KOMPLEKSOMETRI
A. Tujuan
Tujuan praktikum acara II Kompleksometri adalah sebagai berikut:
1. Memahami dasar teori dari senyawa kompleks
2. Mampu melaksanakan titrasi dengan cara kompleksometri
3. Mampu menghitung besar dan tingkat kesadahan air dari suatu sampel
dengan larutan Na2EDTA dan indikator Eriochrome Black T (EBT)
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup.
Manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung dengan air demi
mempertahankan hidupnya. Air yang digunakan untuk konsumsi seharihari harus memenuhi standar kualitas air bersih. Kualitas air bersih dapat
ditinjau dari segi fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif. Namun kualitas
air yang baik ini tidak selamanya tersedia di alam sehingga diperlukan
upaya perbaikan, baik itu secara sederhana maupun modern. Jika air yang
digunakan belum memenuhi standar kualitas air bersih, akibatnya akan
menimbulkan masalah lain yang dapat menimbulkan kerugian bagi
penggunanya. Belakangan ini timbul masalah yang sangat krusial yaitu
sulit untuk mendapatkan air bersih. Banyak sumber air yang biasa dipakai
tidak sebagus dulu lagi. Penyebab susahnya mendapat air bersih adalah
adanya pencemaran air yang disebabkan oleh limbah rumah tangga,
limbah pertanian, dan limbah industri. Selain itu, adanya pembangunan
dan penjarahan hutan merupakan penyebab berkurangnya kualitas mata air
dari pegunungan karena banyak bercampur dengan lumpur yang terkikis
terbawa aliran sungai (Yusuf, 2012).
Indikator metallochromic pada dasarnya larut dalam air yang
digunakan dalam titrasi kompleksometri. Ini adalah pewarna yang
mengandung ion ochromic, kelompok C=C, C=N dan N=N. Ini
mengandung gugus arylazo, yang dapat direduksi dengan sangat mudah.
Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator metallochromic banyak
Suatu larutan yang mengandung suatu asam lemah plus suatu garam
dari asam itu, atau basa lemah plus suatu garam dari basa itu, mempunyai
kemampuan bereaksi dengan asam kuat maupun basa kuat. Sistem
semacam ini disebut sebagai larutan berbuffer (berpenyangga). Larutan
berbuffer digunakan secara meluas dalam kimia analitis, biokimia, dan
bakteriologi. Larutan berbuffer digunakan untuk menjaga pH, karena
penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat itu hanya mengubah sedikit
pH (Keenan, 1984).
Buret digunakan untuk memindahkan reagen dengan berbagai
volume secara akurat. Ukuran paling berguna adalah buret 50 ml. buret ini
dikalibrasi dalam satuan 0,1 ml, tetapi dianjurkan untuk bisa membaca
hingga 0,05 ml. Buret dirancang untuk digunakan pada suhu ruangan dan
sebaiknya jangan pernah digunakan untuk cairan-cairan panas atau
ditempatkan dalam oven panas dan lainnya untuk mengeringkan peralatan
tersebut. Sedangkan, pipet ukur dikalibrasi untuk memungkinkan sebuah
alat gelas memindahkan satu interval volume, dan ukurannya yang umum
adalah 11 mL dan 10 mL. Pipet ini kurang akurat dibandingkan dengan
pipet pindah. Jika ingin memindahkan suatu larutan dengan volume sangat
kecil, digunakan alat suntik gelas yang akurat yaitu mikropipet otomatis
(Cairns, 2009).
2. Tinjauan Teori
Kesadahan merupakan istilah yang digunakan pada air yang
mengandung kation penyebab kesadahan dalam jumlah yang tinggi. Pada
umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya logam-logam atau kationkation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg, tetapi penyebab
utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).Tingkat
kesadahan di berbagai tempat perairan sangat bervariasi. Pada umumnya
air tanah mempunyai tingkat kesadahan lebih tinggi dari pada air
permukaan. Terbentuknya senyawa penyebab kesadahan dalam air, karena
air tanah mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada pada lapisan
tanah yang dilalui air. Air permukaan lebih lunak dari pada air tanah,
larutan
berwarna
merah
keunguan.
