Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ANALISA KLASIK


PENENTUAN TOTAL HARDNESS DALAM SAMPEL AIR

NAMA /NIM : MIANA SARI TINAMBUNAN/20614075


KELAS : SEMESTER II
KELOMPOK : 2 (DUA)
NAMA DOSEN : ELIS DIANA ULFA S.Pd, M, SI

PROGRAM STUDI PETRO DAN OLEO KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
KAMPUS PASER
2021
A. Tujuan Percobaan
Mahasiswa menentukan kadar total hardness yang terdapat dalam air dengan
metode titrasi kompleksiometri.

B. Dasar Teori
1. Kesadahan (Hardness)
Kesadahan (hardness) adalah gambaran kation logam divalent (valensi dua).
Kation kation ini dapat bereaksi dengan sabun (soap) membentuk endapan (presipitasi)
maupun dengan anion-anion yang terdapat didalam air membentuk endapan atau karat
pada peralatan logam.
Kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun. Penyebab dominan
atau utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+, khususnya Ca2+, maka arti dari kesadahan
dibatasi sebagai sifat air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca 2+ dan
Mg2+ yang dinyatakan sebagai CaCO3. Kesadahan ada dua jenis, yaitu (Giwangkara,
2008).
1) Kesadahan Sementara
Kesadahan sementara adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-
garam bikarbonat, seperti Ca(HCO3)2, Mg(HCO3)2. Kesadahan sementara ini dapat
atau mudah dihilangkan dengan pemanasan (pendidihan), sehingga terbentuk
endapan CaCo3 atau MgCO3.
Reaksinya:

Ca(HCO3)2 (aq) ⃗
Pemanasan CaCO3(s) + H2O(l) + CO2 (g)

Mg(HCO3)2 (aq) ⃗
Pemanasan MgCO3(s) + H2O(l) + CO2 (g)
2) Kesadahan Tetap
Kesadahan tetap adalah kesadahan yang disebabkan olah adanya garam-garam
klorida, sulfat dan karbonat, misalnya CaSO 4, MgSO4, CaCl2, MgCl2. Kesadahan
tetap dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda-kapur (terdiri dari larutan
natrium karbonat dan magnesium hidroksida) sehingga terbentuk endapan kalsium
karbonat (padatan atau endapan) dan magnesium hidroksida (padatan atau
endapan) dalam air.

