Anda di halaman 1dari 27

ACARA II

KOMPLEKSOMETRI

A. Tujuan
Tujuan praktikum acara II Kompleksometri adalah sebagai berikut:
1. Memahami dasar teori dari senyawa kompleks
2. Mampu melaksanakan titrasi dengan cara kompleksometri
3. Mampu menghitung besar dan tingkat kesadahan air dari suatu sampel
dengan larutan Na2EDTA dan indikator Eriochrome Black T (EBT)
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup.
Manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung dengan air demi
mempertahankan hidupnya. Air yang digunakan untuk konsumsi seharihari harus memenuhi standar kualitas air bersih. Kualitas air bersih dapat
ditinjau dari segi fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif. Namun kualitas
air yang baik ini tidak selamanya tersedia di alam sehingga diperlukan
upaya perbaikan, baik itu secara sederhana maupun modern. Jika air yang
digunakan belum memenuhi standar kualitas air bersih, akibatnya akan
menimbulkan masalah lain yang dapat menimbulkan kerugian bagi
penggunanya. Belakangan ini timbul masalah yang sangat krusial yaitu
sulit untuk mendapatkan air bersih. Banyak sumber air yang biasa dipakai
tidak sebagus dulu lagi. Penyebab susahnya mendapat air bersih adalah
adanya pencemaran air yang disebabkan oleh limbah rumah tangga,
limbah pertanian, dan limbah industri. Selain itu, adanya pembangunan
dan penjarahan hutan merupakan penyebab berkurangnya kualitas mata air
dari pegunungan karena banyak bercampur dengan lumpur yang terkikis
terbawa aliran sungai (Yusuf, 2012).
Indikator metallochromic pada dasarnya larut dalam air yang
digunakan dalam titrasi kompleksometri. Ini adalah pewarna yang
mengandung ion ochromic, kelompok C=C, C=N dan N=N. Ini
mengandung gugus arylazo, yang dapat direduksi dengan sangat mudah.
Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator metallochromic banyak

digunakan dalam titrasi kompleksometri. Ini adalah spesies elektroaktif


dengan kelompok azo (-N=N-) dalam struktur molekul ditunjukkan dalam
(skema 1). Kelompok azo ini mudah direduksi pada elektroda pasta karbon
dengan voltametri siklik. EBT yang mereduksi dalam dua langkah
pengurangan satu elektron dari kelompok azo, yang mirip dengan literatur.
Ini adalah karakteristik dari perilaku adsorpsi yang kuat dari EBT pada
elektroda pasta karbon

Gambar 2.1 Struktur EBT


(Chandra, et al., 2008).
EDTA (ethylene diamin tetra acetic acid) adalah bahan kimia yang
digunakan dalam struktur deterjen. EDTA adalah agen chelating sintesis
yang kompleks dan kuat dengan kation. EDTA sendiri banyak digunakan
dalam sistem pangan sebagai stabiliser (Shamoushaki, et al., 2012).
Lingkaran heterosiklik yang terbentuk melalui interaksi dari sebuah
ion logam dengan dua atau lebih gugus fungsional dalam ligan yang sama
disebut lingkaran kelat, molekul organiknya adalah bahan kelat, dan
kompleks-kompleksnya disebut kelat atau senyawa kelat. Kesulitan yang
timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan
menggunakan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat tertentu
yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif
dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai
macam logam, sebagai contoh adalah etilena diamina tetra asetat, sering
disebut EDTA. EDTA berpotensi sebagai ligan seksidentat yang dapat
berkoordinasi dengan sebuah ion logam melalui gugus dua nitrogen dan
empat karboksilnya. Dalam kasus lainnya, EDTA dapat bertindak sebagai
ligan kuinkedentat atau kuadridentat dengan satu atau dua gugus
karboksilnya bebas dari interaksi kuat dengan logam. Bentuk asam bebas
dari EDTA yaitu H4Y (Day dan Underwood, 2002).

