Anda di halaman 1dari 39

SENYAWA AROMATIK

Piridin Pirol
Benzena

ELIS DIANA ULFA


Pendahuluan

 Senyawa aromatik : senyawa hidrokarbon tak jenuh dengan


ikatan tunggal dan ikatan rangkap diantara atom-atom
karbonnya dan mengandung orbital delokal yang
membentuk cincin.
 Tidak semua senyawa yang memiliki ikatan rangkap yang
berselang seling dengan ikatan tunggal (memiliki ikatan
rangkap terkonjugasi) dapat digolongkan sebagai senyawa
aromatik.
 Kriteria senyawa bersifat aromatik :
1. Mempunyai struktur siklik dan tiap atom dalam sistem
cincin harus mempunyai orbital p yang tersedia untuk
pengikatan (memiliki ikatan rangkap berselang-seling)
2. Sistem cincin harus datar (planar)
3. Harus terdapat (4n+2) elektron π dalam sistem cincin
itu (aturan Huckel), n bilangan bulat (0,1,2 dst)
Kaidah Hückel 4n + 2
• Teor dikemukakan tahun 1931 oleh ahli fisika Jerman
Erich Hückel
• Satu molekul adalah aromatik hanya jika ia planar, sistem
monosiklik konjugasi dan mengandung jumlah elektron 4n
+ 2 π, dimana n adalah bilangan bulat (n = 0, 1, 2, 3,...)
• Hanya molekul dengan 2, 6, 10, 14, 18,... elektron πyang
aromatik
• Moleckul dengan 4n elektron π (4, 8, 12, 16,...) tidak dapat
aromatik, dikatakan antiaromatik karena delokalisasi
elektron elektron π nya yang mengarah ke destabilisasi
Siklobutadiena
• Mengandung empat elektron
π
• Elektron π terlokalisasi pada
dua ikatan rangkap pada
delokalisasi di seputar cincin
• Antiaromatik
• Sangat reaktif
• Tidak memperlihatkan sifat
yang memenuhi sifat
kearomatikan
• Tidak dapat dibuat sampai
tahun 1965
Benzena
• Mengandung enam elektron π (4n + 2 = 6 bila n = 1)
• Aromatik
Siklooktatetraena
• Menandung delapan elektron π
• Elektron π terlokalisasi pada
empat ikatan rangkap dari
delokalisasi seputar cincin
• Tidak aromatik
• Molekul lebih berbentuk pita U
dibanding planar
• Tidak punya konjugasi siklik
karena tetangga orbital p tidak
paralel sejajar untuk
bertumpang tindih
• Kereaktifannya seperti halnya
poliena rantai terbuka
Senyawa aromatik

Senyawa aromatik heterosiklik


BENZENA

 Berdasarkan rumus molekulnya (C6H6) para pakar kimia


saat itu berpendapat bahwa senyawa ini memiliki ikatan
tak jenuh yang lebih banyak dari alkena atau alkuna. Oleh
karena itu, diusulkanlah beberapa rumus struktur benzena
seperti :
1. Rumus struktur benzena menurut August Kekule
2. Teori resonansi Linus Pauling
Kekule Tahun 1865 Friederich
August Kekule mengusulkan
struktur benzena sebagai
cincin heksagonal yang terdiri
dari 6 atom C dengan ikatan
tunggal dan rangkap. 3 yang
bergantian antara atom-atom
C. Jadi, terdapat 3 ikatan
tunggal dan 3 ikatan rangkap
dua dalam struktur benzena.
Setiap karbon terikat pada
sebuah hydrogen.
Linus Pauling Pada tahun 1931, Linus Pauling merumuskan
struktur benzena sebagai struktur yang berada di antara dua
struktur kekule yang memungkinkan struktur ini disebut
hibrid resonansi : Ikatan pada cincin heksagonal berada
diantara ikatan tunggal dan ikatan rangkap yang
dilambangkan dengan lingkaran di dalamnya.
Panjang ikatan karbon-karbon dan sudut ikatan benzena
• Panjang semua ikatan karbon-karbon adalah 139 pm
• Intermediet antara ikatan tunggal C-C (154 pm) dan
ikatan rangkap dua (134 pm)
• Benzena bersifat planar (bidang datar)
• Semua sudut ikatan C-C-C adalah 120°
• Ke enam atom karbon atoms berhibridisasi sp2 dengan
orbital p tegak lurus pada bidang cincin
TATANAMA BENZENA

Monosubstitusi
1. Menambahkan awalan gugus substituen diikuti nama
benzena.
Br Cl I NO2

bromobenzena klorobenzena iodobenzena nitrobenzena


2. Senyawa turunan benzena dari hasil monosubstitusi
lebih banyak dikenal dengan nama lazim atau nama
turunannya. Nama lazim ini digunakan sebagai dasar
penamaan pada hasil substitusi benzena.