Reaksinya:
CaCl2 +   Na2CO3 →   CaCO3 ↓ + 2NaCl   (larut)
CaSO4 +   Na2CO3 →   CaCO3 ↓ + Na2SO4 (larut)
MgCl2 +   Ca(OH)2 →   Mg(OH)2 ↓ + CaCl2 (larut)
MgSO4 +   Ca(OH)2 →   Mg(OH)2 ↓ + CaSO4 (larut)
Secara lebih rinci kesadahan dibagi dalam dua tipe, yaitu: kesadahan umum
(”general hardness” atau GH) dan kesadahan karbonat (”carbonate hardness” atau
KH). Disamping dua tipe kesadahan tersebut, dikenal pula tipe kesadahan yang lain
yaitu yang disebut sebagai kesadahan total atau total hardness. Kesadahan total
merupakan penjumlahan dari GH dan KH. Penggunaan paramater kesadahan total
sering sekali membingungkan, oleh karena itu, sebaiknya penggunaan parameter ini
dihindarkan. GH Kesadahan umum atau “General Hardness” merupakan ukuran yang
menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca2+) dan ion magnesium (Mg2+) dalam air. Ion-ion
lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai GH, akan tetapi pengaruhnya diketahui
sangat kecil dan relatif sulit diukur sehingga diabaikan. GH pada umumnya dinyatakan
dalam satuan ppm (part per million/ satu persejuta bagian) kalsium karbonat (CaCO 3),
tingkat kekerasan (dH), atau dengan menggunakan konsentrasi molar CaCO 3. Satu
satuan kesadahan Jerman atau dH sama dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) per liter
air. Di Amerika, kesadahan pada umumnya menggunakan satuan ppm CaCO 3, dengan
demikian satu satuan Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17.8 ppm CaCO 3.
Sedangkan satuan konsentrasi molar dari 1 mili ekuivalen = 2,8 dH = 50 ppm. Perlu
diperhatikan bahwa kebanyakan teskit pengukur kesadahan menggunakan satuan
CaCO3.
Kesadahan air berkaitan erat dengan kemampuan air untuk membentuk busa.
Semakin besar kesadahan air, semakin sulit bagi sabun untuk membentuk busa karena
terjadi presipitasi, seperti yang ditunjukan paa reaksi dibawah ini: 2NaCO2C17H33 +
kation2+ → kation2+ (CO2C17H33)2 + 2Na+ sabun/ detergen mengendap. Busa tidak akan
terbentuk sebelum semua kation pembentuk kesadahan mengendap. Pada kondisi ini,
air mengalami pelunakan (softening) atau penurunan kesadahan yang disebabkan oleh
oleh sabun. Endapan yang terbentuk dapat mengakibatkan pewarnaan pada bahan yang
dicuci. Residu endapan tertahan pada pori – pori pakaian sehingga pakaian terasa
kasar. Demikian juga, kulit tangan menjadi kasar setelah mencuci. Perairan yang
berada disekitar batuan karbonat memiliki nilai kesadahan tinggi. Perairan payau dan
laut yang mengandung natrium dalam jumlah besar juga dapat mengganggu daya kerja
sabun. Namun natrium bukan termasuk kation penyusun kesadahan. Klasifikasi
perairan berdasarkan nilai kasadahan ditunjukkan dalam Tabel di bawah ini.
Klasifikasi Perairan berdasarkan nilai kesadahan
Kesadahan (mg/L CaCO3) Klasifikasi perairan
< 50 Lunak (soft)
50 – 150 Menengah (moderately hard)
150 – 300 Sadah (hard)
> 300 Sangat sadah (very hard)
Sumber : Peavy et al., 1985
Dampak dari kesadahan air yang kurang dan yang berlebih sumber adalah air
jika tidak mengandung kapur akan memberikan rasa yang lunak atau hambar
sehingga akan mengurangi selera dalam mengkonsumsinya. Kelebihan
kandungan kapur dalam air juga akan memberikan efek atau dampak yang tidak
baik. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk mengetahui dampak apa saja yang dapat
ditimbulkan jika kandungan kapur dalam air berlebih atau kesadahannya tinggi.
Apabila kandungan CaCO3 atau MgCO3 dalam air itu melewati batas 10o D
maka akan menyebabkan antara lain (Sanropie, 1984):
1) Mengurangi efektifitas kerja sabun.
2) Menyebabkan lapisan kerak pada alat dapur yang terbuat dari logam.
3) Kemungkinan terjadinya ledakan pada boiler.
4) Pipa air menjadi tersumbat.
5) Sayur-sayuran menjadi keras apabila dicuci dengan air bersih
6) Menimbulkan pengapuran dalam pembuluh darah.

2. Tirasi Kompleksometri
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut
kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.
Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini
pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri:
Ag+ + 2 CN– → Ag(CN)
Hg22+ + 2Cl– → HgCl (Khopkar, 2002)
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian
adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal
pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang
menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan,
dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan:
M(H2O)n + L → M(H2O)(n-1) L + H2O (Khopkar, 2002).
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun
sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud disini adalah kompleks yang dibentuk
melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral
(Basset, 1994). Metode penentuan kesadahan adalah dengan menggunakan metode
(Complexmetri), yaitu dipakai gram EDTA (Ethylene Diamene Tetraacetic Acid)
(Daud dkk, 2010). Prinsipnya: Air (sampel) dititrasi dengan EDTA pada PH=10 + 0,1
indikator yang dipakai EBT (Eriochrom Black T). Untuk membuat suasana basa
tersebut, (pada PH= + 0,1 ditambah larutan buffer /buffer ammonia). Jadi, jika sampel
(air/larutan, ditambah EBT (biru) pada PH = + 0,1 larutan ,menjadi merah tua. Jika
EDTA kemudian ditambahkan sebagai titian (penitrasi), maka Ca dan Mg menjadi
larutan kompleks. Setelah penambahan EDTA cukup, maka larutan akan beubah warna
merah tua menjadi biru.
Reaksi
Ca2+ + EBT → Ca EBT
(air) (indikator) (merah tua)
Ca EBT + EDTA → EDTA + EBT
(merah tua) (Biru)
Kesadahan total (total hadrness) dapat dihitung menggunakan rumus (SNI 01-
3554-2006):