Suatu larutan yang mengandung suatu asam lemah plus suatu garam
dari asam itu, atau basa lemah plus suatu garam dari basa itu, mempunyai
kemampuan bereaksi dengan asam kuat maupun basa kuat. Sistem
semacam ini disebut sebagai larutan berbuffer (berpenyangga). Larutan
berbuffer digunakan secara meluas dalam kimia analitis, biokimia, dan
bakteriologi. Larutan berbuffer digunakan untuk menjaga pH, karena
penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat itu hanya mengubah sedikit
pH (Keenan, 1984).
Buret digunakan untuk memindahkan reagen dengan berbagai
volume secara akurat. Ukuran paling berguna adalah buret 50 ml. buret ini
dikalibrasi dalam satuan 0,1 ml, tetapi dianjurkan untuk bisa membaca
hingga 0,05 ml. Buret dirancang untuk digunakan pada suhu ruangan dan
sebaiknya jangan pernah digunakan untuk cairan-cairan panas atau
ditempatkan dalam oven panas dan lainnya untuk mengeringkan peralatan
tersebut. Sedangkan, pipet ukur dikalibrasi untuk memungkinkan sebuah
alat gelas memindahkan satu interval volume, dan ukurannya yang umum
adalah 11 mL dan 10 mL. Pipet ini kurang akurat dibandingkan dengan
pipet pindah. Jika ingin memindahkan suatu larutan dengan volume sangat
kecil, digunakan alat suntik gelas yang akurat yaitu mikropipet otomatis
(Cairns, 2009).
2. Tinjauan Teori
Kesadahan merupakan istilah yang digunakan pada air yang
mengandung kation penyebab kesadahan dalam jumlah yang tinggi. Pada
umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya logam-logam atau kationkation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg, tetapi penyebab
utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).Tingkat
kesadahan di berbagai tempat perairan sangat bervariasi. Pada umumnya
air tanah mempunyai tingkat kesadahan lebih tinggi dari pada air
permukaan. Terbentuknya senyawa penyebab kesadahan dalam air, karena
air tanah mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada pada lapisan
tanah yang dilalui air. Air permukaan lebih lunak dari pada air tanah,

kesadahan non karbonat dalam air permukaan bersumber dari kalsium


sulfat yang terdapat dalam tanah liat dan endapan lainnya (Widayat, 2002).
Air sadah adalah istilah yang digunakan pada air yang mengandung
kation penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh
adanya logam-logam atau kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr,
Mn, Ca dan Mg, tetapi penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium
(Ca) dan magnesium (Mg). Kalsium dalam air mempunyai kemungkinan
bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, khlorida dan nitrat, sementara itu
magnesium dalam air kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat
dan khlorida. Kesadahan dibagi atas dua jenis kesadahan, yaitu kesadahan
sementara dan kesadahan tetap. Air yang mengandung kesadahan kalsium
karbonat dan magnesium karbonat disebut kesadahan karbonat atau
kesadahan sementara, karena kesadahan tersebut dapat dihilangkan dengan
cara pemanasan atau dengan cara pembubuhan kapur. Sementara itu Air
yang mengandung kesadahan kalsium sulfat, kalsium khlorida, magnesium
sulfat dan magnesium khlorida, disebut kesadahan tetap karena tidak dapat
dihilangkan dengan cara pemanasan, tetapi dapat dengan cara lain dan
salah satunya adalah proses penukar ion. Perhitungan kesadahan dilakukan
dengan menggunakan rumus umum berikut ini
Kesadahan (mg/l CaCO3)= M2( mg/l) x
(Marsidi, 2001).
Tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetik
melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang
larut, namun sedikit terdisosiasi. Kompleks-kompleks dibentuk melalui
reaksi sebuah ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion, dan gugus
atau molekul netral. Ion logam dalam kompleks disebut atom pusat, dan
gugus yang tergabung pada atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan yang
terbentuk oleh atom logam pusat disebut angka koordinasi dari logam
tersebut. Titrasi kompleksometri reaksi antara senyawa komplek dengan
ion logam merupakan dasar pembentukan komplek logam. Senyawa

komplek ini disebut juga senyawa koordinasi. Reaksi pembentukan sebuah


sennyawa kompleks disebut sebagai reaksi asam-basa Lewis. Asam Lewis
adalah penerima elektron, sedangkan basa Lewis adalah penyumbang
elektron. Molekul-molekul atau ion-ion yang berlaku sebagai ligan
umumnya mengandung sebuah atom elektronegatif, seperti nitrogen,
oksigen. Ligan yang mempunyai satu pasangan elektron yang tidak
bergabung disebut unidentat, contohya NH3. Ligan yang mempunyai dua
gugus yang mampu membentuk dua ikatan dengan atom pusat disebut
bidentat, contohnya etilena diamina (Day dan Underwood, 2002).
Cara uji kesadahan total kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dengan
metode titrimetri yang merupakan revisi dari SNI 06-4161-1996, dengan
judul Metode pengujian kesadahan total dalam air dengan titrimetrik
EDTA. Garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (EDTA) akan bereaksi
dengan kation logam tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang
larut. Pada pH 10,0 + 0,1, ion-ion kalsium dan magnesium dalam contoh
uji akan bereaksi dengan indikator Eirochrome Black T (EBT), dan
membentuk

larutan

berwarna

merah

keunguan.

