Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

NORMALITAS, MOLARITS, PPM,

DAN PERSENTASE MASSA

DISUSUN OLEH

Kelompok 7

1. Alfinda Kusuma Wardani (1933005)


2. Alisa Zahron (1933007)
3. Dania Octavia Harisa (1933018)
4. Gita Nur Anggraini (1933031)
5. Muhammad Nur Alif (1933048)

DIII KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang


telah memberikan limpahan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa halangan yang
berarti. Dalam penyelesaian makalah dari tugas ini, tidak lepas dari bimbingan
dan arahan serta bantuan dari berbagai pihak. Pembuatan makalah ini untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Lingkungan yang berjudul "
Normalitas, Molaritas, PPM, dan Presentase Massa.

Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat konstruktif, selalu
penyusun harapkan. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Jakarta, 10 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH ......................................………... 1

2. MASALAH PENELITIAN................................................................... 2

3. TUJUAN PENELITIAN …………………………………...………... 2

BAB II PEMBAHASAN

1. NORMALITAS ……………………................................................ 3

2. MOLARITAS ……………………………………………………... 4

3. PARTS PER MILION …………………………………………….. 5

4. PERSEN BERAT …………………………………………………. 7

BAB III PENUTUP

1. SIMPULAN .......................................................................................... 13

2. SARAN ................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pada materi dalam mata kuliah Kimia Lingkungan terdapat mahasiswa


memelajari molaritas, normalitas, ppm, dan persentase massa. Pada makalah ini,
memuat pembahasan dan perhitungan mengenai normalitas, molaritas, ppm, dan
persentase massa.

Normalitas yaitu NORMALITAS (N) menyatakan jumlah mol ekivalen zat


terlarut dalam 1 liter larutan. Normalitas merupakan satuan konsentrasi yang sudah
memperhitungkan kation atau anion yang dikandung sebuah larutan. Secara
sederhana gram ekivalen adalah jumlah gram zat untuk mendapat satu muatan.
Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+. Untuk basa, 1 mol
ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-.

Molaritas yaitu MOLARITAS (M) menyatakan jumlah mol zat terlarut


dalam 1 liter larutan. Dalam ilmu kimia, molaritas (disingkat M) salah satu
ukuran konsentrasi larutan. Molaritas suatu larutan menyatakan jumlah mol suatu
zat per liter larutan. Umumnya konsentrasi larutan berair encer dinyatakan dalam
satuan molar. Selain itu, pada larutan yang tidak begitu encer, volume molar dari
zat itu sendiri merupakan fungsi dari konsentrasi, sehingga hubungan molaritas-
konsentrasi tidaklah linear.

PPM atau “Part per Million” dalam bahasa Indonesiakan akan menjadi
“Bagian per Sejuta Bagian” adalah satuan konsentrasi yang sering dipergunakan
dalam di cabang Kimia Analisa. Satuan ini sering digunakan untuk menunjukkan
kandungan suatu senyawa dalam suatu larutan misalnya kandungan garam
dalam air laut, kandungan polutan dalam sungai, atau biasanya kandungan
yodium dalam garam juga dinyatakan dalam ppm.

1
Persen massa merupakan persentase masing-masing unsur dalam suatu
senyawa kimia. Untuk menemukan persen massa diperlukan massa molar unsur di
dalam senyawa dalam satuan gram/mol, atau massa dalam satuan gram yang
digunakan untuk membuat larutannya. Persen massa dapat dihitung dengan mudah
menggunakan rumus dasar dengan membagi massa unsur (atau zat terlarut) dengan
massa senyawa (atau larutan).

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang menjadi pokok pembahasan penyusun ialah:

1. Apa yang dimaksud dengan Normalitas, Molaritas, PPM, dan Persentase


massa?

2. Bagaimana proses penghitungan Normalitas, Molaritas, PPM, dan


Persentase massa?

