Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN

1. PRE-LAB

TUJUAN
 Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu
 Mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu

1. Jelaskan perbedaan molaritas, molalitas dan normalitas?


Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter (1000 mL) larutan. Hampir
seluruh perhitungan kimia larutan menggunakan satuan ini. Di dalam laboratorium kimia
sering kita jumpai satuan molaritas misalnya larutan HNO3 3M. Dalam botol tersebut
terkandung 3 mol HNO3 dalam 1 Liter larutan
Molalitas adalah satuan konsentrasi yang menyatakan jumlah mol zat yang terdapat
didalam 1000 gram pelarut. Penggunaan satuan konsentrasi molalitas, ketika kita
mempelajari sifat- sifat zat yang ditentukan oleh jumlah partikel misalnya kenaikan titik
didih atau penurunan titik beku larutan
Normalitas yang bernotasi (N) merupakan satuan konsentrasi yang sudah
memperhitungkan kation atau anion yang dikandung sebuah larutan. Normalitas
didefinisikan banyaknya zat dalam gram ekivalen dalam satu liter larutan. Secara
sederhana gram ekivalen adalah jumlah gram zat untuk mendapat satu muatan
(Salirawati, 2008).

2. Jelaskan perbedaan satuan konsentrasi dalam molar (M), normal (N), %(b/v),
%(v/v), %(b/b), ppm, dan ppb!
Molar adalah banyaknya jumlah zat terlarut tiap 1000 gram zat pelarut. Normalitas
adalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap larutan. %volum menyatakan jumlah ml
volume / berat zat terlarut dalam 100 ml larutan. %berat menyatakan jumlah gram
berat zat terlarut dalam 100 gram larutan. Bagian per sejuta (part per million)
menyatakan jumlah gram berat zat yang terlarut dalam volume atau berat total
larutan. Bagian per miliar (part per billion) menyatakan jumlah mikro gram berat zat
yang terlarut dalm volume atau berat total larutan (Salirawati, 2008).

3. Jelaskan perbedaan pengenceran larutan HCl dan H2SO4 dari larutan pekatnya!
Untuk melakukan pengencerkan HCl dari larutan pekatnya dilakukan dengan cara
menambahkan air ke dalam larutan pekat HCl, sebaliknya untuk pengenceran H2SO4
dari larutan pekatnya dilakukan dengan cara menambahkan larutan pekat H2SO4 ke
dalam air. (Salirawati, 2008).

2. TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian larutan dan sifat larutan

Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau
solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi
larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan
disebut pelarutan atau solvasi. Larutan umumnya berfase cair (liquid = l) dengan pelarut
air, tetapi ada juga larutan yang berfase padat (solid = s) seperti kuningan, stainless
steel, dan lain-lain, ataupun gas (g) seperti udara. Contoh umum yang sringkita jumpai
yaitu garam atau guladilarutkan dalam air. Gas dilarutkan dalam cairan, misalnya
karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan
lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi
(campuran logam) dan mineral tertentu.Tanpa kita sadari, selama ini kehidupan kita
sangat berkaitan dengan zat kimia yang dapat kita temui dalam berbagai macam
bentuk. Salah satunya dalam larutan yang akan dibahas lebih jauh dalam makalah ini.
Misalnya garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl). Selain memperkaya rasa masakan
ternyata garan dapur (NaCl) yang kita kenal selama ini mempunyai kegunaan lain.
Ternyata garam dapur (NaCl) dalam bentuk larutan jika disambungkan dengan power
supply dapat menghantarkan arus listrik dan membuat lampu menyala.Demikian juga
halnya dengan larutan-larutan lainnya, misalnya air suling, larutan gula, asam asetat,
amonia, asam sulfat, asam klorida, natrium klorida, natrium hidroksida, dan masih
banyak lagi.

Sifat Dasar Larutan

Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara.
Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair
misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari
pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair
yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alcohol (Andrian, 2011).

2.Pengertian Konsentrasi dan Perhitungan dalam Konsep Larutan

Konsetrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat
terlarut dan pelarut. Konsentrasi akan lebih eksak jika dinyatakan secara kuantitatif,
menggunakan satuan- satuan konsentrasi:

1. Fraksi mol (X)

2. Persentase : a. Persentase berat per berat (% b/b)

b. Persentase berat per volume (% b/v)

c. Persentase volume per volume (% v/v)


