Anda di halaman 1dari 9

ACARA I

PEMBUATAN LARUTAN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Untuk mempelajari teknik pemisahan dan pemurnian suatu zat dari campurannya.
2. Hari,tanggal Praktikum
Sabtu, 29 Maret 2014
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Larutan didefinisikan sebagai zat homogen yang merupakan campuran dua
komponen atau lebih yang dapat berupa gas, cairan ataupun lainnya, karena semua gas
bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran gas adalah homogen dan
merupakan larutan. Dua pengertian yang penting dalam larutan yaitu solute dan solvent.
Pengertian ini dapat dinyatakan bila senyawa dalam jumlah yang lebih besar maka
disebut solvent dan berbeda dalam jumlah kecil disebut solute (Snyder, 2005: 229).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air. Selain air yang
berfungsi sebagai pelarut adalah alkhohol, amoniak, kloroform, benzene, minyal, asam
asetat. Akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan (Gunawan, 2004 :
46).
Banyaknya zat terlarut maksimal yang dapat larut dalam jumlah tertentu pelarut
pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat tergantung pada sifat zat
tersebut, volume pelarut, suhu dan tekanan. Berdasarkan sifat daya hantar listriknya,
larutan dibedakan menjadi dua yaitu larutan elektrolit adalah larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik dan larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Umumnya larutan asam dan basa bersifat elektrolit,
sedangkan reaksi antara asam dan basa akan menghasilkan garam. Dalam pembuatan
larutan diperlukan macam-macam konsentrasi, diantaranya persen berat, persen volume,
fraksi mol, part permillion (ppm), molaritas dan normalitas (Azizah, 2004: 1)

2
Adapun larutan umpan pengendapan dapat diperoleh dari metode re-ekstraksi
hasil proses ekstraksi (proses basah) maupun metode pelarut hasil proses klorinasi (proses
kering). Metode re-ekstraksi (proses basah) lebih menguntungkan apabila dibandingkan
dengan metode proses kering, sebab metode re-ekstraksi (proses basah) tidak
memerlukan panas yang tinggi sehingga sangat hemat akan energi, prosesnya mudah
sehingga tidak memerlukan peralatan pendukung yang rumit, sedangkan metode proses
kering sangat membutuhkan panas yang tinggi sehingga kebutuhan akan energi (panas)
sangat besar berarti memerlukan biaya yang cukup mahal (Sajima, 2007).
Dalam proses pembuatan suatu larutan sampel (inhibitor) yang digunaka untuk uji
aktivitas inhibisi tirosinase misalnya, dari setiap fraksi dibuat dengan konsentrasi 300
µg/mL yang terlarut dalam DMSO. Semntara untuk penentuan IC 50 larutan sampel dibuat
dengan konsentrasi 10 µg/mL, 50 µg/mL dan 100 µg/mL. Aktivitas inhibisi tirosinase
ditentukan dengan mengukur absorbansi sampel menggunakan spektrofotometer visible.
Perolehan senyawa kimia didasarkan pada keasamaan sifat kepolaran terhadap pelarut
yang digunakan. Pelarut polar akan melarutkan solute yang nonpolar atau disebut dengan
like dissolve like. Untuk itu, banyaknya senyawa kimia yang terekstrak dalam fraksi
aseton misalnya, hal itu menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki sifat kepolaran
yang sama dengan aseton (Al – Ash’ary, 2010).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat Praktikum
a. Gelas arloji
b. Gelas kimia 100 ml
c. Gelas kimi 50 ml
d. Labu ukur 50 ml
e. Pipet tetes
f. Sendok
g. Spatula
h. Timbangan analitik
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O)
b. Butiran NaCl (Natrium Clorida)
c. NaOH pellet (Natrium Hidroksida)

3
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Untuk NaCl
a. Dihitung massa NaCl pada konsentrasi NaCl 0,5 % dan 1 % dengan rumus:
gram NaCl
n %= x 100 %
V pelarut
b. Ditimbang massa NaCl yang telah dihitung.
c. Dimasukkan NaCl ke dalam gelas kimia,kemudian ditambahkan sedikit aquades
lalu diaduk hingga melarut.
d. Dimasukkan larutan NaCl ke dalam labu ukur.
e. Ditambahkan aquades sampai volumenya 50 ml kemudian dikocok.
f. Diberi label untuk masing-masing larutan dengan konsentrasi berbeda.
2. Untuk NaOH pellet
a. Dihitung massa NaOH pada konsentrasi 0,75 M dan 0,5 M dengan rumus:
gram 1000
M= x
Mr V
b. Ditimbang massa NaOH yang telah dihitung.
c. Dimasukkan NaOH ke dalam gelas kimia, kemudian ditambahkan sedikit aquades
lalu diaduk hingga melarut.
d. Dimasukkan larutan NaOH ke dalam labu ukur.
e. Ditambahkan aquades sampai volumenya 50 ml kemudian dikocok.
f. Diberi label untuk masing-masing larutan dengan konsentrasi berbeda.

