Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

UNIT PROSES

WATER SOFTENING (PELUNAKAN AIR)

OLEH:

KELOMPOK V

NAMA ANGGOTA:

1. RANDA ANUGRAH (121094)

2. NUR DAHLIA (1310941024)

3. FATILLA HUDAWATY (1310942017)

4. YUHELMIRA SILVI Y. (141094)

DOSEN:

SLAMET RAHARJO, Dr. Eng


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2017
BAB I

PENDAHULUAN
1 Latar Belakang

Air yang banyak mengandung mineral-mineral yang dapat menyebabkan


kerusakan dan kerugian dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam dunia
industri. Kesadahan air terutama disebabkan oleh adanya ion-ion kalsium dan
magnesium yang dikenal sebagai air sadah. Air sadah mengandung mineral-
mineral yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian dalam kehidupan
sehari-hari, maupun dalam dunia industri. Kesadahan air diindikasikan dengan
kesukaran pembentukan busa oleh sabun dalam air.

Kerugian yang dapat ditimbulkan akibat adanya kesadahan dalam air industri
diantaranya adalah pembentukan kerak dalam ketel dan sistem pendingin. Selain
itu pemakaian sabun akan meningkat bila kesadahan terdapat dalam air pencuci.
Oleh karena itu, kesadahan air harus dikurangi. Proses pengolahan air untuk
mengurahi kesadahan yang terkandung dalam air adalah proses pelunakan (water
softening).

2 Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui:

1 Kesadahan
2 Jenis Kesadahan
3 Analisis Kesadahan Air
4 Proses Pelunakan
5 Contoh Soal

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesadahan
Kesadahan atau yang disebut juga sebagai hardness merupakan sifat air yang
disebabkan oleh ion ion (kation) logam bervalensi dua. Ion ion tersebut
mampu berinteraksi dengan sabun membentuk kerak air. Kesadahan dalam air
terutama disebabkan oleh ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk
garam karbonat, juga ion Mn2+ , Fe2+ serta ion kation lain yang bervalensi 2.

Berdasarkan tingkat kesadahannya, air dikelompokkan menjadi dua, yakni:

1. Air sadah atau air keras


Air sadah atau air keras (hard water) adalah air yang mengandung kadar
mineral, khususnya ion kalsium dan magnesium yang tinggi. Pada air sadah,
sabun menghasilkan busa yang sedikit atau bahkan tidak sama sekali. Air
dengan kesadahan tinggi ini biasanya terdapat pada air tanah di daerah
berkapur tinggi.
2. Air lunak.

Air lunak adalah air yang mengandung kadar mineral yang rendah.

Tabel 2.1 Jenis jenis air berdasarkan tingkat kesadahannya


Amount of hardness
Type of water
(mg/litre) (gpg)

Soft 0 50 03

Moderately 50 100 36
Soft

Moderately 100 200 6 12


Hard

Hard 200 400 12 23

Very Hard 400 600 23 35

Extremely Hard > 600 >35

2.2 Jenis Kesadahan

Berdasarkan jenis anion yang diikat, kesadahan dibagi menjadi dua, yakni:

1. Kesadahan Sementara
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat
(HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium
bikarbonat (Ca(HCO3)2) atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Oleh
karena itu, kesadahan sementara ini sering disebut sebagai kesadahan
bikarbonat. Air yang mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut
air sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan
pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan/atau Mg2+.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Ca(HCO3)2 (aq) CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)

Mg(HCO3)2 (aq) MgCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)

2. Kesadahan Tetap
Kesadahan tetap adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-
garam klorida, sulfat, dan karbonat, misal CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2.
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion bikarbonat,
misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang
terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat
(Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2),
magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4).
Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap,
karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan.
Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan
cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia
tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah larutan karbonat, yaitu Na2CO3
(aq) atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan karbonat dimaksudkan untuk
mengendapkan ion Ca2+ dan atau Mg2+. Reaksi yang terjadi :

CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) CaCO3 (s) + 2NaCl (aq)

Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3 (aq) MgCO3 (s) + 2KNO3 (aq)

Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut telah
terbebas dari ion Ca2+ atau Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut telah
terbebas dari kesadahan.

Berdasarkan anion yang brasosiasi dengan ion logam, kesadahan dibedakan


menjadi kesadahan karbonat dan kesadahan non-karbonat.
1. Kesadahan Kalsium dan Magnesium.