OH CH3 NH2 COH COOH

fenol anilin benzaldehida asam benzoat


toluena
3. Jika gugus alkil berukuran kecil (atom C6) maka gugus
alkil diambil sebagai substituen dan benzena sebagai
induknya
CH3 - CH - CH3 CH2 - CH2 - CH2 - CH3

isopropil benzena butil benzena

4. Jika alkil berukuran besar (atom C6) maka benzena


dinyatakan sebagai substituen dan alkil sebagai rantai
induknya.
CH3

CH2 - CH - CH2 - CH2 - CH2 -CH2 - CH3

fenil benzil
2-fenil heptana
Disubstitusi
1. Jika terdapat 2 substituen, dapat digunakan awalan orto
(o-) , meta (m-), atau para (p-) untuk menyatakan
masing-masing pada posisi (1,2); (1,3); dan (1,4)

Cl Cl Cl
Cl

Cl

1,2-dikloro benzena 1,3-dikloro benzena Cl


o-dibromo benzena m-dikloro benzena
metha 1,4-dikloro benzena
ortho
p-dikloro benzena
para
Benzena dengan lebih dari dua substituen
• Dinamai dengan nomor posisi disetiapnya dan gunakan
nomor serendah mungkin
• Substituen diurut menurut abjad dalam penulisan nama

Beberapa senyawa aromatik monosubstitusi dapat dijadikan


sebagai nama induk, dengan substituen utama (-OH pada
fenol atau –CH3 pada toluena) terikat ke C1 pada cincin
3,5-dimetil anilina 2-kloro-1,4-dinitro benzena
1,2,4-trimetil benzena

3,5-dibromo nitrobenzena
1,2,4-tribromo benzena 2,4,6-trinitro toluena
TNT
SIFAT FISIKA DAN KIMIA SENYAWA AROMATIK

1. Sifat fisik
• Zat cair tidak berwarna
• Memiliki bau yang khas
• Mudah menguap
• Benzene digunakan sebagai pelarut
• Tidak larut dalam pelarut polar seperti air tetapi larut
dalam senyawa yang kurang polar seperti eter dan
tetraklorometana.
• Larut dalam berbagai pelarut organik
• Benzena dapat membentuk campuran azeotrop
dengan air
• Densitas : 0,88
2. Sifat kimia
• Bersifat toksik karsinogenik (hati-hati menggunakan
benzena sebagai pelarut hanya gunakan jika tidak
ada alternatif lain misalnya toluena.
• Merupakan senyawa nonpolar
• Tidak begitu reaktif tetapi mudah terbakar dengan
menghasilkan banyak jelaga
• Lebih mudah mengalami reaksi subtitusi dari pada
adisi
SUBSTITUSI ELEKTROFILIK AROMATIK
Mekanisme reaksi substitusi elektrofilik senyawa aromatik
1. Halogenasi
2. Nitrasi
3. Sulfonasi
4. Alkilasi
5. Asilasi
Benzena tersubstitusi dapat mengalami substitusi gugus kedua
a) Mekanisme substitusi kedua dengan pengarah o, p
Substituen pelepas ē  mengaktifkan cincin terhadap E+
1. All activating substituents direct an incoming
electrophile to the ortho and para positions
2. The weakly deactivating halogens also direct an
incoming electrophile to the ortho and para positions.
Mekanisme substitusi kedua pengarah meta
Substituen penarik ē  mengdeaktivasi cincin terhadap E+

3. All moderately and strongly deactivating substituents


direct an incoming electrophile to the meta position.
HETEROSIKLIK AROMATIK

Senyawa heterosiklik dapat juga aromatik Heterosiklik


• Suatu senyawa siklik yang mengandung atom dua atau
lebih unsur berbeda pada cincinnya, biasanya karbon
dengan nitrogen, oksgen, atau sulfur/belerang
• Pyridin sangat mirip dengan benzena dalam hal struktur
elektron π nya
• Merupakan heterosiklik cincin enam dengan nitrogen
pada cincinnya
• Setiap karbon berhibridisasi sp2 mempunyai orbital p
tegak lurus terhadap bidang datar cincin dan setiap orbital
p mengandung satu elektronπ
Piridin
• Atom nitrogen juga berhibridisasi sp2 dan punya satu
elektron pada orbital p, membawanya punya enam
elektron π
• Pasangan elektron sunyi nitrogen adalah orbital sp2 pada
bidang datar cincin dan tidak terlibat dengan sistem π
aromatik
SENYAWA AROMATIK POLISIKLIK

• Konsep umum kearomatikan dapat dikembangkan untuk


menerangkan senyawa aromatik polisiklik
• Semua hidrokarbon aromatik polisiklik dapat ditampilkan
dengan bentuk resonansi ang berbeda
• Nafthalena punya tiga

• Nafthalena punya sifat kimia yang berasosiasi dengan


kearomatikan
• Nafthalena bereaksi lambat dengan elektrofil menghasilkan
produk tersubstitusi lebih disukai dari produk adisi ikatan
rangkap
• Kearomatikan Nafthalena
• Nafthalena punya siklik, sistem elektron π
terkonjugasi, dengan orbital p yang bertumpang
tindih disekeliling 10 karbon lingkar dari molekul dan
menyilang di tengah ikatan
• 10 adalah bilangan Hückel (4n+ 2 bila n = 2) sehingga
elektron π terdelokalisasi dan berakibat kearomatikan
terhadap naftalena

Anda mungkin juga menyukai