1. PRE-LAB
TUJUAN
Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu
Mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu
2. Jelaskan perbedaan satuan konsentrasi dalam molar (M), normal (N), %(b/v),
%(v/v), %(b/b), ppm, dan ppb!
Molar adalah banyaknya jumlah zat terlarut tiap 1000 gram zat pelarut. Normalitas
adalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap larutan. %volum menyatakan jumlah ml
volume / berat zat terlarut dalam 100 ml larutan. %berat menyatakan jumlah gram
berat zat terlarut dalam 100 gram larutan. Bagian per sejuta (part per million)
menyatakan jumlah gram berat zat yang terlarut dalam volume atau berat total
larutan. Bagian per miliar (part per billion) menyatakan jumlah mikro gram berat zat
yang terlarut dalm volume atau berat total larutan (Salirawati, 2008).
3. Jelaskan perbedaan pengenceran larutan HCl dan H2SO4 dari larutan pekatnya!
Untuk melakukan pengencerkan HCl dari larutan pekatnya dilakukan dengan cara
menambahkan air ke dalam larutan pekat HCl, sebaliknya untuk pengenceran H2SO4
dari larutan pekatnya dilakukan dengan cara menambahkan larutan pekat H2SO4 ke
dalam air. (Salirawati, 2008).
2. TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian larutan dan sifat larutan
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau
solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi
larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan
disebut pelarutan atau solvasi. Larutan umumnya berfase cair (liquid = l) dengan pelarut
air, tetapi ada juga larutan yang berfase padat (solid = s) seperti kuningan, stainless
steel, dan lain-lain, ataupun gas (g) seperti udara. Contoh umum yang sringkita jumpai
yaitu garam atau guladilarutkan dalam air. Gas dilarutkan dalam cairan, misalnya
karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan
lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi
(campuran logam) dan mineral tertentu.Tanpa kita sadari, selama ini kehidupan kita
sangat berkaitan dengan zat kimia yang dapat kita temui dalam berbagai macam
bentuk. Salah satunya dalam larutan yang akan dibahas lebih jauh dalam makalah ini.
Misalnya garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl). Selain memperkaya rasa masakan
ternyata garan dapur (NaCl) yang kita kenal selama ini mempunyai kegunaan lain.
Ternyata garam dapur (NaCl) dalam bentuk larutan jika disambungkan dengan power
supply dapat menghantarkan arus listrik dan membuat lampu menyala.Demikian juga
halnya dengan larutan-larutan lainnya, misalnya air suling, larutan gula, asam asetat,
amonia, asam sulfat, asam klorida, natrium klorida, natrium hidroksida, dan masih
banyak lagi.
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara.
Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair
misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari
pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair
yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alcohol (Andrian, 2011).
Konsetrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat
terlarut dan pelarut. Konsentrasi akan lebih eksak jika dinyatakan secara kuantitatif,
menggunakan satuan- satuan konsentrasi:
Air baku karena berasal dari danau, sungai, atau keran jarang cocok untuk keperluan
industri. Air tersebut mengandung kontaminan, sebagian besar ion, jika tidak dihapus
akan menyebabkan scaling dan korosi di pabrik peralatan, khususnya di penukar panas,
pendinginan menara, dan boiler. Ada banyak cara untuk mengobati air, dan berbagai
perawatan memiliki tujuan yang berbeda. Seringkali tujuannya adalah demineralisasi,
yang merupakan penghapusan semua atau hampir semua kontaminan. Dikasus lain
tujuannya adalah untuk menghilangkan tertentu saja contaminants, untuk ion misalnya
kekerasan (kalsium dan magnesium). Karena konduktivitas adalah ukuran konsentrasi
total ion, sangat ideal untuk pemantauan demineralizer kinerja. Hal ini jarang cocok
untuk mengukur seberapa baik kontaminan ion spesifik yang dihapus. Konduktivitas juga
digunakan untuk memantau membangun dari terlarut ionik padatan dalam air pendingin
evaporatif sistem dan dalam boiler. Ketika konduktivitas mendapat terlalu tinggi,
menunjukkan berpotensi berbahaya akumulasi-tion padatan, kuantitas air dikeringkan
keluar dari sistem dan diganti dengan air yang memiliki konduktivitas rendah. (Emerson,
2010)
b. 2 Pendeteksi Kebocoran
Air yang digunakan untuk pendinginan di panas penukar dan kondensor permukaan
biasanya mengandung sejumlah besar padatan terlarut ionik. Kebocoran air pendingin
ke dalam cairan proses dapat mengakibatkan bahaya kontaminasi. (Emerson, 2010)
b.3. Pembersih
Dalam dunia farmasi dan industri makanan minuman, pipa dan pembuluh secara
berkala dibersihkan dan disterilkan dalam prosedur yang disebut bersih di tempat.