Jika
Na2EDTA
yang menjepit disebut senyawa pengkelat dan ion logam dinamakan ion
pusat, karena berada di titik pusat. Mekanisme pengkelatan ini terjadi
karena adanya penggunaan elektron bersama (sharing elektron) antara ion
logam dan ion bahan pengkelat, metode tersebut dinamakan metode
kompleksometri (Mamun, 2008).
Air sadah juga akan menyebabkan berkurangnya efektifitas proses
pencucian menggunakan sabun/deterjen. Saat ini pengolahan air sadah dan
pencegahan pembentukan kerak umumnya dilakukan secara kimiawi, yaitu
menggunakan resin penukar ion (menekan jumlah ion Ca pada larutan)
dan penambahan inhibitor kerak. Metode secara kimiawi ini dapat
mengubah sifat kimia larutan sehingga tidak cukup aman untuk
penggunaan rumah tangga maupun industri makanan. Selain itu,
investasinya yang cukup besar menyebabkan proses kimiawi tersebut
hanya cocok untuk industri yang memerlukan air olahan dalam jumlah
besar (Saksono, 2007).
Salah satu parameter kimia dalam persyaratan kualitas air adalah
jumlah kandungan unsur ion Ca dan ion Mg dalam air, yang
keberadaannya biasa disebut dengan kesadahan air. Kesadahan dalam air
sangat tidak dikehendaki baik untuk penggunaan rumah tangga maupun
untuk penggunaan industri. Bagi air rumah tangga tingkat kesadahan yang
tinggi mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak karena sabun menjadi
kurang efektif akibat salah satu bagian dari molekul sabun diikat oleh
unsur Ca/Mg. Bagi air industri unsur Ca dapat menyebabkan kerak pada
dinding peralatan sistem pemanasan sehingga dapat menyebabkan
kerusakan pada peralatan industri, disamping itu dapat menghambat proses
pemanasan. Masalah ini dapat mengakibatkan penurunan kinerja industri
yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerugian. Oleh karena itu
persyaratan kesadahan pada air industri sangat diperhatikan. Pada
umumnya jumlah kesadahan dalam air industri harus nol, berarti unsur Ca
dan Mg dihilangkan sama sekali. Kesadahan air dinyatakan dengan
antara lain pasir, kerikil, ijuk, arang dan zeolit. Dalam penelitian ini media
yang digunakan adalah zeolit. Zeolit dipilih karena memiliki sejumlah sifat
kimia maupun fisika yang menarik, di antaranya mampu menyerap zat
organik maupun anorganik, dapat berlaku sebagai penukar kation, dan
sebagai katalis untuk berbagai reaksi (Mifbakhuddin, 2008).
Kesadahan awalnya ditentukan dengan titrasi menggunakan sabun
standar yang dapat bereaksi dengan ion penyusun kesadahan. Dalam
perkembangannya, kesadahan ditentukan dengan titrasi menggunakan
EDTA (ethylene diamin tetra acetic acid) atau senyawa lain yang dapat
bereaksi dengan kalsium dan magnesium. Kesadahan perairan berasal dari
kontak air dengan tanah dan bebatuan. Air hujan tidak memiliki
kemampuan melarutkan ion-ion penyusun kesadahan yang banyak terikat
di dalam tanah dan batuan kapur (limestone), meskipun memiliki kadar
karbondioksida yang relatif tingggi. Kesadahan air berkaitan erat dengan
kemampuan air untuk membentuk busa. Semakin besar kesadahan air,
semakin sulit bagi sabun untuk membentuk busa karena terjadi presipitasi,
persamaan reaksinya sebagai berikut:
CaCO3 + 2 H2O
Mg(OH)2 + CaCO3
Proses Ion dengan Ziolit, yaitu air sadah yang dialirkan melalui kolom
zeolit akan mengalami pertukaran ion-ion, ion Ca dan ion Mg dalam air
sadah ditukar dengan ion Na dalam zeolit. Hal tersebut berlangsung terus
sampai suatu saat ion Na dalam zeolit sudah habis ditukar dengan ion Ca
dan Mg dari dalam air, pada keadaan ini zeolit tersebut dinamakan telah
jenuh yang berarti zeolit tidak mampu lagi melakukan pertukaran ion
Marsidi (2001).