3. Bagian per sejuta

4. Kemolaran atau molaritas (M)

5. Kemolalan atau molalitas (m) (putri, 2017)

b. Aplikasi Larutan Dalam Teknologi Pertanian

b.1. Pengobatan Air

Air baku karena berasal dari danau, sungai, atau keran jarang cocok untuk keperluan
industri. Air tersebut mengandung kontaminan, sebagian besar ion, jika tidak dihapus
akan menyebabkan scaling dan korosi di pabrik peralatan, khususnya di penukar panas,
pendinginan menara, dan boiler. Ada banyak cara untuk mengobati air, dan berbagai
perawatan memiliki tujuan yang berbeda. Seringkali tujuannya adalah demineralisasi,
yang merupakan penghapusan semua atau hampir semua kontaminan. Dikasus lain
tujuannya adalah untuk menghilangkan tertentu saja contaminants, untuk ion misalnya
kekerasan (kalsium dan magnesium). Karena konduktivitas adalah ukuran konsentrasi
total ion, sangat ideal untuk pemantauan demineralizer kinerja. Hal ini jarang cocok
untuk mengukur seberapa baik kontaminan ion spesifik yang dihapus. Konduktivitas juga
digunakan untuk memantau membangun dari terlarut ionik padatan dalam air pendingin
evaporatif sistem dan dalam boiler. Ketika konduktivitas mendapat terlalu tinggi,
menunjukkan berpotensi berbahaya akumulasi-tion padatan, kuantitas air dikeringkan
keluar dari sistem dan diganti dengan air yang memiliki konduktivitas rendah. (Emerson,
2010)

b. 2 Pendeteksi Kebocoran

Air yang digunakan untuk pendinginan di panas penukar dan kondensor permukaan
biasanya mengandung sejumlah besar padatan terlarut ionik. Kebocoran air pendingin
ke dalam cairan proses dapat mengakibatkan bahaya kontaminasi. (Emerson, 2010)

b.3. Pembersih

Dalam dunia farmasi dan industri makanan minuman, pipa dan pembuluh secara
berkala dibersihkan dan disterilkan dalam prosedur yang disebut bersih di tempat.
Konduktivitas digunakan untuk memantau kedua Konsentrasi larutan CIP, biasanya
natrium hidroksida, dan kelengkapan bilas (Emerson, 2010).

b.4. Deteksi Antarmuka


Jika dua cairan ini dikenal konduktivitas yang berbeda, sensor konduktivitas dapat
mendeteksi antarmuka antara mereka. Deteksi Interface penting dalam berbagai
industri termasuk bahan kimia pengolahan dan makanan dan minuman manufaktur (
Emerson, 2010).

b.5 Desalinasi

Desalinasi air minum tanaman, baik termal (evaporasi) dan membran (reverse osmosis),
membuat ekstensif menggunakan konduktivitas untuk memantau bagaimana padatan
ionik benar-benar dibubarkan sedang dihapus dari air baku payau. (Emerson, 2010)

c. DIAGRAM ALIR
a. Pembuatan 100 ml Larutan NaCl 0,1 M

Dihitung konsentrasi larutan yang akan dibuat


NaCl 0,585 gram
NaCl ditimbang dengan timbangan analitik

Diletakan dalam beaker glass


Aquades secukupnya
Dilarutkan

Dipindahkan ke dalam labu ukur ukuran 100mL


Aquades
Ditambah hingga tanda batas

Dihomogenkan

Hasil

b. Pembuatan 100 ml Larutan NaCl 100 pp

NaCl 10 mg

NaCl ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik

Diletakan dalam beaker glass

Aquades secukupnya
Dilarutkan

Dipindahkan ke dalam labu ukur ukuran 100mL

Aquades

Ditambahkan hingga tanda batas

Dihomogenisasi

Hasil

c. Pembuatan 100 ml Larutan Etanol 10% (v/v)

Etanol 96%

Dihitung volume etanol dengan rumus pengenceran

Dipindahkan ke dalam labu takar ukuran 100mL


Aquades
Ditimbahkan hingga tanda batas

Dihomogenisasi
Hasil

d. Pembuatan 100 ml Larutan Gula 5% (b/v)

Gula

Ditimbang sebanyak 5 gram

Diletakan dalam beaker glass

Aquades secukupnya

Diaduk hingga larut


Dipindahkan ke dalam labu takar ukuran 100mL

Hasil

Ditambahkan hingga tanda batas

Hasil

e. Pembuatan 100 ml Larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32%

Perhitungan konsentrasi HCl 32% dan volume yang dibutuhkan

Konsentrasi 32% dalam (M)

Dihitung volume HCl yang akan diambil dengan rumus pengenceran

Larutan HCl 32%

Diletakan dalam labu ukur yang berukuran 100ml

Aquades

Ditambahkan hingga tanda batas


Dikocok hingga homogen

Hasil

DATA HASIL PRAKTIKUM

Solute (zat terlarut) / Solven (pelarut) /


Larutan Konsentrasi
satuan (g/ml) satuan (g/ml)
0,858 100
0,1 M
NaCl
0,01 100
100 ppm

10,4 100-10,4
Etanol 10% (v/v) = 89,6

5 100
Gula 5% (b/v)

0,96 100-0,96
HCl 0,1 M = 99,04
1. NaCl 100 ml; 0,1m
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
0,1 = ×
58,5 100
Massa = 0,585 gram

2. NaCl 100 ppm; 100 ml


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑔)
Ppm =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
100 =
0,1
Massa = 10 mg

