Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR PROSES KIMIA

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA

Oleh:

Oleh:

NAMA : MIANA SARI TINAMBUNAN


NIM : 20614075
HARI / TANGGAL PERCOBAAN : KAMIS 26 NOVEMBER 2020
KELOMPOK :1
NAMA INSTRUKTUR/DOSEN : ELIS DIANA ULFA S.Pd., M.Si

PROGRAM STUDI PETRO DAN OLEO KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
KAMPUS PASER 2020/2021
A. Tujuan Percobaan
1. Dapat membuat larutan NaOH dan larutan H2C2O4
2. Dapat melakukan standarisasi larutan
3. Menentukan kadar asam asetat yang terdapat dalam asam cuka yang beredar di
pasaran

B. Dasar Teori
1. Asam asetat
Asam asetat adalah salah satu contoh dari asam karboksilat paling sederhana
(setelah asam format) yang mempunyai gugus fungsi -COOH yang disebut gugus
karboksil karena merupakan gugus dari gugus karbonil (-CO-) dan gugus hidroksil
(-OH). Asam asetat merupakan senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai
pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. asam asetat memiliki rumus empiris
C2H4O, rumus ini sering ditulis dalam bentuk CH3COOH,CH3-COOH atau CH3CO2H.
singkatan yang paling sering digunakan dan merupakan singkatan resmi bagi larutan
asam asetat adalah AcOH atau HOAc, dimana Ac berarti gugus asetil, CH 3-C(=O)-.
Pada konteks asam-basa, asam asetat juga sering disingkat HAc meskipun banyak yang
menganggap singkatan ini tidak benar. Ac juga boleh disalahartikan dengan lambang
unsur actinium (Ac).
Asam asetat terdapat dalam cuka makan memiliki kadar sekitar 20 - 25 %.
Asam asetat murni disebut asam asetat glasial merupakan campuran bening tidak
berwarna, berbau sangat tajam dan membeku pada 16,6℃membentuk Kristal yang
menyerupai es atau gelas. Selain itu asam asetat digunkan sebagai pereaksi kimia yang
dapat menghasilkan berbagai senyawa kimia lain. Sebagian 40 - 45 % dari asam asetat
di dunia digunkan sebagai bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl
actate monomer). Asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan
ester. Berdasarkan BSN, kadar asam asetat yang baik untuk dikonsumsi tubuh adalah
3% maksimum 60 mg/kg.

Sifat –sifat asam asetat


a. Keasaman
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (-COOH) dalam asam karboksilat
seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H +¿¿ (proton), sehingga memberikan
sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa
konjugasinya adalah asetat (CH3COO). Sebuah larutan 1.0M asam asetat (kira-kira
sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2,4.

Acetic acid acetate

Gambar 1 dimer siklis dari asam asetat garis putus – putus melambangkan ikataan
hydrogen.
Struktrul Kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul – molekul asam
asetat berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hydrogen.
Dimer juga dapat dideteksi pada uap bersuhu 120℃. dimer juga terjadi pada larutan
encer didalam pelarut tak berikatan hydrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam
asetat murni. Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan hydrogen (misalnya
air). Entalpi disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65,0-66,0 kj/mol. Entropi disosiasi
sekitar 154-157 J mol-1 K-1. sifat dimerisasi ini juga dimiliki oleh asam karboksilat
sederhana lainnya. 
b. Sebagai pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar) mirip seperti air dan
etanol. asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga ia
bisa melarutkan baik senyawa polar seperti garam anorganik dan gula maupun
senyawa non polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin asam
asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut polar Atau nonpolar lainnya seperti
air kloroform dan heksana. sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam
asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia.
c. Reaksi-reaksi kimia
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi magnesium
dan seng membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat).
logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa
yang cocok. contoh yang terkenal adalah reaksi soda kue (Natrium karbonat)
bereaksi dengan cuka.  HAM hampir gara air. pengaruh kromium (II) Asetat titik
contoh reaksi pembentukan garam asetat:
Mg(s)+¿2CH3COOH(aq) →(CH3COOH)2Mg(aq) + H2(g)NaHCO3(S) +
CH3COOH(aq) →CH3COOHNa(aq) + CO2(g) + H2O(1)
Aluminium merupakan logam yang tahan terhadap korosi karena dapat membentuk
lapisan aluminium oksida yang melindungi permukaan nya. karena itu, biasanya
asam asetat diangkut dengan tangki - tangki aluminum.

