Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan pelarut penting, yang memiliki kemampuan yang dapat
melarutkan zat – zat kimia lainnya, seperti garam – garam, gula, asam, beberapa
jenis gas dan banyak macam molekul organik. Bahan – bahan mineral yang dapat
terkandung dalam air adalah CaCO3, MgCO3, CaSO4, NaCl, Na2SO4, SiO2, dan
sebagaimana. Dimana air yang banyak mengandung ion – ion kalsium dan
magnesium dikenal sebagai air sadah.
Air sadah adalah air yang di dalamnya terlarut garam – garam kalsium dan
magnesium, air sadah tidak baik untuk mencuci karena ion – ion Ca2+ dan Mg2+
akan berikatan dengan sisa asam karbohidrat pada sabun dan membentuk endapan
sehingga sabun tidak berbuih. Senyawa – senyawa kalsium dan magnesium ini
relatif sukar larut dalam air, sehingga senyawa – senyawa ini cenderung untuk
memisah dari larutan dalam bentuk endapat atau precipitation yang kemudian
melekat pada logam (wadah) dan menjadi keras.
Air sadah dapat menyebabkan terbentunya kerak pada dasar ketel yang
selalu digunakan untuk memanaskan air. Sehingga untuk memanaskan air tersebut
diperlukan pemanasan yang lebih lama. Hal ini merupakan pembotosan energy.
Timbulmya kerak pada pipa uap dapat menyebabkan penyumbatan sehingga
dikhawatirkan pipa tersebut akan meledak, dan jika terjadi peledakan akan dapat
menyebabkan polusi udara yang bisa menurunkan kualitas lingkungan dan
lingkungan tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk itu perlu dilakukan
pengujian kesadahan. Manfaat penentuan atau pengujian kesadahan adalah untuk
mengetahui tingkat kesadahan air, dan untuk dapat menentukan kesadahan
digunakan metode titrasi EDTA.
Oleh karena itu, diperlukan analisis praktikum kesadahan dan klorida untuk
terhindar dari dampak – dampak dari kesadahan dan klorida.

1
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan penetapan kesadahan dan klorida adalah sebagai
berikut:
1. Menghitung kesadahan pada sampel air Sungai Grogol menggunakan metode
EDTA.
2. Menghitung kadar klorida pada sampel air Sungai Grogol meggunakan metode
argentometri.
3. Menghitung kadar sisa klor pada sampel air Sungai Grogol menggunakan
larutan kanji.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


Air sadah adalah istilah yang digunakan pada air yang mengandung kation
penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya logam –
logam atau kation – kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca, dan Mg, tetapi
penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
Kalsium dalam air mempunyai kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat,
sulfat, khlorida, dan nitrat, sementara itu magnesium dalam air kemungkinan
bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, dan khlorida. (Marsidi, R. 2011)
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa
apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat
membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan
tinggi tidak akan terbentuk busa. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya
ion – ion Ca2+dan Mg2+. Atau dapat juga disebablan karena adanya ion – ion lain
dari polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperi Al, Fe, Mn, Sr, dan Zn
dalam bentuk garam sulfat, klorida, dan bikarbonat dalam jumlah kecil. (Hunt,
1984)
Karenan penyebab dominan atau utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+,
khususnya Ca2+, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat atau karakteristik
air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+ dan Mg2+, yang
dinyatakan sebagai CaCO3. (Kristanto, 2004)
Pada mulanya kesadahan air diartikan sebagai kapasitas air untuk
mengendapkan sabun. Kesadahan air yang paling banuak adalah akibat hadirnya
Ca2+ dan Mg2+, walaupun terdapat kation polivalen yang lainnya, namun biasanya
kation – kation tersebut membentuk kompleks dengan kandungan organik yang ada
di dalam air, sehingga keberadaannya dalam kesadahan air dapat diabaikan. Oleh
karena itu penetapan kesadahan hanya difokuskan pada penentuan kadar Ca2+ dan
Mg2+ dalam air. (Lindu, dkk. 2019)
Kesadahan air dapat digolongkan menjadi dua macam:

3
1. Kesadahan sementara
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion karbonat (CO3-
) dan bikarbonat (HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa
kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dana tau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2).
Air yang mengandung ion atau senyawa – senyawa tersebut disebut air sadah
sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga
air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. (Kuswanti, dkk. 2007)
2. Kesadahan tetap
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengandung anion selain ion
bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut
boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium
sulfat (CaSO4), dan magnesium klorida (MgCl2). Air yang mengandung senyawa –
senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa
dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. (Kuswanti, dkk. 2007)
Metode EDTA digunakan untuk menentukan kesadahan air minum, air
permukaan, air laut, limbah rumah tangga, dan limbah industri. Prinsip metode ini
ialah titrimetri yakni sampel air dititrasi dengan larutan natrium etilen
diamintetrasetat (Na2EDTA) yang mengandung indikator Eriochrome Black T.
Na2EDTA yang ditambahkan ke dalam sampel akan berikatan dengan kation
kalsium dan magnesium (logam pembentuk kesadahan) sebagai kompleks. Pada
titik dimana Na2EDTA akan mengkomplekskan semua kation kalsium dan
magnesium termasuk kalsium dan magnesium yang semula berkompleks dengan
indikator Eriochrome Black T (berwarna merah keunguan), kemudian larutan
sampel uji akan berubah ke warna biru (warna indikator Eriochrome Black T yang
tidak membentuk kompleks dengan kation pembentuk kesadahan), sebagai tanda
titok ekivalen telah tercapai. Titrasi ini dilakukan pada pH 10,0  0,1. Beberapa ion
logam dapat menyebabkan pudarnya warna atau sulit menentukan titik akhir.
Gangguan ini dapat dikurangi dengan menambahkan inhibitor tertentu sebelum
titrasi. (Lindu, dkk. 2019)
Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA) merupakan salah satu senyawa yang
dapat bereaksi dengan kation logam membentuk senyawa kompleks kelat yang larut

4
Pada pH tertentu. pH 10,0  0,1, ion logam Ca2+ dan Mg2+ membentuk larutan
berwarna merah keunguan dengan penambahan indikator Eriochrome Black T
(EBT) atau Maurexide. Selanjutnya jika ditambahkan kembali EDTA sebagai
titran, maka ion logam Ca2+ dan Mg2+ akan membentuk senyawa kompleks dengan
EDTA yang ditandai dengan berubahnya warna larutan dari merah keunguan
menjadi biru jika indikator yang ditambahkan adalah EBT, ataupun berubah
menjadi ungu jika indikator yang ditambahkan adalah maurexide. Kondisi ini
disebut titik akhir titrasi. (Lindu, dkk. 2019)
Pada penetapan tersebut dapat diperoleh kesadahan total (Ca2+ + Mg2+)
dalam sampel air yang dianalisis. Sementara untuk menentukan kesadahan parsial
berupa ion logam Ca2+ saja, maka samoel air dikondisikan memiliki pH tinggi
sekitar 12 – 13, sehingga ion logam Mg2+ akan mengendap sebagai magnesium
hidroksida (Mg(OH)2). Pada titik akhir titrasi tersebut, indikator EBT akan bereaksi
dengan ion logam Ca2+ membentuk larutan berwarna biru. Berikutnya dapat
diperoleh pula kesadahan parsial berupa ion logam Mg2+ yaitu dengan menghitung
selisih antara kesadahan total dengan kesadahan parsial ion logam Ca2+ sebagai
CaCO3. (Lindu, dkk. 2019)
Kesadahan dalam tingkat tertentu akan bermanfaat bagi kesehatan, namun
ketidak kesadahan menjadi tinggi dan dikonsumsi manusia dalam jangka waktu
yang lama akan dapat menganggu kesehatan. Secara khusus kelebihan unsur
kalsium akan menjadikan hyperparatyroidsm, batu ginjal (Nephrolithiasis), dan
jaringan otok rusak (Musculusweaknes). Kelebihan logam magnesium dalam darah
akan mempengaruhi syaraf otot dan otot jantung yang ditandai lemahnya refleksi
dan berkurangnya rasa sakit pada otot yang rusak, ini merupakan kekhasan dari
kelebihan magnesium dalam darah juga ditandai adanya keluarnya cairan asetil
cholin pada otot. Adanya depresi pada vasoliditasi myocardial berperan dalam
terjadinya hipotensi. (Khopkar, 2002)
Air yang mengandung ion – ion kalsium dan magnesium dalam jumlah lebih
dari 17,1 ppm disebut sebagai air sadah. Adanya ion – ion tersebut dalam air sadah
dapat menganggu kesehatan seperti terjadinya endapan kapur pada ginjal atau
saluran kencing. (Supardi, 2009)

5
Kerugian yang ditimbulkan oleh air sadah antara lain adalah menyebablan
sabun tidak berbusa (berbuih). Sabun akan berbuasa jika ion Ca2+ dan Mg2+
diendapkan jadi air sadah mengurangi daya pembersih sabun sehingga pemakaian
sabun menjadi boros, menimbulkan kerak pada ketel yang dapat menyumbat katup
– katup pada ketel hal ini mengakibatkan penghantaran panas dari ketel berkurang
sehingga memboroskan penggunaan bahan bakar. (Kuswanti, dkk. 2007)
Kandungan ion klorida dalam air sangat bervariasi dan berhubungan dengan
kondisi alami daerah yang dilewati aliran air. Dalam air alam konsentrasi ion
klorida rata – rata pada umumnya kurang dari 50 mg Cl-/L, akan tetapi dalam
keadaan tertentu, konsentrasi tersebut dapat sangat tinggi. Hal ini dapat disebabkan
oleh pencemaran air limbah industry dan instrusi atau infiltrasi air laut. (Lindu, dkk.
2019)
Ion klorida tidak menimbulkan gangguan pada kesehatan manusia, kecuali
menimbulkan rasa yang berbeda dalam air, yaitu rasa asin yang diakibatkan oleh
senyawa NaCl. Standar WHO yang juga digunakan di Indonesia ditetapkan
konsentrasi tertinggi dalam air minum dianjurkan adalah 200 mg Cl-/L. Untuk
daerah – daerah tertentu seperti pantai, konsentrasi maksimum yang diijinkan
adalah 600 mg Cl-/L. Penetapan ion klorida dapat dilakukan dengan berbagai
metode yaitu metode pengendapan, metode volumetrik dengan Hg(NO3)2 dan
metode potensio – klorimetri – elektroda spesifik. Di antara berbagai metode
tersebut yang paling sederhana adalah dengan metode pengendapan, salah satunya
dengan metode titrasi Argentrometri cara Mohr. (Lindu, dkk. 2019)
Penentuan klorida dilakukan dengan beberapa metode diantaranya adalah
metode argentometri dan metode spektofotometer. Penggunaan metode titrasi
argentometri merupakan metode yang klasik untuk menganalisis kadar klorida yang
dilakukan dengan mempergunakan AgNO3 dan indikator K2Cr2O4, kelebihan dari
analisis klorida dengan cara ini yaitu pelaksanaannya yang mudah dan cepat,
memiliki ketelitian dan keakuratan yang tinggi dan dapat digunakan untung
menentukan kadar yang memiliki sifat yang berbeda – beda. (Mulyono, 2005)
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan
dari garam yang tidak mudah larut anatara titran dan analit. Hal dasar yang

6
diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang
cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang
menganggu titrasi, dan titik akhir yang mudah diamati. (Mulyono, 2005)
Dasar titrasi argenometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
pembentukan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari
analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl. (Kisman, 1988)
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk
dari reaksi anatara analit dan titran. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan
menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi
sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan
rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak
sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat dengan basa
kuat dan antara asam lemah dengan basa kuat. (Harjadi, 1993)
Klorinasi merupakan disinfeksi yang paling umum digunakan. Klorin yang
digunakan dapat berupa bubuk, cairan atau tablet. Bubuk klorin biasanya berisi
kalsium hipoklorit, sedangkan cairan klorin berisi natrium hipoklorit. Disinfeksi
yang menggunakan gas klorin disebut sebagai klorinasi. Sasaran klorinasi terhadap
air minum adalah penghancuran bakteri melalui germisidal dari klorin terhadap
bekteri. Bermacam-macam zat kimia seprti ozon (O3), klor (Cl2), klordioksida
(ClO2), dan proses fisik seperti penyinaran sinar ultraviolet, pemanasan dan lain-
lain, digunakan sebagai disinfeksi air. Dari bermacam-macam zat kimia diatas , klor
adalah zat kimia yang sering dipakai karena harganya murah dan masih mempunyai
daya disinfeksi sampai beberapa jam setelah pembubuhannya yaitu yang disebut
sebagai residu klorin (Alaerts, 1984).
Metode yang digunakan ialah metode kalorimetri dengan Syringaldazine
(3,5 – diametoksi 4 – hidroksi kenzaldehida) dalam 2 – propanol sebagai pereaksi,
metode ini disebut FACTS. Syringaldazine dioksidasi oleh klor bebas dengan dasar
1:1 molar terbentuk senyawa yang berwarna pada panjang gelombang maksimum
530 nm. Kelarutan zat berwarna yang dihasilkan dalam air sangat kecil, oleh karena
itu pada konsentrasi klor lebih besar dari 1 mg/L perlu ditambahkan 2 – propanol

7
untuk mencegah timbul optimal demikian pula kelarutannya, maka pH 6,5 – 6,8
adalah yang terbaik, dan untuk itu perlu larutan penyangga. Gangguan yang
diakibatkan oleh adanhya mono -, di -, trikloraine dan juga mangan pada metode
ini dapat diperkecil. Kadar minimum yang terdektesi oleh metode FACTS ini
adalah  0,1 mg/L. (Lindu, dkk. 2019)

8
BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam percobaan kali ini, metode yang digunakan untuk penetapan


kesadahan adalah metode EDTA, yaitu mentitrasi sampel air menggunakan larutan
EDTA. Metode yang digunakan untuk penetapan ion klorida adalah metode titrasi
Argentometri, yaitu ion klorida diendapkan sebagai AgCl pada kondisi netral
dengan menggunakan larutan perak nitrat (AgNO3). Dan metode yang digunakan
penetapan sisa klor adalah metode kolorimetri dengan Syringaldazine.

3.1 Waktu dan Tempat


Hari, Tanggal : Selasa, 26 Maret 2019
Waktu Sampling : 07.15 WIB
Lokasi Sampling : Samping Halte Busway Grogol 2 (610’2”S 10647’19”E)

Gambar 3.1
Kondisi Lingkungan Saat Sampling

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Penetapan Kesadahan Ca2+
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Parameter Kesadahan Ca2+
No. Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Pipet Gondok 25 ml 1 buah Sampel air - 50 ml

9
No. Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
2. Labu 250 ml 1 buah Indikator - 50 mg
erlenmeyer Maurexide
3. Pipet tetes - 1 buah Larutan NaOH 0,02 N 4 tetes
4. Buret 50 ml 1 buah Larutan EDTA 0,01 M 50 ml
5. Statis - 1 buah - - -

3.2.2 Penetapan Kesadahan Total


Tabel 3.2 Alat dan Bahan Parameter Kesadahan Total
No. Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Pipet Gondok 25 ml 1 buah Sampel air - 25 ml
2. Labu 250 ml 1 buah Aquades - 25 ml
erlenmeyer
3. Pipet tetes - 1 buah Larutan - 2 ml
Penyangga
4. Buret 50 ml 1 buah Larutan EDTA 0,1 M 50 ml
5. Statis - 1 buah Indikator EBT - 50 mg
6. Pipet Ukur 2 ml 1 buah - - -

3.2.3 Penetapan Ion Klorida


Tabel 3.3 Alat dan Bahan Parameter Kesadahan Total
No. Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Pipet Gondok 25 ml 1 buah Sampel air - 100 ml
2. Labu 250 ml 1 buah Larutan 5% 1 ml
erlenmeyer K2CrO4
4. Buret 50 ml 1 buah Larutan 0,0123 N 50 ml
AgNO3
5. Statis - 1 buah - - -
6. Pipet Ukur 2 ml 1 buah - - -

10
3.2.4 Penetapan Sisa Klor
Tabel 3.4 Alat dan Bahan Parameter Kesadahan Total
No. Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Pipet Gondok 25 ml 1 buah Sampel air - 25 ml
2. Labu 250 ml 1 buah KI - 1 gram
erlenmeyer
4. Buret 50 ml 1 buah Larutan - 1 ml
CH3COOH
glasial
5. Statis - 1 buah Larutan Kanji - 1 ml
6. Pipet Ukur 2 ml 1 buah Larutan 0,1 M 50 ml
Na2S2O3

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Penetapan Kesadahan Ca2+
Tabel 3.5 Cara Kerja Kesadahan Ca2+
No. Cara Kerja Gambar
1. Masukkan 25 ml sampel air ke dalam labu
erlenmeyer

2. Tambahkan larutan NaOH ke dalam labu


Erlenmeyer sampai larutan memiliki pH 12
– 13

11
No. Cara Kerja Gambar
3. Tambahkan 50 mg indikator Maurexide

4. Titrasi menggunakan larutan EDTA 0,01 M


sampai larutan berubah warna dari
berwarna merah menjadi ungu keunguan.
Catat volume larutan EDTA 0,01M yang
digunakan. Lakukan percobaan ini secara
duplo.

3.3.2 Penetapan Kesadahan Total


Tabel 3.6 Cara Kerja Kesadahan Total
No. Cara Kerja Gambar
1. Masukkan 25 ml sampel air ke dalam labu
erlenmeyer

2. Tambahkan 25 ml aquades ke dalam labu


Erlenmeyer sebagai pelarut.

3. Tambahkan 2 ml larutan penyangga pH 10.

12
No. Cara Kerja Gambar
4. Tambahkan 50 mg indikator EBT dan
tunggu selama 5 menit sebelum dititrasi

5. Setelah 5 menit, titrasi dengan larutan


EDTA sampai berubah warna dari warna
merah anggur menjadi biru. Lakukan
percobaan ini secara duplo.

3.3.3 Penetapan Ion Klorida


Tabel 3.7 Cara Kerja Ion Klorida
No. Cara Kerja Gambar
1. Masukkan 100 ml sampel air ke dalam labu
Erlenmeyer.

2. Tambahkan 1 ml larutan K2CrO4 5% ke


dalam labu Erlenmeyer.

3. Titrasi dengan larutan AgNO3 0,0123


sampai larutan berubah warna menjadi
warna merah bata. Dan catat volume larutan
AgNO3 yang digunakan. Lakukan
percobaan ini secara duplo.

13
3.3.4 Penetapan Sisa Klor
Tabel 3.8 Cara Kerja Penetapan Sisa Klor
No. Cara Kerja Gambar
1. Masukkan 25 ml sampel air ke dalam labu
erlenmeyer

2. Tambahkan 1 gram KI ke dalam labu


Erlenmeyer.

3. Tambahkan 1 ml larutan CH3COOH glasial


ke dalam Erlenmeyer.

4. Tambahkan 1 ml larutan kanji ke dalam


Erlenmeyer.

3. Titrasi menggunakan larutan Na2S2O3


sampai warna hilang. Catat volume larutan
Na2S2O3 yang digunakan. Lakukan
percobaan ini secara duplo.

14
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 4.1 Hasil Pengamatan
No. Hasil Pengamatan Gambar
1. Sampling (Insitu)
pH = 7,323
DO = 0,88 ppm
DHL = 448 s
Kekeruhan = 49,2 NTU
Tutupan awan = 80%
Arah Angin = T  B
Rona Lingkungan = Jalan raya, jembatan
penyebrangan, mall, halte, tanaman, pos polisi,
fly over.

2. Kesadahan Ca2+
Vol. EDTA (1) = 1,5 ml
Vol. EDTA (2) = 1,6 ml
Rata – Rata Vol. EDTA = 1,55 ml
Perubahan Warna
Sampel + Maurexide = merah keunguan

15
No. Hasil Pengamatan Gambar
+ EDTA = ungu
Titik akhir titrasi = merah keunguan ungu

3. Kesadahan Total
Vol. EDTA (1) = 3 ml
Vol. EDTA (2) = 3,3 ml
Rata – Rata Vol. EDTA = 3,15 ml
Perubahan Warna
Sampel + Larutan penyangga = bening
+ EBT = ungu
+ EDTA = biru
Titik akhir titrasi = bening  biru