3. Bagaimana cara pengolahan data pada normalitas dan molaritas, PPM, dan
Persentase massa?

3. Tujuan

Tujuan penelitian yang penyusun lakukan untuk makalah ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui definisi Normalitas, Molaritas, PPM, dan Persentase


massa

2. Untuk mengetahui proses penghitungan Normalitas, Molaritas, PPM, dan


Persentase massa

3. Untuk mengetahui cara pengolahan data pada normalitas dan molaritas,


PPM, dan Persentase massa

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Normalitas

1.1. Pengertian Normalitas

Normalitas yaitu ukuran yang menunjukkan konsentrasi dengan berat setara


dalam gram per liter larutan. Berat setara itu sendiri adalah ukuran kapasitas reaktif
dari suatu molekul yang terlarut dalam larutan. Dalam reaksi, peran zat terlarut
tersebut adalah akan menentukan normalitas suatu larutan. Normalitas juga dikenal
dengan sebagai satuan konsentrasi larutan yang setara.

Normalitas dapat disingkat dengan huruf “N” yang merupakan salah satu cara
efektif dan berguna dalam proses laboratorium. Secara umum, normalitas hampir
sama dengan molaritas atau “M”. Jika molaritas merupakan satuan konsentrasi yang
mewakili konsentrasi ion terlarut ataupun senyawa terlarut dalam suatu larutan,
normalitas memiliki fungsi yang lebih lengkap dimana normalitas mewakili
konsentrasi molar hanya dari komponen asam atau komponen basa saja.

1.2. Rumus Normalitas

Normalitas dapat dirumuskan sebagai berat setara zat terlarut dalam satu liter
larutan. Normalitas dari suatu larutan dapat dihitung dengan diketahuinya massa
dan volume dari larutan tersebut.

Jumlah ekivalen zat terlarut dapat dihitung dengan cara mengalikannya dengan
ekivalen suatu zat, sedangkan jumlah mol dapat dihitung dari massa zat dibagi
dengan massa molekul relatifnya (Mr) yang dapat diketahui dengan menjumlahkan
massa tiap atom penyusunnya. Maka, normalitas dapat dirumuskan dengan :

3
e merupakan ekivalen dari zat terlarut dalam suatu larutan. Jumlah mol per satuan
volume merupakan definisi dari Molaritas (M) sehingga rumus tersebut dapat
diturunkan lagi menjadi persamaan molaritas.

M adalah molaritas dari larutan dan e adalah ekivalen dari larutan.

1.3. Penggunaan Normalitas

Dalam kimia, terdapat 3 peristiwa reaksi yang membutuhkan perhitungan


menggunakan normalitas larutan, yaitu :

1. Dalam asam basa

Normalitas merupakan ekspresi konsentrasi yang sering digunakan dalam


peristiwa yang melibatkan reaksi asam basa. Hal itu karena pada dasarnya
normalitas menunjukkan keberadaan ion hidronium (H3O+) dan ion hidroksida
(OH–) dalam suatu larutan.

Dalam hal ini, jumlah ekivalen menjadi suatu hal yang sangat penting. Setiap
larutan dapat menghasilkan satu atau lebih jumlah ekivalen dari spesies reaktif
ketika terlarut dan terionisasi dalam air.

2. Dalam reduksi oksidasi

Reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi yang melibatkan perpindahan


elektron (dapat dipelajari lebih lengkap pada reaksi redoks). Dalam reaksi ini, faktor
ekivalen dapat menunjukkan jumlah elektron yang terlibat dalam oksidasi ataupun
reduksi dan digunakan dalam menentukan elektron donor maupun elektron
akseptor. Jumlah ekivalen dari suatu zat terlarut setara dengan jumlah elektron yang
terlibat dalam reaksi redoks.

4
3. Dalam reaksi pengendapan

Pada kimia, kita mengenal istilah pengendapan yang merupakan proses


pembentukan zat padat dalam suatu larutan karena tingkat kejenuhan larutan yang
berlebih. Dengan normalitas, faktor ekivalen dapat menentukan jumlah ion yang
akan mengendap dalam reaksinya. Hal ini sangat berguna dalam menentukan berat
endapan yang seharusnya terbentuk secara teoritis.