2. Pendeteksian asam asetat


Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya
menghasilkan garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat
bila bereaksi dengan logam, dan menghasilkan logam etanoat air dan karbon
dioksida bila bereaksi dengan garam karbonat atau bikarbonat. reaksi organik yang
paling terkenal dari asam asetat adalah pembentukan etanol melalui reduksi,
pembentukan turunan asam karboksilat seperti asetil klorida atau anhidrida asetat
melalui substitusi nukleofilik. Anhidrida Asetat dibentuk melalui kondensasi dua
molekul asam asetat titik Ester dari asam asetat dapat diperoleh melalui reaksi
esterifikasi Fischer. Dan juga pembentukan Amida pada suhu 440℃, Asam asetat
terurai menjadi metana dan karbon dioksida, atau ketena dan air.
Asam asetat dapat dikenali dengan baunya yang khas. Selain itu, garam -
garam dari asam asetat bereaksi dengan larutan besi (III) klorida, Yang
menghasilkan warna merah pekat yang hilang bila larutan diasamkan. garam garam
asetat bila dipanaskan dengan arsenic trioksida (AsO3) Membentuk karboksil oksida
((CH3)2As-O-As(CH3)2), yang mudah dikenali dengan baunya yang tidak
menyenangkan. 
Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai
senyawa kimia. sebagian besar (40 - 45%) dari asam asetat kimia digunakan
sebagai bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer,
VAM). Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan
juga Ester. Penggunaan asam asetat lainnya termasuk penggunaan dalam cuka
relatif kecil.
Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan
penuh hati-hati. asam asetat dapat menyebabkan luka bakar kerusakan mata
permanen serta iritasi pada membran mukosa. luka bakar atau lepuhan bisa jadi
tidak terlihat hingga beberapa jam Setelah kontak sarung tangan latex tidak
melindungi dari asam asetat Sehingga dalam menangani senyawa ini perlu
digunakan sarung tangan berbahan karet nitril. asam asetat pekat juga dapat
terbakar di laboratorium namun dengan sulit. ia menjadi mudah terbakar jika suhu
ruang melebihi 39 ℃(102℉), dan dapat membentuk campuran yang mudah
meledak di udara (ambang ledakan 5.4% - 16%).
Konsentrasi
Molaritas Klasifikasi Frase-R
berdasar berat
10% - 25% 1.67 – 4.16 mol / L Iritan (Xi) R36/38
25% - 90% 4.16 –14.99 mol / L Korosif (C) R34
>90% >14.99 mol / L Korosif (C) R10,R35

Larutan asam asetat dengan konsentrasi lebih dari 25% harus ditangani
ditutup (fume hood) karena uapnya yang korosif dan berbau. asam asetat encer,
seperti pada cuka, tidak berbahaya. Namun konumsi asam asetat yag lebih pekat
adalah berbahya bagi manusia maupun hewan. hal itu dapat menyebabkan kerusakan
pada sistem pencemaran dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah.

3. Dasar volumetri 
Volumetri atau titrimetri adalah analisis jumlah berdasarkan pada
pengukuran volume larutan pereaksi (larutan peniter/titran/larutan baku) yang
direaksikan dengan larutan contoh atau sampel yang ditentukan kadarnya (titrit).
Pelaksanaan pengukuran volume ini disebut koperasi atau penyetaraan, yaitu
larutan panitera ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan contoh atau
sampel sampai terjadi titik akhir titrasi yang secara kimia jumlah titrit dan jumlah
penitrat sama. Namun, tidak semua larutan dapat digunakan sebagai titran titik
untuk itu, pereaksi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Berlangsung yang campur sempurna, (dasar teoritas)
2) Cepat dan irreversible 
3) Ada petunjuk akhir titrasi
4) Larutan baku yang digunakan harus stabil konsentrasinya tidak mudah berubah
bila disimpan