Jika

Na2EDTA

ditambahkan sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan magnesium akan


membentuk senyawa kompleks, molekul indikator terlepas kembali, dan
pada titik akhir titrasi larutan akan berubah warna dari merah keunguan
menjadi biru. Dari cara ini akan didapat kesadahan total (Ca + Mg).
Kalsium dapat ditentukan secara langsung dengan EDTA bila pH contoh
uji dibuat cukup tinggi (12-13), sehingga magnesium akan mengendap
sebagai magnesium hidroksida dan pada titik akhir titrasi indikator
Eriochrome Black T (EBT) hanya akan bereaksi dengan kalsium saja
membentuk larutan berwarna biru. Dari cara ini akan didapat kadar
kalsium dalam air (Ca). Dari kedua cara tersebut dapat dihitung kadar
magnesium dengan cara mengurangkan hasil kesadahan total dengan kadar
kalsium yang diperoleh, yang dihitung sebagai CaCO3 (SNI, 2004).
Pengkelatan merupakan proses pengikatan logam dalam suatu cairan
oleh suatu senyawa yang memiliki lebih dari satu pasang elektron bebas.
Pengikatan logam tersebut menyerupai penjepitan (pengkelatan), senyawa

yang menjepit disebut senyawa pengkelat dan ion logam dinamakan ion
pusat, karena berada di titik pusat. Mekanisme pengkelatan ini terjadi
karena adanya penggunaan elektron bersama (sharing elektron) antara ion
logam dan ion bahan pengkelat, metode tersebut dinamakan metode
kompleksometri (Mamun, 2008).
Air sadah juga akan menyebabkan berkurangnya efektifitas proses
pencucian menggunakan sabun/deterjen. Saat ini pengolahan air sadah dan
pencegahan pembentukan kerak umumnya dilakukan secara kimiawi, yaitu
menggunakan resin penukar ion (menekan jumlah ion Ca pada larutan)
dan penambahan inhibitor kerak. Metode secara kimiawi ini dapat
mengubah sifat kimia larutan sehingga tidak cukup aman untuk
penggunaan rumah tangga maupun industri makanan. Selain itu,
investasinya yang cukup besar menyebabkan proses kimiawi tersebut
hanya cocok untuk industri yang memerlukan air olahan dalam jumlah
besar (Saksono, 2007).
Salah satu parameter kimia dalam persyaratan kualitas air adalah
jumlah kandungan unsur ion Ca dan ion Mg dalam air, yang
keberadaannya biasa disebut dengan kesadahan air. Kesadahan dalam air
sangat tidak dikehendaki baik untuk penggunaan rumah tangga maupun
untuk penggunaan industri. Bagi air rumah tangga tingkat kesadahan yang
tinggi mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak karena sabun menjadi
kurang efektif akibat salah satu bagian dari molekul sabun diikat oleh
unsur Ca/Mg. Bagi air industri unsur Ca dapat menyebabkan kerak pada
dinding peralatan sistem pemanasan sehingga dapat menyebabkan
kerusakan pada peralatan industri, disamping itu dapat menghambat proses
pemanasan. Masalah ini dapat mengakibatkan penurunan kinerja industri
yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerugian. Oleh karena itu
persyaratan kesadahan pada air industri sangat diperhatikan. Pada
umumnya jumlah kesadahan dalam air industri harus nol, berarti unsur Ca
dan Mg dihilangkan sama sekali. Kesadahan air dinyatakan dengan

mg/liter CaCO3. Metoda yang dapat digunakan dalam menentukan


kesadahan air adalah dengan metoda perhitungan dan metoda titrasi
EDTA. Metoda perhitungan didasarkan atas perhitungan dari ion-ion yang
bervalensi 2 yang didapat dari hasil analisis (Marsidi, 2001).
Air sadah yang telah melebihi batas maksimum (500 mg/l), dapat
menyebabkan beberapa masalah kesehatan. Dampak yang ditimbulkan
akibat air sadah bagi kesehatan antara lain adalah dapat menyebabkan
cardiovascular desease (penyumbatan pembuluh darah jantung) dan
urolithiasis (batu ginjal). Untuk mengurangi kesadahan pada air artetis
salah satu cara yang dapat digunakan dalam metode pengolahannya yaitu
dengan filtrasi (penyaringan). Filtrasi adalah suatu cara memisahkan
padatan dari air,

