Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA KLASIK

PENENTUAN ASAM LEMAK TOTAL PADA


MINYAK/LEMAK

NAMA /NIM : Purwa Adhitya Hidayat / 20614076


KELAS : Kimia Analisa Klasik
KELOMPOK : 1
NAMA INSTRUKTUR/DOSEN : Elis Diana Ulfa , S.Pd.,M.Si

PROGRAM STUDI PETRO DAN OLEO KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
KAMPUS PASER
2021
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA KLASIK
SEMESTER 2
JUDUL PERCOBAAN PENENTUAN ASAM LEMAK TOTAL PADA MINYAK/LEMAK

HARI / TGL. PERCOBAAN


NAMA MAHASISWA / NIM Purwa Adhitya Hidayat / 20614076
KELAS
KELOMPOK 1
NAMA DOSEN / INSTRUKTUR Elis Diana Ulfa , S.Pd.,M.Si
DISAHKAN TANGGAL
PENGESAHAN TTD
NILAI
INSTRUKTUR / DOSEN PRAKTIKAN
PRETEST
PERFORMANSI
LAPORAN

CATATAN DOSEN / INSTRUKTUR :

A. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat menentukan asam lemak total pada suatu minyak atau lemak
dengan metode titrasi asam basa.

B. Dasar Teori
1. Lemak
Jenis lemak dapat digolongkan dalam 3 jenis yakni lemak jenuh, lemak tidak
jenuh, dan lemak trans. Masing-masing memiliki struktur kimia dan bentuk yang
berbeda. Pada suhu kamar, lemak jenuh dan lemak trans berbentuk padat seperti butter
sedangkan lemak tidak jenuh biasanya berbentuk cair, contohnya minyak sayur. Ketiga
jenis lemak tersebut juga memiliki pengaruh yang berbeda pula pada kadar kolesterol
pada tubuh. Sifat lemak jenuh dan lemak trans banyak membawa kolesterol LDL
dalam darah yang mengakibatkan plak menempel pada saluran pembuluh darah yang
akhirnya akan mengganggu sistem peredaran darah dan supplai oksigen dalam tubuh.
Karena itu, kedua jenis lemak tersebut sering disebut lemak jahat.Berbeda pada lemak
tidak jenuh yang membawa lebih sedikit kolesterol dan lemak di dalam darah.

Tabel 1 Jenis-Jenis Asam Lemak

2. Minyak
Minyak dan lemak merupakan golongan ester yang banyak terdapat di alam.
Keduanya merupakan ester dari gliserol dan asam – asam karboksilat suku tinggi
(disebut dengan asam lemak). Minyak dan lemak adalah trigliserida atau trigliserol,
yang kedua istilah ini berarti triester dari gliserol.

Tabel 2 Perbedaan Minyak Dan Lemak


Minyak Lemak
Pada suhu kamar berwujud cair. Pada suhu kamar berwujud padat.
Pada umumnya berasal dari tumbuhan. Pada umumnya berasal dari hewan.
Mempunyai titik beku rendah. Mempunyai titik beku tinggi.
Mengandung gliseril trioleat. Mengandung gliseril tristearat dan
tripalmitat.
.
Minyak dibanding lemak, kandungan asam lemak tak jenuhnya tinggi,
sedangkan titik cair minyak lebih rendah dibanding dengan lemak. Rumus struktur
lemak / minyak secara umum adalah sebagai berikut:

Gambar 1 Rumus struktur lemak/minyak

Lemak yang terbentuk dari asam lemak yang sejenis (R 1 = R2 = R3) disebut asam lemak
sederhana, sedangkan yang terbentuk dari asam lemak yang tidak sejenis disebut
lemak campuran.
Contoh:

Gambar 2 Rumus struktur lemak campuran

3. Angka Penyabunan
Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk
menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah sampel minyak atau
lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan
bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul
minyak atau lemak. Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi
menggunakan HCl sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui. Berikur reaksi
penyabunan:

Dalam penetapan bilangan penyabunan, miasalnya larutan alkali yang


digunakan adalah larutan KOH, yang diukur dengan hati-hati kedalam tabung dengan
buret atau pipet. Besarnya jumlah ion yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan
rangkap atau ikatan tak jenuh, ikatan rangkap yang terdapat pada minyak yang tak
jenuh akan bereaksi dengan iod. Gliserida dengantingkat ketidak jenuhan yang tinggi
akan mengikat iod dalam jumlah yang lebih besar. Bilangan penyabunan adalah
jumlah miligram KOH yang diperlukan.
Untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah sampel
minyak atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka
KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi denngan satu
molekul minyak atua lemak, larutan alkali yang tinggi ditentukan dengan titrasi
menggunakan HCL sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui.
Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar.
Minyak yang disusun oleh sam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai
berat molekul yang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan
sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan
relatif kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak (Herina, 2002).
BM KOH X N HCl(V titrasi Blanko−V titrasi Sampel)
Angka penyabunan=
m Sampel

4. Titrasi Asam Basa


Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh
bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox
untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk
titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya
dibahas tentang titrasi asam basa).
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya
disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun
titrant biasanya berupa larutan.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi
sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer
tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita
mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa
menghitung kadar titrant.
Ada dua cara yang umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam
basa, yaitu:
1) Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
2) Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi,
pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai dalam titrasi asam
basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan
indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator
yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi
dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir
titrasi”.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-
ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:

mol−ekuivalen asam=mol−ekuivalen basa

Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka
rumus diatas dapat kita tulis sebagai:

N x V asam =N x V basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+
pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:

n x M x V asam =n x M x V basa

Keterangan:
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = Valensi yaitu jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)

C. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan
1) Buret
2) Erlenmeyer 250 mL
3) Pipet Volume
4) Pipet ukur
5) Pipet tetes
6) Bulp
7) Neraca Digital
8) Hotplate
9) Kondensor (pendingin balik)
10) Desikator

Bahan yang digunakan


1) Sampel minyak kelapa/sawit
2) Larutan KOH 1,0 N
3) Indikator PP

D. Prosedur Kerja
1) Menimbang sampel minyak dengan teliti sebanyak 3 gram dalam Erlenmeyer
250 mL
2) Menambahkan 50 mL larutan KOH yang dibuat dari 40 gram KOH dalam 1
liter alkohol
3) Menutup sampel dengan pendingin alir balik (kondensor) sekaligus
mendidihkan dengan hot plate selama 20 menit
4) Mendinginkan campuran sampel dalam desikator selama 1 jam
5) Menambahkan 2-3 tetes indikator PP
6) Mentitrasi larutan KOH berlebih dengan larutan HCl 0,5 N
7) Mentitrasi larutan blanko untuk mengetahui kelebihan larutan KOH dengan
prosedur sama dengan di atas kecuali tanpa sampel minyak
8) Melakukan pengerjaan di atas secara duplo.
9) Menghitung angka penyabunan
BM KOH X N HCl(V titrasi Blanko−V titrasi Sampel)
Angka penyabunan=
m Sampel
Diagram Alir
3 gram minyak
+50 mL larutan KOH
Mendidihkan dengan kondensor selama 20 menit
Mendinginkan dalam desilator selama 1 jam
+ 2-3 tetes indicator PP
Mentitrasi dengan HCl 0,5 N (MM-TB)

Catat Volume HCl 0,5 N

Titrasi Blanko
50 mL Larutan KOH
Mendidihkan dengan kondensor selama 20
menit
Mendinginkan dengan desikator selama 1
jam
+2-3 tetes pp