4. Larutan standar
larutan Standar adalah larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti
atau dapat pula diartikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk menetapkan
konsentrasi larutan standar sekunder atau larutan yang harga konsentrasinya masih
dapat berubah karena pengaruh lingkungan titik. Dengan demikian, maka dikenal
ada dua jenis larutan, yaitu larutan standar primer dan standar sekunder. Sedangkan
proses penetapan konsentrasinya (biasanya dalam sistem kenormalan). Larutan
standar sekunder disebut tanda standarisasi.
Reaksi antara Titran dengan zat yang dipilih sebagai standar primer harus
memenuhi syarat untuk analisa titrasi volumetri, yaitu:
1) Harus mudah diperoleh dalam bentuk murni atau dalam keadaan kemurnian
yang konsentrasinya diketahui dengan harga yang wajar.
2) Zat itu harus tetap, harus mudah dikeringkan dan tidak terlalu hidrokospis,
Tidak berkurang. Beratnya jika terkena udara, garam hidrat nya biasanya tidak
dipergunakan dengan standar primer.
3) mempunyai beban ekuivalen tinggi agar mengurangi Konsentrasi kesalahan
pada penimbangan.

Terdapat macam – macam larutan sekunder, antara lain sebagai berikut:


1) Standar primer asam
a) C3H3COOH (asam benzoat)
b) NH4SO3H (asam sulfat)
c) H2C2O4.2H2O (Asam oksalat)
2) Standar primer basa
a) NaCO3 (Natrium karbonat)
b) Na2B4O7 (Boraks)
Contoh senyawa yang dapat dipakai untuk standar primer adalah:
1) Arsen trioksida (As2O3) dipakai untuk membuat Larutan natrium arsenit NaSO 2
yang dipakai untuk menstandarisasi Larutan natrium periodat NaIO 4, larutan iodin
I2, dan cerium (IV) sulfat Ce (SO4)2.
2) Asam benzoat dipakai untuk menstandarisasi Larutan natrium etanoat
isopropanol atau BMF.
3)  kali kalium KBrO3   untuk menstandarisasi Larutan natrium tiosulfat Na2S2O3. 
4) kalium hidrogen phtalat (KHP) dipakai untuk menstandarisasi larutan asam
perklorat dan asam asetat.
5)  Natrium karbonat dipakai untuk standarisasi larutan H2SO4, HCI, dan HNO3
6) Natrium klorida (NaCI) untuk menstandarisasi larutan AgNO3.
7) Asam sulfanilik (4-aminobenzene sulfonic acid) dipakai untuk standarisasi
larutan natrium nitrit.
As2O3, asam benzoat, KBrO3, KHP, Na2CO3, NaCI, dan asam sulfanilat di atas
adalah standar primer jadi senyawa ini ditimbang dengan berat tertentu kemudian
dilarutkan dalam aquades dengan volume tertentu untuk didapatkan larutan standar
primer. NaOH tidak dapat dipakai untuk standar primer disebabkan NaOH bersifat
higroskopis Oleh sebab itu maka NaOH harus dititrasi dahulu dengan kHP agar dapat
dipakai sebagai tanda primer.  Begitu juga dengan H2SO4 dan HCI tidak bisa dipakai
sebagai standar primer, supaya menjadi standar sekunder maka larutan ini dapat
dititrasi dengan larutan standar primer NaCO3.
Syarat senyawa yang dapat dijadikan pada primer:
1) Memiliki kemurniaan 100%
2) Bersifat stabil pada suhu kamar dan stabil pada suhu pemanasan
(pengeringan). Disebabkan standar primer biasanya dipanaskan dahulu sebelum
ditimbang.
3) Mudah didapatkan (tersedia dimana-mana). 
4) Memiliki berat molekul yang tinggi (MR) hal ini untuk menghindari
kesalahan relatif pada saat menimbang titik menimbang dengan berat yang
besar akan lebih mudah dan memiliki kesalahan yang kecil dibandingkan
dengan menimbang sejumlah kecil zat tertentu.
5) Harus memenuhi kriteria syarat-syarat titrasi.

