang merata di seluruh kapsul, agar setiap dosis memberikan efek yang konsisten.

Selanjutnya, komposisi bahan kapsul juga harus dipertimbangkan. Kapsul dapat


terbuat dari bahan gelatin yang berasal dari sumber hewan atau polimer yang tidak
mengandung bahan hewani, seperti vegetarian atau vegan capsules. Pemilihan bahan
kapsul harus memperhatikan kebutuhan pasien, preferensi diet, dan pertimbangan etika.

Kapsul sebagai sediaan farmasi harus memenuhi persyaratan kualitas, keamanan,


dan stabilitas. Proses produksi kapsul harus mematuhi standar GMP (Good Manufacturing
Practice) untuk memastikan kesesuaian dan kebersihan produksi. Kapsul juga harus
menjaga stabilitas obat di dalamnya, sehingga obat tetap efektif dan tidak mengalami
perubahan yang merugikan selama umur simpan.
BAB IV PENUTUP
4.3 Kesimpulan

Kepsul merupakan bentuk sediaan farmasi yang umum digunakan yang


mengandung obat di dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Kapsul
memungkinkan pemberian obat yang mudah dan praktis, terutama bagi pasien dengan
kesulitan menelan atau anak-anak. Pilihan bahan cangkang kapsul, seperti gelatin atau pati,
mempertimbangkan kebutuhan pasien, preferensi diet, dan pertimbangan etika. Proses
produksi kapsul harus memenuhi standar kualitas, keamanan, dan stabilitas untuk
memastikan efektivitas obat yang terkandung di dalamnya. Kapsul merupakan alternatif
yang populer untuk memberikan obat dengan cara yang nyaman dan terkontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, D., Wijaya, I. N., & Utami, W. (2014). Profil peresepan sediaan kapsul racikan
di apotek “X” di Surabaya. Jurnal Farmasi Komunitas, 1(2), 41-44.

Febriana, L. G., PH, N. A. S. S., Fitriani, A. N., & Putriana, N. A. (2021). Potensi Gelatin
dari Tulang Ikan sebagai Alternatif Cangkang Kapsul Berbahan Halal:
Karakteristik dan Pra Formulasi. Majalah Farmasetika, 6(3), 223-233.
PERCOBAAN IV
SEDIAAN SETENGAH PADAT
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sediaan setengah padat dalam farmasi telah menjadi pilihan yang penting dalam
pengembangan formulasi obat. Mereka menggabungkan beberapa keuntungan dari sediaan
padat dan cair, sehingga menawarkan solusi yang lebih fleksibel dan efektif dalam
pengobatan. Salah satu keuntungan utama dari sediaan setengah padat adalah stabilitas
fisik dan kimia yang lebih baik dibandingkan dengan sediaan cair. Bahan aktif obat
terdispersi dalam matriks padat atau semi-padat, seperti gel atau krim, yang memberikan
perlindungan terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat merusak stabilitas obat, seperti
oksigen, cahaya, atau kelembapan. Hal ini memungkinkan sediaan setengah padat
memiliki umur simpan yang lebih panjang daripada sediaan cair.

Sediaan setengah padat juga memungkinkan pengaturan dosis yang lebih akurat.
Dalam formulasi sediaan setengah padat, bahan aktif obat dapat diukur dan diatur dengan
lebih tepat dibandingkan dengan sediaan cair. Hal ini penting dalam memberikan dosis
yang konsisten dan sesuai dengan kebutuhan pasien. Sediaan setengah padat juga
memberikan manfaat dalam hal penggunaan dan administrasi obat. Matriks padat atau
semi-padat yang digunakan dalam sediaan ini memberikan konsistensi yang baik, sehingga
memudahkan dalam pengaplikasian dan penyebaran obat pada area pengobatan. Misalnya,
dalam sediaan topikal seperti salep atau gel, sediaan setengah padat dapat menempel pada
kulit dengan baik dan memungkinkan penyerapan obat yang efektif.

1.2 Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengenalkan jenis resep setangah padat salep, pasta,
krim, dan gell dan melatih praktikan mengkaji resep serta membuat sediaannya kedalam
bentuk yang sesuai.

1.3 Dasar Teori


Sediaan setengah padat adalah salah satu bentuk sediaan farmasi yang memiliki
karakteristik antara sediaan padat dan cair. Sediaan ini umumnya memiliki tekstur yang
semi-padat atau setengah cair. Beberapa contoh sediaan setengah padat meliputi krim, gel,
salep, pasta, dan suppositoria. Keuntungan utama dari sediaan setengah padat adalah
kemampuan untuk menggabungkan bahan aktif dengan bahan dasar yang lebih mudah
dioleskan atau diserap oleh kulit atau selaput lendir.
Salep adalah bentuk sediaan farmasi setengah padat yang dirancang untuk
digunakan secara topikal pada kulit atau selaput lendir (Novita dkk., 2017). Krim adalah
bentuk sediaan farmasi setengah padat yang berbentuk emulsi dan memiliki kandungan air
tidak kurang dari 60%. Krim ini dirancang untuk digunakan secara topikal pada permukaan
luar tubuh(Juwita dkk., 2013).
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
No. 10 Tgl 4 – 4 - 2023 G/O DM Keterangan

R
Paracetamol 40 g 40 mg/hr p.r.n : Prorenata
Codein HCl 12 mg max 3x sehari
CTM 12 mg
Vit C 250 mg dosis PCT diturunkan agar tidak
m.f.Pulv.dtd No. X overdosis karena untuk anak 5
s.t.dd.Pulv.I tahun
Pro. Delisa (5 thn)