3. 100 ml etanol 96%, menjadi etanol 10%


M1V1 = M2V2
96%V1= 100.10%
V1 = 10,4 ml

4. 100 ml gula 5% (b/v)


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎(𝑔)
%(b/v) = × 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒(𝑉)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎(𝑔)
5%= × 100%
100
Massa = 5 gram

5. 100 ml HCl 32% menjadi 0,1 M


M = (% x 10 x ƿ)/Mr
M = (32% x 10 x 1,19)/36,5
M = 10,433 M
Rumus Pengenceran
M1 X V1 = M2 X V2
10,433 X V1 = 0,1 X 100
V1 = (0,1 x 100)/10,43 = 0,96
PEMBAHASAN
1. Hal apakah yang harus diperhatikan dalam pembuatan larutan dari padatan
dan cairan (larutan pekat), sebutkan dan jelaskan !
Sifat dari bahan-bahan yang akan digunakan, sehingga sangat perlu untuk
mengetahui dan memahami MSDS dari setiap bahan. Misalnya saja larutan H2SO4,
dimana pengenceran H2SO4 adalah dengan tambahkan asam ke dalam air daripada
air ke dalam asam. Air memiliki massa jenis yang lebih rendah daripada asam sulfat
dan cenderung mengapung di atasnya, sehingga apabila air ditambahkan ke dalam
asam sulfat pekat, ia akan dapat mendidih dan bereaksi dengan keras dan bisa
menyebabkan pecahnya gelas kimia.
Setiap penghitungan harus dilakukan dengan tepat dan teliti serta diusahakan untuk
tidak melakukan kesalahan kecil yang dapat mempengaruhi hasil praktikum yang dapat
menyebabkan tidak relevannya hasil praktikum. Pembuatan dan pengenceran harus
dilakukan dengan baik. Setiap melakukan praktikum diutamakan K3 dalam pembuatan
larutan, karena beberapa larutan bersifat korosif dan berbahaya.

2. Jelaskan langkah-langkah pembuatan larutan NaCl 10 M dan 100 ppm


Pembuatan 100 ml larutan NaCl 10 M dengan menggunakan rumus molaritas larutan.
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡(𝑚𝑜𝑙)
M =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝐿)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 1000
M = x
𝑀𝑟 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 1000
10 = x
58,5 100
585
Massa = = 58,5 gram
10
Hal pertama dilakukan adalah mengambil NaCl sedikit demi sedikit
dengan menggunakan spatula dan meletakkannya di atas gelas arloji yang telah ada
di dalam timbangan analitik, untuk ditimbang hingga diperoleh massa NaCl nya
mencapai 58,5 gram. Kedua, Mengambil NaCl di atas gelas arloji dari dalam
timbangan analitik dan menuangkannya ke dalam gelas beaker. Ketiga, Menuangkan
aquades secukupnya ke dalam gelas beaker yang berisi NaCl. Keempat, mengaduk
larutan campuran aquades dan NaCl dengan mengguna-kan pengaduk gelas hingga
NaCl benar-benar larut dan tidak terlihat mata. Setelah itu,Menuangkan larutan NaCl
10 M dari dalam gelas beaker ke dalam labu ukur ukuran 100 ml dengan bantuan
corong. Tambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur dengan
menggunakan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai tanda batas, yaitu tepat
100 ml. Tutup labu ukur dengan penutupnya. Dan yang terakhir adalah
menghomogenkan 100 ml larutan NaCl 10 M yang ada di dalam labu ukur
dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali. Hingga diperoleh hasil akhir berupa
100 ml larutan NaCl 10 M (Tim Dosen Kimia, 2011).

Langkah-Langkah pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm, adalah :


Hal hal yang perlu disiapkan adalah alat dan bahan seperti gelas arloji, timbangan
analitik, gelas beaker, corong, labu ukur, spatula, pengaduk gelas, pipet tetes, aquades,
dan kristal NaCl.Yang pertama dilakukan, menghitung terlebih dahulu jumlah massa
NaCl yang akan dipergunakan untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan NaCl 100
ppm dengan menggunakan rumus ppm.

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑚𝑔)