Pemanfaatan medan magnet untuk menurunkan kesadahan air
merupakan metode yang menjanjikan. Hal tersebut mengingat prosesnya
yang sederhana dan tidak mengubah sifat-sifat kimia air. Model larutan air
Ditambahkan
Dikocok sampai bercampur merata
3 tetes larutan
indikator EBT
Ditambahkan
Larutan berwarna merah anggur
Wilayah
Vol
sampel
(ml)
M
Vol
Kesadahan
Na2EDTA Na2EDTA
Air
(ml)
(DH)
Kentingan
25
0,05
1,10
6,16
2 Mojosongo
25
0,05
1,25
Jebres
25
0,05
1,20
6,72
Wonosari
25
0,05
1,35
7,56
Sukoharjo
25
0,05
8,5
47,60
Wonogiri
25
0,05
1,9
10,64
Kentingan
25
0,05
7,5
42
Colomadu
25
0,05
5,60
Pajang
25
0,05
0,8
4,48
10
Karang
anyar
25
0,05
1,5
8,40
11
Boyolali
25
0,05
5,60
25
0,05
2,8
15,68
12 Colomadu
Perubahan Warna
Tingkat
Kesadahan
Sebelum Sesudah
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Biru
lunak
Biru
Lunak
Biru
Lunak
Biru
Lunak
Biru
Biru
Sangat
keras
Agak
Keras
Sangat
Keras
Lunak
Biru
Lunak
Biru
Agak
Keras
Merah
Anggur
Merah
Biru
Lunak
Biru
Agak
Biru
Biru
13
Boyolali
25
0,05
1,4
7,84
14 Bekonang
25
0,05
1,5
8,40
15
25
0,05
5,60
Air
mineral
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Biru
Biru
Biru
Keras
Lunak
Agak
Keras
Lunak
yang sangat kuat dan banyak tersedia. Na2EDTA berfungsi sebagai titran,
dimana ion logam yang ada dalam larutan dititrasi langsung dengan larutan
NA2EDTA dengan menggunakan indikator Eriochrome Black T (EBT).
Menurut Keenan (1984), suatu larutan yang mengandung suatu asam
lemah plus suatu garam dari asam itu, atau basa lemah plus suatu garam dari
basa itu, mempunyai kemampuan bereaksi dengan asam kuat maupun basa
kuat. Sistem semacam ini disebut sebagai larutan berbuffer (berpenyangga).
Larutan berbuffer digunakan secara meluas dalam kimia analitis, biokimia,
dan bakteriologi. Larutan berbuffer digunakan untuk menjaga pH, karena
penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat itu hanya mengubah sedikit pH.
Dalam praktikum ini digunakan larutan buffer pH 10. Pada pH 10,0 + 0,1,
ion-ion kalsium dan magnesium dalam contoh uji akan bereaksi dengan
indikator Eirochrome Black T (EBT), dan membentuk larutan berwarna
merah keunguan (merah anggur). Selain itu juga berfungsi untuk
mempertahankan pH akibat penambahan sedikit asam atau sedikit basa.
Larutan buffer 10 mempertahankan pH agar tetap basa. Kompleks EDTA
akan mencapai kestabilan dengan ion logam divalen pada suasana basa atau
sedikit asam.
Dalam praktikum digunakan indikator EBT (Eirochrome Black T)
rumus kimia C20H12N8NaO2S. Indikator ini peka terhadap perubahan kadar
logam dan pH larutan. Pada pH 8-10 senyawa ini berwarna biru dan
kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri
berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH
12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10. Pada pH
10,0 + 0,1, ion-ion kalsium dan magnesium dalam contoh uji akan bereaksi
dengan indikator (EBT), dan membentuk larutan berwarna merah keunguan.
Jika Na2EDTA ditambahkan sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan
magnesium akan membentuk senyawa kompleks, molekul indikator terlepas
kembali, dan pada titik akhir titrasi larutan akan berubah warna dari merah
keunguan menjadi biru. Sehingga, dengan menggunakan indikator ini
mempermudah
kita
menentukan
titik
akhir
titrasi
dimana
dengan
dengan tingkat
mata air yang yang diuji berbeda. Pada kelompok 11 dan 12 juga mengambil
sampel air di daerah yang sama yaitu Boyolali. Ini terjadi karena perbedaan
sumber mata air yang diambil yang mempengaruhi nilai kesadahan.