2. Molaritas

Molaritas adalah besaran yang menyatakan


jumlah mol zat terlarut dalam tiap satuan
volume larutan. Satuan molaritas adalah molar
(M) yang sama dengan mol/liter. Jika terdapat
n mol senyawa terlarut dalam V liter larutan,
maka rumus molaritas larutan adalah sebagai
berikut.

Keterangan:

M= molaritas larutan (mol/L atau M)

n= jumlah mol zat terlarut (mol)

V= volume larutan (L)

Besaran konsentrasi molaritas, molalitas, normalitas, dan fraksi mol


menggunakan satuan kuantitas zat atau senyawa dalam mol. Mol adalah gram zat
dibagi dengan massa molekul relatif (Mr). Jadi untuk mencari molaritas kita harus
mengetahui jumlah mol (n), maka digunakan rumus n= massa/ Mr

5
Keuntungan menggunakan satuan molar adalah kemudahan perhitungan
dalam stoikiometri, karena konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol (sebanding
dengan jumlah partikel yang sebenarnya). Kerugian dari penggunaan satuan ini
adalah ketidaktepatan dalam pengukuran volum. Selain itu, volum suatu
cairan berubah sesuai temperatur, sehingga molaritas larutan dapat berubah tanpa
menambahkan atau mengurangi zat apapun.

Contoh perhitungan molaritas larutan

Misalkan 0,25 liter larutan urea (CO(NH2)2) dibuat dengan melarutkan 3


gram urea dalam air. Massa molekul relatif urea adalah 60. Molaritas larutan urea
dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.

Jumlah mol urea, n = gram/Mr = 3/60 = 0,05 mol

Molaritas larutan, M = n/V = 0,05/0,25 = 0,2 molar

Jadi molaritas larutan urea tersebut adalah 0,2 molar atau 0,2 mol/liter.

Satuan SI untuk konsentrasi molar adalah mol / m3. Namun, satuan yang
lebih umum untuk molaritas adalah mol / L. Larutan yang mengandung 1 mol zat
terlarut per 1 liter larutan (1 mol / L) disebut “satu Molar” atau 1 M. Satuan mol /
L dapat dikonversi ke mol / m3 dengan menggunakan persamaan berikut:

1 mol / L = 1 mol / dm3 = 1 mol dm-3 = 1 M = 1000 mol / m3

Untuk menghitung molaritas larutan, jumlah mol zat terlarut harus dibagi
dengan volume larutan yang dihasilkan. Jika jumlah zat terlarut diberikan dalam
gram, pertama harus menghitung jumlah mol zat terlarut menggunakan massa
molar zat terlarut, maka menghitung molaritas menggunakan jumlah mol dan
volume larutan.

Contoh Soal Molaritas :

1. Hitunglah konsentrasi larutan yang dibuat dari 12 gram kristal MgSO4 yang
dilarutkan dalam 250 mL air (Mr MgSO4 = 120)!

Penyelesaian :

6
Diketahui :

Massa MgSO4 = 12 gram

Mr MgSO4 = 120

Volume air = 250 mL = 0,25 L

Ditanya :

Molaritas (M)...?

Jawaban :

mol (n) = massa MgSO4/Mr MgSO4

= 12/120

= 0,1 mol

M = n/V

= 0,1 mol / 0,25 L = 0,4 M

Jadi, konsentrasi larutan MgSO4 adalah 0,4 M.

3. PPM ( part per million )

PPM atau “Part per Million” jika dibahasaindonesiakan akan menjadi


“Bagian per Sejuta Bagian” adalah satuan konsentrasi yang sering dipergunakan
dalam di cabang Kimia Analisa. Satuan ini sering digunakan untuk menunjukkan
kandungan suatu senyawa dalam suatu larutan misalnya kandungan garam dalam
air laut, kandungan polutan dalam sungai, atau biasanya kandungan yodium dalam
garam juga dinyatakan dalam ppm.