Konduktivitas digunakan untuk memantau kedua Konsentrasi larutan CIP, biasanya
natrium hidroksida, dan kelengkapan bilas (Emerson, 2010).
b.5 Desalinasi
Desalinasi air minum tanaman, baik termal (evaporasi) dan membran (reverse osmosis),
membuat ekstensif menggunakan konduktivitas untuk memantau bagaimana padatan
ionik benar-benar dibubarkan sedang dihapus dari air baku payau. (Emerson, 2010)
c. DIAGRAM ALIR
a. Pembuatan 100 ml Larutan NaCl 0,1 M
Dihomogenkan
Hasil
NaCl 10 mg
Aquades secukupnya
Dilarutkan
Aquades
Dihomogenisasi
Hasil
Etanol 96%
Dihomogenisasi
Hasil
Gula
Aquades secukupnya
Hasil
Hasil
Aquades
Hasil
10,4 100-10,4
Etanol 10% (v/v) = 89,6
5 100
Gula 5% (b/v)
0,96 100-0,96
HCl 0,1 M = 99,04
1. NaCl 100 ml; 0,1m
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
0,1 = ×
58,5 100
Massa = 0,585 gram
M1. V1 = M2. V2
10,43. V1 = 0,1. 100
10
V1 = = 0,82 ml
12,06
Kedua, ambil HCl yang sudah dihitung volumenya dengan menggunakan pipet
ukur dan bulb dari dalam botol larutan HCl sebanyak 0,82 mililiter. Dengan cara
mengempeskan bulbnya terlebih dahulu dan menekan katup (S) untuk menyedot larutan
sampai volume yang diinginkan. Masukkan larutan HCl 0,82 ml dari dalam pipet ukur
ke dalam labu ukur dengan menekan katup (E) pada bulb untuk mengeluarkan cairan.
Posisi pipet ukur harus tegak lurus. Tambahkan aquades sedikit demi sedikit ke dalam
labu ukur ukuran 100 ml dengan menggunakan pipet tetes hingga meniskus bawah
mencapai tanda batas, yaitu tepat 100 ml. Setelah itu tutup labu ukur dengan
penutupnya dan homogenkan 100 ml larutan HCl 0,1 M yang ada di dalam labu ukur
dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali. Dan akhirnya diperoleh hasil akhir
berupa 100 ml larutan HCl 0,1 M (Tim Dosen Kimia, 2011).
4. Jelaskan cara pembuatan larutan 50 ml larutan NaCl 100 ppm dari krital garam
NaCl!
Hal hal yang perlu dipersiapkan adalah alat dan bahan seperti gelas arloji,
timbangan analitik, gelas beaker, corong, labu ukur, spatula, pengaduk gelas, pipet
tetes, aquades, dan kristal NaCl.Langkah yang pertama dengan menghitung terlebih
dahulu jumlah massa NaCl yang akan dipergunakan untuk percobaan pembuatan 50 ml
larutan NaCl 100 ppm dengan menggunakan rumus molaritas larutan.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑚𝑔)
ppm =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝐿)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑖𝑙𝑖𝑔𝑟𝑎𝑚)
100 =
0,05
Massa = 5 miligram = 0,005 gram
Kedua, ambil NaCl yang sudah dihitung massanya sedikit demi sedikit dengan
menggunakan spatula dan meletakkannya di atas gelas arloji yang telah ada di dalam
timbangan analitik untuk ditimbang hingga diperoleh massa NaCl nya mencapai 0,005
gram. Kemudian ambil NaCl di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan
menuangkannya ke dalam gelas beaker. tuangkan aquades secukupnya ke dalam gelas
beaker yang berisi NaCl. Setelah itu aduk larutan campuran aquades dan NaCl dengan
mengguna-kan pengaduk gelas hingga NaCl benar-benar larut dan tidak terlihat oleh
mata. Ketiga, tuangkan larutan NaCl 100 ppm dari dalam gelas beaker ke dalam labu
ukur dengan bantuan corong. Tambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam
labu ukur dengan menggunakan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai tanda
batas, yaitu tepat 50 ml. Tutup labu ukur dengan penutupnya dan homogenkan 50 ml
larutan NaCl 100 ppm yang ada di dalam labu ukur dengan proses homogenisasi
sebanyak 12 kali. Dan akhirnya diperoleh hasil akhir berupa 50 ml larutan NaCl 100
ppm
A. ANALISA PROSEDUR
1. Alat Dan Bahan
Dalam praktikum ini alat dan bahan yang digunakan iyalah, pipet ukur ukuran 1
ml dan 10 ml, pipet tetes, gelas beaker ukuran 100 ml dan 250 ml, bulb, pengaduk
gelas, labu ukur ukuran 100 ml, gelas arloji, timbangan analitik, corong, spatula,
aquades, gula, garam dapur (NaCl), larutan etanol 96% dan larutan HCl.