adapun media yang digunakan dalam proses filtrasi

antara lain pasir, kerikil, ijuk, arang dan zeolit. Dalam penelitian ini media
yang digunakan adalah zeolit. Zeolit dipilih karena memiliki sejumlah sifat
kimia maupun fisika yang menarik, di antaranya mampu menyerap zat
organik maupun anorganik, dapat berlaku sebagai penukar kation, dan
sebagai katalis untuk berbagai reaksi (Mifbakhuddin, 2008).
Kesadahan awalnya ditentukan dengan titrasi menggunakan sabun
standar yang dapat bereaksi dengan ion penyusun kesadahan. Dalam
perkembangannya, kesadahan ditentukan dengan titrasi menggunakan
EDTA (ethylene diamin tetra acetic acid) atau senyawa lain yang dapat
bereaksi dengan kalsium dan magnesium. Kesadahan perairan berasal dari
kontak air dengan tanah dan bebatuan. Air hujan tidak memiliki
kemampuan melarutkan ion-ion penyusun kesadahan yang banyak terikat
di dalam tanah dan batuan kapur (limestone), meskipun memiliki kadar
karbondioksida yang relatif tingggi. Kesadahan air berkaitan erat dengan
kemampuan air untuk membentuk busa. Semakin besar kesadahan air,
semakin sulit bagi sabun untuk membentuk busa karena terjadi presipitasi,
persamaan reaksinya sebagai berikut:

Busa tidak akan terbentuk sebelum semua kation pembentuk kesadahan


mengendap. Pada kondisi ini air mengalami pelunakan atau penurunan
kesadahan yang disebabkan oleh sabun. Endapan yang terbentuk dapat
mengakibatkan pewarnaan pada bahan yang dicuci. Residu endapan
tertahan pada pori-pori pakaian sehingga pakaian terasa kasar, demikian
juga kulit tangan. Kesadahan yang tinggi dapat menghambat sifat toksik
dari logam berat karena kation-kation penyusun kesadahan (kalsium dan
magnesium) membentuk senyawa kompleks dengan logam berat tersebut.
Air permukaan biasanya memiliki nilai kesadahan yang lebih kecil
daripada air tanah. Perairan dengan nilai kesadahan kurang dari 120 mg/L
dan lebih dari 500 mg/L CaCO3 dianggap kurang baik bagi peruntukan
domestik, pertanian, dan industri. Namun air sadah lebih disukai oleh
organisme daripada air lunak (Efendi, 2003).
Kesadahan air adalah terkait dengan konsentrasi mineral, seperti
kalsium dan magnesium, dilarutkan dalam air. Mineral ini secara alami
ditemukan di dalam tanah dan batuan dilokasi dengan konsentrasi tinggi
batu kapur, dolomit, atau gypsum didalam tanah. Air keras adalah
diproduksi sebagai mineral dari deposito tanah ini menjadi dilarutkan
dalam air yang mengalir melalui bumi. Konsentrasi tinggi kalsium dan
magnesium terkandung dalam air keras dapat mengikat pembersih
(Hinton, 2009).
Pelunakan kesadahan air adalah suatu proses untuk menghilangkan
atau mengurangi kandungan kation ion Ca dan ion Mg dari dalam air.
Kation penyebab kesadahan dapat dikurangi atau dihilangkan dengan
proses-proses sebagai berikut : Pemanasan, Proses pengendapan atau
proses kapur soda, dan Pertukaran ion (ion Exchange). Proses pemanasan,
yaitu garam MgCO3 bersifat larut dalam air dingin, namun semakin tinggi
temperatur air, kelarutan MgCO3 semakin kecil, bahkan hingga menjadi
tidak larut dan dapat mengendap. Garam CaCO3 kelarutannya lebih kecil
dari pada MgCO3, sehingga pada air dingin pun sebagian CaCO3
mengendap, pada air panas pengendapannya akan lebih banyak lagi.

Berdasarkan sifat ini, kesadahan yang disebabkan oleh kation Mg 2+ dan


Ca2+ dapat dihilangkan dengan cara pemanasan. Proses kapur soda dengan
tujuannya adalah untuk membentuk garam-garam kalsium dan magnesium
menjadi garam-garam yang tidak larut, sehingga dapat diendapkan dan
dipisahkan dengan air. Bentuk garam kalsium dan magnesium yang tidak
larut dalam air, yaitu kalsium karbonat dan magnesium hidroksida. Untuk
menghilangkan kesadahan sementara kalsium, ditambahkan kapur. Reaksi
yang terjadi :
Ca(HCO3) + Ca(O) 2

CaCO3 + 2 H2O

Untuk menghilangkan kesadahan tetap kalsium, ditambahkan soda abu.