Seperti halnya namanya yaitu ppm, maka konsentrasinya merupakan


perbandingan antara berapa bagian senyawa dalam satu juta bagian suatu sistem.
Sama halnya denngan “prosentase” yang menunjukan bagian per seratus. Jadi
rumus ppm adalah sebagai berikut;

7
ppm = jumlah bagian spesies / satu juta bagian sistem dimana spesies itu
berada Atau lebih gampangnya ppm adalah satuan konsentrasi yang dinyatakan
dalam satuan mg/Kg, Kenapa? karena 1 Kg = 1.000.000 mg betul kan? Untuk
satuan yang sering dipergunakan dalam larutan adalah mg/L, dengan ketentuan
pelarutnya adalah air sebab dengan densitas air 1 g/mL maka 1 liter air memiliki
masa 1 Kg betul kan? jadi satuannya akan kembali ke mg/Kg.

4. Persen Massa (Persentase Unsur dalam Senyawa)

Rumus kimia menunjukkan jumlah atom-atom penyusun suatu zat. Oleh


karena massa atom suatu unsur sudah tertentu, maka dari rumus kimia tersebut
dapat pula ditentukan persentase atau komposisi masing-masing unsur dalam suatu
zat.

Salah satu kegiatan penting dalam ilmu kimia adalah melakukan percobaan
untuk mengidentifikasi zat. Ada dua kegiatan dalam identifikasi zat, yakni analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menentukan
jenis komponen penyusun zat. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk
menentukan massa dari setiap komponen penyusun zat. Dengan mengetahui jenis
dan massa dari setiap komponen penyusun zat, kita dapat mengetahui komposisi
zat tersebut. Komposisi zat dinyatakan dalam persen massa (% massa). Perhitungan
persen massa untuk setiap komponen dapat menggunakan persamaan berikut.

Persen massa komponen = (massa komponen : massa zat) x 100 %

Contoh:

Seorang ahli kimia melakukan analisis terhadap sejumlah sampel zat.


Ia menemukan bahwa sampel seberat 45 gram tersebut mengandung 35 gram
magnesium dan 10 gram oksigen. Nyatakan komposisi zat tersebut dalam persen
massa!

8
Jawab:

Komponen Penyusun Massa (g) Persen Massa

Magnesium (Mg) 35 gram Persen massa Mg =

(massa Mg : massa zat) x 100%

= (35 gram : 45 gram )x 100%

= 78 %

Oksigen (O) 10 gram Persen massa O = (massa O : massa zat


)
x 100%

= (10 gram : 45 gram) x 100%

= 22 %

 Persen volume

Pemahaman mengenai satuan konsentrasi menjadi hal penting ketika kita


berkutat dengan bahasan-bahasan yang ada sangkut pautnya dengan larutan.
Misalnya dalam bahasan sifat koligatif larutan, larutan asam-basa, kesetimbangan
kimia, dan lain-lain. Karena sedikit salah mengerti tentang satuan konsentrasi maka
vital bagi kegiatan di laboratorium kimia terutama yang bersifat kuantitatif. Sebagai
upaya menghindari kesalahan kecil namun berdampak “global” dalam aktivitas
belajar kimia, perlu kiranya saya tulis secara berseri tentang satuan-satuan
konsentrasi yang digunakan dalam dunia kimia.

9
Satuan konsentrasi yang pertama dan sering digunakan dalam berbagai soal
kimia maupun aktivitas lab adalah persen volum-volum (v/v %). Satuan
konsentrasi ini sangat sederhana namun sering kurang dipahami oleh banyak siswa
sehingga banyak dijumpai kesalahan dalam menyelesaikan soal terkait satuan
ini. Sebenarnya membuat larutan dengan satuan konsentrasi persen volum ini
sangatlah mudah, tetapi kesalahpahaman dalam pendefinisian ini menjadi masalah
lainnya.