VIII Kelengkapan Resep - TP sekali = 1,2 mg


 Usul : Penurunan dosis PCT dari - TP sehari = 1,2 mg x 3 = 3,6
40 g menjadi 1 g 3,6 mg
- % Sehari = x 100 % =
 Kegunaan 11,7 mg
- Paracetamol : (antipiretik, 30,7 %
menurunkan panas demam XII Penimbangan Bahan
- CTM : (antinistamin) meredakan  Paracetamol : 1g/ 1000 mg
alergi  CTM : 0,012g/12 mg
- Vit C : meningkatkan kekebalan  Vit C. : 0,25 g/250 mg
tubuh
 Prinsip
XIII Prosedur Kerja
7. Siapkan alat dan bahan obat
IX Komposisi 8. Masukkan CTM ke dalam lumpang
X Perhitungan Bahan gerus ad halus jadikan MI
9. Masukkan vit. C dalam lumpang
 Paracetamol : 1000 mg/1 g gerus tambahkan PCT gerus ad
 CTM : 12 mg/ 0,012 g homogen + kan SL
 Vit C : 250 mg/0,25 g 10. Tambahkan MI secara ana gerus ad
homogen
11. Bagu menjadi 2 lalu bungkus menjadi
10 (perkamen)
12. Beri penandaan etiket putih

XI Perhitungan TM XIV Etiket


CTM 40 mg/hari
n
- TM sehari = x TM sehari
n+12
5
= x 40 mg
5+12
5
= x 40 mg = 11,7
17
No. 10 Tgl 4-4-2023
Delisa
Bila perlu satu bungkus
Harus dengan resep dokter
Bahan Obat Gol Dosis Lazim TM Khasiat
Obat
Acetaminophen B 1x = 50-500 mg - Antipiretik
1h = 200 – 500
mg
CTM ( Chlorpheniramine B 1x = 2-4 mg 40 mg/hr Antihistamin
maleas) 1 h = 6-16 mg

Vit. C - - - Daya Tahan

Perhitungan dosis lazim PCT


5
DL sekali = x 50 mg = 14,7 mg
5+12
5
DL sehari = x 500 mg = 147 mg
5+12
1000 mg
DP sekali = = 100 mg
10
DP sehari = 100 mg x 3 = 300 mg
100 mg
% sekali = x 100 % = 680 %
14,7 mg
300 mg
% sehari = x 100 % = 204 %
197 mg

Penambahan SL
SL : 1500 – (1000 + 12 mg + 250)
: 1500 – 1.262
: 238 mg
Dosis lazim sebelum penurunan
5
DL sekali = x 50 = 14,7 mg
5+12
5
DL sekali = x 500 = 147 mg
5+12
40.000
DP sehari = = 400 mg
10
DP sehari = 400 x 3 = 1.200
400
% sekali = x 100 % = 2.721 Ketik persamaan di sini .sini.
14,7
1.200
sehari = x 100 % = 816 %
142
3.2. Pembahasan
Pembuatan sediaan setengah padat melibatkan penggabungan bahan aktif dengan
bahan pengemulsi, bahan pengental, dan bahan tambahan lainnya. Tujuan utama dari
sediaan setengah padat adalah memberikan efek terapeutik yang diinginkan melalui
aplikasi topikal atau rektal. Tekstur yang setengah padat memungkinkan penggunaan yang
nyaman dan aplikasi yang lebih mudah pada area yang diinginkan. Selain itu, sediaan
setengah padat juga dapat memberikan perlindungan dan penyerapan yang lebih baik bagi
bahan aktif, memungkinkan pengontrolan pelepasan obat yang lebih baik, dan dapat
menunjukkan stabilitas yang lebih tinggi daripada sediaan cair
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Kesimpulan tentang sediaan setengah padat, seperti krim dan salep, adalah sebagai berikut:

1. Krim dan salep adalah sediaan setengah padat yang digunakan secara topikal pada kulit
atau selaput lendir.

2. Krim merupakan bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi dengan kandungan air
tidak kurang dari 60%.

3. Salep merupakan bentuk sediaan setengah padat yang memiliki tekstur lebih kental dan
umumnya mengandung lebih sedikit air daripada krim.

4. Sediaan setengah padat, seperti krim dan salep, memberikan keuntungan dalam
kemudahan penggunaan dan aplikasi pada area yang diinginkan.

5. Krim dan salep dapat memberikan efek terapeutik melalui penyerapan kulit atau selaput
lendir.

6. Krim dan salep juga memberikan perlindungan dan penyerapan yang lebih baik bagi
bahan aktif, serta pengontrolan pelepasan obat yang lebih baik.

7. Dalam proses formulasi sediaan setengah padat, perlu diperhatikan kompatibilitas bahan
aktif dengan bahan pengemulsi dan pengental yang digunakan.

8. Krim dan salep merupakan pilihan yang umum digunakan dalam pengobatan topikal,
terutama untuk perawatan kulit dan kondisi dermatologis tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Juwita, A. P., Yamlean, P. V., & Edy, H. J. (2013). Formulasi krim ekstrak etanol daun
lamun (Syringodium isoetifolium). Pharmacon, 2(2).
Novita, R., Munira, M., & Hayati, R. (2017). Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Etanol
Pliek U Sebagai Antibakteri. AcTion: Aceh Nutrition Journal, 2(2), 103-108.

Anda mungkin juga menyukai