ppm =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝐿)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑖𝑙𝑖𝑔𝑟𝑎𝑚)
100 =
0,1
Massa = 10 miligram = 0,01 gram
Kedua, mengambil NaCl sedikit demi sedikit dengan menggunakan spatula dan
meletakkannya di atas gelas arloji yang telah ada di dalam timbangan analitik untuk
ditimbang hingga diperoleh massa NaCl nya mencapai 0,01 gram. Ambil NaCl di atas
gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan menuangkannya ke dalam gelas beaker.
Kedua tuangkan aquades secukupnya ke dalam gelas beaker yang berisi NaCl. Aduk
larutan campuran aquades dan NaCl dengan mengguna-kan pengaduk gelas hingga
NaCl benar-benar larut dan tidak terlihat mata. Tuangkan larutan NaCl 100 ppm dari
dalam gelas beaker ke dalam labu ukur ukuran 100 ml dengan bantuan
corong.Tambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur dengan
menggunakan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai tanda batas, yaitu tepat
100 ml. Tutup labu ukur dengan penutupnya. Setelah itu homogenkan 100 ml larutan
NaCl 100 ppm yang ada di dalam labu ukur dengan proses homogenisasi sebanyak
12 kali. Dan akhirnya diperoleh hasil akhir berupa 100 ml larutan NaCl 100 ppm. (Tim
Dosen Kimia, 2011).
3. Jelaskan cara pembuatan larutan 100 ml HCl 0,1 M dari larutan HCl pekat 37%
Hal hal yang perlu dipersiapkan adalah alat dan bahan seperti, pipet ukur, pipet
tetes, labu ukur, aquades, dan larutan HCl. Yang pertama dilakukan, dengan menghitung
terlebih dahulu jumlah volume larutan HCl 37% yang akan dipergunakan
untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl pekat 37%
dengan menggunakan rumus molaritas/konsentrasi dan pengenceran larutan.
𝑝 𝑥 % 𝑥 10 1,19 𝑥 37 𝑥 10
M = = = 12,06 M
𝑀𝑟 36,5

M1. V1 = M2. V2
10,43. V1 = 0,1. 100
10
V1 = = 0,82 ml
12,06
Kedua, ambil HCl yang sudah dihitung volumenya dengan menggunakan pipet
ukur dan bulb dari dalam botol larutan HCl sebanyak 0,82 mililiter. Dengan cara
mengempeskan bulbnya terlebih dahulu dan menekan katup (S) untuk menyedot larutan
sampai volume yang diinginkan. Masukkan larutan HCl 0,82 ml dari dalam pipet ukur
ke dalam labu ukur dengan menekan katup (E) pada bulb untuk mengeluarkan cairan.
Posisi pipet ukur harus tegak lurus. Tambahkan aquades sedikit demi sedikit ke dalam
labu ukur ukuran 100 ml dengan menggunakan pipet tetes hingga meniskus bawah
mencapai tanda batas, yaitu tepat 100 ml. Setelah itu tutup labu ukur dengan
penutupnya dan homogenkan 100 ml larutan HCl 0,1 M yang ada di dalam labu ukur
dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali. Dan akhirnya diperoleh hasil akhir
berupa 100 ml larutan HCl 0,1 M (Tim Dosen Kimia, 2011).

4. Jelaskan cara pembuatan larutan 50 ml larutan NaCl 100 ppm dari krital garam
NaCl!
Hal hal yang perlu dipersiapkan adalah alat dan bahan seperti gelas arloji,
timbangan analitik, gelas beaker, corong, labu ukur, spatula, pengaduk gelas, pipet
tetes, aquades, dan kristal NaCl.Langkah yang pertama dengan menghitung terlebih
dahulu jumlah massa NaCl yang akan dipergunakan untuk percobaan pembuatan 50 ml
larutan NaCl 100 ppm dengan menggunakan rumus molaritas larutan.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑚𝑔)
ppm =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝐿)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑖𝑙𝑖𝑔𝑟𝑎𝑚)
100 =
0,05
Massa = 5 miligram = 0,005 gram
Kedua, ambil NaCl yang sudah dihitung massanya sedikit demi sedikit dengan
menggunakan spatula dan meletakkannya di atas gelas arloji yang telah ada di dalam
timbangan analitik untuk ditimbang hingga diperoleh massa NaCl nya mencapai 0,005
gram. Kemudian ambil NaCl di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan
menuangkannya ke dalam gelas beaker. tuangkan aquades secukupnya ke dalam gelas
beaker yang berisi NaCl. Setelah itu aduk larutan campuran aquades dan NaCl dengan
mengguna-kan pengaduk gelas hingga NaCl benar-benar larut dan tidak terlihat oleh
mata. Ketiga, tuangkan larutan NaCl 100 ppm dari dalam gelas beaker ke dalam labu
ukur dengan bantuan corong. Tambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam
labu ukur dengan menggunakan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai tanda
batas, yaitu tepat 50 ml. Tutup labu ukur dengan penutupnya dan homogenkan 50 ml
larutan NaCl 100 ppm yang ada di dalam labu ukur dengan proses homogenisasi
sebanyak 12 kali. Dan akhirnya diperoleh hasil akhir berupa 50 ml larutan NaCl 100
ppm

