Disusun oleh:
Arya Mukti Wibowo
XII Analis Kimia B/ R1
Nis: 180101045
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Air merupakan unsur penting utama bagi hidup kita di planet bumi ini. Dalam
bidang kehidupan ekonomi modern kita, air juga merupakan hal utama untuk
budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi. Air sangat
penting di dalam mendukung kehidupan manusia, air juga mempunyai potensi yang
sangat besar jika air tersebut tercemar, dalam menularkan atau mentransmisikan
berbagai penyakit . Air merupakan sumber daya yang paling penting dalam kehidupan
manusia maupun makhluk hidup lainnya. Meningkatnya jumlah penduduk dan
kegiatan pembangunan telah mengakibatkan kebutuhan akan air meningkat tajam. Di
lain pihak, ketersediaan air dirasa semakin terbatas bahkan di beberapa tempat sudah
terjadi kekeringan. Hal itu semua terjadi sebagai akibat dari kualitas lingkungan hidup
yang menurun, seperti pencemaran, penggundulan hutan, berubahnya tata guna lahan,
dan lain-lain.
Air sadah adalah air yang di dalamnya terlarut garam-garam kalsium dan
magnesium, air sadah tidak baik untuk mencuci karena ion-ion Ca2+ dan Mg2+ akan
berikatan dengan sisa asam karbohidrat pada sabun dan membentuk endapan sehingga
sabun tidak berbuih. Senyawa-senyawa kalsium dan magnesium ini relatif sukar larut
dalam air, sehingga senyawa-senyawa ini cenderung untuk memisah dari larutan
dalam bentuk endapan atau precipitation yang kemudian melekat pada logam (wadah)
dan menjadi keras untuk menentukan kesadahan air dengan metode
volumetric(kompleksometri).
B. Tujuan
1. Mampu memahami prinsip titrasi pembentukan kompleks
2. Mampu mengukur kesadahan kalsium, kesadahan magnesium dan kesadahan total
3. Mampu menentukan titik akhir titrasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesadahan
Pada awalnya, kesadahan air didefinisikan sebagai kemampuan air untuk
mengendapkan sabun, sehingga keaktifan/ daya bersih sabun menjadi berkurang
atau hilang sama sekali. Selanjutnya air yang sadah dapat didefinisikan juga
sebagai air yang konsentrasi mineral-mineralnya dalam jumlah yang tinggi.
Kesadahan air terutama disebabkan oleh keberadaan kation-kation logam
bervalensi dua seperti ion-ion kalsium (Ca 2+ ) dan magnesium (Mg 2+ ) di dalam
air, atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal
(logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam
sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil (Ghino, 2010). Keberadaan ion-
ion kalsium dan magnesium di dalam air mengakibatkan sabun akan mengendap
sebagai garam kalsium dan magnesium, sehingga tidak dapat membentuk emulsi
secara efektif. Adapun konsentrasi ion calcium dan magnesium di dalam air jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan ion-ion lainnya, oleh karena itu penetapan
kesadahan hanya diarahkan pada penentuan kadar Ca 2+ dan Mg 2+ saja.
Air yang sadah dapat menimbulkan beberapa permasalahan diantaranya yakni:
Menyebabkan sabun sukar berbusa, menyebabkan terjadinya penyumbatan pada
pipa dan ketel air panas bila terjadi pemanasan, menyebabkan terjadinya scalling
(pembentukan endapan), dan masih banyak lagi.
Dalam kesadahan, terdapat tiga tipe kesadahan air yaitu: Kesadahan
sementara, kesadahan permanen dan kesadahan total.
Kesadahan sementara atau kesadahan karbonat merupakan kesadahan yang
disebabkan oleh adanya ion bikarbonat (HCO3) yang berikatan dengan kation
logam bervalensi dua. Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan merebus
air sadah untuk melepaskan kandungan CO2 nya.
Kesadahan permanen atau kesadahan non karbonat merupakan kesadahan
yang disebabkan oleh berikatannya kation-kation logam bervalensi dua dengan
anion-anion selain karbonat. Kesadahan ini tidak dapat dihilangkan dengan mudah
seperti halnya dengan kesadahan sementara.
Kesadahan total, Kesadahan total didefinisikan sebagai jumlah miliekivalen
(mek) ion Ca 2+ dan Mg 2+ tiap liter sampel air (Anonim, 2008), atau dengan
kata lainnya kesadahan total merupakan jumlah dari kesadahan sementara dan
kesadahan permanen.
Tabel kesadahan berdasarkan kandungan Mg+:
B. EDTA
Untuk mengetahui tingkat kesadahan air, digunakanlah metode titrasi dengan
larutan standar EDTA. EDTA adalah kependekan dari ethylene diamin tetra
acetic. EDTA berupa senyawa kompleks khelat dengan rumus molekul (HO
2CCH2 ) 2NCH2CH2N(CH2CO2 H)2 , merupakan suatu senyawa asam amino
yang secara luas dipergunakan untuk mengikat ion logam logam bervalensi dua
dan tiga. EDTA mengikat logam melalui empat karboksilat dan dua gugus amina
(Anonim, 2008). Dalam hal ini, ion Ca 2+ dan ion Mg 2+ akan terikat oleh EDTA
sehingga tidak dapat lagi membentuk endapan molekul sabun.
Etilendiamintetrasetat atau yang dikenal dengan EDTA, merupakan senyawa yang
mudah larut dalam air, serta dapat diperoleh dalam keadaan murni. Tetapi dalam
penggunaannya, karena adanya sejumlah tidak tertentu dalam air, sebaiknya
distandardisasi terlebih dahulu. Reaksi yang akan digunakan dalam titrasi ini
adalah reaksi pembentukan kompleks, oleh karena itu titrasi ini juga disebut titrasi
kompleksometri.
BAB III
METODE
A. Alat dan bahan
NO ALAT BAHAN
1. Buret EDTA 0,0357 N
2. pipet volume 10 mL Buffer pH 12
3. Pipet volume 5 mL Indikator Murexide
4. Pipet ukur 5 mL Indikator EBT
5. Spatula Aquadest
6. Bulp Air sumur 25 mL
7. Beaker gelas Buffer pH 10
8. Erlenmeyer
B. Prosedur kerja
B. Perhitungan
1000 x V . EDTA x N . EDTA x 50
Kesadahan Total =
25
1000 x 8,2 x 0,0357 x 50
= 25
= 585,48 mg/L
C. Pembahasan
1. Kesadahan Total
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran kesadahan total dapat dilihat
bahwa setelah contoh 25 mL air sumur ditambah dengan indicator EBT 50 mg,
contoh air berubah warna menjadi ungu sedikit kemerah-merahan. Hal tersebut
dikarenakan indicator EBT telah mengikat kation bervalensi dua yang terlarut
dalam contoh air. Adapun juga pencampuran larutan buffer pH 10 yakni untuk
mengindikasikan adanya kombinasi ion Ca 2+ dan mg 2+ . Selanjutnya, setelah
dilakukan titrasi 8,2 mL larutan EDTA, contoh air berubah warna menjadi biru
laut. Hal tersebut dikarenakan larutan EDTA berhasil mengikat seluruh kation
bervalensi dua dalam air dengan kata lain, ion-ion kalsium dan magnesium akan
membentuk senyawa kompleks sementara molekul indicator akan terlepas
kembali. Adapun biru laut merupakan warna indicator EBT dalam keadaan bebas
(tidak sedang mengikat kation). Dari cara ini maka akan didapatkan kesadahan
total (ca + mg). Berdasarkan data yang telah dikumpulkan kita dapat menghitung
kosentrasi kesadahan total sampel air. Dari hasil perhitungan didapatkan
kosentrasi kesadahan total yakni kosentrasi ikatan ion calcium dengan ion
bicarbonat sebesar 585,48 mg/L CaCO3
2. Kesadahan Kalsium
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran kesadahan total dapat dilihat
bahwa setelah contoh 25 mL air sumur ditambah dengan indicator Murexida 13.6
mg mengakibatkan air berubah warna menjadi merah anggur. Hal tersebut
dikarenakan indicator murexida telah mengikat kation bervalensi dua yang terlarut
dalam contoh air dalam hal ini adalah ion calsium. Indikator murexida yang
hendak dipakai awalnya sebanyak 50 mg. Akan tetapi 50 mg murexida
menyebabkan warna air berubah menjadi merah pekat sehingga akan menyulitkan
untuk pengamatan perubahan warna saat dilakukan titasi. Berdasarkan hal
tersebut, sesuai juga dengan instruksi dosen pembimbing, maka murexida yang
dipakai hanya sebanyak 13.6 mg saja. Selain itu juga, adanya penambahan larutan
buffer pH 12 diharapkan agar ion-ion mg 2+ dapat mengendap menjadi Mg(OH)2.
Pengendapan ini bertujuan agar konsentrasi ion Calsium dapat diukur sementara
ion Magnesium tetap dalam keadaan solid. Selanjutnya, setelah dilakukan titrasi
3.2 mL larutan EDTA, sampel air berubah warna menjadi ungu. Hal tersebut
dikarenakan larutan EDTA berhasil mengikat seluruh kation bervalensi dua dalam
air dengan kata lain, ion-ion kalsium dan magnesium akan membentuk senyawa
kompleks sementara molekul indicator terlepas kembali. Adapun ungu merupakan
warna indicator murexida dalam keadaan bebas (tidak sedang mengikat kation).
Selain itu juga, berdasarkan data yang telah dikumpulkan kita dapat menghitung
kosentrasi kesadahan total sampel air. Dari hasil perhitungan, didapatkan
kosentrasi kesadahan total yakni kosentrasi ikatan ion calcium dengan ion
bicarbonat sebesar 399,85 mg/L CaCO3.
3. Kesadahan Magnesium
Berdasarkan hasil dari pengukuran Kesadahan Total dan pengukuran
Kesadahan Calsium, maka kesadahan magnesium dapat dihitung dengan
menggunakan rumus diatas. Dari persamaan diatas, didapat nilai kesadahan
Magnesium adalah sebesar 185,63 mg/L. Berdasarkan nilai kesadahan magnesium
yang didapatkan, dapat kita lihat bahwa sampel air yang dipakai dalam percobaan
ini mengandung logam calcium yang lebih besar dibandingkan dengan logam
magnesiumnya. Jika dilihat berdasarkan tabel penggolongan kesadahan
berdasarkan ion Mg 2+ maka sampel air yang digunakan dalampercobaan ini
memiliki tingkat kesadahan yang lunak (soft) yakni dilihat dari logam magnesium
sebesar 185,63 mg/L CaCO3. Adapun hasil perhitungan kosentrasi kesadahan
total, kesadahan kalsium maupun kesadahan magnesium masih memiliki
kekurangan. Hal ini disebabkan karena beberapa factor seperti pembacaan
pengukuran mL EDTA pada saat titrasi yang tidak terlalu akurat, dan perubahan
mg indicator Murexida seperti yang dijelaskan sebelumnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Titrasi Pembentukan kompleks merupakan salah satu metode titrasi yang
digunakan untuk mengetahui tingkat kesadahan air melalui pengikatan kation
logam oleh larutan standar EDTA (ethyelenadiamminetetraacetic acid).
2. Nilai kesadahan total yang didapatkan dari hasil percobaan adalah sebesar 585,48
mg/L CaCO 3
3. Nilai kesadahan kalsium yang didapatkan dari hasil percobaan adalah sebesar
399,85 mg/L CaCO 3
4. Nilai kesadahan magnesium yang didapatkan dari hasil percobaan adalah sebesar
185,63 mg/L CaCO 3
DAFTAR PUSTAKA
1. Ghino. (2010, Maret 23). Penentuan Kadar Kesadahan Air dengan Metode Titrasi
EDTA.Retrieved from Watch and Learn:
https://ginoest.wordpress.com/2010/03/23/17/
2. Rahmat, P. (2014). Academia.edu.Retrieved April 11, 2015, from Laporan Praktikum
Kimia Lingkungan - Kesadahan : http://www.academia.edu/9394021/Kesadahan14
3. Modul Praktikum - Kesadahan.(2015). Tangerang: Teknik Lingkungan, Surya
University.
4. Anonim, 2016., Penuntun dan Laporan Praktikum kimia umum, Universitas Muslim
Indonesia, Makassar
5. Chang, Rymond.2003, Edisi Ketiga. Kimia Dasar.Erlangga, Jakarta. Day dan
Underwood, 1992, Analisis Kimia Kuantitatif,Erlangga, Jakarta
6. Fardiaz,1992, Analisis Kimia,Erlangga,Jakarta
7. Harjadi, W, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar ,Gramedia.,Jakarta
8. Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Prees, Jakarta
9. Kristanto, Philip,2002,Ekologi Industri. Andi Offset,Yogyakarta
10. Mifbahuddin, 2010. Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif Sebagai Media Filter Terhadap
Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis, Erlangga,Jakarta