Reaksi yang terjadi:
CaSO4 + Na2CO3
CaCO3 + Na2SO4
CaCl2 + Na2CO3
CaCO3 + 2 NaCl
Untuk menghilangkan kesadahan magnesium sementara, ditambahkan
kapur + kapur:
Tahap 1 : Mg(HCO3)2 + Ca(OH)2

MgCO3 + CaCO3 + H2O

Tahap 2 : MgCO3 + Ca(OH)2

Mg(OH)2 + CaCO3

Untuk menghilangkan kesadahan magnesium tetap ditambahkan kapur +


soda abu :
Tahap 1 : MgCl2 CaCl2 + Ca(OH)2

Mg(OH)2 + MgSO4 CaSO4

Tahap 2 : CaCl2 NaCl + Na2CO3

CaCO3 + CaSO4 Na2SO4

Proses Ion dengan Ziolit, yaitu air sadah yang dialirkan melalui kolom
zeolit akan mengalami pertukaran ion-ion, ion Ca dan ion Mg dalam air
sadah ditukar dengan ion Na dalam zeolit. Hal tersebut berlangsung terus
sampai suatu saat ion Na dalam zeolit sudah habis ditukar dengan ion Ca
dan Mg dari dalam air, pada keadaan ini zeolit tersebut dinamakan telah
jenuh yang berarti zeolit tidak mampu lagi melakukan pertukaran ion
Marsidi (2001).
Pemanfaatan medan magnet untuk menurunkan kesadahan air
merupakan metode yang menjanjikan. Hal tersebut mengingat prosesnya
yang sederhana dan tidak mengubah sifat-sifat kimia air. Model larutan air

sadah yang banyak digunakan untuk melihat proses pembentukan CaCO 3


adalah campuran larutan Na2CO3 dan CaCl2 (Saksono, et al., 2006).
Air tanah banyak mengandung mineral-mineral terlarut seperti ion
Ca dan ion Mg yang menyebabkan kesadahan pada air. Selain itu terdapat
juga kation bikarbonat dan gas terlarut CO2. Dengan naiknya pH akibat
lepasnya CO2 ke fasa gas, maka akan terjadi suatu reaksi kesetimbangan
pembentukkan kerak CaCO3 (Saksono, 2006).
C. Metodologi
1. Alat
a. Statif
b. Buret
c. Erlenmeyer
d. Pipet ukur
e. Pipet tetes
f. Gelas ukur
g. Pro pipet
h. Gelas Beker
i. Corong
2. Bahan
a. Sampel air dari daerah yang berbeda
b. Indikator EBT
c. Larutan Na2EDTA
d. Larutan Buffer pH 10
25 ml contoh air sumur
3. Cara Kerja
Dipipet
Dimasukan kedalam erlenmeyer
2,5 ml larutan
buffer pH 10

Ditambahkan
Dikocok sampai bercampur merata

3 tetes larutan
indikator EBT

Ditambahkan
Larutan berwarna merah anggur

Dititrasi dengan larutan Na2EDTA


sampai berwarna biru

D. Hasil dan Pembahasan


Tabel 2.1 Kesadahan Air pada beberapa Sampel Air
Kel

Wilayah

Vol
sampel
(ml)

M
Vol
Kesadahan
Na2EDTA Na2EDTA
Air
(ml)
(DH)