5. Jelaskan cara pembuatan larutan gula 10% (b/v)!


Hal hal yang perlu dipersiapkan adalah alat dan bahan seperti gelas arloji,
timbangan analitik, gelas beaker, corong, labu ukur, spatula, pengaduk gelas, pipet
tetes, aquades, dan gula. Pertama dilakukan terlebih dahulu, menjumlahkan massa gula
yang akan dipergunakan untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan gula 10%
dengan menggunakan rumus %berat larutan.
%(b/v) =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑥100 %
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑚𝑙)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
10% = 𝑥100 %
100
Massa = 10 gram
Kedua, mengambil gula yang sudah dihitung massanya sedikit demi sedikit dengan
menggunakan spatula dan meletakkannya di atas gelas arloji yang telah ada di dalam
timbangan analitik untuk ditimbang hingga diperoleh massa gulanya mencapai 10 gram.
Setelah itu ambil gula di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan
menuangkannya ke dalam gelas beaker. Tuangkan aquades secukupnya ke dalam gelas
beker yang berisi kristal gula. Ketiga aduk larutan campuran aquades dan gula dengan
menggunakan pengaduk gelas hingga gula benar-benar larut dan tidak terlihat oleh
mata. Keempat tuangkan larutan gula 10% dari dalam gelas beaker ke dalam labu
ukur dengan bantuan corong. Tambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam
labu ukur dengan menggunakan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai tanda
batas, yaitu tepat 100 ml. Tutup labu ukur dengan penutupnya. Yang terakhir
nenghomogenkan 100 ml larutan gula 10% (b/v) yang ada di dalam labu ukur
dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali sehingga diperoleh hasil akhir berupa
100 ml larutan gula 10% (b/v) (Tim Dosen Kimia, 2011).

A. ANALISA PROSEDUR
1. Alat Dan Bahan
Dalam praktikum ini alat dan bahan yang digunakan iyalah, pipet ukur ukuran 1
ml dan 10 ml, pipet tetes, gelas beaker ukuran 100 ml dan 250 ml, bulb, pengaduk
gelas, labu ukur ukuran 100 ml, gelas arloji, timbangan analitik, corong, spatula,
aquades, gula, garam dapur (NaCl), larutan etanol 96% dan larutan HCl.
Pipet Ukur terbuat dari kaca yang pada dindingnya terdapat skala. Berfungsi untuk
mengambil cairan dalam jumlah tertentu secara tepat. Cara menggunakan pipet ukur
adalah dengan menggunakan bulb atau karet penghisap untuk mengambil larutan,
bukan dihisap dengan menggunakan mulut (Sutrisno, 2, 2011). Pipet tetes terbuat dari
kaca yang berfungsi untuk mengambil cairan dalam jumlah tetesan. Cara menggunakan
pipet tetes adalah dengan mencelupkan pipet ke dalam larutan dan menekan pillernya
lalu melonggarkan (Sutrisno, 2, 2011). Gelas beker adalah alat yang berfungsi untuk
menampung sementara zat dan untuk mereaksikan zat. Cara menggunakan gelas beker
adalah cukup dengan memasukkan larutan yang diinginkan kedalam beker gelas yang
telah di bersihkan (Alfian, 2009).
Bulb adalah alat untuk menyedot larutan yang dapat dipasang pada pangkal
pipet ukur. Cara menggunakan alat ini adalah dengan memasang ujung pipet dibagian
bawah bulb. Dan menekan katup aspirate (A) untuk mengempeskan bulb, katup suction
(S) untuk menyedot dan katup (E) untuk mengeluarkan cairan. Saat menyedot cairan
dengan menekan katup suction (S), tidak boleh melebihi skala pipet karena dapat
membuat larutan masuk ke bulb dan menyebabkan bulb cepat rusak. Ketika
mengeluarkan cairan sesuai ukuran yang dikehendaki posisi pipet harus tegak lurus.
Pengaduk gelas adalah batang pengaduk yang terbuat dari kaca. Cara menggunakan
alat ini adalah dengan memasukkan batang pengaduk pada gelas kimia yang sudah