5. Ekuivalen
Titik ekuivalen adalah titik akhir titrasi, yaitu dimana suatu titrasi akan
dihentikan karena telah mencapai suatu kesetaraan. Untuk mengetahui kapan suatu
titrasi dikatakan setara ialah bila pada larutan titrat telah terjadi perubahan warna.
Hal ini disebabkan karena penambahan indikator sebagai larutan petunjuk titik
titrasi Asam - Basa (Asidimetri - Alkalimetri). Reaksi dasar dari titrasi asam basa
yaitu penetralan atau netralisasi yang menghasilkan garam dan air. misalnya reaksi
antara natrium hidroksida dan asam klorida.
NaOH +¿ CH3COOH →CH3COONa +¿H2O
Bila diukur berapa mL Larutan asam dengan tertentu diperlukan untuk
menetralkan suatu larutan basa,  kadarnya atau titelnya asam maka pekerjaan itu
disebut asidimetri sedangkan gitarnya sebaliknya, asam dengan basa yang pintarnya
diketahui disebut alkalimetri ternyata ion OH - setara dengan satu ion H+,  maka 
dapat disimpulkan bahwa 1 gram setara asam atau basa adalah jumlah asam yang
mengandung ion H+ atau 1 gram ion OH-,  dengan kata lain 1 gram setara (gram
ekuivalen) asam atau basa yang berkedudukan n adalah  1/n gram mol zat terlarut.

C. Alat dan bahan


Alat yang digunakan adalah
1) Labu ukur 100 Ml
2) Neraca digital
3) Pipet volume 25 Ml
4) tiket 10 mL
5) Gelas kimia 250 mL
6) Erlenmayer 250 mL
7) Buret 
8) Statif dan klem
9) Bulp
10) Corong
11) Piknometer
12) Kaca arloji
13) Spatula
14) Batang pengaduk
Bahan yang digunakan adalah
1) Padatan naoh
2) Padatan asam oksalat
3) Indicator PP
4) Sampel asam cuka dagangan
5) Aquades

D. Prosedur kerja
1. Penentuan volume piknometer
1) Ditimbang piknometer kosong yang kering dan bersih (a gram)
2) Disi piknometer dengan aquades Bertemperatur 18℃yang telah diketahui
berat jenisnya (dapat dilihat pada tabel).
3) Ditimbang piknometer yang berisi aquades tepat pada temperatur 20℃ (b
gram). 
4) Dihitung berat aquades pada temperatur (b - a) gram.
5) Dihitung volume aquades
b−a
volume piknometer = 
densitas air pada suhu 20℃

2. Penentuan densitas zat cair (cuka) dengan piknometer


1) Ditimbang piknometer kosong yang kering dan bersih yang telah ditentukan
volumenya (c gram)
2) Disi piknometer dengan zat cair pada suhu 18℃
3) Ditimbang piknometer yang berisi zat cair pada temperatur 20℃ (d gram)
4) Dihitung berat zat cair (d - c gram)
5) Dihitung berat zat cair pada suhu 20℃
d−c
Densitas zat cair =
volume piknometer

3. Pembuatan larutan NaOH 0,1


1) Dibuatan larutan NaOH 0,1 N
2) Ditimbang sebanyak 1 gram padatan NaOH menggunakan neraca digital
3) Dimasukkan Padatan NaOH ke dalam gelas kimia dan menambahkan
aquades lalu mengaduk hingga tercampur rata
4) Dimasukkan ke dalam labu ukur lalu menambahkan air sampai tanda batas
100 mL
4. Pembuatan larutan asam oksalat (H2C2O4.2H2O) 0,1 N
1) Ditimbang sebanyak 0,63 gram asam oksalat menggunakan neraca digital
2) Dimasukkan padatan asam oksalat ke dalam gelas kimia dan ditambahkan
sedikit aquades, kemudian mengaduk hingga tercampur rata.
3) Dimasukkanlarutan asam oksalat tersebut ke dalam labu ukur 100 mL dan
ditambahkan aquades hingga tanda batas
5. Standarisasi NaOH 0,1 N dengan asam oksalat 0,1 N
1) Dipipet 10 mL H2C2O4.2H2O 0,1 mL dengan menggunakan pipet volume
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL
2) Kemudian ditambahkan indikator pp sebanyak 3 tetes
3) Dititrasi dengan menggunakan penetral larutan NaOH hingga terjadi
perubahan warna larutan menjadi merah muda
4) Dicatat volume penitrat yang digunakan
5) Dilakukan percobaan secara Duplo
6) Selanjutnya ditentukan NaOH dengan rumus: V1 ×N1= V2×N2
6. Penentuan kadar asam asetat dalam cuka perdagangan
1) Dipipet 10 mLlarutan cuka perdagangan dengan pipet ukur dan dimasukkan
ke dalam labu ukur 100 mL dan menyuling kan hingga tanda batas labu
Ukur 
2) dipipet 10 mL larutan tersebut dengan menggunakan pipet volume, Lalu
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL
3) Ditambahkan3 tetes indikator pp
4) Dititrasi dengan NaOH yang telah distandarisasi hingga terjadi perubahan
warna larutan menjadi merah muda
5) Dilakukan percobaan pada masing - masing sample secara duplo.
6) Selanjutnya Dihitung kadar asam asetat yang terdapat dalam asam cuka.
Dengan rumus:
fp × BM asamasetat × V NaOH × M NaOH
% asamaseta= ×100 %
berat sampel ×1000

