PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Air merupakan unsur penting utama bagi hidup kita di planet bumi ini. Dalam bidang
kehidupan ekonomi modern kita, air juga merupakan hal utama untuk budidaya
pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi. Air sangat penting di
dalam mendukung kehidupan manusia, air juga mempunyai potensi yang sangat besar
jika air tersebut tercemar, dalam menularkan atau mentransmisikan berbagai penyakit.
Air merupakan sumberdaya yang paling penting dalam kehidupan manusia maupun
makhluk hidup lainnya. Meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan
telah mengakibatkan kebutuhan akan air meningkat tajam. Di lain pihak, ketersediaan
air dirasa semakin terbatas bahkan di beberapa tempat sudah terjadi kekeringan. Hal itu
semua terjadi sebagai akibat dari kualitas lingkungan hidup yang menurun, seperti
pencemaran, penggundulan hutan, berubahnya tata guna lahan, dan lain-lain.
Kesadahan (hardness) air berkaitan dengan kemampuan air untuk membentuk busa.
Dimana semakin besar tingkat kesadahan air, semakin sulit untuk sabun membentuk
busa karena terjadi pengendapan.
Sesuai dengan reaksi :
2 NaCO2C17H33 + kation2+ kation (CO2C17H33) 2 + 2 Na+
sabun / detergen
mengendap
Busa tidak akan terbentuk sebelum semua kation pembentuk kesadahan mengendap.
Endapan yang terbentuk dapat mengakibatkan pewarnaan pada bahan yang dicuci.
Residu endapan tertahan dalam pori-pori pakaian sehinga pakaian terasa kasar.
Demikian juga kulit tangan menjadi kasar setelah mencuci.
Kesadahan merupakan gambaran kation logam divalent yang dapat bereaksi dengan
sabun membentuk endapan. Pada perairan tawar, kation kovalen yang paling berlimpah
adalah kalsium dan magnesium. Kalsium dan magnesium berikatan dengan anion
penyusun alkalinitas yaitu karbonat.
Oleh karena itu percobaan ini dilakukan untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang salah satu parameter air dikatakan tercemar, terutama tingkat
kesadahan satu larutan, apakah air tersebut dapat digunakan seperti air minum dan lainlain.
1.2 Tujuan Percobaan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kesadahan (hardness) air berkaitan erat dengan kemampuan air untuk membentuk
busa.semakin besar kesadahan air, semakin sulit bagi sabun untuk membentuk busa
karena terjadinya pengendapan.
2 NaCO2C17H33 + kation2+ kation (CO2C17H33) 2 + 2 Na+
sabun / detergen
mengendap
(Effendi, 2003)
Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga oleh Mn2+,
Fe2+, dan semua kation yang bermuatan dua. Air yang kesadahannya tinggi biasanya
terdapat pada air tanah didaerah yang bersifat kapur, darimana Ca2+ dan Mg2+berasal.
Air sudah mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya hubungan
kimiawi antara ion kesadahan dengan molekul sabun yang menyebabkan sifat detergen
hilang. Kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32- (salah satu ion alkaliniti) mengakibatkan
terbentuknya kerak pada dinding pipa yang disebabkan oleh endapan kalsium karbonat
CaCO3. kerak ini akan mengurangi penampang basah pipa dan menyulitkan pemanasan
air dalam ketel.
Bermacam-macam proses yang ada untuk pelunakan air :
Pelunakan adalah penghapusan ion-ion tertentu yang ada dalam air dan dapat bereaksi
dengan zat-zat lain hingga distribusi air dan penggunaannya terganggu.
a.
Ca(OH)2, Na2O3
Sifa
b.
Proses pertukaran ion Ca2+ dan Mg 2+ dengan ion Na+, K+, atau H+
Kebutuhan
Sifat
c.
Sifat
Proses pelunakan melalui pengendapan adalah proses yang paling murah dan sering
digunakan, maka proses tersebut akan diuraikan dibawah ini sebagai contoh untuk
perencanaan dan praktikm teknik penyehatan.