Catat Volume HCl 0,5 N

E. Data Pengamatan
Tabel 3 Data Titrasi Sampel Minyak
No Massa minyak V KOH V HCl 0,5 N V HCl rata-rata Hasil
. (g) (mL) (mL) (mL) pengamatan
Baru
1. 3,0074 50 41,7 41,7 MM-TB
2. 3,0080 50 41,7 41,7 MM-TB
Bekas
3. 3,0033 50 45,1 43,85 MM-TB
4. 3,0057 50 42,6 43,85 MM-TB

Tabel 4 Data Titrasi Blanko


No V KOH alkohol V HCl 0,5 N V HCl rata-rata Hasil pengamatan
. (mL) (mL) (mL)
1. 50 61,0 61,3 MM-TB
2. 50 61,6 61,3 MM-TB
Keterangan: MM = merah muda, TB = tidak berwarna
Pembuatan HCl 0,5 N, volume 1 L
Diketahui :
P= 37%
p= 1,17 - 1,19 % g/mL = 1,18 g/mL
BM= 36,46 g/mol
1 L = 1000 mL
Ditanya : Volume HCl 0,5 N ?
Penyelesaian :
M= p × P × 10 = 1,18 × 37 × 10 = 11,97 M
BM 36,46
M1 . V1 = M2 . V2
11,97 × V1 = 0,5 × 1000
V1 = 41,77 mL = 41,8 mL

Penghitungan Angka Penyabunan


Diketahui :
BM KOH= 56,11 g/mol
N HCl= 0,5 N
Rata-rata massa minyak baru= 3,0077 g
Rata-rata massa minyak bekas= 3,0045 g
Rata-rata volume titrasi minyak baru= 41,7 mL
Rata-rata volume titrasi minyak bekas= 43,85 mL
Ditanya : Angka penyabunan (AP) minyak baru dan AP minyak bekas ?
Penyelesaian :

AP (minyak baru)= 56,11 × 0,5 (61,3 - 41,7)= 182,82 mg/g


3,0077
AP (minyak bekas) = 56,11 × 0,5 (61,3 - 43,85) =162,94 mg/g
3,0045
F. Pembahasan
Jenis lemak dapat digolongkan dalam 3 jenis yakni lemak jenuh, lemak tidak
jenuh, dan lemak trans. Masing-masing memiliki struktur kimia dan bentuk yang
berbeda. Pada suhu kamar, lemak jenuh dan lemak trans berbentuk padat seperti butter
sedangkan lemak tidak jenuh biasanya berbentuk cair, Ketiga jenis lemak tersebut juga
memiliki pengaruh yang berbeda pula pada kadar kolesterol pada tubuh. Sifat lemak
jenuh dan lemak trans banyak membawa kolesterol LDL dalam darah yang
mengakibatkan plak menempel pada saluran pembuluh darah yang akhirnya akan
mengganggu sistem peredaran darah dan supplai oksigen dalam tubuh,
Minyak dan lemak merupakan golongan ester yang banyak terdapat di alam.
Keduanya merupakan ester dari gliserol dan asam – asam karboksilat suku tinggi
(disebut dengan asam lemak). Minyak dan lemak adalah trigliserida atau trigliserol,
yang kedua istilah ini berarti triester dari gliserol.
Praktikum ini bertujuan untuk dapat menentukan asam lemak total pada suatu
minyak atau lemak dengan metode titrasi asam basa (Asidi-alkalimetri). Asidi-
alkalimetri adalah teknik analisis kimia berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa
atau sering disebut titrasi asam-basa. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu
larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang
direksikan tepat menjadi ekivalen satu sama lain.
Pada praktikum ini dilakukan penitrasian larutan minyak baru, minyak bekas
dan larutan blanko secara duplo. Dengan larutan KOH sebagai titer. Larutan KOH
berfungsi untuk menyabunkan semua asam lemak yang terkandung dalam sampel
melalui reaksi penyabunan.
KOH dilarutkan menggunakan alkohol bukan dengan air karena alkohol dapat
larut dengan minyak dan KOH dapat mempolarkan suatu minyak atau lemak. Sehingga
larutan dapat bercampur. Campuran larutan dipanaskan dengan pendingin balik terlebih
dahulu agar reaksi dapat berlangsung dengan sempurna serta untuk mencegah
penguapan dan habisnya alkohol sebelum reaksi pencampuran benar-benar selesai.
Larutan campuran kemudian didinginkan selama 1 jam dengan desikator setelah itu
ditittrasi dengan HCl 0,5 N. Sebelumnya larutan telah dicampurkan dengan indikator
PP sebagai penunjuk akhir dari titrasi. Volume rata-rata HCl 0,5 N yang digunkan
untuk titrasi minyak baru sebanyak 41,65 mL dan minyak lama sebanyak 61,3 mL.
Untuk mengetahui kelebihan larutan KOH maka dilakukan titrasi larutan blanko. Titrasi
larutan blanko yaitu titrasi dengan prosedur kerja yang sama seperti larutan sebelumnya
namun tanpa mencampurkan sampel minyak atau lemak. Volume rata-rata HCl 0,5 N
yang digunkan untuk titrasi blanko sebanyak 43,85 mL.
Jumlah asam lemak total dalam sampel percobaan dihitung menggunakan rumus
angka penyabunan. Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang
diperlukan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah
sampel minyak atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol,
maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan
satu molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan
titrasi menggunakan HCl sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui. Berdasarkan
percobaan angka penyabunan yang didapatkan dari minyak baru merk Sania adalah
182,82 mg/g dan angka penyabunan yang didapatkan dari minyak bekas adalah 162,94
mg/g.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 7431: 2015 SNI), nilai dari angka
penyabunan minyak goreng yaitu berkisar antara 180 – 265 mg/g. Berdasarkan SNI ini,
sampel minyak goreng baru yang diujikan pada praktikkum ini telah sesuai dengan standar
yang berlaku, Angka penyabunan yang sesuai dengan standar menunjukkan bahwa minyak
goreng merk Sania mengandung senyawa dengan berat molekul rendah (memiliki rantai
karbon pendek) dan memiliki kualitas yang baik sehingga aman untuk digunakan. Minyak
goreng bekas tidak memenuhi standar karena memiliki angka penyabunan yang rendah kurang
dari 180 mg/g. Angka penyabunan yang rendah menunjukkan bahwa dalam minyak
mengandung senyawa dengan berat molekul yang tinggi (memiliki rantai karbon panjang) dan
kualitas minyak yang buruk sehingga tidak layak untuk digunakan. Minyak yang telah rusak
jika digunakan akan berakibat buruk bagi kesehatan dan bahkan dapat menimbulkan kematian.

G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dan pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa asam lemak total dalam sampel minyak atau lemak dapat
ditentukan dengan metode titrasi asam basa. Angka penyabunan minyak baru merk
Sania adalah sebesar 182,82 mg/g dan minyak bekas sebesar 162,942 mg/g.

H. Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Bilangan Penyabunan. http://freedamnload.blogspot.com/2012/12/bilangan-
penyabunan.html. Diakses 17 Maret 2021 20.30 WITA
Katiandagho,A. 2013. Susunan dan Struktur Kimia Asam Lemak Lipid.
http://alfinsonkatiandagho.blogspot.com/2013/05/susunan-dan-struktur-kimia-
lemak-lipid.html. Diakses 17 Maret 2021 20.00 WITA
Lestari, I. 2012. Pengertian Titrasi Asam Basa.
http://iinlestariblog.wordpress.com/2012/0Diakses 19 Maret 2021 20.10 WITA
Salamah, S. 2014. Lemak (struktur, tata nama, sifat, penggolongan dan kegunaan
lemak). http://sofieshoby.blogspot.com/2014/01/lemak-struktur-tata-nama
sifat.html Diakses 17 Maret 2021 20.00 WITA
Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analitik Klasik. Samarinda: Polnes

Anda mungkin juga menyukai