Diagram Alir
1. Perhitungan volume piknometer
Menimbang piknometer (a)

+ aquades suhu 18℃


Ditimbang piknometer + aquades suhu 20℃
(b)
Dicatat massa piknometer + aquades (b – a)

Hitung Volume aquades


2. Perhitungan densitas cuka

Menimbang piknometer (c)

+ cuka 18℃
Ditimbang piknometer + cuka suhu 20℃ (d)
Dicatat massa piknometer + cuka (d – c)

Hitung densitas zat cuka

3. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N

Menimbang NaOH 1 gram

+ aquades dan larutkan NaOH ke dalam labu


ukur 250 mL
+ aquades sampai tanda batas 250 mL

Larutan NaOH 0,1 N

4. Pembuatan larutan asam oksalat

Menimbang 0,63 gram asam oksalat H2C2O4.2H2O

larutkan H2C2O4.2H2O dan masukkkan ke


dalam labu ukur 100 mL
+ aquades sampai tanda batas 100 mL

Larutan asam oksalat 0,1 N 500 mL


5. Standarisasi NaOH 0,1 N dan asam oksalat 0,1 N

Larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N 10 mL

+ 3 tetes PP
Titrasi dengan larutan NaOH
hingga larutan menjadi merah
muda

Catat volume larutan NaOH

6. Penentuan kadar asam asetat

Larutan asam cuka 10 mL

+ 3 tetes PP
Titrasi dengan larutan NaOH hingga
larutan menjadi merah muda

Catat volume NaOh dan Hitung kadar asam asetat


dalam cuka

E. Data Pengamatan
Tabel 1. Menentukan volume piknometer
Penentuan Hasil
Massa piknometer kosong (g) 15,0974
Massa piknometer + aquadest (g) 25,2003
Massa aquadest (g) 10,1029
Volume piknometer (mL) 10,1210

Tabel 2. Penentuan densitas zat cair (cuka) pada suhu 20℃


Penentuan Cuka 25%
Massa piknometer kosong (g) 15,1106
Massa piknometer + etanol (g) 25,4964
Massa cuka (g) 10,3856
Volume piknometer (mL) 10,1210
Densitas cuka (g/mL) 1,0261
Tabel 3. Standarisasi NaOH

No VNaOH (mL) Nasam oksalat (N) Vasam oksalat (mL) NNaOH (N)

1 11,3 0,1 10 0,0873


2 11,6 0,1 10 0,0873

Tabel 3. Titrasi cuka


No Jenis cuka Vcuka (mL) VNaOH (mL) NNaOH (N) Perubahan warna
1 Belibis 10 49,4 mL 0,0873 Tidak berwarna – merah muda
2 Belibis 10 47,6 mL 0,0873 Tidak berwarna – merah muda

Perhitungan :

1) Menentukan densitas dalam cuka


25,2003−15,0974 10,1029
V piknometer= = =10,1211 mL
0,998204 0,998204
25,4964−15,1108 10,3856
P cuka= = =1,026 g /mL
10,1211 10,1211
2) Membuat larutan NaOH 0,1 N