berisi larutan, kemudian diaduk larutan tersebut memakai batang pengaduk (Aziz,
2008).
Labu ukur adalah alat yang diigunakan untuk menakar volume zat kimia
dalam bentuk cair pada proses preparasi larutan, menghomogenkan larutan
penyimpanan sampel sementara dan sebagai alat untuk membantu dalam proses
pengukuran sampel larutan. Alat ini tersedia dengan berbagai macam ukuran. Cara
menggunakan alat ini untuk proses pembuatan dan pengenceran larutan adalah dengan
memasukkan sampel larutan ke dalamnya, penambahan aquades, dan tutup dengan
penutupnya lalu homogenkan (Brahmatullah,2011). Gelas arloji terbuat dari kaca, yang
berfungsi untuk menimbang bahan kimia berbentuk kristal. Cara menggunakan gelas
arloji adalah dengan meletakkan bahan kimia diatas gelas arloji menggunakan spatula
lalu timbang pada timbangan analitik (Khamidinal 2009).
Timbangan analitik merupakan alat yang digunakan untuk mengukur berat bersih
suatu zat. Timbangan analitik mempunyai ketelitian hingga empat angka di belakang
koma. Cara menggunakan alat ini adalah dengan menyalakannya dan mengkalibrasi
terlebih dahulu. Menekan tombol “ Re-Zero” sehingga layar pada alat menunjukkan
angka 0,000. Memasukkan sampel dan tutup pintu timbangan. Tunggu hingga layar
pada alat menunjukkan angka pengukuran yang stabil. Keluarkan sampel dan matikan
alat. Timbangan analitik memiliki batasan maksimal yaitu 1 mg atau 210 g, jika melewati
batas tersebut maka ketelitian perhitungan akan berkurang dan alat akan rusak
(Khamidinal, 2009). Corong adalah alat yang terbuat dari kaca yang berfungsi untuk
membantu memasukkan larutan ke dalam glass ware yang memiliki leher sempit. Cara
menggunakan corong adalah dengan meletakkan corong di mulut labu ukur, tuang
larutan yang akan dimasukkan (Setiati, 2008). Spatula adalah alat yang berfungsi untuk
menggambil bahan bahan kimia. Cara menggunakan spatula adalah seperti
menggunakan sendok biasa, yaitu masukkan spatula ke gelas kimia yang berisi bahan
kimia untuk diambil.
Aquades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat pengotor
sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Aquades berwarna bening, tidak berbau,
dan tidak memiliki rasa. Aquades biasa digunakan untuk membersihkan alat-alat
laboratorium dari zat pengotor Digunakan untuk mengencerkan atau melarutkan bahan,
baik padat maupun cairan. (Petrucci, 2008). Gula adalah bentuk dari karbohidrat, jenis
gula yang paling sering digunakan adalah kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk
merubah rasa dan keadaan makanan atau minuman. Pada percobaan ini bahan ini
digunakan untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan gula 12% (v/v)(Tim Dosen Kimia,
2011). NaCl adalah senyawa natrium klorida atau biasa dikenal dengan garam dapur.
Dalam percobaan ini bahan ini digunakan untuk untuk percobaan pembuatan 100 ml
larutan NaCl 0,1 M dan 100 ml larutan NaCl 100 ppm(Tim Dosen Kimia, 2011). Etanol
atau etil alkohol adalah cairan tak berwarna dengan karakteristik antara lain mudah
terbakar, volatil, larut dalam air, biodegradable, tidak karsinogenik, dan jika terjadi
pencemaran tidak memberikan dampak lingkungan yang signifikan. Pada percobaan ini
bahan ini digunakan untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan etanol 20%
(v/v)(Wiratmaja, 2010). Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida
(HCl). Ia adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung
yang merupakan cairan yang sangat korosif. Pada percobaan ini bahan ini digunakan
untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 dari larutan HCl 32% (Tim Dosen
Kimia, 2011).