Kesadahan total ( mg CaCO


L )=31000
V
xV
sampel
EDTA x M EDTA x BM CaCO 3

MEDTA = molaritas larutan baku Na2EDTA dalam titrasi (mmol/mL)


VEDTA = volume rata-rata larutan baku Na2EDTA (mL)
Vsampel = volume sampel uji (mL)
BM CaCO3 = 100 (mg/mmol)
3. EDTA
EDTA (Ethylene diamin tetra acetic) berupa senyawa kompleks dengan rumus
molekul (HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2. Merupakan suatu senyawa asam amino
yang secara luas dipergunakan untuk mengikat ion logam logam bervalensi dua dan
tiga. EDTA mengikat logam melalui empat karboksilat dan dua gugus amina. EDTA
membentuk kompleks kuat terutama dengan Mn (II), Cu (II), Fe (III), dan Co (III)
(Anonim, 2008).
Etilendiamintetrasetat atau yang dikenal dengan EDTA, merupakan senyawa
yang mudah larut dalam air, serta dapat diperoleh dalam keadaan murni. Tetapi dalam
penggunaannya, karena adanya sejumlah tidak tertentu dalam air, sebaiknya
distandardisasi terlebih dahulu. Berikut rumus struktur EDTA.

Gambar Struktur EDTA

Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik donor


elektron dari atom oksigen maupun donor dari atom nitrogen sehingga dapat
menghasilkan khelat bercincin sampai dengan enam secara serempak (Khopkar,1990).

4. Indikator EBT
Indikator EBT (Erriochrome Black T) adalah indicator yang digunakan dalam
titrasi kompleksometri, merupakan asam lemah berbasa tiga yang untuk mudahnya
ditulis H3Er. Ion hidrogen yang pertama mempunyai konstan pengionan yang besar
sekali, sehingga dalam larutan langsung terbentuk H2Er-.
Antara pH 6,3-11,5 Her2- merupakan special yang paling dominan dan berwarna
biru. Kebanyakan kompleks ion logam dengan Er3- berwarna merah. Oleh karena itu
titrasi dimana digunakan EBT haruslah yang menggunakan buffer dengan pH diantara
kedua nilai tersebut, agar terjadi perubahan warna yang jelas dari merah ke biru.
Ketika ditambahkan EBT ke dalam larutan yang mengandung kompleks maka akan
menghasilkan perubahan warna pada pH tertentu, sehingga dengan prinsip ini nilai
kesadahan air dapat dianalisis (Ginoest, 2010).

5. Persyaratan Kualitas Air


Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka kualitas air minum harus memenuhi standar
persyaratan yang diatur dalam Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990, tentang
syarat-syarat dan pengawasan kualitas air, yang telah diperbaharui dalam keputusan
menteri kesehatan Republik Indonesia No.907/Menkes/SK/VII/2002.
Jenis air minum yang dimaksud adalah meliputi: air yang didistribusikan
melalui pipa atau keperluan rumah tangga air yang didistribusikan melalui tangki air,
air kemasan, dan air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman
yang disajikan untuk masyarakat. Persyaratannya untuk air bersih dan air minum
meliputi:
1) Syarat-syarat bakteriologis yang diperbolehkan yaitu air minum tidak boleh
mengandung bakteri-bakteri penyakit (Patogen) sama sekali dan tidak boleh
mengandung bakteri-bakteri golongan coli melebihi batas-batas yang
diperbolehkan yaitu 0 coli/100 mL air.
2) Syarat fisik meliputi tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau serta jernih.
3) Syarat kimia meliputi tidak terdapat bahan-bahan kimia tertentu seperti Arsen(As),
besi(Fe), fluorida(F), chlorida(Cl), kesadahan sebagai CaCO 3, nitrat sebagai N dan
lain-lain sampai batas minimum dan maksimum diperbolehkan. Salah satu
parameter dalam syarat kimia adalah kesadahan. Menurut Permenkes kadar
kesadahan CaCO3 maksimum bagi air minum 500 mg/L dan kadar minimum yang
diperbolehkan adalah 75 mg/L (Alfiah,2011).

C. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan
1) Gelas Kimia
2) Buret
3) Pipet volume
4) Bulp
5) Spatula
6) Botol semprot
7) Erlenmeyer
8) Labu ukur
9) Pipet tetes
10) Hot plate

Bahan yang digunakan


1) Buffer pH 10
2) Larutan EDTA 0,01 M
3) Indikator EBT
4) Sampel air
5) Larutan Ammonia
6) CaCO3 Powder

D. ProsedurKerja
1. Standarisasi Larutan EDTA 0,01 M dengan standar primer
1) Mebimbang dengan teliti0,1 gram CaCO3 powder lalu memasukkan kedalam
gelas kimia dan tambahkan beberapa tetes HCl 1:1 sampai semua CaCO3 larut.
2) Menambahkan aquadest 50 mL lalu panaskan sampai mendidih beberapa
menit agar CO2 terurai sempurna, kemudian dibiarkan sampai dingin dan
dipindahkan kedalam labu ukur 250 Ml lalu diimpitkan dengan aquadest
sampai tanda batas.
3) Memipet 10 mL larutan tadi kemudian masukkan kedalam erlenmeyer 250
mL, tambahkan aquadest sampai volume 100 mL.
4) Menambahkan Ammonia (NH4OH) tetes demi tetes sampai pH nya 10 lalu
tambahkan 5 mL buffer pH 10 dan 3 tetes indikator EBT.
5) Mentitrasi larutan tadi dengan EDTA sampai terjadi perubahan warna dari
merah menja dibiru.
6) Menghitung Normalitas EDTA dan melakukan percobaan triplo
massaCaCO 3 x valensi
BM CaCO3
Nomalitas EDTA=
Volume EDTA x fp
2. Penentuan Total Hardness dalam air
1) Memipet 50 mL sampel air lalu memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL
lalu mengencerkan sampai 100 mL.
2) Menambahkan 5 ml buffer pH 10 dan 3 tetes indikator EBT.
3) Mentitrasi dengan EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah menja
dibiru.
4) Menghitung total hardness yang ada pada sampel air.

Total Hardness ( mg CaCO


L
3
)=
1000
V
xV
sampel
EDTA x M EDTA x BM CaCO 3

Diagram Alir
Standarisasi larutan EDTA

0,1 g CaCO3

+ HCl 1:1 sampai CaCO3 larut


+ 50 mL aquadest
Memanaskan sampai mendidih (15 menit)
Mendinginkan
Memasukkan kedalam labu ukur 250 mL
+ aquadest
Larutan CaCO3

Titrasi larutan CaCO3

10 mL larutan CaCO3
+ aquadest sampai 100 mL
+ NH4OH sampai PH 10
+ 5 mL buffer 10
+ 3 tetes indikator EBT
Titrasi dengan EDTA ( merah-biru)
Catat volume EDTA

Penentuan total hardness dalam air

50 mL sampel air le mineral


+ aquadest hingga 100 ml
+ 5 mL buffer
+ 3 tetes EBT
+ titrasi dengan EDTA
Catat volume EDTA

E. Data Pengamatan
Tabel 1. StandarisasiLarutan EDTA 0,01 M
Volume
Buffer Indikator Volume
MassaCaCO3 HCl 1:1 rata-rata Perubahan
No pH 10 EBT EDTA
(gram) (tetes) EDTA warna
(mL) (tetes) (mL)
(mL)
1. 0,1065 37 5 3 4,2
Merah -
4,2
2. 0,1065 37 5 3 4,2 biru