Massa NaOH = 1,0357 g Mr NaOH = 40 g/mol

m 1000
M= x
Mr V

1.0357 1000
= x
40 250

= 0,10537 M

NaOH →Na+ ¿¿ + OH−¿ ¿ b=1

N=b.m
= 1 x 0,10537
= 0,10537 N

3) Membuat larutan H2C2O4.. 2H2O 0,1 N


Massa H2C2O4. 2H2O = 0,6537 Mr H2C2O4 = 126 g/mol
m 1000
M= x
Mr V
0,6537 1000
= x
126 100
= 0,050 M
H2C2O4→2H+ + C2O42- a = 2
N=axm
= 2 x 0,050
= 0,1 N

4) Standarisasi larutan NaOH 0,1 N dengan asam oksalat 0,1 N


V 1+V 2 11,3 mL+11,6 mL
V NaOH = = = 11,45 mL
2 2
NaOH H2C2O4
N1 . V1 = N2 . V2
N1 .11,45 = 0,1 x 10
N1.11,45 = 1
1
N1 = = 0,0873 N
11.45

5) Menentukan kadar CH3COOH dalam cuka


a) Menentukan konsentrasi cuka 25%
100
fp = = 10
10
VNaOH
1) 49,4 mL
2) 47,6 mL
V 1+V 2 49,4+ 47,6
VNaOH = = = 48,5 mL
2 2