Sebagai kation kesadahan, Ca2+ selalu berhubungan dengan anion yang terlarut
khususnya anion alkalinity a; CO32- , HCO3-, dan OH-. Ca2+dapat bereaksi dengan
HCO3-,membentuk garam yang terlarut tanpa terjadi kejenuhan. Sebaliknya reaksi
dengan CO32- akan membentuk garamkarbonat yang larut sampai batas kejenuhan
dimana titik jenuh berubah dengan nilai pH. Bila titik jenuh dilampui, terjadi endapan
garam kalsium karbonat CaCO3 dan membuat kerak yang terlihat pada dinding pipa
atau dasar ketel. Namun, pada proses pelunsksn ini keadaan harus dibuat sehingga
sedikit jenuh, karena dalam keadaan tidak jenuh terjadi reaksi yang mengakibatkan
karat terhadap pipa. Kerak yang tipis akibat keadaan sedikit jenuh itu justru melindungi
dinding dari kontak langsung dengan air yang tidak jenuh (agresif). Ion Mg 2+ akan
bereaksi dengan OH- membentuk garam yang terlarut sampai batas kejenuhan dan
mengendap sebagai Mg(OH)2 bila titik kejenuhan dilampaui.
2+
(1)
(2)
CO32- berasal dari karbon dioksida CO 2 dan bikarbonat HCO3 yang sudah telarut dalam
air sesuai reaksi berikut :
+ OH- HCO3-
(3)
(4)
CO2
Di dalam reaksi (1) dan (2) agak lambat. Untuk mmpercepat reaksi maka dosis bahan
pelunak harus sedikit lebih banyak dari jumlah yang diperhitungkan secara teoritis.
(Giwangkara, 2006)
Hanya ion OH- (hidroksil) yang berhasil karena tambahan ion OH- memindahkan
keseimbangan reaksi (1) ke kanan sehingga Mg(OH) 2 mengendap. Tambahan OH-juga
membentuk CO32- melalui reaksi (3) dan (4) yang memindahkan keseimbangan reaksi
(2) ke kanan sehingga CaCO3 mengendap (prinsip le Chatelier). Sumber ion OH - yang
murah adalah Ca(OH)2 [kalsium hidroksida/air kapur]. Biasanya CO2 & HCO3- yang
terlarut dalam air cukup jumlahnya untuk membentuk CO 32- melalui reaksi (3) & (4).
Kalau kadar karbonat kurang maka CO32- lebih mudah bergabung dengan Ca2+ sehingga
Na+ tertinggal dalam larutan.
Proses pengandapan (pemisahan lumpur CaCO3 dari air) dapat dipercepat dengan
menggunakan tawas, demikian pelunakan dapat dilaksanakan bersamaan dengan
flokulasi. Tawas mengasamkan larutan CO2/HCO3-, sehingga diperlukan tambahan
Ca(OH) 2 untuk menetralkan larutan tersebut.
Kesadahan total yaitu jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat ditentukan melalui
titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap
semua kation tersebut. Kesadahan total tersebut dapat juga ditentukan dengan
menjumlah ion Ca2+ dan Mg2+ yang dianalisa terpisah misalnya dengan metoda AAS
(Atomic Absorption Spectrophotometri).
Eriocrome Black T (Eriokrom Hitam T) adalah sejenis indikator yang berwarna merah
muda bila berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium
dengan pH 10.0 0.1.
Sejenis molekul lain yaitu asam etilen diamin tetra asetat dan garam-garam natrium
lainnya (EDTA), dapat membuat pasangan kimiawi (chelated complex) dengan ion-ion
kesadahan dan beberapa jenis ion lain. Pasangan ion tersebut lebih kuat daripada
hubungan antara indikator dengan ion-ion kesadahan. Oleh karena itu pada pH 10,
larutan akan berubah menjadi biru yaitu disaat jumlah molekul EDTA yang
ditambahkan sebagai titran, sama (ekivalen) dengan ion kesadahan dalam sample, dan
molekul indikatir terlepas dari ion kesadahan (Wikipedia, 2011).
Perubahan semakin jelas bila pH tinggi, namun pH yang tinggi dapat menyebabkan ionion kesadahan hilang dari larutan, karena etrjadi pengaendapan Mg(OH)2 dan CaCO3.
pada pH > 9, CaCO3 sudah mulai terbentuk sehingga titrasi sudah harus selesai dalam
waktu 5 menit. Pembentukan Mg(OH)2 pada sample air alam (air sungai, air tanah)
belum terjadi pada pH 10.
Garam-garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (EDTA) akan bereaksi dengan jation
logam tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang larut. Pada pH 10.0 0.1, ionio kalsium dan magnesium dalam contoh uji akan bereaksi dengan indikator
Eriochrome Black T (EBT) dan membentuk senyawa larutan berwarna merah keunguan,
jika Na2EDTA titambahkan sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan magnesim akan
membentuk senyawa kompleks, molekul indikator terlepas kembali, pada titik akhir
titrasi larutan akan berubah warna dari merah keunguan menjadi biru. Dengan cara ini
akan didapat kesadahan total (magnesium dan kalsium).