Kentingan

25

0,05

1,10

6,16

2 Mojosongo

25

0,05

1,25

Jebres

25

0,05

1,20

6,72

Wonosari

25

0,05

1,35

7,56

Sukoharjo

25

0,05

8,5

47,60

Wonogiri

25

0,05

1,9

10,64

Kentingan

25

0,05

7,5

42

Colomadu

25

0,05

5,60

Pajang

25

0,05

0,8

4,48

10

Karang
anyar

25

0,05

1,5

8,40

11

Boyolali

25

0,05

5,60

25

0,05

2,8

15,68

12 Colomadu

Perubahan Warna

Tingkat
Kesadahan

Sebelum Sesudah
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur

Biru

lunak

Biru

Lunak

Biru

Lunak

Biru

Lunak

Biru

Biru

Sangat
keras
Agak
Keras
Sangat
Keras
Lunak

Biru

Lunak

Biru

Agak
Keras

Merah
Anggur
Merah

Biru

Lunak

Biru

Agak

Biru
Biru

13

Boyolali

25

0,05

1,4

7,84

14 Bekonang

25

0,05

1,5

8,40

15

25

0,05

5,60

Air
mineral

Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur
Merah
Anggur

Biru
Biru
Biru

Keras
Lunak
Agak
Keras
Lunak

Sumber: Laporan Sementara


Kesadahan air dianggap sebagai ukuran kemampuan air untuk
mengendapkan sabun atau istilah yang digunakan pada air yang mengandung
kation penyebab kesadahan dalam jumlah yang tinggi. Pada umumnya
kesadahan disebabkan oleh adanya logam-logam atau kation-kation yang
bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg, tetapi penyebab utama dari
kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) (Widayat, 2002).
Kesadahan dibagi atas dua jenis kesadahan, yaitu kesadahan sementara dan
kesadahan tetap. Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion
bikarbonat (HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium
bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air
yang mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah
sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air,
sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+dan atau Mg2+. Dengan jalan
pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel.
Reaksi yang terjadi adalah : Ca(HCO3)2 (aq) CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2(g).
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion
bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3-dan SO42-. Berarti senyawa
yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat
(Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium
nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung
senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak
bias dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Untuk membebaskan air
tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan
mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu. Pereaksi yang
digunakan adalah larutan karbonat, yaitu Na2CO3(aq) atau K2CO3(aq).

Penambahan larutan karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+dan


atau Mg2+.
CaCl2(aq) + Na2CO3(aq) CaCO3(s) + 2NaCl(aq)
Mg(NO3)2(aq) + K2CO3(aq) MgCO3(s) + 2KNO3(aq)
Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut telah
terbebas dari ion Ca2+ atau Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut telah
terbebas dari kesadahan.
Air yang mengandung kesadahan kalsium karbonat dan magnesium
karbonat disebut kesadahan karbonat atau kesadahan sementara, karena
kesadahan tersebut dapat dihilangkan dengan cara pemanasan atau dengan
cara pembubuhan kapur. Sementara itu, air yang mengandung kesadahan
kalsium sulfat, kalsium klorida, magnesium sulfat dan magnesium klorida,
disebut kesadahan tetap karena tidak dapat dihilangkan dengan cara
pemanasan, tetapi dapat dengan cara lain dan salah satunya adalah proses
penukar ion (Marsidi, 2001).
Prinsip penentuan kesadahan air dengan kompleksometri adalah garam
dinatrium etilen diamin tetra asetat (Na2EDTA) akan bereaksi dengan kation
logam tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang larut. Pada pH 10,0
+ 0,1, ion-ion kalsium dan magnesium dalam contoh uji akan bereaksi dengan
indikator Eirochrome Black T (EBT), dan membentuk larutan berwarna
merah keunguan. Jika Na2EDTA ditambahkan sebagai titran, maka ion-ion
kalsium dan magnesium akan membentuk senyawa kompleks, molekul
indikator terlepas kembali, dan pada titik akhir titrasi larutan akan berubah
warna dari merah keunguan menjadi biru. Dari cara ini akan didapat
kesadahan total (Ca + Mg). Kalsium dapat ditentukan secara langsung dengan
EDTA bila pH contoh uji dibuat cukup tinggi (12-13), sehingga magnesium
akan mengendap sebagai magnesium hidroksida dan pada titik akhir titrasi
indikator Eriochrome Black T (EBT) hanya akan bereaksi dengan kalsium
saja membentuk larutan berwarna biru. Dari cara ini akan didapat kadar
kalsium dalam air (Ca). Dari kedua cara tersebut dapat dihitung kadar