BM CH3COOH = 60 g/mol

fp x VNaOH x NNaOH x BM CH 3COOH


Kadar CH3COOH = x 100 %
V CH 3COOH x 1000

10 x 48,5 x 0,0873 x 60 g / mol


= x 100%
10 x 1000

= 25,4043 %
b) Kemurnian asam asetat

ρ= 1,026 g/mol

VCH3COOH = 10 mL

m=ρxv

= 1,026 g/mol x 10 mL

= 10,26 g

25
Massa CH3COOH dalam 25% = 10,26 g x = 2,565 g
100

fp x VNaOH x NNaOH x BM CH 3COOH


Kemurnian = x 100%
M CH 3 COOH x 1000

10 x 48,5 x 0,0873 x 60 g / mol


= x 100%
2,565 g x 1000

= 99,0421 %

F. Pembahasan
Asam asetat merupakan senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai
pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. asam asetat memiliki rumus empiris
C2H4O, rumus ini sering ditulis dalam bentuk CH3COOH, CH3-COOH atau
CH3CO2H. singkatan yang paling sering digunakan dan merupakan singkatan resmi
bagi larutan asam asetat adalah AcOH atau HOAc, dimana Ac berarti gugus asetil,
CH3-C(=O)-. Asam asetat terdapat dalam cuka makan memiliki kadar sekitar 20 - 25
%. Asam asetat murni disebut asam asetat glasial merupakan campuran bening tidak
berwarna, berbau sangat tajam dan membeku pada 16,6℃membentuk Kristal yang
menyerupai es atau gelas.
Cuka yang digunakan pada praktikum ini bermerk Belibis dengan konsentrasi
25%. Sebelum ditentukan kadarnya, cuka terlebih dahulu diketahui densitasnya
menggunakan piknometer. Berdasarkan data pengamatan pada Tabel 2 dapat
diketahui bahwa densitas cuka merk Belibis yang ditentukan pada temperature 20oC
adalah 1,0261 g/cm3. Data ini akan digunakan untuk menentukan kemurnian asam
asetat dalam cuka 25%.
Pada praktikum ini standarisasi larutan baku dan penentuan kadar asam asetat
dalam cuka dilakukan dengan metode titrasi. Titrasi merupakan metode analisis
kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan
konsentrasi dan reaktan. Dalam proses titrasi, terdapat titran sebagai larutan yang
telah diketahui, dan titrat sebagai larutan yang akan ditentukan titrasinya. Dalam
melakukan titrasi yang perlu diamati adalah perubahan warna titrat yang
menunjukkan titik akhir titrasi. Selesainya reaksi dapat dilihat karena terjadi
perubahan warna. Yang dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena
penambahan indikator fenolftaelin (PP). Adanya indikator PP ini titik akhir titrasi
dapat dientukan saat terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah
muda. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik
ekuivalen).
Untuk menentukan kadar asam asetat dalam cuka, penitran yang digunakan
adalah basa NaOH yang sudah distandarisasi. Standarisasi perlu dilakukan, karena
larutan standar sekunder biasanya bersifat tidak stabil jika disimpan dalam waktu
yang lama. Sedangkan larutan standar primer yang dipilih biasanya memiliki sifat
stabil jika disimpan dalam waktu yang lama, misalnya saja tidak higroskopis
sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah (Yuni, 2012). Berdasarkan data
pengamatan pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa volume larutan NaOH yang
dibutuhkan untuk titrasi sebanyak 11,45 mL dan konsentrasinya sebesar 0,0873 N.
Larutan NaOH yang dibuat seharusnya memiliki konsentrasi 0,1 N. Hal itu dapat
terjadi karena ada yang kurang tepat saat menimbang padatan NaOH. Untuk
menimbang sebanyak 1 gram dibutuhkan waktu yang lama sehingga padatan NaOH
yang bersifat higroskopis sudah menyerap udara bebas. Sehingga hasil penimbangan
tidak akurat. Selain itu juga bisa disebabkan oleh keakuratan pada saat melihat
perubahan warna dan menentukan volume larutan NaOH yang ada di buret.
Pada penentuan kadar asam asetat, sebelum melakukan titrasi terlebih dahulu
mengencerkan asam cuka dengan aquades di dalam labu ukur. Sebanyak 10 mL asam
cuka diencerkan sampai volume 100 mL. Setelah itu sebanyak 10 mL larutan cuka yang
telah ditambahkan indicator phenolphthalein dititrasi dengan larutan NaOH. Titik akhir
titrasi terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi warna merah muda pada
penambahan larutan NaOH sebanyak 48,5 mL. Reaksi yang terjadi antara CH3COOH
dan NaOH mengikuti persamaan reaksi berikut:
CH 3 COOH + NaOH →CH 3 COONa + H 2 O
Selanjutnya dihitung kadar asam asetat dan kemurnian asam asetat dalam cuka
merk Belibis. Hasil perhitungan kadar asam asetat dalam cuka merk Belibis adalah
25,4043 % dengan kemurnian asam sebesar 99,0421 %. Data tersebut menunjukkan
bahwa cuka merk Belibis memiliki kadar yang sesuai dengan yang tertera di label
botol. Selain itu bahan asam asetat yang digunakan untuk membuat cuka 25%
memiliki kadar kemurnian yang tinggi. Sehingga cuka makan merk Belibis memiliki
kualias yang bagus.

G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dan pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa:
1. Membuat larutan NaOH 0,1 N dengan volume 250 mL membutuhkan padatan
NaOH sebanyak 1 gram. Sedangkan larutan asam oksalat H2C2O4.2H2O dengan
volume 100 mL membutuhkan padatan H2C2O4.2H2O sebanyak 0,63 gram.
2. Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan metode titrasi, yaitu larutan H 2C2O4 0,1 N
10 mL dititrasi dengan NaOH, pada akhir titrasi volume NaOH yang digunakan adalah
11,45 mL dan nilai konsentrasi NaOH adalah 0,0824 N.
3. Kadar asam asetat dalam cuka yang beredar di pasaran adalah 25,4043 % dengan
kumurnian 99,0421%.

H. Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/40479938/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_DASAR_
STANDARISASI_LARUTAN_,http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi,
http://andilogmail.blogspot.com/2016/10/penentuan-kadar-asam-asetat-dalam-
cuka.html,Anonim. 2013. "Penentuan Praktikum Kimia Analitik".
dokumen.tips/documents/penentuan-kadar-asam-asetat-dalam-cuka.html
Lampiran

Penimbangan NaOH sebanyak 1 gram proses pelarutan C2H2O4.2H2O

proses pelarutan asam oksalat

larutan C2H2O4.2H2O larutan asam cuka

Standarisasi larutan NaOH 0,1 N


Hasil standarisasi NaOH 0,1 N

Titrasi asam cuka


Asam cuka yang telah dititrasi

Anda mungkin juga menyukai