Persen volum didefinisikan sebagai:

Kuncinya adalah bahwa persen volum ini relatif terhadap volum


larutan bukan volum pelarut (ditentukan berdasarkan perbandingan zat terlarut
terhadap volum larutan). Ingat terhadap volum LARUTAN.

Sebagai contoh, “parfum-Q” mengandung sekitar 15% v/v alkohol. Ini


artinya bahwa terdapat 15 ml alkohol dalam setiap 100 ml “parfum-Q”. Jika kita
mencampurkan 15 ml alkohol hingga volume campuran 100 ml “parfum-Q”, maka
kita mendapatkan 15% v/v alkohol dalam parfum tersebut.

Jika kita mencampurkan 15 ml alkohol dengan 100 ml parfum-Q maka persen


volumnya tidak lagi 15% v/v, tetapi menjadi [(15/(100+15)) x 100% atau lebih
rendah dari 15% v/v.

10
1. Konsentrasi Larutan

Konsentrasi larutan dapat dibedakan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara


kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi larutan pekat dan larutan encer. Dalam
larutan encer, massa larutan sama dengan massa pelarutnya karena massa jenis
larutan sama dengan massa jenis pelarutnya. Secara kuantitatif, larutan dibedakan
berdasarkan satuan konsentrasinya. Konsentrasi akan lebih eksak jika dinyatakan
secara kuantitatif, menggunakan satuan- satuan konsentrasi:

1.1. Persen massa

Contoh soal

Berapa % gula dalam larutan yang dibuat dengan melarutkan 10 g gula dalam
70 g air.

1.2. Persen volume

Konsentrasi suatu larutan dari dua cairan dinyatakan sebagai presentasi


volume. Hal ini bisanya dijumpai pada konsentrasi minuman beralkohol. Misalnya
vodka yang mengandung 15 persen alkohol artinya didalam 100 mL vodka terdapat
15 mL alkohol.

11
Misalnya menentukan % volume alkohol dari suatu campuran. 40 mL alkohol
dicampur 50 mL aseton maka:

3. ppm dan ppb

Untuk larutan yang sangat sangat encer untuk menyatakan konsentrasi


digunakan satuan parts per million atau bagian perjuta (ppm), dan parts per billion
atau bagian per milliar (ppb).

larutan dengan konsentrasi 1 bpj artinya mengandung 1 gram zat terlarut


didalam tiap 1 juta gram larutan atau 1 mg zat terlarut dalam tiap 1 kg larutan.

Karena larutan yang sangat encer memiliki massa jenis = 1 g/mL, maka 1
bpj diartikan sebagai 1 miligram zat terlarut dalam 1 liter larutan.

12
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif


antara zat terlarut dan pelarut. Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa
macam, di antaranya:

a. Molaritas (M) : jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.

b. Normalitas (N) : jumlah mol ekuialen zat terlarut dalam 1 liter larutan.

c. Persentase : jumlah gram zat terlarut dalam untuk 100ml larutan.

d. PPM : jumlah mg zat per 1 liter larutan

13
2. Saran

Untuk penulis, pembuatan makalah, sebaiknya dilakukan jauh hari


sehingga materi yang disajikan lebih luas dan lebih maksimal. Dengan penyusunan
makalah ini, diharapkan bagi mahasiswa untuk selanjutnya dapat membuat makalah
dan mengembangkannya sehingga lebih dimengerti mengenai sistem pencernaan
serta dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.pakarkimia.com/normalitas

https://wanibesak.wordpress.com/tag/persen-volume/

https://www.google.com/amp/s/id.m.wikihow.com/Menghitung-Persen-
Massa%3famp=1

http://irzaviolino.blogspot.com/2011/11/molaritasmolalitas-dan-normalitas-kimia.html

http://mahasiswafarmasibicara.blogspot.com/2014/04/ppm-part-per-million-dan-ppb-
part-per.html

15

Anda mungkin juga menyukai