2. PROSEDUR
Langkah-langkah dalam pembuatan 100 ml larutan NaCl 0,1 M adalah
menyiapkan alat dan bahan seperti gelas arloji, timbangan analitik, gelas beaker,
corong, labu ukur, spatula, pengaduk gelas, pipet tetes, aquades, dan kristal NaCl.
Menghitung terlebih dahulu jumlah massa NaCl yang akan dipergunakan
untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan NaCl 10 M dengan menggunakan rumus
molaritas larutan yaitu mol zat terlarut dibagi volume larutan sehingga diperoleh massa
NaCl adalah 0,585 gram. Mengambil NaCl sedikit demi sedikit dengan menggunakan
spatula dan meletakkannya di atas gelas arloji yang telah ada di dalam timbangan
analitik, untuk ditimbang hingga diperoleh massa NaCl nya mencapai 0,585 gram.
Mengambil NaCl di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan menuangkannya
ke dalam gelas beaker. Menuangkan aquades secukupnya ke dalam gelas beaker yang
berisi NaCl. Mengaduk larutan campuran aquades dan NaCl dengan mengguna-
kan pengaduk gelas hingga NaCl benar-benar larut dan tidak terlihat mata.
Menuangkan larutan NaCl 10 M dari dalam gelas beaker ke dalam labu ukur ukuran
100 ml dengan bantuan corong. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke
dalam labu ukur dengan menggunakan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai
tanda batas, yaitu tepat 100 ml. Menutup labu ukur dengan penutupnya.
Menghomogenkan 100 ml larutan NaCl 0,1 M yang ada di dalam labu ukur
dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali. Diperoleh hasil akhir berupa 100 ml
larutan NaCl 0,1 M.
Langkah-langkah dalam pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm adalah
Menyiapkan alat dan bahan seperti gelas arloji, timbangan analitik, gelas beaker,
corong, labu ukur, spatula, pengaduk gelas, pipet tetes, aquades, dan kristal NaCl.
Menghitung terlebih dahulu jumlah massa NaCl yang akan dipergunakan
untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm dengan menggunakan rumus
ppm yaitu massa zat terlarut dibagi volume larutan sehingga diperoleh massa NaCl
adalah 0,01 gram. Mengambil NaCl sedikit demi sedikit dengan menggunakan spatula
dan meletakkannya di atas gelas arloji yang telah ada di dalam timbangan analitik
untuk ditimbang hingga diperoleh massa NaCl nya mencapai 0,01 gram. Mengambil
NaCl di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan menuangkannya ke dalam
gelas beaker. Menuangkan aquades secukupnya ke dalam gelas beaker yang berisi
NaCl. Mengaduk larutan campuran aquades dan NaCl dengan mengguna-
kan pengaduk gelas hingga NaCl benar-benar larut dan tidak terlihat mata.
Menuangkan larutan NaCl 100 ppm dari dalam gelas beaker ke dalam labu ukur ukuran
100 ml dengan bantuan corong. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke
dalam labu ukur dengan menggunakan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai
tanda batas, yaitu tepat 100 ml. Menutup labu ukur dengan penutupnya.
Menghomogenkan 100 ml larutan NaCl 100 ppm yang ada di dalam labu ukur
dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali. Diperoleh hasil akhir berupa 100 ml
larutan NaCl 100 ppm.
Langkah-langkah pembuatan larutan 100 ml etanol 10% adalah menyiapkan alat
dan bahan seperti, pipet ukur, pipet tetes, labu ukur, aquades, dan larutan etanol.
Menghitung terlebih dahulu jumlah volume awal larutan etanol yang akan dipergunakan
untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan etanol 10% dengan rumus pengenceran
sehingga diperoleh volume awal adalah 10,4 ml. Mengambil etanol yang sudah dihitung
volumenya dengan menggunakan pipet ukur dan bulb dari dalam botol larutan etanol
sebanyak 10,4 ml. Dengan cara mengempeskan bulbnya terlebih dahulu dan menekan
katup (S) untuk menyedot larutan sampai volume yang diinginkan. Memasukkan larutan
etanol 10,4 ml dari dalam pipet ukur ke dalam labu ukur dengan menekan katup (E)
pada bulb untuk mengeluarkan cairan. Posisi pipet ukur harus tegak lurus. Menambahkan
aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur ukuran 100 ml dengan menggunakan
pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai tanda batas, yaitu tepat 100 ml. Menutup
labu ukur dengan penutupnya. Menghomogenkan 100 ml larutan etanol 10% yang ada
di dalam labu ukur dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali. Diperoleh hasil akhir
berupa 100 ml larutan etanol 10% (Tim Dosen Kimia, 2011).
Langkah-langkah dalam pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v) adalah
menyiapkan alat dan bahan seperti gelas arloji, timbangan analitik, gelas beaker,
corong, labu ukur, spatula, pengaduk gelas, pipet tetes, aquades, dan gula. Menghitung
terlebih dahulu jumlah massa gula yang akan dipergunakan untuk percobaan
pembuatan 100 ml larutan gula 5% dengan menggunakan rumus %berat larutan yaitu
massa zat terlarut divagi volume larutan dikali 100 % shingga diperoleh massa gula 5
gram. Mengambil gula yang sudah dihitung massanya sedikit demi sedikit dengan
menggunakan spatula dan meletakkannya di atas gelas arloji yang telah ada di dalam
timbangan analitik untuk ditimbang hingga diperoleh massa gulanya mencapai 5 gram.
Mengambil gula di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan menuangkannya
ke dalam gelas beaker. Menuangkan aquades secukupnya ke dalam gelas beker yang
berisi kristal gula. Mengaduk larutan campuran aquades dan gula dengan
menggunakan pengaduk gelas hingga gula benar-benar larut dan tidak terlihat oleh
mata. Menuangkan larutan gula 5% dari dalam gelas beaker ke dalam labu ukur
dengan bantuan corong. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam
labu ukur dengan menggunakan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai tanda
batas, yaitu tepat 100 ml. Menutup labu ukur dengan penutupnya. Menghomogenkan
100 ml larutan gula 5% (b/v) yang ada di dalam labu ukur dengan proses
homogenisasi sebanyak 12 kali. Diperoleh hasil akhir berupa 100 ml larutan gula 5%
(b/v).
Langkah-langkah pembuatan larutan 100 ml HCl 0,1 M dari larutan HCl pekat
32%, adalah menyiapkan alat dan bahan seperti, pipet ukur, pipet tetes, labu ukur,
aquades, dan larutan HCl. Menghitung terlebih dahulu jumlah volume larutan HCl 32%
yang akan dipergunakan untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari
larutan HCl pekat 32% dengan menggunakan rumus molaritas/konsentrasi dan
pengenceran larutan sehingga diperoleh volume awal adalah 0,96 ml. Mengambil HCl
yang sudah dihitung volumenya dengan menggunakan pipet ukur dan bulb dari dalam
botol larutan HCl sebanyak 0,96 mililiter. Dengan cara mengempeskan bulbnya terlebih
dahulu dan menekan katup (S) untuk menyedot larutan sampai volume yang diinginkan.
Memasukkan larutan HCl 0,96 ml dari dalam pipet ukur ke dalam labu ukur dengan
menekan katup (E) pada bulb untuk mengeluarkan cairan. Posisi pipet ukur harus tegak
lurus. Menambahkan aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur ukuran 100 ml
dengan menggunakan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai tanda batas, yaitu
tepat 100 ml. Menutup labu ukur dengan penutupnya. Menghomogenkan 100 ml larutan
HCl 0,1 M yang ada di dalam labu ukur dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali.
Diperoleh hasil akhir berupa 100 ml larutan HCl 0,1 M.
ANALISA HASIL
1. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 0,1 M