magnesium dengan cara mengurangkan hasil kesadahan total dengan kadar


kalsium yang diperoleh, yang dihitung sebagai CaCO3 (SNI, 2004).
Menurut Mamun (2008), pengkelatan merupakan proses pengikatan
logam dalam suatu cairan oleh suatu senyawa yang memiliki lebih dari satu
pasang elektron bebas. Pengikatan logam tersebut menyerupai penjepitan
(pengkelatan), senyawa yang menjepit disebut senyawa pengkelat dan ion
logam dinamakan ion pusat, karena berada di titik pusat. Mekanisme
pengkelatan ini terjadi karena adanya penggunaan elektron bersama (sharing
elektron) antara ion logam dan ion bahan pengkelat, metode tersebut
dinamakan metode kompleksometri.Senyawa pembentuk kelat ini disebut
komplekson yang digunakan dalam reaksi kompleksometri atau kelatometri.
Macam-macam komplekson, yaitu:
Etilen Diamin Tetra Asetat
Asam Nitro Asetat (NTA atau NITA atau Komplekson I)
Asam Diamin Sikloheksan Tetra Asetat (DCTA, DCYTA atau Komplekson
IV)
Garam Dinatrium Etilen Diamin Tetra Asetat (KompleksonII atau
Chelaton III dengan rumus Na2C10H14N2O6.2H2O
Bahan pengkelat tertentu yang mengandung baik oksigen maupun
nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang
stabil dengan berbagai macam logam, sebagai contoh adalah etilena diamina
tetra asetat, sering disebut EDTA. EDTA berpotensi sebagai ligan seksidentat
yang dapat berkoordinasi dengan sebuah ion logam melalui gugus dua
nitrogen dan empat karboksilnya. Dalam kasus lainnya, EDTA dapat
bertindak sebagai ligan kuinkedentat atau kuadridentat dengan satu atau dua
gugus karboksilnya bebas dari interaksi kuat dengan logam. Bentuk asam
bebas dari EDTA yaitu H4Y (Day dan Underwood, 2002).
Pada acara II Kompleksometri digunakan larutan Na 2EDTA. Dinatrium
EDTA merupakan salah satu zat pengkelat, yaitu molekul yang bermuatan
negatif atau berisi oksigen yang bereaksi dengan ion logam bermuatan positif
membentuk kompleks yang stabil. Dinatrium EDTA merupakan bentuk garam
dari asam etilene diamin tetraasetat yang mempunyai aksi mengkompleks

yang sangat kuat dan banyak tersedia. Na2EDTA berfungsi sebagai titran,
dimana ion logam yang ada dalam larutan dititrasi langsung dengan larutan
NA2EDTA dengan menggunakan indikator Eriochrome Black T (EBT).
Menurut Keenan (1984), suatu larutan yang mengandung suatu asam
lemah plus suatu garam dari asam itu, atau basa lemah plus suatu garam dari
basa itu, mempunyai kemampuan bereaksi dengan asam kuat maupun basa
kuat. Sistem semacam ini disebut sebagai larutan berbuffer (berpenyangga).
Larutan berbuffer digunakan secara meluas dalam kimia analitis, biokimia,
dan bakteriologi. Larutan berbuffer digunakan untuk menjaga pH, karena
penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat itu hanya mengubah sedikit pH.
Dalam praktikum ini digunakan larutan buffer pH 10. Pada pH 10,0 + 0,1,
ion-ion kalsium dan magnesium dalam contoh uji akan bereaksi dengan
indikator Eirochrome Black T (EBT), dan membentuk larutan berwarna
merah keunguan (merah anggur). Selain itu juga berfungsi untuk
mempertahankan pH akibat penambahan sedikit asam atau sedikit basa.
Larutan buffer 10 mempertahankan pH agar tetap basa. Kompleks EDTA
akan mencapai kestabilan dengan ion logam divalen pada suasana basa atau
sedikit asam.
Dalam praktikum digunakan indikator EBT (Eirochrome Black T)
rumus kimia C20H12N8NaO2S. Indikator ini peka terhadap perubahan kadar
logam dan pH larutan. Pada pH 8-10 senyawa ini berwarna biru dan
kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri
berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH
12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10. Pada pH
10,0 + 0,1, ion-ion kalsium dan magnesium dalam contoh uji akan bereaksi
dengan indikator (EBT), dan membentuk larutan berwarna merah keunguan.
Jika Na2EDTA ditambahkan sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan
magnesium akan membentuk senyawa kompleks, molekul indikator terlepas
kembali, dan pada titik akhir titrasi larutan akan berubah warna dari merah
keunguan menjadi biru. Sehingga, dengan menggunakan indikator ini
mempermudah