E. HASIL PENGAMATAN

No. PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN


1. Untuk NaCl
a. Dihitung massa NaCl n% dengan rumus: Massa NaCl 0,5% = 0,25 gram
gram NaCl Massa NaCl 1% = 0,5 gram
n %= x 100 %
V pelarut
n % x V pelarut
gram NaCl=
100 %

b. Dimasukkan NaCl ke dalam gelas kimia


dan ditimbang pada timbangan analitik

4
yang sudah dikalibrasi. Setelah ditimbang,
NaCl 0,5 % dan 1 % masing-masing
dimasukkan ke dalam gelas kimia,
kemudian masing-masing gelas kimia
yang berisi NaCl dengan massa berbeda
dilarutkan dengan sedikit aquades.
c. Kemudian diaduk dengan menggunakan - Warna larutan tetap bening
spatula. - NaCl mudah melarut
d. Larutan tersebut dituang pada masing-
masing labu ukur 50 ml.
e. Ditambahkan aquades hingga volumenya
50 ml dan agar volumenya tepat 50 ml
maka digunakan pipet tetes.
f. Dikocok larutan yang ada di dalam labu
ukur tersebut agar tercampur merata
kemudian diberi label agar larutan tidak
tertukar.
2. Untuk NaOH
a. Dicari gram NaOH (M) dengan rumus: Massa NaOH 0,5 M = 1 g
M . Mr . V Massa NaOH 0,75 M = 1,5 g
gram NaOH =
1000
b. Ditimbang massa NaOH yang telah
didapatkan dari perhitungan tersebut
dengan timbangan analitik dan NaOH
berada dalam gelas arloji setelah
ditimbang dimasukkan kedalam gelas
kimia.
c. Dimasukkan aquades kedalam gelas kimia
untuk melarutkan padatan NaOH,
kemudian diaduk hingga terlarut
semuanya dengan spatula.
d. Dituangkan larutan NaOH 0,75 M dan 0,5
M pada masing-masing labu ukur
kemudian ditambahkan aquades sampai
volumenya 50 ml dan gunakan pipet tetes
5
jika volumenya masih kurang dari 50 ml.
e. Setelah itu masing-masing larutan dikocok NaOH lebih lama melarut,
agar tercampur merata dan diberi label berasa panas dan beruap.
pada masing – masing labu ukur agar
tidak tertukar.

F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
a. NaOH(s) + H2O(l) → NaOH(aq) + H2O(l)
b. NaCl(s) + H2O(l) → NaCl(aq) + H2O(l)

2. Perhitungan
a. Untuk NaOH 0,75 M
Diketahui: Vpelarut = 50 ml
Mr NaOH = 40
gr 1000
M= x
Mr V
gr 1000
0,75= x
40 50
0,75 x 40 x 50
gr=
1000
gr=1,5 gram
b. Untuk NaOH 0,5 M
Diketahui: Vpelarut = 50 ml
Mr NaOH = 40
gr 1000
M= x
Mr P
gr 1000
0,5= x
40 50
0,5 x 40 x 50
gr=
1000
gr=1 gram
c. Untuk NaCl 0,5 % dengan 50 ml pelarut
gram NaCl
n %= x 100 %
Volume

6
gr
0,5 %= x 100 %
50
0,5 x 500
gr=
100
gr=0,25 gram
d. Untuk NaCl 1 % dengan 50 ml pelarut
gram NaCl
n %= x 100 %
Volume
gr
1 %= x 100 %
50
1 % x 50
gr=
100
g=0,5 gram
e. Tabel Pengamatan
Massa (gr) Konsentrasi Volume
No. NaO Larutan
NaCl NaOH (M) % NaCl
H (mL)
1. 1 0,25 0,5 0,5 50
2. 1,5 0,5 0,75 1 50

G. PEMBAHASAN
Larutan merupakan campuran homogen dari zat terlarut (solute) dengan pelarut
(solvent). Zat terlarut dapat berupa zat padat, cair, dan gas. Sedangkan zat pelarutnya
biasanya berupa zat cair. Banyaknya zat terlarut pada pelarutnya sering dinyatakan
dengan konsentrasi. Berbagai satuan dan unit konsentrasi yang umum dikenal dalam
kimia antara lain % berat, % volume, molaritas (M), molalitas (m), normalitas (N) dan
sebagainya.
Pada percobaan kali ini digunakan molaritas dan % massa untuk menentukan
komposisi suatu larutan. Dalam pelarutan NaOH 1 gram dan 1,5 gram dengan
menggunakan aquades, terjadi peristiwa memanas pada dasar tabung. Hal ini karena
partikel-partikel NaOH yang saling bertumbukan dengan partikel H2O dan adanya ikatan
hidrogen yang terjadi. Terjadinya peristiwa memanas ini juga menandakan bahwa adanya
proses eksoterm yaitu proses pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan. Pada larutan
NaOH dengan massa 1 gram, dasar tabung lebih cepat terasa panas jika dibandingkan
dengan dasar tabung pada larutan NaOH dengan massa 1,5 gram. Hal ini karena semakin