Pipet Ukur terbuat dari kaca yang pada dindingnya terdapat skala. Berfungsi untuk
mengambil cairan dalam jumlah tertentu secara tepat. Cara menggunakan pipet ukur
adalah dengan menggunakan bulb atau karet penghisap untuk mengambil larutan,
bukan dihisap dengan menggunakan mulut (Sutrisno, 2, 2011). Pipet tetes terbuat dari
kaca yang berfungsi untuk mengambil cairan dalam jumlah tetesan. Cara menggunakan
pipet tetes adalah dengan mencelupkan pipet ke dalam larutan dan menekan pillernya
lalu melonggarkan (Sutrisno, 2, 2011). Gelas beker adalah alat yang berfungsi untuk
menampung sementara zat dan untuk mereaksikan zat. Cara menggunakan gelas beker
adalah cukup dengan memasukkan larutan yang diinginkan kedalam beker gelas yang
telah di bersihkan (Alfian, 2009).
Bulb adalah alat untuk menyedot larutan yang dapat dipasang pada pangkal
pipet ukur. Cara menggunakan alat ini adalah dengan memasang ujung pipet dibagian
bawah bulb. Dan menekan katup aspirate (A) untuk mengempeskan bulb, katup suction
(S) untuk menyedot dan katup (E) untuk mengeluarkan cairan. Saat menyedot cairan
dengan menekan katup suction (S), tidak boleh melebihi skala pipet karena dapat
membuat larutan masuk ke bulb dan menyebabkan bulb cepat rusak. Ketika
mengeluarkan cairan sesuai ukuran yang dikehendaki posisi pipet harus tegak lurus.
Pengaduk gelas adalah batang pengaduk yang terbuat dari kaca. Cara menggunakan
alat ini adalah dengan memasukkan batang pengaduk pada gelas kimia yang sudah
berisi larutan, kemudian diaduk larutan tersebut memakai batang pengaduk (Aziz,
2008).
Labu ukur adalah alat yang diigunakan untuk menakar volume zat kimia
dalam bentuk cair pada proses preparasi larutan, menghomogenkan larutan
penyimpanan sampel sementara dan sebagai alat untuk membantu dalam proses
pengukuran sampel larutan. Alat ini tersedia dengan berbagai macam ukuran. Cara
menggunakan alat ini untuk proses pembuatan dan pengenceran larutan adalah dengan
memasukkan sampel larutan ke dalamnya, penambahan aquades, dan tutup dengan
penutupnya lalu homogenkan (Brahmatullah,2011). Gelas arloji terbuat dari kaca, yang
berfungsi untuk menimbang bahan kimia berbentuk kristal. Cara menggunakan gelas
arloji adalah dengan meletakkan bahan kimia diatas gelas arloji menggunakan spatula
lalu timbang pada timbangan analitik (Khamidinal 2009).