Tabel 2. Penentuan Total Hardness dalam air

Volume Indikator Volume Volume


Nama
Sampel EBT buffer pH EDTA Perubahanwarna
Sampel
(mL) (tetes) 10 (mL) (mL)
Sungai 50 mL 3 tetes 5 mL 4,4 Merah-biru
kandilo
Galon 50 mL 3 tetes 5 mL 5,1 Merah-biru

Le mineral 50 mL 3 tetes 5 mL 3,1 Merah-biru

Perhitungan
Standarisasi larutan EDTA 0,01 M
V EDTA = 4,4 mL (sungai kandilo)
= 5,1 mL ( galon)
= 3,1 mL ( le mineral)
0 , 1065 x 2
100G /mol
N EDTA =
9,2 mL 250 mL
= 0,002 N
x
100 10 mL

Penentuan total hardness dalam sampel air


1000
TH (air sungai kandilo) = x 4,4 x 0,02 x 100=176 mgCaCO 3/l
50
1000
TH ( air galon) = x 5,1 X 0,02 X 100=204 mg CaCO 3/l
50
1000
TH (air le mineral) = =3,1 x 0,02 x 100=124 mgCaCO 3/l
50

F. Pembahasan
Kesadahan air (hardness) adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam
air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat.
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila
dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk
busa apabila dicampur dengan sabun. Sedang pada air berkesadahan tinggi tidak akan
terbentuk busa. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang
tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion
kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain
maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk
menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan
menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa
atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi.
Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3.
Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar total hardness yang
terdapat dalam air dengan metode titrasi kompleksiometri. Titrasi kompleksometri
adalah salah satu metode kuantitatif berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks antara logam dengan ion logam. Kompleksiometri merupakan jenis titrasi
dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks.
Sampel yang digunakan adalah air sungai kandilo, air galon, dan air kemasan Le
Mineral.

Standarisasi larutan EDTA 0,01 M dengan standar primer


Standarisasi larutan berfungsi untuk menentukan noemalitas atau konsentrasi
standar baku suatu larutan. Penentuan standarisasi EDTA dengan standar primer,
menggunakan CaCO3 yang ditambahkan beberapa tetes HCl 1 : 1 dan melarutkan
dengan aquadest serta memanaskan dengan tujuan menghilangkan CO2 dengan reaksi :
CaCO3 + H2O pemanasan CO2↑ + CaO
CO2 merupakan zat pengotor yang harus dihilangkan untuk mendapatkan CaO
yang merupakan kesadahan dari larutan tersebut. Jika CaO tidak dihilangkan maka
nantinya akan bereaksi dengan H2O dan menghasilkan asam (H2CO3) yang tidak
diharapkan keberadaannya. 10 mL CaCO3 ditambahkan amonia untuk meningkatkan
pH menjadi 10, jika pH-nya lebih dari 10 maka EDTA hanya bereaksi dengan Ca 2+.
Menambahkan buffer pH 10 agar larutan tersebut tidah berubah pHnya. Larutan
tersebut dititrasi dengan EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah menjadi
biru yang menunjukkan titik akhir titrasi. Volume EDTA yang digunakan untuk titrasi
adalah 4,2 mL dan normalitas EDTA adalah 0,02 N.