Setelah sampel air ditambahkan 2,5 mL buffer 10 dan ditetesi indikator
EBT sebanyak 3 tetes, sampel air berubah warna menjadi merah angggur.
Indikator ini sangat peka terhadap perubahan konsentrasi ion logam dan
perubahan pH. Pada pH 10,0 + 0,1, ion-ion kalsium dan magnesium dalam
contoh uji akan bereaksi dengan indikator Eirochrome Black T (EBT), dan
membentuk larutan berwarna merah anggur. Jika Na2EDTA ditambahkan
sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan magnesium akan membentuk
senyawa kompleks. Molekul indikator terlepas kembali, dan pada titik akhir
titrasi larutan akan berubah warna dari merah keunguan menjadi biru. Pada
praktikum ini kelompok 12 membutuhkan volume larutan Na2EDTA sebesar
2,8 ml.
Pada umumnya air tanah mempunyai tingkat kesadahan lebih tinggi
dari pada air permukaan. Terbentuknya senyawa penyebab kesadahan dalam
air, karena air tanah mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada pada
lapisan tanah yang dilalui air. Air permukaan lebih lunak dari pada air tanah,
kesadahan non karbonat dalam air permukaan bersumber dari kalsium sulfat
yang terdapat dalam tanah liat dan endapan lainnya (Wahyu, 2002). Air tanah
banyak mengandung mineral-mineral terlarut seperti Ca2+ dan Mg2+ yang
menyebabkan kesadahan pada air. Selain itu terdapat juga kation bikarbonat
dan gas terlarut CO2. Dengan naiknya pH akibat lepasnya CO2 ke fasa gas,
maka akan terjadi suatu reaksi kesetimbangan pembentukkan kerak CaCO 3.
Pembentukan kerak (CaCO3) oleh air sadah pada sistem perpipaan di industri
maupun rumah tangga menimbulkan banyak permasalahan teknis dan
ekonomis. Hal ini disebabkan scale (kerak) dapat menutupi (menyumbat) air
yang mengalir dalam pipa dan sekaligus menghambat proses perpindahan
panas pada peralatan penukar panas (Saksono, 2006).
Menurut WHO air yang bersifat sadah akan menimbulkan beberapa
dampak sebagai berikut :
a.
Terhadap
kesehatan
dapat
menyebabkan
cardiovascular
desease
Mg(OH)2 + CaCO3
pada
peralatan
logam
untuk
memasak
sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Yusnidar. 2012. Teknologi Pengolahan Air Tanah sebagai Sumber Air
Minum pada Skala Rumah Tangga. SIGMA Journal ISSN 1411-5166 No.
2, Vol. 4.
LAMPIRAN
Analisis Perhitungan
Kelompok 1:
Kesadahan air sampel X =
= 6,16 DH
Kelompok 2:
Kesadahan air sampel X =
= 7 DH
Kelompok 3:
Kesadahan air sampel X =
= 6,72 DH
Kelompok 4:
Kesadahan air sampel X =
= 7,56 DH
Kelompok 5:
Kesadahan air sampel X =
= 47,6 DH
Kelompok 6:
Kesadahan air sampel X =
= 10,64 DH
Kelompok 7:
Kesadahan air sampel X =
= 42 DH
Kelompok 8
Kesadahan air sampel X =
x (1 x 0,05) x 2,8
= 5,6 DH
Kelompok 9:
Kesadahan air sampel X =
= 4,48 DH
Kelompok 10:
Kesadahan air sampel X =
= 8,4 DH
Kelompok 11:
Kesadahan air sampel X =
x (1 x 0,05) x 2,8
= 5,6 DH
Kelompok 12:
Kesadahan air sampel X =
= 15,68 DH
Kelompok 13:
Kesadahan air sampel X =
= 7,84 DH
Kelompok 14:
Kesadahan air sampel X =
= 8,40 DH
Kelompok 15:
Kesadahan air sampel X =
x (1 x 0,05) x 2,8
= 5,6 DH
LAMPIRAN GAMBAR