Timbangan analitik merupakan alat yang digunakan untuk mengukur berat bersih
suatu zat. Timbangan analitik mempunyai ketelitian hingga empat angka di belakang
koma. Cara menggunakan alat ini adalah dengan menyalakannya dan mengkalibrasi
terlebih dahulu. Menekan tombol “ Re-Zero” sehingga layar pada alat menunjukkan
angka 0,000. Memasukkan sampel dan tutup pintu timbangan. Tunggu hingga layar
pada alat menunjukkan angka pengukuran yang stabil. Keluarkan sampel dan matikan
alat. Timbangan analitik memiliki batasan maksimal yaitu 1 mg atau 210 g, jika melewati
batas tersebut maka ketelitian perhitungan akan berkurang dan alat akan rusak
(Khamidinal, 2009). Corong adalah alat yang terbuat dari kaca yang berfungsi untuk
membantu memasukkan larutan ke dalam glass ware yang memiliki leher sempit. Cara
menggunakan corong adalah dengan meletakkan corong di mulut labu ukur, tuang
larutan yang akan dimasukkan (Setiati, 2008). Spatula adalah alat yang berfungsi untuk
menggambil bahan bahan kimia. Cara menggunakan spatula adalah seperti
menggunakan sendok biasa, yaitu masukkan spatula ke gelas kimia yang berisi bahan
kimia untuk diambil.
Aquades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat pengotor
sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Aquades berwarna bening, tidak berbau,
dan tidak memiliki rasa. Aquades biasa digunakan untuk membersihkan alat-alat
laboratorium dari zat pengotor Digunakan untuk mengencerkan atau melarutkan bahan,
baik padat maupun cairan. (Petrucci, 2008). Gula adalah bentuk dari karbohidrat, jenis
gula yang paling sering digunakan adalah kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk
merubah rasa dan keadaan makanan atau minuman. Pada percobaan ini bahan ini
digunakan untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan gula 12% (v/v)(Tim Dosen Kimia,
2011). NaCl adalah senyawa natrium klorida atau biasa dikenal dengan garam dapur.
Dalam percobaan ini bahan ini digunakan untuk untuk percobaan pembuatan 100 ml
larutan NaCl 0,1 M dan 100 ml larutan NaCl 100 ppm(Tim Dosen Kimia, 2011). Etanol
atau etil alkohol adalah cairan tak berwarna dengan karakteristik antara lain mudah
terbakar, volatil, larut dalam air, biodegradable, tidak karsinogenik, dan jika terjadi
pencemaran tidak memberikan dampak lingkungan yang signifikan. Pada percobaan ini
bahan ini digunakan untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan etanol 20%
(v/v)(Wiratmaja, 2010). Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida
(HCl). Ia adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung
yang merupakan cairan yang sangat korosif. Pada percobaan ini bahan ini digunakan
untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 dari larutan HCl 32% (Tim Dosen
Kimia, 2011).
2. PROSEDUR
Langkah-langkah dalam pembuatan 100 ml larutan NaCl 0,1 M adalah
menyiapkan alat dan bahan seperti gelas arloji, timbangan analitik, gelas beaker,
corong, labu ukur, spatula, pengaduk gelas, pipet tetes, aquades, dan kristal NaCl.
Menghitung terlebih dahulu jumlah massa NaCl yang akan dipergunakan
untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan NaCl 10 M dengan menggunakan rumus
molaritas larutan yaitu mol zat terlarut dibagi volume larutan sehingga diperoleh massa
NaCl adalah 0,585 gram. Mengambil NaCl sedikit demi sedikit dengan menggunakan
spatula dan meletakkannya di atas gelas arloji yang telah ada di dalam timbangan
analitik, untuk ditimbang hingga diperoleh massa NaCl nya mencapai 0,585 gram.
Mengambil NaCl di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan menuangkannya
ke dalam gelas beaker. Menuangkan aquades secukupnya ke dalam gelas beaker yang
berisi NaCl. Mengaduk larutan campuran aquades dan NaCl dengan mengguna-
kan pengaduk gelas hingga NaCl benar-benar larut dan tidak terlihat mata.
Menuangkan larutan NaCl 10 M dari dalam gelas beaker ke dalam labu ukur ukuran
100 ml dengan bantuan corong. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke
dalam labu ukur dengan menggunakan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai
tanda batas, yaitu tepat 100 ml. Menutup labu ukur dengan penutupnya.
Menghomogenkan 100 ml larutan NaCl 0,1 M yang ada di dalam labu ukur
dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali. Diperoleh hasil akhir berupa 100 ml
larutan NaCl 0,1 M.