Kesadahan perairan dikelompokkan menjadi kesadahan kalsium dan


kesadahan magnesium karena pada perairan alami kesadahan lebih banyak
disebabkan oleh kation kalsium dan magnesium. Kesadahan kalsium dan
magnesium sering kali perlu diketahui untuk menentukan jumlah kapur dan
soda abu yang dibutuhkan dalam proses pelunakan air. Jika nilai kesadahan
kalsium diketahui maka kesadahan magnesium dapat ditentukan dengan
persamaan.

Kesadahan total kesadahan kalsium = kesadahan magnesium

2. Kesadahan Karbonat dan Non-karbonat.


Kesadahan karbonat, kalsium dan magnesium berasosiasi dengan ion CO32-
dan HCO3-. Pada kesadahan non-karbonat, kalsium dan magnesium
berasosiasi dengan ion SO42-, Cl-, dan NO3-. Kesadahan karbonat sangat
sensitif terhadap panas dan mengendap dengan mudah pada suhu tinggi.
Seperti rekasi berikut :

Ca(HCO3)2 dipanaskan CaCO3 (mengendap) + CO2 + H2O


Mg(HCO3)2 dipanaskan Mg(OH)2 (mengendap) + 2CO2

2.3 Analisis Kesadahan Air

Analisis kesadahan air dapat dilakukan denan titrasi kompleksometri EDTA


dengan indikator EBT. Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis
titrasi dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu
kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini disebut kelat dan terjadi akibat titran
dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri
dari dua komponen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat
yang hendak diamati.

Baik kalsium atau magnesium dapat bereaksi dengan EDTA membentuk senyawa
kompleks. Apabila dalam suatu sampel air terdapat ion-ion magnesium saja
kemudianditambahkan indikator EBT maka ion magnesium(II) akan mengikat
indikator EBT (H3In) menghasilkankompleks berwarna merah (Mg-In), apabila
larutan magnesium dititrasi dengan EDTAmaka kompleks Mg-In akan terputus
dan membentuk kompleks Mg-EDTA yang lebih stabil daripada kompleks Mg-In,
sedangkan In berada dalam keadaan bebas berwarna biru. Titrasi dihentikan ketika
warna biru jelas telah terbentuk.

Reaksi yang terjadi :


Mg2+ + HIn2-(biru) MgIn-(merah) + H+

MgIn-(merah) + H2Y2- MgY2- + HIn2- + H+


Ion kalsium(II) juga dapat bereaksi dengan EBT menghasilkan kompleks Ca-In,
tetapi kompleks ini kurang stabil jika dibandingkan dengan kompleks Mg-In.
Sebaliknya kompleks Ca-EDTA lebih stabil jika dibandingkan dengan kompleks
Mg-EDTA. Indikator Patton-Reeder adalah indikator terbaik untuk penentuan
kalsium dalam air. Asam etilenadiaminatetraasetat (Ethylenediaminetetraacetic
acid, disingkat EDTA) adalah asam kompleks, berupa asam karboksilatpoliamino
yang biasa digunakan sebagai agensia pengkelat atau ligan beberapa ion atau
unsur logam, terutama Fe3+, Mg2+ dan Ca2+.

Gambar 2.1 Struktur EDTA


Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator yang berwarna merah muda, bila
berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium. Pada
keadaan buffer dengan pH 10, indikator ini berwarna biru. Senyawa ini memiliki
dua gugus fenol yang dapat terionisasi, Nama lain dari Eriochrome Black Tadalah
Solochrome Black T atau EBT. Suatu kelemahan Eriochrome Black T adalah
larutannya tidak stabil, dan hanya bisa digunakan dalam suasana basa. Bila
disimpan akan terjadi penguraian secara lambat, sehingga setelah jangka waktu
tertentu indikator tidak berfungsi lagi. Sebagai gantinya dapat diganti dengan
indikator Calmagite. Indikator ini stabil dan dalam kebanyakan sifatnya sama
dengan Eriochrome Black T.

Gambar 2.2 Struktur EBT


2.4 Proses Pelunakan Air untuk Mengurangi Kesadahan

Proses pelunakan air adalah proses yang berfungsi sebagai penurunan konsentrasi
kalsium, magnesium, dan ion lainnya di dalam kategori air keras (hard water).
Proses ini mengurangi atau menghilangkan kesadahan pada air sehingga
didapatkan air dengan kandungan mineral yang rendah.
Gambar 2.3 Proses Pelukan Air

Beberapa proses pelunakan air adalah sebagai berikut:

1. Chemical Water Softening

Pelunakkan melalui pemberian bahan kimia adalah sama caranya seperti yang
dilakukan pada penanganan kekeruhan (removal of turbidity) dengan
koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi. Ada banyak variasi, tetapi proses yang
khas adalah melibatkan penambahan kapur (lime) untuk menaikkan pH air
sampai cukup tinggi untuk reaksi yang terjadi pada senyawa kesadahan yang
digunakan untuk mengendapkan dari air tersebut. Peralatan yang digunakan
juga menyerupai peralatan penanganan kekeruhan (removal of turbidity)
kapur (lime) ditambahkan pada pengadukkan cepat (flash mixer), kemudian
air diflokulasi, dan setelah itu senyawa-senyawa kesadahan (hardness
compounds) menggumpal dan mengendap secara gravitasi di dalam bak
sedimentasi. Terdapat dua jenis proses pelunakan air, yaitu:

a. External Treatment merupakan salah sati contoh proses pelunakan air


dimana dalam proses tersebut terjadi diluar sistem penggunaan, misalnya
diluar 9 boiler, di luar siklus air pendingin. External Treatment sendiri
dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan ada tidaknya proses pemanasan ketika
water softening, yaitu :

1) Cold Process

Cold Process merupakan proses pelunakan air yang terjadi tanpa


melalui proses pemanasan atau dengan menggunakan suhu rendah.
Suhu operasi yang biasa dipakai berkisar antara 4oC 35oC. Cold
Process dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya :

Lime Softening
Salah satu jenis cold process yang dilakukan untuk
menghilangkan kesadahan air. Sesuai dengan namanya, jenis zat
yang ditambahkan adalah lime yaitu Ca(OH)2. Selain untuk
menghilangkan kesadahan air, proses lime softening digunakan
untuk meningkatkan klarifikasi sebelum filtrasi. Lime Softening
bekerja pada pH optimum 10,3. Proses ini prinsipnya adalah
proses presipitasi yang cukup banyak digunakan untuk pre-
treatment boiler make up water.Cold Lime Softening dapat
menurunkan kesadahan air sampai 50 70 ppm, selain itu cocok
untuk aplikasi pada air pendingin & air bersih. Suatu air
dikatakan menjadi air sadah apabila mengandung 150 mg/L
CaCO3. Kesadahan yang dapat dihilangkan dengan
menggunakan lime softening adalah jenis kesadahan disebabkan
oleh multivalen ion, seperti Ca2+ dan Mg2+ , serta kesadahan
sementara dimana suatu zat atau senyawa tersebut mengandung
ion bikarbonat.

Soda Softening, memiliki pengertian dan proses yang hampir


sama dengan lime softening, namun zat yang ditambahkan
adalah soda ash yaitu Na2CO3. Ada beberapa tujuan yang ingin
dilakukan dengan penambahan soda, yaitu :

o Menghilangkan garam kalsium non-karbonat : Ca-bikarbonat;


Mg-non karbonat, dsb

o Kebutuhan Na2CO3 ditentukan berdasarkan "total non-


carbonate hardness"

Excess Lime Softenin, salah satu jenis dari cold softening yang
dilakukan untuk menghilangkan kesadahan Mg dengan cara
penambahan lime (Ca(OH)2 secara berlebih. Pada proses
pengendapan Mg(OH)2 dan CaCO3 tergantung pada pH air, pH
optimum untuk pengendapan CaCO3 berkisar antara 9 sampai
9,5, sedangkan untuk pengendapan Mg(OH)2 memerlukan pH
11. Oleh karena itu, kebanyakan air memiliki pH dibawah angka
tersebut, maka untuk mengendapkan Mg(OH)2 dan CaCO3, pH
air perlu dinaikkan dengan cara penambahan lime (kapur) secara
berlebih.

2) Hot Process

Hot Process Lime Soda Softening ini efektif untuk menghilangkan


silika pada air yang hardness-nya sudah rendah. Salah satu hot
process yang dapat digunakan yaitu Hot Process Phosphate
Softening. Pada jenis hot process ini dilakukan dengan penambahan
di/tri sodium phosfat, dan dilakukan pada suhu operasi 100 C (212
F). Dapat dikatakan apabila proses yang terjadi ini efektif karena
penurunan hardness (tingkat kesadahan) dapat mencapai "Zero
Hardness". Contoh aplikasi dari jenis Hot Process Phosphate
Softening adalah pada air yang diolah untuk boiler tekanan tinggi.