16
No. Hasil Pengamatan Gambar

4. Ion Klorida
Vol. Larutan blanko = 1,2 ml
Vol. AgNO3 (1) = 9,5 ml
Vol. AgNO3 (2) = 9,5 ml
Rata – Rata Vol. AgNO3 = 9,5 ml
Perubahan Warna
Sampel + K2CrO4 = kuning
+ AgNO3 = merah bata
Titik akhir titrasi = kuning  merah bata

17
No. Hasil Pengamatan Gambar
5. Sisa Klor
Vol. Klor = 39,2 ml
Sampel + KI = coklat tua
+ CH3COOH = coklat tua
+ Larutan Kanji = coklat tua
+ Na2S2O3 = bening
Titik akhir titrasi = coklat tua  bening

4.2 Perhitungan
4.2.1 Kesadahan Ca2+
Rumus:

1000
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 Ca2+ = 𝑥 𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴(𝑏) 𝑥 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝐴𝑟 𝐶𝑎
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan:
V EDTA (b) = volume Na2EDTA untuk titrasi kesadahan karbonat (ml)
M EDTA = molaritas Na2EDTA (M)
Ar Ca = bobot atom Ca (40 g/mol)
1000 = konversi ml ke liter
Perhitungan
Diketahui:
ml sampel = 25 ml
V EDTA(b) = 1,55 ml
M EDTA = 0,01 M
Ar Ca = 40 gram/mol
Ditanya:

18
Kesadahan Ca2+?
Jawab:
1000
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 Ca2+ = 𝑥 𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴(𝑏) 𝑥 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝐴𝑟 𝐶𝑎
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

1000
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 Ca2+ = 𝑥 1,55 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑀 𝑥 40 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
25 𝑚𝑙

𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 Ca2+ = 24,8 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙

4.2.2 Kesadahan Total


Rumus:

1000
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 Total = 𝑥 𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴(𝑎)𝑥 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝐵𝑀𝐶𝑎𝐶𝑂3
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1000
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑔2+= 𝑥 (𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴(𝑎) − 𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴(𝑏)𝑥 𝑀𝐸𝐷𝑇𝐴𝑥𝐴𝑟 𝑀𝑔
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan:
V EDTA (a) = volume Na2EDTA untuk titrasi kesadahan total (ml)
V EDTA (b) = volume Na2EDTA untuk titrasi kesadahan karbonat (ml)
M EDTA = molaritas Na2EDTA (M)
Ar Mg = bobot atom Mg (24 g/mol)
BM CaCO3 = bobot molekul CaCO3 (100 mg/mol)
1000 = konversi ml ke liter
Perhitungan
Diketahui:
ml sampel = 25 ml
V EDTA(a) = 3,15 ml
V EDTA(b) = 1,55 ml
M EDTA = 0,01 M
Ar Mg = 24 gram/mol
BM CaCO3 = 100 mg/mol

19
Ditanya:
1. Kesadahan Total ?
2. Kesadahan Mg2+ ?
Jawab:
1. Kesadahan Total
1000
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 Total = 𝑥 𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴(𝑎)𝑥 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝐵𝑀𝐶𝑎𝐶𝑂3
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1000
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 Total = 𝑥 3,15 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑀 𝑥 100 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
25 𝑚𝑙
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 Total = 126 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙

2. Kesadahan Mg2+
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑔2+
1000
= 𝑥 (𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴(𝑎) − 𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴(𝑏)𝑥 𝑀𝐸𝐷𝑇𝐴𝑥𝐴𝑟 𝑀𝑔
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1000
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑔2+= 𝑥 (3,15 𝑚𝑙 − 1,55 𝑚𝑙 𝑥0,01 𝑀 𝑥 24 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
25 𝑚𝑙
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑔2+= 15,36 𝑚𝑔/𝑙

4.2.3 Ion Klorida


Rumus:
𝑚𝑔 − (𝑉𝐴 − 𝑉𝐵) 𝑥 𝑁𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 35,45 𝑥 1000
𝐶𝑙 =
𝐿 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan:
VA = Volume AgNO3 untuk titrasi larutan sampel uji (ml)
VB = Volume AgNO3 untuk titrasi larutan blanko (ml)
NAgNO3 = normalitas AgNO3 (N)
35,45 = berat ekuivalen Cl-
1000 = konversi ml ke liter
Perhitungan:
Diketahui:

20
ml sampel = 100 ml
VA = 9,5 ml
VB = 1,2 ml
NAgNO3 = 0,0123 N
Ditanya:
Jumlah ion klorida?
Jawab:
𝑚𝑔 − (𝑉𝐴 − 𝑉𝐵) 𝑥 𝑁𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 35,45 𝑥 1000
𝐶𝑙 =
𝐿 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝑔 − (9,5 𝑚𝑙 − 1,2 𝑚𝑙) 𝑥 0,0123 𝑁 𝑥 35,45 𝑥 1000
𝐶𝑙 =
𝐿 1000
𝑚𝑔 −
𝐶𝑙 = 36,19 𝑚𝑔/𝑙
𝐿