7
banyak massa NaOH, maka akan semakin lama melarut dan semakin banyak pula
partikel-partikelnya yang bertumbukan dengan H2O.
Selanjutnya pada proses pembuatan larutan dengan menggunakan NaCl dengan
massa 0,25 gram dan 0,5 gram, tidak terjadi perubahan warna ataupun suhu seperti yang
terjadi pada larutan NaOH. Namun larutan NaCl lebih mudah larut dibandingkan dengan
NaOH. Selain karena ukuran antara kedua padatan, hal ini juga karena pelarutan NaCl
dalam aquades merupakan interaksi kuat antara solute dan solvent.
Aquades digunakan sebagai pelarut karena bersifat polar. Dengan sifatnya yang
polar tentu NaO yang merupakan basa kuat dan NaCl yang merupakan garam dar basa
kuat dan asam kuat akan mudah terionisasi dengan sempurna. Selain itu, NaCl juga
bersifat polar sehingga mampu bereaksi dengan H2O. Untuk itu aquades digunakan untuk
malarutkan senyawa-senyawa atau zat yang berbentuk pellet dan serbuk seperti NaOH
pellet dan NaCl.
Tidak hanya aquades yang dapat digunakan sebagai pelarut, tetapi benzena dan
juga fenol dapat digunakan. Akan tetapi, penggunaan pelarut ini harus disesuaikan
dengan zat terlarut yang akan digunakan, karena kesalahan penggunaan pelarut dapat
menyebabkan reaksi yang berbahaya, seperti reaksi ledakan. Misalkan saja benzena atau
nitrobenzene yang merupakan bahan kasinogen (beracun) direaksikan dengan basa kuat
NaOH dan asam kuat ataupun basa kuat lainnya akan menghasilkan reaksi berbahaya
yang berupa asap dan dapat menyulitkan kita untuk mengelompokkan senyawa asam
atau basa.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, analisis data dan pembahasan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Larutan merupakan campuran homogen dari zat terlarut (solute) dengan pelarutnya
(solvent).
2. Untuk membuat suatu larutan, terlebih dahulu harus ditentukan massa zat atau
senyawa yang akan dilarutkan dan pilih pelarut yang sesuai dengan zat tersebut.
3. Semakin banyak senyawa yang dilarutkan, maka semakin tinggi pula konsentrasi
larutan tersebut.

8
Garam dapur (NaCl) adalah senyawa garam netral yang terbentuk dari logam alkali (golongan
IA) dan halogen (golongn VIIA) yang saling terikat dengan ikatan ionik. Sementara unsur-
unsur dari golongan alkali adalah senyawa yang memiliki satu elektron pada kulit paling luar
(golongan IA) sehingga sangat mudah melepaskan satu elektron tersebut untuk memperoleh
konfigurasi gas mulia (elektron valensi =8), atau dikatakan mencapai konfigurasi elektron
yang stabil, jadi  Natrium (Na) akan berubah menjadi ion natrium positif.

Sementara klorida memiliki 7 elektron (golongan VIIA) sehingga akan menjadi lebih stabil
dengan menambahkan satu elektron pada kulit paling luarnya (konfigurasi gas mulia atau
elektron valensi berjumlah 8), dengan demikian klorida berubah jadi ion klorida (Cl-).

Ikatan ionik yang membentuk NaCl TIDAK cukup kuat untuk mempertahakan persenyawaan
mereka, karena mereka lebih suka (stabil) dalam bentuk ion, dengan catatan muatan mereka
masing-masing dapat distabilkan. Inilah fungsi air (H2O). Air memiliki sisi hidrogen dan sisi
oksigen, Sisi hidrogen merupakan sisi yang memiliki muatan cenderung positif (tidak benar-
benar positif) sehingga dapat menstabilkan ion klorida. Sementara sisi oksigen cenderung
bermuatan negatif, sehingga dapat menstabilkan ion natrium. Artinya ion natrium akan
dikelilingi oleh air pada sisi oksigen dan ion klorida akan dikelilingi (membentuk ikatan ion-
dipol ) air pada sisi hirogen. Dengan pecahnya garam NaCl menjadi ion-ion inilah yang
menyebabkan hilangnya garam dari pandangan mata, karena ion adalah spesi yang sangat
kecil.
Kategori Soal: Kimia – Kelarutan

Kelas: 1 SMA/ X

Pembahasan:

Garam ⇒ NaCl ⇒ senyawa polar


Air ⇒ H₂O ⇒ senyawa polar

NaCl (garam dapur) dapat larut dalam air karena keduanya merupakan sama-sama larutan
polar.

9
Reaksi nya adalah sebagai berikut:

NaCl + H₂O → NaOH + HCl

NaCl akan terurai menjadi Natrium Hidroksida dan Asam Klorida.

10

Anda mungkin juga menyukai