Penentuan total hardness dalam sampel air


Penentuan total hardness dalam percobaan pada sampel air sungai kandilo,
sampel air galon, dan sampel air kemasan Le Mineral. Proses yang dilakukan yaitu
mengencerkan sebanyak 50 mL setiap sampel dan menambahkan buffer pH 10 dengan
tujuan mempertahankan pH dari sampel tersebut. Lalu menambahkan beberapa tetes
indikator EBT dan menitrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna
dari merah menjadi biru. Berikut reaksi yang terjadi saat titrasi:
Ca2+ + EBT → Ca EBT
(air) (indikator) (merah tua)
Ca EBT + EDTA → EDTA + EBT
(merah tua) (Biru)
Tujuan dari titrasi adalah untuk menentukan kadar atau konsentrasi suatu zat
yang tidak diketahui dengan menggunakan zat yang telah diketahui kadarnya sebagai
acuan. Prinsip dari perhitungannya yaitu berdasarkan jumlah mol masing-masing zat
yang bereaksi dalam satu titrasi.
Kesadahan total (total hardness) dalam sampel air dinyatakan dalam mg
CaCO3/L. Berdasarkan data pengamatan dan perhitungan diperoleh kesadahan total
(total hardness) dalam air sungai kandilo air sebesar 176 mg/L, air galon sebesar 204
mg /L dan air Le Minerale sebesar 124 mg/L.
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI No.416/Menkes/Per/IX/1990
tentang syarat kualitas air bersih menyatakan kadar maksimum kesadahan CaCO 3
diperbolehkan yaitu 500 mg/L. Berdasarkan praktikum total hardness yang dilakukan
bahwa sampel air sungai kandilo, air galon, dan air kemasan le mineral layak untuk
dikonsumsi. Tetapi untuk air sungai kandilo tidak bisa dikonsumsi secara langsung
karena ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar layak sebagai air minum. Berikut
persyaratan yang harus dipenuhi untuk air bersih dan air minum, yaitu:
1) Syarat-syarat bakteriologis yang diperbolehkan yaitu air minum tidak boleh
mengandung bakteri-bakteri penyakit (Patogen) sama sekali dan tidak boleh
mengandung bakteri-bakteri golongan coli melebihi batas-batas yang
diperbolehkan yaitu 0 coli/100 mL air.
2) Syarat fisik meliputi tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau serta jernih.
3) Syarat kimia meliputi tidak terdapat bahan-bahan kimia tertentu seperti Arsen(As),
besi(Fe), fluorida(F), chlorida(Cl), kesadahan sebagai CaCO 3, nitrat sebagai N dan
lain-lain sampai batas minimum dan maksimum diperbolehkan. Salah satu
parameter dalam syarat kimia adalah kesadahan. Menurut Permenkes kadar
kesadahan CaCO3 maksimum bagi air minum 500 mg/L dan kadar minimum yang
diperbolehkan adalah 75 mg/L (Alfiah,2011).
Tingkat kesadahan air pada dasarnya ditentukan oleh jumlah kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg). Menurut WHO tahun 2012 bahwa asupan kalsium yang
direkomendasikan untuk asupan tubuh sekitar 1000 mg per hari dan 200-400 mg
magnesium per hari. Menurut WHO air dengan tingkat kesadahan tinggi akan
menimbulkan dampak terhadap kesehatan yaitu dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah (cardiovascular desease) dan batu ginjal (urolithiasis). Air sadah dapat
menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat pipa dan keran.

G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa total
hardness dalam air air Sungai Kandilo sebesar 176 mg/L, air galon sebesar 204 mg/L
dan air Le Minerale sebesar 124 mg/L yang ditentukan dengan metode
kompleksiometri.

H. Daftar Pustaka
Alfiah. 2011. Persyaratan Kualitas Air Minum. www.wordpress.com. 30 Mei 2011.
02.18 WITA
Anonim. 2008. Water Hardness: EDTA Titrimetric Method, New York USA
Anonim.2013. https://goelanzsaw.blogspot.com/2013/04/analisa-hardness-dalam-
air.html, diakses pada rabu 21 april 2021.
Day,R.A dan A.L.Underwood.1992.Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:Erlangga
Depkes RI. 2010. Permenkes RI No.492/MENKES/PER/IV/2010.
TentangPersyaratanKualitas Air Minum. DepkesRI, Jakarta.
Ginoest.2010.Penentuan Kadar Kesadahan Air denganMetodeTitrasi EDTA.
www.wordpress.com. 19Maret 2021.
Giwangkara, E. 2008.Pengertian Kesadahan. www.wordpress.com. 17Maret 2011.
22.00 WITA
Khopkar,S.1990.Konsep Dasar Kimia Analitik.UI-Press:Jakarta
Sanropie, dkk, 1984. Penyedian Air Bersih. [online].
http://ilhadsblog.blogspot.com.Diakses pada tanggal19Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai