Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Untuk mengetahui kadar total hardness yang terdapat di dalam sample air dengan
menggunakan metode kompleksometri.
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Kesadahan
Kesadahan adalah suatu keadaan atau peristiwa terlarut ion-ion tertentu di air
sehingga menurunkan kualitas air baik secara distribusi maupun penggunaannnya.
Ion-ion tersebut yaitu Ca
2+
, Mg
2+
, Mn
2+
, Fe
2+
, Si
2+
dan semua kation yang
bermuatan Z. Ion-ion mampu bereaksi dengan sabun untuk presipirat dan anion-
anion yang ada untuk membentuk kerak. (Anonim, 2010)
Air sadah berarti air yang didalamnya terkandung ion-ion kesadahan.
Kesadahan air permukaan lebih kecil daripada air tanah di daerah kapur, karena
pada daerah tanah tersebut banyak terkandung ion Ca
2+
dan Mg
2+
. Berdasarkan
sifatnya, air sadah dibagi :
a) Air Sadah Sementara
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung Ca(HCO
3
)
2
atau
Mg(HCO
2
)
2
, air sadah sementara dapat dipisahkan dengan cara pemanasan.
Dimana reaksinya adalah sebagai berikut :
Ca(HCO
2
)
2
CaCO
2
+ H
2
O + CO
2
Mg(HCO
3
)
2
MgCO
3
+ H
2
O + CO
2
b) Kesadahan Tetap
Air sadah yang mengandung MgCl
2
, CaCl
2
, MgSO
4
, CaSO
4
, dan lain-lain. Air
sadah dapat dihilangkan dengan penambahan natrium karbonat. Dimana
reaksinya adalah sebagai berikut:
CaSO
4
+ NaCO
3
CaCO
3
+ Na
2
SO
4
MgSO
4
+ Na
2
SO
3
MgCO
3
+ Na
2
SO
4
Kesadahan total adalah jumlah ion-ion Ca
2+
dan Mg
2+
yang dapat ditentukan
melalui titrasi EDTA dan menggunakan indicator yang peka terhadap semua

2

kation tersebut. Kesadahan total dapat juga ditentukan dengan menggunakan
jumlah ion Ca
2+
dan ion Mg
2+
yang analisanya secara terpisah misalnya AAS.
Kesadahan dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :
a) Kesadahan Kalsium dan Magnesium (Kesadahan Total)
Kalsium dan magnesium merupakan dua anggota dari kelompok alkali
logam. Kedua struktur ini mempunyai struktur electron dari reaksi kimia
yang sama. Besarnya kesadahan kalsium dan magnesium dapat dihitung.
b) Kesadahan Karbonat dan Non Karbonat
Kesadahan karbonat ialah bagian kesadahan total yang secara kimia
ekivalen terhadap alkalinitas bikarbonat dan karbonat dalam air. Jika
CaCO
3
sebagai alkalinitas dan kesadahan, maka kesadahan karbonat
ditentukan sebagai berikut:
Alkalinitas kesadahan total
Kesadahan karbonat (mg/L) = kesadahan total (mg/L)
Alkalinitas kesadahan total
Kesadahan karbonat (mg/L) = alkalinitas (mg/L)
1.2.2 Dampak Negatif Air Sadah
Air sadah membawa dampak negatif, yaitu :
Menyebabkan sabun tidak berbusa karena adanya hubungan kimiawi antara
kesadahan dengan molekul sabun hingga sifat deterjen sabun hilang dan
pemakaian sabun jadi lebih boros.
Menimbulkan kerak pada ketel yang dapat menyumbat katup-katup ketel
karena terbentuknya endapan kalsium karbonat pada dinding atau katup ketel.
Akibatnya hantaran panas pada ketel air berkurang sehingga memboroskan
bahan bakar. (Anonim, 2009)
1.2.3 Menghilangkan Kesadahan
Proses penghilangan kesadahan air yang sering dilakukan pada industri-industri
adalah melalui penyaringan dengan menggunakan zat-zat sebagai berikut :
Resin pengikat kation dan anion
Resin adalah zat polimer alami ataupun sintetik yang salah satu fungsinya adalah
dapat mengikat kation dan anion tertentu. Secara teknis, air sadah dilewatkan
melalui suatu wadah yang berisi resin pengikat kation dan anion, sehingga

3

diharapkan kation Ca
2+
dan Mg
2+
dapat diikat resin. Dengan demikian, air
tersebut akan terbebas dari kesadahan.
Zeolit
Zeolit memiliki rumus kimia Na
2
(Al
2
SiO
3
O
10
).2H
2
O atau K
2
(Al
2
SiO
3
O
10
).2H
2
O.
zeolit mempunyai struktur tiga dimensi yang memiliki pori-pori yang dapat
dikewati air. Ion Ca
2+
dan Mg
2+
akan ditukar dengan ion Na
+
.H
+
dan K
+
dari
zeolit, sehingga air tersebut terbebas dari kesadahan.
(http://en.wikipedia.org/wiki/kesadahan_air) 5 maret 2013, 11.05 am
1.2.4 Kalsium Karbonat (CaCO
3
)
Batu kapur merupakan sumber utama kalsium karbonat. Di pasaran, kalsium
karbonat dijual dalam dua jenis yang berbeda. Yang membedakan kedua jenis
produk tersebut terletak pada tingkat kemurnian produk kalsium karbonat di
dalamnya. Kedua jenis produk kalsium karbonat atau CaCO
3
yang dimaksud
adalah heavy atau light types.
Kalsium karbonat heavy type diproduksi dengan cara menghancurkan batu
kapur hasil penambangan menjadi bubuk halus, lalu disaring hingga diperoleh
ukuran bubuk yang diinginkan. Selanjutnya, tepung kalsium karbonat hasil
penyaringan disimpan dalam penyimpanan yang berukuran besar sebelum dikemas.
Sedangkan light type diperoleh setelah melalui proses produksi yang agak
rumit dibandingkan dengan heavy type. Pertama-tama batu kapur dibakar dalam
tungku berukuran besar untuk mengubah CaCO
3
menjadi CaO (oksida kalsium) dan
gas karbon dioksida atau CO
2
. Dimana reasksinya adalah sebagai berikut :
CaCO
3
CaO + CO
2
Proses selanjutnya, CaO yang terbentuk kemudian dicampur dengan air dan
diaduk. Maka terbentuklah senyawa kalsium hidroksida atau Ca(OH)
2
. Kalsium
hidroksida yang telah terbentuk kemudian disaring untuk memisahkan senyawa-
senyawa pengotor.
CaO + H
2
O Ca(OH)
2
Ca(OH)
2
yang telah disaring kemudian direaksikan dengan CO
2
untuk membentuk
CaCO
3
dalam air, seperti ditunjukkan oleh persamaan reaksi berikut :
Ca(OH)
2
+ CO
2
CaCO
3 +
H
2
O

4

Endapan CaCO
3
hasil reaksi di atas kemudian disaring dan dikeringkan.
Selanjutnya, kalsium hidroksida dihaluskan menjadi powder CaCO
3
. (Anonim,
2009)
1.2.5 Eriochrome Black T (EBT)
EBT (Eriochrome Black T) adalah indikator kompleksometri yang merupakan
bagian dari titrasi pengkompleksian, contohnya proses determinasi kesadahan air.
Di dalamnya, bentuk protonated Eriochrome Black T berwarna biru lalu berubah
menjadi merah ketika membentuk kompleks dengan kalsium, magnesium atau ion
logam lain. Nama lain dari Eriochrome Black T adalah Solochrome Black T.
Kelemahannnya adalah larutan tidak stabil, bila disimpan akan terjadi
penguraian secara lambat, setelah jangka waktu tertentu indicator tidak dapat
digunakan lagi. (Anonim, 2009)
1.2.6 Titrasi Kompleksometri
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk
kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam
dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA).
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengompleks, membentuk hasil serupa kompleks. Reaksi pembentukan kompleks
atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak,
tidak hanya dalam titrasi.
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion pengompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. (Anonim, 2010)
1.2.7 EDTA (Etilen Diamine Tetra Acetat)
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah
ligan eksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua
nitrogen dan keempat gugus karboksilnya atau disebut ligan multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-
diamino etana tetraasetat (asametilendiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai
dua taom nitrogen-penyumbang dan empat atom O
2
penyumbang dalam molekul.

5

Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr,
dan Ba dapat dititrasi pada pH=11 EDTA.
1.2.8 Standarisasi Larutan
Standarisasi larutan adalah proses menentukan konsentrasi sebenarnya dari
suatu larutan standar sekunder, dimana konsentrasi larutan standar sekunder masih
dapat berubah karena pengaruh lingkungan.
Cara ini harus dilakukan karena jumlah pereaksi kimia yang diperoleh dengan
keadaan yang sangat murni jumlahnya relatif terbatas ( Underwood : 1986 ).
a. Larutan standar primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya
diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat
digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui.
Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan
penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume
tertentu.
Contoh: K
2
Cr
2
O
7
, As
2
O
3
, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer :
- Mempunyai kemurnian yang tinggi
- Rumus molekulnya pasti
- Tidak mengalami perubahan selama penimbangan
- Berat ekuivalen yang tinggi (agar kesalahan penimbangan dapat
diabaikan)
- Larutan stabil didalam penyimpanan
b. Larutan standar sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat
karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini
ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya
melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO
3
, KMnO
4
, Fe(SO
4
)
2

Syarat-syarat larutan baku sekunder :
- Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
- Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan
- Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan

6

BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat yang digunakan :
- Erlenmeyer 250 mL
- Buret 50 mL
- Pipet volume 50 mL
- Bulp
- Klem dan statif
- Gelas kimia 50 mL
- Pipet ukur
- Neraca digital
- Hotplate
- Pipet tetes
- Labu ukur 100 mL
- Corong
- Spatua

2.1.2 Bahan yang digunakan :
- Larutan EDTA 0,01 M
- Indikator EBT
- Larutan buffer pH 10
- Sampel (air kolam Direktorat POLNES)
- Aquades
- Larutan NH
4
OH
- Larutan HCl 1:1
- Hablur CaCO
3


2.2 Prosedur Kerja
2.2.1 Standarisasi larutan EDTA dengan standar primer CaCO
3

-
Menimbang 0,1 gram CaCO
3
powder lalu memasukkan ke dalam gelas kimia
50 mL aquades. Menambahkan beberapa tetes HCl 1:1 hingga semua CaCO
3

melarut.

-
Menambahkan 50 mL aquades lalu memanaskan larutan hingga mendidih
dan membiarkan sampai dingin. Memindahkan larutan ke dalam labu ukur
100 mL dan menambahkan aquades hingga tanda batas.

-
Memipet 10 mL larutan lalu memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL dan
menambahkan 100 mL aquades


7

-
Menambahkan beberapa tetes ammonium hidroksida (NH
4
OH) sampai pH
10 lalu menambahkan 5 mL larutan buffer pH 10 dan 5 tetes indikator EBT.

-
Menitrasi larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna menjadi biru.

-
Menghitung normalitas EDTA.

2.2.2 Penentuan total hardness dalam sampel air kolam
-
Memipet 50 mL sampel lalu memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL dan
mengencerkan dengan 100 mL aquades.

-
Menambahkan 5 mL larutan buffer pH 10 dan 5 tetes indikator EBT.

-
Menitrasi dengan EDTA hingga terjadi perubahan warna menjadi biru.

-
Melakukan percobaan secara triplo.

-
Menghitung kadar total hardness.

























8

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan
Tabel 1. Standarisasi EDTA 0,01 N
Massa
CaCO
3

V larutan CaCO
3
V EDTA Fp
0,1 g
0,1 g
0,1 g
100 ml
8,4 ml
8,4 ml
8,6 ml



Tabel 2. Penentuan Total Hardness dalam Air Galon
V sampel V EDTA N EDTA BM CaCO
3
50 ml
50 ml
50 ml
2,2 ml
2,0 ml
2,0 ml
0,0118 N 100

3.2 Hasil Perhitungan
Tabel 3. Hasil Perhitungan
N EDTA 0,0118 N
Total hardness (ppm) 48,616 ppm


3.3 Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar total hardness yang terdapat
didalam sampel dengan menggunakan metode titrasi kompleksiometri. Sampel yang
digunakan pada percobaan ini adalah air kolam direktorat baru.
Sebelum menentukan kadar total hardness dalam sampel, tetrlebih dahulu
dilakukan standarisasi terhadap ion EDTA. Larutan EDTA digunakan sebagai penitar
dalam percobaan ini, oleh karena itu dilakukan standarisasi terhadap larutan EDTA
untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya dari larutan EDTA. Standarisasi
dilakukan dengan menggunakan standarisasi primer, dalam hal ini ialah CaCO
3.

9

CaCO
3
merupakan standar primer sehingga harus dilakukan penimbangan terlebih
dahulu. 0,1 gram CaCO
3
powder yang telah ditimbang ditambahkan dengan HCl 1:1,
penambahan HCl ini bertujuan untuk melarutkan CaCO
3.
Setelah CaCO
3
larut,
ditambahkan dengan aquadest sebanyak 50 ml kemudian dilakukan pemanasan
hingga mendidih agar CO
2
terusir, CO
2
merupakan pengotor yang apabila terdapat
dalam larutan dapat mengganggu ketepatan titrasi. Volume larutan EDTA akan
semakin banyak digunakan bila terdapat CO
2.
Sebelum melakukan titrasi, larutan
diberi ammonia hingga pH=10, buffer 10 dan indikator EBT. Tujuan penambahan
buffer pH 10 adalah reaksi lebih sempurna jika terjadi pada pH tinggi dan akan
menghasilkan warna yang spesifik, namun pada pH tinggi diatas 12, Mg(OH)
2

mengendap sehingga hanya dikonsumsi oleh Ca
+2
. Indikator EBT merupakan indikator
yang tepat dalam standarisasi larutan EDTA, agar indikator EBT dapat menunjukkan
perubahan warna maka larutan CaCO
3
ditambahkan ammonia hingga pH=10 dan
buffer pH 10. Titrasi dimana digunakan EBT haruslah yang menggunakan buffer
dengan pH di antara kedua nilai berikut, pH 6,3-11,5 agar terjadi perubahan warna dari
merah ke biru. (Ahmad, 1986) dari standarisasi dan dilakukan konsentrasi EDTA
yang diperoleh adalah 0,0118 N.
Dalam penentuan total hardness dalam sampel air galon indikator yang digunakan
sama seperti tahap sebelumnya, yakni EBT dengan perlakuan yang sama pula. Setelah
melakukan titrasi, volume EDTA yang didapatkan sebesar 2,06 ml dan setelah
melakukan perhitungan total harrdness yang diperoleh sebesar 48,616 ppm, berarti air
kolam direktorat baru tidak layak dikonsumsi menurut NSF (National Sanitation
Fundation) karena air yang bersih dan murni memiliki TDS (Total Dissolve Solid)
kurang dari 40 ppm. Dalam percobaan ini, total hardness yang diperoleh merupakan
kandungan Ca dalam sampel air.









10

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kadar total hardness dalam sampel air kolam direktorat baru adalah 48,616 ppm
4.2 Saran
Dalam melakukan standarisasi dan titrasi harus benar-benar teliti sehingga persentase
kesalahannya kecil.








































11

DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 2010, Kesadahan Air, http://www.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air, 06-07-09,
00:47am
Anonim.2009. kesadahan air. http://www.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air, 06-07-09,
00:47am
Jr.R.A.Day/Underwood,A.L. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Tim Laboratorium Kimia Dasar, 2007, Penuntun Praktikum Dasar Proses Kimia,
Samarinda : Politeknik Negeri Samarinda
(http://en.wikipedia.org/wiki/kesadahan air) 5 Maret 2013, 11.05 am

Anda mungkin juga menyukai