Langkah-langkah dalam pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm adalah
Menyiapkan alat dan bahan seperti gelas arloji, timbangan analitik, gelas beaker,
corong, labu ukur, spatula, pengaduk gelas, pipet tetes, aquades, dan kristal NaCl.
Menghitung terlebih dahulu jumlah massa NaCl yang akan dipergunakan
untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm dengan menggunakan rumus
ppm yaitu massa zat terlarut dibagi volume larutan sehingga diperoleh massa NaCl
adalah 0,01 gram. Mengambil NaCl sedikit demi sedikit dengan menggunakan spatula
dan meletakkannya di atas gelas arloji yang telah ada di dalam timbangan analitik
untuk ditimbang hingga diperoleh massa NaCl nya mencapai 0,01 gram. Mengambil
NaCl di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan menuangkannya ke dalam
gelas beaker. Menuangkan aquades secukupnya ke dalam gelas beaker yang berisi
NaCl. Mengaduk larutan campuran aquades dan NaCl dengan mengguna-
kan pengaduk gelas hingga NaCl benar-benar larut dan tidak terlihat mata.
Menuangkan larutan NaCl 100 ppm dari dalam gelas beaker ke dalam labu ukur ukuran
100 ml dengan bantuan corong. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke
dalam labu ukur dengan menggunakan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai
tanda batas, yaitu tepat 100 ml. Menutup labu ukur dengan penutupnya.
Menghomogenkan 100 ml larutan NaCl 100 ppm yang ada di dalam labu ukur
dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali. Diperoleh hasil akhir berupa 100 ml
larutan NaCl 100 ppm.
Langkah-langkah pembuatan larutan 100 ml etanol 10% adalah menyiapkan alat
dan bahan seperti, pipet ukur, pipet tetes, labu ukur, aquades, dan larutan etanol.
Menghitung terlebih dahulu jumlah volume awal larutan etanol yang akan dipergunakan
untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan etanol 10% dengan rumus pengenceran
sehingga diperoleh volume awal adalah 10,4 ml. Mengambil etanol yang sudah dihitung
volumenya dengan menggunakan pipet ukur dan bulb dari dalam botol larutan etanol
sebanyak 10,4 ml. Dengan cara mengempeskan bulbnya terlebih dahulu dan menekan
katup (S) untuk menyedot larutan sampai volume yang diinginkan. Memasukkan larutan
etanol 10,4 ml dari dalam pipet ukur ke dalam labu ukur dengan menekan katup (E)
pada bulb untuk mengeluarkan cairan. Posisi pipet ukur harus tegak lurus. Menambahkan
aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur ukuran 100 ml dengan menggunakan
pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai tanda batas, yaitu tepat 100 ml. Menutup
labu ukur dengan penutupnya. Menghomogenkan 100 ml larutan etanol 10% yang ada
di dalam labu ukur dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali. Diperoleh hasil akhir
berupa 100 ml larutan etanol 10% (Tim Dosen Kimia, 2011).
Langkah-langkah dalam pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v) adalah
menyiapkan alat dan bahan seperti gelas arloji, timbangan analitik, gelas beaker,
corong, labu ukur, spatula, pengaduk gelas, pipet tetes, aquades, dan gula. Menghitung
terlebih dahulu jumlah massa gula yang akan dipergunakan untuk percobaan
pembuatan 100 ml larutan gula 5% dengan menggunakan rumus %berat larutan yaitu
massa zat terlarut divagi volume larutan dikali 100 % shingga diperoleh massa gula 5
gram. Mengambil gula yang sudah dihitung massanya sedikit demi sedikit dengan
menggunakan spatula dan meletakkannya di atas gelas arloji yang telah ada di dalam
timbangan analitik untuk ditimbang hingga diperoleh massa gulanya mencapai 5 gram.
Mengambil gula di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan menuangkannya
ke dalam gelas beaker. Menuangkan aquades secukupnya ke dalam gelas beker yang
berisi kristal gula. Mengaduk larutan campuran aquades dan gula dengan
menggunakan pengaduk gelas hingga gula benar-benar larut dan tidak terlihat oleh
mata. Menuangkan larutan gula 5% dari dalam gelas beaker ke dalam labu ukur
dengan bantuan corong. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam
labu ukur dengan menggunakan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai tanda
batas, yaitu tepat 100 ml. Menutup labu ukur dengan penutupnya. Menghomogenkan
100 ml larutan gula 5% (b/v) yang ada di dalam labu ukur dengan proses
homogenisasi sebanyak 12 kali. Diperoleh hasil akhir berupa 100 ml larutan gula 5%
(b/v).