Kesadahan karbonat merupakan besaran yang menunjukkan besarnya kandungan ion
bikarbonat dan karbonat dalam air. Dalam aquarium air tawar dan kisaran pH netral, ion
bikarbonat lebih dominan, sedangkan pada aquarium laut ion karbonat lebih berperan.
kesadahan non karbonat merupakan besaran yang menunjukkan bahwa kalsium dan
magnesium berasosiasi dengan ion SO42-, Cl-, dan NO3-. Kesadahan karbonat sangat
sensitive terhadap panas dan mengendap dengan mudah pada suhu tinggi seperti dalam
persamaan reaksi :
Ca(HCO3)2 pemanasan > CaCO3 + CO2 + H2O
mengendap
Oleh karena itu, kesadahan karbonat disebut juga kesadahan sementara. Kesadahan non
karbonat disebut kesadahan permanen karena kalsium dan magnesium yang berikatan
dengan sulfat dan klorida tidak mengendap dan nilai kesadahan tidak berubah meskipun
pada suhu tinggi.
Kesadahan karbonat dapat diketahui dengan persamaan Boyd, 1988 apabila alkalinitas
total lebih kecil dari kesadahan total maka kesadahan karbonat = alkalinitas total.
Sedangkan kesadahan non karbonat dapat ditentukan dengan persamaan : Apabila
alkalintas total lebih besar sama dengan (>) kesadahan total, maka kesdahan
karbonatnya = kesadahan total.
Kesadahan Non Karbonat = Kesadahan Total Kesadahan Karbonat
Jika alkalinitas melebihi kesadahan total maka sebagian dari anion penyusun alkalinitas
(bikarbonat dan karbonat) berasosiasi dengan kation valensi satu (monovalen), misalnya
Kalium (K+), dan sodium (Na+), yang tidak terdeteksi pada penenruan kesadahan.
(Boyd, 1988). Diperairan yang banyak mengandung kalium dan sodium, nilai alkalinitas
total dapat mencapai 6000
1988).
mg
Sebaliknya, jika kesadahan total melebihi alkalinitas total maka sebagian dari kation
penyusun kesadahan (kalsium dan magnesium) berikatan dengan sulfat (SO 42-), klorida
(Cl-), silikat (SiO3), atau nitrat (NO3-), yang tidak terdeteksi pada penentuan alkalinitas.
Oleh karena itu, hubungan antara nilai kesadahan dan alkalinitas tidak selalu positif,
atau semakin besar nilai kesadahan tidak selalu disertai dengan semakin tingginya
alkalinitas, dan begitu pula sebaliknya (Effendi, 2003).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Tabel 4.1.1 pembakuan larutan EDTA dengan larutan baku MgSO4 0.05 M
ml MgSO4 0.05 M
10
ml EDTA
9,7
Konsentrasi EDTA
0.05
No.
1
4.2
4.2.1
ml Sample
10
ml EDTA
0,9
Kesadahan
450
Perhitungan
Konsentrasi EDTA
V (MgSO4) x M (MgSO4)
10 x 0.05
0.5
M (EDTA)
= V (EDTA) x M (EDTA)
= 9,7 x M (EDTA)
= 9,7 M(EDTA)
=
0,5
/9,7
= 0,05 M
4.2.2
Kesadahan sample
Kesadahan (mg CaCO3/L) = 1000/V sample x V (EDTA) x M(EDTA) x 100
= 1000/10 x 0,9 x 0,05 x 100
= 450 mg CaCO3/L
4.3
Pembahasan
Prinsip pada percobaan ini adalah garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (EDTA)
akan bereaksi dengan kation logam tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang
larut. Pada pH 10.0 0.1, ion-ion kalsium dan magnesium dalam contoh uji akan
bereaksi dengan indikator EBT dan membentuk larutan berwarna merah keunguan, jika
Na2EDTA ditambahkan sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan magnesium akan
membentuk senyawa kompleks, molekul indikator terlepas kembali, dan pada titik akhir
titrasi larutan akan berubah warna dari merah keunguan menjadi biru. Dengan cara ini
akan didapat kesadahan total (kalsium dan magnesium).
Air sadah adalah air dengan kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya
ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air
keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah
air dengan kadar mineral yang rendah.
Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang diikat oleh
kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu :
a. Air sadah sementara
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-),
atau bisa jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2)
dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Sifat kesadahan air sadah sementara
dapat dihilangkan dengan cara memanaskan air. Dengan pemanasan, air tersebut
akan terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Dengan jalan pemanasan senyawasenyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel. Reaksi yang terjadi adalah :
Ca(HCO3)2 (aq) > CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
b. Air sadah tetap
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion bikarbonat,
misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut
boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium
sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan
magnesium sulfat (MgSO4).
Air yang mengandung senyawa-senyawa sebagaimana tersebut diatas disebut air sadah
tetap. Disebut air sadah tetap karena sifat kesadahannya yang tidak bisa dihilangkan
hanya dengan cara pemanasan. Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahannya,
mutlak dilakukan dengan cara kimiawi, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan
zat-zat kimia tertentu, biasanya dipakai larutan karbonat, yaitu Na2CO3 (aq) atau
K2CO3 (aq). Penambahan larutan karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ion
Ca2+ dan atau Mg2+.
CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) > CaCO3 (s) + 2NaCl (aq) Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3 (aq)
> MgCO3 (s) + 2KNO3 (aq)
Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut telah terbebas
dari ion Ca2+ atau Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut telah terbebas dari
kesadahan. Pada industri yang menggunakan ketel uap, air yang digunakan harus
terbebas dari kesadahan.
Pembakuan larutan EDTA dilakukan untuk menentukan konsentrasi larutan EDTA yang
akan digunakan pada saat menitrasi bahan.
Pada percobaan kali ini larutan MgCl2 dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke
dalam labu Erlenmeyer, serta ditambah dengan larutan buffer, indikator EBT, dan
aquadest. Penambahan larutan buffer sebagai larutan penyangga yang dapat
mempertahankan pHnya saat ditambahkan sdikit asam atau basa yang membatasi antara
larutan baku dengan indikator EBT.
Indikator EBT digunakan agar larutan berwarna merah keunguan terbentuk dan saat
ditambahkan larutan titran molekul indikator terlepas kembali yang kemudian
menunjukan titik akhir titrasi dengan perubahan warna dari merah keunguan menjadi
biru. Dan digunakan aquadest karena aquadest bersifat netral dan tidak tercampur
dengan mineral lain.
Setelah dilakukan pembakuan larutan EDTA dengan titrasi, didapat hasil titrasi 9,7 ml
dengan larutan sampel 10 ml dan konsentrasi EDTA nya yang didapat adalah 0,05 M.
Sedangkan setelah dititrasi dengan 0,9 ml EDTA 0,05 M didapat kesadahan sampel
yaitu 450 mg CaCO3/L yang didapat dari percobaan ini adalah
EBT dipakai untuk titrasi dengan suasana pH = 7 - 11, untuk penetapan kadar dari
logam Cu, Al, Fe, Co, Ni, Pt dipakai cara titrasi tidak langsung, sebab ikatan kompleks
antara logam tersebut dengan EBT cukup stabil. EBT yang ditambahkan kedalam
larutan ZnSO4 yang telah ditambahkan buffer menghasilkan ZnEBT yang berwarna
merah anggur. Raeaksi dengan EDTA yang dititrasi menghasilkan perubahan warna dari
merah anggur ke biru.
Larutan
penyangga, larutan
mempertahankan
nilai pH tertentu
agar
tidak
banyak
digunakan
berubah
untuk
selama reaksi
kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya
berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat.
Larutan penyangga tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa
lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen penyusun ini
disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.
Dalam penetapan kadar kalsium, larutan buffer yang digunakan sama seperti pada
penentuan kadar Mg yaitu yang mempunyai pH 10, karena larutan EDTA akan
terdisosiasi sempurna dengan Ca pada pH ini, sehingga pH larutan akan tetap walaupun
terjadi pelepasan H3O+. Indikator yang digunakan untuk reaksi kompleks ini adalah
murexide, karena bila indikator EBT kurang baik sebagai indikator untuk titrasi Ca 2+
dengan EDTA dalam larutan yang tidak mengandung Magnesium. Bila ingin
menggunakan indikator
sedikit Mg sebelum larutan distandarkan. Dengan demikian zat penitrasi terdiri dari
campuran MgY2- dan H2Y2- dan titik akhir titrasi terjadi sesuai yang diharapkan.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1.
2.
3.
5.2
Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya digunakan sampel lain seperti air wc ataupun
air minum agar praktikan dapat mengetahui tingkat kesadahan dari sampel yang sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Hefni . 2003 . Telaah Kualitas Air . Kanisius : Yogyakarta
Fariadz, Srikandi . 1992 . Polusi Air dan Udara . Kanisius : Yogyakarta
Vagel . 1994 . Kimia Analisis Kuantitatif Organik . PT. Kalman Media : Jakarta