4.2.4 Sisa Klor


Rumus:
𝑚𝑔 (𝑉 𝑥 𝑁) 𝑥 1000 𝑥 35,45
𝑆𝑖𝑠𝑎 𝐾𝑙𝑜𝑟 ( ) =
𝐿 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan:
V = Volume Na2S2O3
N = Normalitas Na2S2O3
35,45 = BE Cl-
1000 = konversi ml ke L
Perhitungan:
Diketahui:
ml sampel = 25 ml
V = 39,2 ml
N = 0,1 M
Ditanya:
Sisa Klor?
Jawab:

21
𝑚𝑔 (𝑉 𝑥 𝑁) 𝑥 1000 𝑥 35,45
𝑆𝑖𝑠𝑎 𝐾𝑙𝑜𝑟 ( )=
𝐿 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝑔 (39,2 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑀) 𝑥 1000 𝑥 35,45
𝑆𝑖𝑠𝑎 𝐾𝑙𝑜𝑟 ( )=
𝐿 25 𝑚𝑙
𝑚𝑔
𝑆𝑖𝑠𝑎 𝐾𝑙𝑜𝑟 ( ) = 5558,56 𝑚𝑔/𝑚𝑜𝑙
𝐿

4.3 Pembahasan
Pengambilan sampel air di Sungai Grogol yang digunakan untuk praktikum
penetapan kesadahan dan klorida dilakukan pada hari Selasa tanggal 26 Maret 2019
pukul 07.15 WIB di samping Halte Busway Grogol 2 dengan titik koordinat
610’2”S 10647’19”E. Kondisi Sungai Grogol keruh, tutupan awan 80%, angin
bertiup dari arah timur ke barat, dan rona lingkungan di sekitar titik pengambilan
sampel terdapat jalan raya, jembatan penyebrangan, mall, halte, tanaman, pos
polisi, dan fly over.
Parameter insitu yang diukur adalah pH, DO, DHL, suhu, dan kekeruhan.
Didapatkan hasil bahwa sampel air memiliki pH 7,323, DO sebesar 0,88 ppm, DHL
sebesar 448 s, bersuhu 28C, dan kekeruhannya 49,2 N.

4.3.1 Kesadahan
Parameter kesadahan diteliti dengan beberapa parameter uji percobaan,
yaitu antara lain:
1. Kesadahan Ca2+
Pada uji kesadahan kalsium (Ca2+) 25 ml sampel air dimasukkan ke dalam
labu erlenmeyer dan ditambahkan larutan NaOH, fungsi penambahan larutan
NaOH adalah untuk meningkatkan pH. Larutan NaOH yang digunakan untuk dapat
merubah pH sampel air dari 7,323 menjadi 12,109 sebanyak 4 tetes. Setelah itu
tambahkan 50 mg indikator Maurexide dan titrasi menggunakan larutan EDTA 0,01
M. Pada pH 12 – 13, Mg2+ akan mengendap menjadi Mg(OH)2 sehingga pada saat
dititrasi oleh larutan EDTA, larutan EDTA hanya dapat diikat oleh Ca2+ dengan
indikator Maurexide. Pengendapan ini bertujuan agar konsentrasi ion Ca2+ dapat
diukur sementara ion Mg2+ tetap dalam keadan solid. Pada saat penambahan

22
indikator Maurexide warna sampel air akan berubah menjadi warna merah
keunguan, artinya indikator Maurexide telah mengikat kation bervalensi dua yang
terlarut dalam sampel air, dalam hal ini adalah ion kalsium atau Ca2+. Dan pada saat
dititrasi oleh larutan EDTA 0,01 M, sampel air berubah warna menjadi warna ungu,
hal tersebut dikarenakan larutan EDTA 0,01 M berhasil mengikat seluruh kation
bervalensi dua dalam air, yang artinya ion – ion kalsium dan magnesium akan
membentuk senyawa kompleks sementara molekul indikator terlepas kembali.
Perubahan warna ungu merupakan warna indikator Maurexide dalam keadaan
bebas atau tidak sedang mengikat kation.
Volume larutan EDTA 0,01 M yang digunakan untuk mentitrasi sampel air
pada percobaan pertama adalah 1,5 ml dan pada percobaan kedua adalah 1,6 ml,
sehingga rata – rata volume larutan EDTA 0,01 M yang digunakan adalah 1,55 ml.
Sehingga kadar Ca2+ yang didapatkan setelah perhitungan adalah 24,8 mg/l yang
artinya dalam 1 liter sampel air terdapat 24,8 mg kalsium (Ca2+).

2. Kesadahan Total
Pada uji kesadahan total, 25 ml sampel air dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer dan dilarutkan dengan aquades dengan perbandingan 1:1 sehingga
jumlah aquades yang dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer adalah 25 ml.
Pengenceran dengan aquades bertujuan untuk mencegah pengendapan CaCO3.
Apabila kadar Ca2+ terlalu tinggi, endapan dapat muncul dalam waktu 5 menit, hal
tersebut harus dicegah karena akan mengurangi kadar kesadahan terlarut. Semakin
banyak ion Ca2+ yang terendapkan menyebabkan semakin sedikit ion Ca2+ yang
berikatan dengan EDTA, sehingga kadar kesadahan yang diperoleh menjadi sedikit
sehingga tidak sesuai dengan kenyataan.
Sebelum ditambahkan indikator, sampel air ditambahkan larutan penyangga
pH 10 untuk menjaga keseimbangan pH atau tidak terjadinya perubahan pH
sehingga dapat menghindari terjadinya pengendapan CaCO3 pada pH rendah, sebab
logam – logam alkali tanah seperti Ca2+ dan Mg2+ membentuk kompleks yang tidak
stabil dengan larutan EDTA pada pH rendah dan mudah mengendap. Indikator yang
digunakan adalah indikator Eriochrome Black T (EBT), indikator Eriochrome

23
Black T (EBT) merupakan indikator yang berbentuk serbuk, sehingga tidak stabil.
Indikator Eriochrome Black T (EBT) yang ditambahkan pada sampel air akan
membentuk kompleks berwarna ungu dengan sejumlah kecil ion Ca2+. Setelah itu
sampel air dititrasi oleh larutan EDTA 0,01 M sampai warna larutan berubah warna
dari warna ungu menjadi warna biru. Warna biru ini terjadi karena jumlah molekul
EDTA yang ditambahkan ekuivalen dengan jumlah ion kesadahan dalam sampel,
maka kompleks indikator – logam akan pecah.
Volume larutan EDTA 0,01 M yang digunakan untuk mentitrasi sampel air
pada percobaan pertama adalah 3 ml dan pada percobaan kedua adalah 3,3 ml,
sehingga rata – rata volume laruran EDTA 0,01 M adalah 3,15 ml. Sehingga dari
hasil perhitungan untuk kesadahan total didapatkan konsentrasi kesadahan total
sebesar 126 mg/l. konsentrasi kesadahan total sebesar 126 mg/l sudah dapat
dikategorikan sebagai air menengah (moderate hard) dengan kisaran antara 50 mg/l
hingga 150 mg/l menurut table 1 lampiran. Sementara diketahui bahwa persyaratan
air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum untuk
kesadahan yaitu sebesar 500 mg/l. Dengan demikian, sampel air Sungai Grogol
yang diuji dari segi parameter fisik yaitu kesadahan masih memenuhi syarat air
minum karena masih di bawah 500 mg/l. tingkat kesadahan menengah ini dapat
disebabkan oleh pembuangan limbah yang berasal dari pemukiman sekitar maupun
pusat perbelanjaan yang berada di sekitar lokasi pengambilan sampel air yang tidak
diolah dengan baik dan juga sampah yang banyak dibuang langsung ke Sungai
Grogol sehingga meningkatkan kadar kesadahan.

3. Kesadahan Mg2+
Berdasarkan hasil dari pengukuran kesadahan total dan pengukuran
kesadahan Ca2+, didapatkan pengukuran kesadahan Mg2+ adalah 15,36 mg/l.
Berdasarkan nilai kesadahan Mg2+ yang didapatkan, dapat dilihat bahwa sampel air
dari Sungai Grogol yang dipakai dalam percobaan ini mengandung logam Ca2+
lebih besar dibandingkan Mg2+. Berdasarkan penggolongan kesadahan berdasarkan
ion Mg2+ maka Sungai Grogol memiliki tingkat kesadahan yang lunak (soft) yakni

24
dari logam magnesium sebesar 15,36 mg/l. berdasarkan Permenkes nomor
492/Menkes/Per/IV/2010, persyaratan kandungan mangan yang ada di dalam air
minum maksimum adalah 0,4 mg/l. sehingga air sampel tidak dapat langsung
dikonsumsi jika ditinjau dari konsenterasi mangan.

4.3.2 Penetapan Ion Klorida


Parameter penetapan ion klorida diteliti dengan beberapa parameter uji
percobaan, yaitu antara lain:
1. Ion Klorida
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan penetapan ion klorida.
Klorida adalah merupakan anion pembentuk Natrium Klorida (NaCl) yang
menyebabkan rasa asin di dalam air. Pada percobaan ini, digunakan metode
argenometri dengan mohr untuk menentukan kadar klorida. Adapun prinsip dari
metode ini adalah AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl.
Bila semua Cl- sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3, maka kelebihan
sedikit Ag+ akan bereaksi dengan CrO42- dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan,
ini berarti titik akhir titrasi telah tercapai, yaitu bila terbentuk warna merah bata dari
endapan Ag2CrO4.
Ada dua cara kerja pada praktikum ini, pertama adalah penetapan dengan
larutan blanko dan yang kedua penetapan dengan larutan sampel air. Sampel air
dipanaskan dengan hot plate, pemanasan ini dilakukan untuk mempercepat reaksi
dan memastikan seluruh zat bereaksi secara maksimal. Sampel air tersebut
ditambahkan 1 ml K2CrO4 5%, sampel air akan berubah warna menjadi warna
kuning. Lalu dititrasi menggunakan larutan AgNO3 0,0141 N sampai warna sampel
air berubah warna dari warna kuning menjadi warna merah bata.
Volume AgNO3 yang dibutuhkan untuk mentitrasi sampel air Sungai
Grogol pada percobaan pertama dan kedua adalah 9,5 ml sehingga rata – rata
volume AgNO3 yang dibutuhkan adalah 9,5 ml. Volume AgNO3 yang dibutuhkan
untuk mentitrasi larutan blanko adalah 1,2 ml. Sehingga hasil perhitungan di atas
didapatkan jumlah ion klorida yang terdapat di sampel air Sungai Grogol adalah
36,19 mg/l. Diketahui bahwa persyaratan air minum menurut Peraturan Menteri

25
Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum untuk klorida yaitu sebesar 250 mg/l. Dengan demikian, kadar ion
klorida di Sungai Grogol masih tergolong aman dan memenuhi syarat air minum
karena kadarnya masih dibawah 250 mg/l.