Langkah-langkah pembuatan larutan 100 ml HCl 0,1 M dari larutan HCl pekat
32%, adalah menyiapkan alat dan bahan seperti, pipet ukur, pipet tetes, labu ukur,
aquades, dan larutan HCl. Menghitung terlebih dahulu jumlah volume larutan HCl 32%
yang akan dipergunakan untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari
larutan HCl pekat 32% dengan menggunakan rumus molaritas/konsentrasi dan
pengenceran larutan sehingga diperoleh volume awal adalah 0,96 ml. Mengambil HCl
yang sudah dihitung volumenya dengan menggunakan pipet ukur dan bulb dari dalam
botol larutan HCl sebanyak 0,96 mililiter. Dengan cara mengempeskan bulbnya terlebih
dahulu dan menekan katup (S) untuk menyedot larutan sampai volume yang diinginkan.
Memasukkan larutan HCl 0,96 ml dari dalam pipet ukur ke dalam labu ukur dengan
menekan katup (E) pada bulb untuk mengeluarkan cairan. Posisi pipet ukur harus tegak
lurus. Menambahkan aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur ukuran 100 ml
dengan menggunakan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai tanda batas, yaitu
tepat 100 ml. Menutup labu ukur dengan penutupnya. Menghomogenkan 100 ml larutan
HCl 0,1 M yang ada di dalam labu ukur dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali.
Diperoleh hasil akhir berupa 100 ml larutan HCl 0,1 M.
ANALISA HASIL
1. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 0,1 M
Percobaan pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm dengan menggunakan rumus
part per million atau bagian per sejuta.
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑚𝑔)
ppm =
𝐿
𝑚𝑔
100 =
0,1
mg = 10 mg (Mulyono, 2008).
Percobaan pembuatan 100 ml larutan etanol 20% (v/v) dengan menggunakan rumus
pengenceran larutan.
M1 x V1 = M2 x V2
96 x V1 = 20 x 100
20 𝑥 100
V1 =
96
V1 = 20,83 ml (Mulyono. 2008).
Rumus Pengenceran
M1 X V1 = M2 X V2
10,433 X V1 = 0,1 X 100
0,1 𝑥 100
V1 = = 0,96 ml (Zumdahl, 2010).
10,43
KESIMPULAN
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat membuat dan
mengencerkan larutan dengan benar. Selain itu praktikan juga diharapkan mampu
melakukan perhitungan larutan dengan cermat dan teliti, sehingga bisa didapat hasil
praktikum yang relevan.
1. Pembuatan larutan 100 ml NaCl 0,1 M dibutuhkan NaCl serbuk sebanyak 0,585
gram untuk dilarutkan.
2. Pembuatan larutan 100 ml NaCl 100 Ppm dibutuhkan NaCl serbuk sebanyak 10 mg
untuk dilarutkan.
3. Pembuatan larutan 100 ml etanol 20 % dari larutan etanol 96% dibutuhkan etanol
sebanyak 20,83 ml.
4. Pembuatan larutan 100 ml gula 5% dibutuhkan gula sebanyak 5 gram untuk
dilarutkan.
5. Pembuatan larutan 100 ml HCl 0,1 M dari larutan HCl 32% dibutuhkan HCl sebanyak
0,96 ml
DAFTAR PUSTAKA
Andrian, Dedi Dharma.2011. Penerapan Sifat Koligatif Larutan Dalam Kehidupan Sehari
Petrucci, Ralph H. 2008. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid
3. Jakarta: Erlangga
Setiati, Suminar. 2008. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga
Sutrisno, E, T., Nurminabari, I, S., 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Bandung :
Universitas Pasundan
Tim Dosen Teknik Kimia. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Banjarbaru : Universitas
Lambung Mangkurat
Wiratmaja, I Gede. 2010. Pengujian Karakteristik Fisika Biogasoline Sebagai Bahan
Bakar Alternatif Pengganti Bensin Murni.Vol: 4. No.2. Hal: 145-154
Zumdahl. 2010. Basic chemistry seventh edition. USA: Brooks cole