b. Internal Softening
Internal softening adalah proses pelunakan air yang terjadi di dalam
sistem penguunaan, khususnya terjadi di dalam siklus boiler. Di dalam
proses ini, ditambahkan suatu atau beberapa bahan kimia (chemicals) ke
dalam air yang akan digunakan untuk proses maupun pendukung proses.
Pengolahan air secara internal merupakan proses yang esensial, terlepas
dari kenyataan apakah air itu diolah atau tidak sebelumnya. Untuk
internal treatment di dalam boiler harus diperhatikan apakah boiler
tersebut bertekanan rendah atau bertekanan tinggi.
1) Internal Treatment Boiler Bertekanan Rendah
Salah satu campuran bahan kimia yang dipakai di dalam jenis boiler
ini adalah :
Natrium silikat atau campuran bahan kimia yang mengandung
Natrium silikat dan alkali lainnya. Bahan kimia ini bisa diberikan
dalam bentuk liquid ataupun solid
Campuran dari soda ash dan natrium phospat dengan Natrium
Dikromat ataupun Natrium Kromat juga baik dipakai. Jika alkali
yang digunakan sebagai bahan treatment, sebaiknya air boiler
hanya mengandung 100-350 ppm hidroksida dengan total
alkalinity paling tinggi adalah 300-500 ppm yang dinyatakan
dalam CaCO3. Untuk alkalinity yang lebih tinggi dari 1000 ppm
tidak baik bagi boiler.
2) Internal treatment untuk boiler bertekanan tinggi
Di dalam boiler yang bertekanan tinggi ada beberapa hal yang perlu
diperhati-kan yaitu:
Total Solid , jumlah solid di dalam boiler perlu diperhatikan untuk
menghindari hal-hal yang tidak dikehendaki. Total dissolved
solid, suspended solid, alkalinity dan minyak harus dikontrol
untuk mencegah carry over yang paling memuaskan adalah pada
konsentrasi 1500-3500 ppm total solid. Dalam penambahan bahan
bahan kimia anti foam diperkenankan sampai 30.000 ppm. Untuk
mengurangi total solid dapat dilakukan blow down sebelum
terbentuk carry over atau priming.
Alkalinity, air boiler harus tinggi untuk mencegah korosi karena
adanya asam. Campuran Phosphat, Caustic soda, Soda ash sangat
menolong untuk mengatur alkalinity di dalam boiler.
Phosphat , Kelebihan PO4 akibat dari penambahan bahan kimia
pada treatment dapat terjadi. Oleh karena itu sebaiknya
konsentrasi PO4 tidak lebih dari 30-60 ppm.
Hardness, Diharapkan hardness di dalam air boiler adalah nol,
tetapi hal seperti ini sangat sulit untuk dicapai.

2. Mechanical Water Softening

Mechanical Water softening ini merupakan porses pelunakan pada air yang
memiliki kesadahaan cukup tinggi. Proses ini meliputi proses pertukaran ion,
distilasi, pembekuan, osmosis balik, dan elektrodialsis.

a. Proses pertukaran ion ( Ion-Exchange softening)


Pada industri yang menggunakan ketel uap, air yang digunakan harus
terbebas dari kesadahan. Proses penghilangan kesadahan air yang sering
dilakukan pada industri-industri dan yang paling efektif digunakan dalam
skala besar adalam proses pertukaran ion. Proses ini tidak memakan
banyak waktu seorang operator. Pelunakan pertukaran ion adalah sangat
efektif pada penurunan kesadahan karbonat dan non karbonat, dan
pelunakan dengan pertukuran ion sering digunakan untuk kesadahan non
karbonat yang tinggi dengan total juga mempunyai kerugian. Kalsium dan
magnesium di (dalam) air kesadahan kurang dari 350 mg/L.
Bagaimanapun, pelunakan dengan pertukaran ion (ion exchange softening)
mengandung mineral digantikan oleh ion sodium, yang dapat
menyebabkan permasalahan kesehatan karena air yang dikonsumsi
mengandung kadar garam. Penanganannya adalah pelunak (softner) harus
di backwash dengan cara yang sama seperti pada saringan, dan
memberikan imbuhan air, keadaan seperti itu kita kenal dengan nama
brine. Proses pertukaran ion ini dapat menggunakan zat zat berikut :
1) Resin Pengikat Kation dan Anion
Kesadahan ini umumnya dihilangkan menggunakan resin penukar ion.
Resin pelunak air komersial dapat digunakan dalam skala kecil,
meskipun demikian tidak efektif digunakan untuk sekala besar. Resin
adalah zat yang punya pori yang besar dan bersifat sebagai penukar
ion yang berasal dari polysterol, atau polyakrilat yang berbentuk
granular atau bola kecil dimana mempunyai struktur dasar yang
bergabung dengan grup fungsional kationik, non ionik/anionik atau
asam. Sering kali resin dipakai untuk menghilangkan molekul yang
besar dari air misalnya asam humus, liqnin, asam sulfonat. Untuk
regenerasi dipakai garam alkali atau larutan natrium hidroksida, bisa
juga dengan asam klorida jika dipakai resin dengan sifat asam. Air
melalui suatu saringan yang berisi resin granular (butiran-butiran
kecil). Di dalam saringan, dikenal sebagai pelunak (softener), kalsium
(Ca2+) dan magnesium (Mg2+) di dalam air ditukar (exchanged)
dengan natrium (Na+) dari resin granular (butiran-butiran kecil). Air
yang dihasilkan nantinya mempunyai kesadahan (hardness) 0 mg/L
dan harus dicampur dengan air sadah untuk mencegah terjadinya
masalah kelunakan (softness) ketika air didtribusikan ke rumah-rumah
penduduk.
2) Zeolit
Zeolit memiliki rumus Na2(Al2SiO3O10 . 2H2O) atau
K2(Al2SiO3O10 . 2H2O). Zeloit ini sering disebut sebagai Na-cycle.
Zeolit mempunyai struktur tiga dimensi yang memiliki pori-pori yang
dapat dilewati air.
b. Pelunakan Osmosis Balik (Reverse Osmosis Softening)
Sesuai dengan namanya, osmosis balik (RO) adalah suatu proses yang
berlawanan dengan osmosis. Osmosis balik adalah proses pemisahan yang
menggunakan tekanan untuk memaksa pelarut melalui suatu membran
semipermeabel sehingga meninggalkan zat terlarut (solute) di satu sisi dan
diikuti mengalirnya pelarut ke sisi yang lain. Dengan kata lain, kebalikan
osmosis memaksa pelarut dari larutan yang konsentrasinya tinggi mengalir
ke larutan yang konsentrasinya lebih rendah dengan memberi tekanan
melebihi tekanan osmotiknya.
c. Distilasi (Distillation)
Secara umum, distilasi atau penyulingan adalah suatu metode
pemisahanbahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan
menguap (volatilitas) bahan atau dapat dikatakan berdasarkan perbedaan
titik didih.Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga
menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih
dulu.
d. Elektrodalisis

Pelunakkan dengan cara ini air dilewatkan diantara dua plat dengan
muatan listrik. Metal-metal di dalam air ditarik ke plat dengan muatan
negatif sementara yang non metal ditarik ke plat dengan muatan positif.
Kedua jenis ion ini dapat ditangani dengan plat. Electrodialysis sering
digunakan pada air yang sangat sadah, dengan kesadahan lebih dari 500
mg/L sebagai CaCO3.

2.5 Contoh-contoh Soal

1 Hasil Analisis suatu contoh air adalah sebagai berikut:


(BA : Ca=40; Mg=24; Ba=137; Na=23; H=1; C=12; O=16; Cl=35,5;
Fe=56)

Tentukan:
a Jenis kesadahan yang terjadi
b Berpa kebutuhan kapur dan soda untuk menghilangkan kesadahan?
Jawab:
2 Air memiliki komposisi sebagai berikut:
Kalsium = 82 mg/L
Mgnesium = 33 mg/L
Natrium = 14 mg/L
Bikarbonat = 280 mg/L
Sulfat = 82 mg/L
Klorida = 14 mg/L
Tentukan: Kesadahan karbonat, Kesadahan non-karbonat, Kesadahan total
dalam mg/L CaCo3.
Jawab:
3 Diketahui:

jawab:
Buat diagram bar air baku dengan mengkonversi konsentrasi Ca dan Mg
sebagai CaCO3

tentukan distribusi kesadahan


kesadahan kalsium karbonat = 220 mg/L
kesadahan magnesium karbonat = 16 mg/L
kesadahan total = 220 mg/L + 16 mg/L = 236 mg/L

perkirakan dosis kapur yang diperlukan


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diberikan pada makalah ini yaitu:

1. Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam.


Alkalinitas`juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity)
terhadap perubahan pH perairan
2. Kesadahan adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebabnya
air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+ , Mg2+. Air sadah
adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi.
3. Hubungan alkalinitas dengan kesadahan adalah semakin besar nilai
kesadahan selalu disertai dengan semakin tingginya alkalinitas, namun tidak
menutup kemungkinan bahwa semakin besar nilai kesadahan tidak disertai
dengan semakin tingginya alkalinitas.
DAFTAR PUSTAKA
Abditya, H. 2010. Analisis Biaya Uji Kualitas Air Sumur. Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Efendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air agi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Marsidi, R. 2001. Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal Teknologi


lingkungan.2(1).

Anda mungkin juga menyukai