2. Penetapan Sisa Klor


Pada percobaan ini bertujuan untuk menghitung sisa klor yang ada di dalam
air sampel yang diperiksa. Sampel air yang digunakan merupakan sampel yang
disediakan dari laboratorium lingkungan. Hal ini dikarenakan kandungan klor pada
sampel air sungai terlalu kecil. Sampel yang disediakan dari laboratorium
merupakan air kaporit, kaporit ditimbang dan dilarutkan menggunakan air suling.
Penentuan klor dilakukan dengan titrimetri metode iodometri. Klor ini
digunakan untuk membasmi bakteri dan mikroorganisme seperti amoeba,
ganggang, dan lain – lain. Klor juga dapat mengoksidasi ion – ion logam seperti
Fe2+, Mn2+, menjadi Fe2+, Mn4+, dan memecah molekul organis seperti warna.
Selama proses tersebut, klor sendiri direduksi sampai menjadi klorida (Cl-) yang
tidak mempunyai daya disinfeksi. Di samping ini klor juga bereaksi dengan
amoniak.
Sampel air ditambahkan 1 gram KI, 1 ml larutan CH3COOH glasial dan 1
ml larutan kanji. Penambahan ini menyebabkan warna sampel air berubah menjadi
warna coklat tua. Untuk menentukan jumlah klor aktif, iodine yang telah
dibebaskan oleh klor aktif tersebut dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat
(Na2S2O3). Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna coklat tua menjadi
bening.
Volume Na2S2O3 0,01 M yang dibutuhkan untuk mentitrasi sampel air
adalah 39,2 ml. Sehingga didapatkan hasil perhitungan sisa klor yaitu sebesar
5558,56 mg/l. Gangguan pada analisa klor aktif terutama disebabkan oleh ion
logam yang teroksidasi seperti Mn4+, Fe3+, dan sebagainya. Klor tidak stabil bila
terlarut dalam air, dan kadarnya akan turun dengan cepat. Sinar matahari atau lampu
sehingga menggunakan buret coklat, dan pengocokan sampel akan mempercepat
penurunannya. Oleh karena itu analisa klor aktif harus dilakukan paling lambat 2

26
jam setelah pengambilan sampel. Larutan dengan kadar klor yang lebih tinggi
merupakan lebih stabil.
Jika ditinjau dari konsentrasi sisa klor yang ada yaitu 5558,56 mg/l, air
sampel yang digunakan telah jauh melebihi dari standar Ditjen PPM dan PLP.
Menurut Ditjen PPM dan PLP tahun 1993 menyebutkan bahwa sisa klor yang ada
di dalam sistem perpipaan hanya 0,1 mg/l hingga 0,3 mg/l.

27
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang diambil dari percobaan penetapan kesadahan dan klorida


adalah sebagai berikut:
1. Nilai kesadahan total yang didapatkan adalah 126 mg/l, nilai kesadahan kalsium
(Ca2+) yang didapatkan adalah 24,8 mg/l, dan kesadahan magnesium (Mg2+)
yang didapatkan adalah 15,36 mg/l. Kesadahan total dari Sungai Grogol masih
di bawah standar persyaratan air minum. Dan Sungai Grogol memiliki sifat
kesadahan yang menengah (moderate hard). Jika ditinjau dari ion mangan, air
Sungai Grogol sangat jauh dari standar air bersih yaitu 0,4 mg/l.
2. Jumlah ion klorida yang terdapat di Sungai Grogol sebesar 36,19 mg/l sehingga
jumlah ion klorida Sungai Grogol masih di bawah standar persayaratan air
minum.
3. Jumlah sisa klor yang ada pada air sampel sebesar 5558,56 mg/l. sisa klor
tersebut merupakan konsenterasi yang tinggi jika dibandingkan dengan
ketentuan Dijen PPM dan PLP tahun 1993 yaitu 0,1 mg/l hingga 0,3 mg/l

28
DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. 1984. Metode Penelitian Air. Surbaya: Usaha Nasional

Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. 2009. Penelitian Tidakan Kelas. Jakarta:
PT. Bumi Aksara

Ditjen PPM & PLP. Pedoman Pelatihan Teknisi Laboratorium Pemeriksaan


Bakteriologis Air, Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1993

Ham, Mulyono. 2005. Kamus Kimia. Bandung: Bumi Aksara

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama

Hunt. 1984. General Chemistry. London: Oxford University Press

Lindu, Muhammad., dkk. 2019. Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan I.


Jakarta: Universitas Trisakti

Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press

Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi

Kuswanti, dkk. 2007. Sains Kimia 3. Jakarta: Bumi Aksara

Marsidi, R. 2011. Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air.


(http://kelair.bppt.go.id/Jtl/2001/vol2-1/01zeolit.pdf.) diakses pada tanggal
29 Maret 2019 pukul 09.40 WIB.

29
LAMPIRAN

30

Anda mungkin juga menyukai