Percobaan pembuatan 100 ml larutan NaCl 0,1 M dengan menggunakan rumus


konsentrasi atau molaritas.
𝑔
M= 𝑀𝑟
𝐿
𝑔
58,5
0,1 =
0,1

g = 0,585 gram (Mulyono, 2008).

2. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm

Percobaan pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm dengan menggunakan rumus
part per million atau bagian per sejuta.
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑚𝑔)
ppm =
𝐿
𝑚𝑔
100 =
0,1
mg = 10 mg (Mulyono, 2008).

3. Pembuatan 100 ml larutan etanol 20% (v/v)

Percobaan pembuatan 100 ml larutan etanol 20% (v/v) dengan menggunakan rumus
pengenceran larutan.

M1 x V1 = M2 x V2
96 x V1 = 20 x 100
20 𝑥 100
V1 =
96
V1 = 20,83 ml (Mulyono. 2008).

4. Pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v)

Percobaan pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v) dengan menggunakan rumus


%berat.
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
%berat = 𝑥 100%
100 𝑚𝑙
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
5% = 𝑥 100%
100 𝑚𝑙
Berat zat terlarut = 5 gram (Mulyono. 2008).
5. Pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32%
% 𝑥 10 𝑥 ƿ
M=
𝑀𝑟
32% 𝑥 10 𝑥 1,19
M=
36,5
M = 10,433 M

Rumus Pengenceran
M1 X V1 = M2 X V2
10,433 X V1 = 0,1 X 100
0,1 𝑥 100
V1 = = 0,96 ml (Zumdahl, 2010).
10,43
KESIMPULAN

Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat membuat dan
mengencerkan larutan dengan benar. Selain itu praktikan juga diharapkan mampu
melakukan perhitungan larutan dengan cermat dan teliti, sehingga bisa didapat hasil
praktikum yang relevan.

Data Hasil Praktikum

1. Pembuatan larutan 100 ml NaCl 0,1 M dibutuhkan NaCl serbuk sebanyak 0,585
gram untuk dilarutkan.
2. Pembuatan larutan 100 ml NaCl 100 Ppm dibutuhkan NaCl serbuk sebanyak 10 mg
untuk dilarutkan.
3. Pembuatan larutan 100 ml etanol 20 % dari larutan etanol 96% dibutuhkan etanol
sebanyak 20,83 ml.
4. Pembuatan larutan 100 ml gula 5% dibutuhkan gula sebanyak 5 gram untuk
dilarutkan.
5. Pembuatan larutan 100 ml HCl 0,1 M dari larutan HCl 32% dibutuhkan HCl sebanyak
0,96 ml
DAFTAR PUSTAKA

Andrian, Dedi Dharma.2011. Penerapan Sifat Koligatif Larutan Dalam Kehidupan Sehari

Emerson. 2010.Theory and Application of Conductivity, Emerson Process Management

Putri, Laili Mei Ari, Trapsilo Prihandono, Bambang Supriadi.2017. PENGARUH


KONSENTRASI LARUTAN TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU LARUTAN

Salirawati, Das. 2008. KIMIA. Bandung: Grafindo Media Pratama

Wijaya, Nanang.2016.LARUTAN KIMIA.


DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Alfian, Zul. 2009. Kimia Dasar. Medan: USU Press


Alfian,zul.2009.KIMA DASAR. Medan:USU Press

Aziz.2008.PEDOMAN ALAT ALAT LABORATORIUM.Jakarta: Penebar Swadaya

Aziz.2008.Pedoman Penggunaan Alat-Alat Laboratorium. Jakarta : Penebar Swadaya


Bamatullah.2011.Buchner of laboratoryum Chemistry. Jakarta: Penebar Swadaya

Basmatullah. 2011. Buchner of Laboratoryum Chemistry. Jakarta : Penebar Swadaya


Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia.Yogyakarta : Pus
Mulyono. 2008. Membuat reagen kimia. Jakarta: Bumi aksara

Petrucci, Ralph H. 2008. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid
3. Jakarta: Erlangga
Setiati, Suminar. 2008. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga
Sutrisno, E, T., Nurminabari, I, S., 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Bandung :
Universitas Pasundan
Tim Dosen Teknik Kimia. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Banjarbaru : Universitas
Lambung Mangkurat
Wiratmaja, I Gede. 2010. Pengujian Karakteristik Fisika Biogasoline Sebagai Bahan
Bakar Alternatif Pengganti Bensin Murni.Vol: 4. No.2. Hal: 145-154
Zumdahl. 2010. Basic chemistry seventh edition. USA: Brooks cole

Anda mungkin juga menyukai