kita

menentukan

titik

akhir

titrasi

dimana

dengan

menggunakan EBT akan bereaksi dengan ion-ion kalsium dan magnesium


pada pH 10 membentuk warna merah anggur. Seingga memudahkan kita
mengetahui adanya ion Ca dan ion Mg pada air.
Berdasarkan tabel 2.1 Kesadahan Air pada beberapa sampel air, dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat kesadahan air dari beberapa sampel di
berbagai daerah. Masing-masing sampel yang didapat diambil 25 mL
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 2,5 mL larutan
buffer pada pH 10, setelah itu ditambahkan lagi 3-4 tetes indikator EBT.
Kemudian dititrasi dengan larutan Na2EDTA 0,05 N sampai terjadi perubahan
warna. Beberapa sampel tersebut diambil dari beberapa daerah, yaitu daerah
Kentingan; Mojosongo; Jebres; Wonosari; Suhoharjo; Wonogiri; ; Kentingan;
Colomadu; Pajang; Karanganyar; Boyolali; Colomadu; Boyolali; Bekonang;
dan Air mineral. Sedangkan, volume larutan Na2EDTA 0,05 N yang
dibutuhkan berturut-turut sebesar 1,10 ml; 1,25 ml ; 1,20 ml ; 1,35 ml ; 8,5 ml
; 1,9 ml; 7,5 ml ; 1 ml ; 0,8 ml; 1,5 ml ; 1 ml ; 2,8 ml ; 1,4 ml; 1,5 ml; 1 ml.
Masing-masing sampel memiliki kesadahan air berturut-turut sebesar 6,16
DH ; 7 DH ; 6,72 DH ; 7,56 DH ; 47,60 DH ; 10,64 DH ; 42 DH ; 5,60 DH ;
4,48 DH ; 8,40 DH ; 5,60 DH ; 15,68 DH ; 7,84 DH ; 8,40 DH dan 5,60 DH.
Dengan tingkat kesadahan berturut-turut yaitu sangat lunak; lunak; lunak;
lunak; sangat keras; agak keras; sangat keras; lunak; lunak; agak keras; lunak;
agak keras ; lunak; agak keras dan lunak.
Berdasarkan data-data tersebut dapat kita ketahui bahwa kesadahan air
terbesar pada daerah Sukoharjo yaitu sebesar 47,6 DH

dengan tingkat

kesadahan sangat keras sehingga kemampuan untuk mengendapkan sabun


besar. Sedangkan, kesadahan air terkecil 4,48 DH pada daerah Pajang dengan
tingkat kesadahan lunak sehingga kemampuannya untuk mengendapkan
sabun kecil, masih aman untuk dikonsumsi. Tingkat kesadahan tiap-tiap
daerah berbeda karena kandungan kapur tiap daerah berbeda.
Pada kelompok 8 dan 12 sampel yang dimbil dari daerah yang sama
yaitu Colomadu. Namun, tiap kelompok mendapati nilai kesadahan yang
berbeda yaitu berturut-turut 5,6 DH dan 15,68 DH. Ini terjadi karena sumber

mata air yang yang diuji berbeda. Pada kelompok 11 dan 12 juga mengambil
sampel air di daerah yang sama yaitu Boyolali. Ini terjadi karena perbedaan
sumber mata air yang diambil yang mempengaruhi nilai kesadahan.
Setelah sampel air ditambahkan 2,5 mL buffer 10 dan ditetesi indikator
EBT sebanyak 3 tetes, sampel air berubah warna menjadi merah angggur.
Indikator ini sangat peka terhadap perubahan konsentrasi ion logam dan
perubahan pH. Pada pH 10,0 + 0,1, ion-ion kalsium dan magnesium dalam
contoh uji akan bereaksi dengan indikator Eirochrome Black T (EBT), dan
membentuk larutan berwarna merah anggur. Jika Na2EDTA ditambahkan
sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan magnesium akan membentuk
senyawa kompleks. Molekul indikator terlepas kembali, dan pada titik akhir
titrasi larutan akan berubah warna dari merah keunguan menjadi biru. Pada
praktikum ini kelompok 12 membutuhkan volume larutan Na2EDTA sebesar
2,8 ml.
Pada umumnya air tanah mempunyai tingkat kesadahan lebih tinggi
dari pada air permukaan. Terbentuknya senyawa penyebab kesadahan dalam
air, karena air tanah mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada pada
lapisan tanah yang dilalui air. Air permukaan lebih lunak dari pada air tanah,
kesadahan non karbonat dalam air permukaan bersumber dari kalsium sulfat
yang terdapat dalam tanah liat dan endapan lainnya (Wahyu, 2002). Air tanah
banyak mengandung mineral-mineral terlarut seperti Ca2+ dan Mg2+ yang
menyebabkan kesadahan pada air. Selain itu terdapat juga kation bikarbonat
dan gas terlarut CO2. Dengan naiknya pH akibat lepasnya CO2 ke fasa gas,
maka akan terjadi suatu reaksi kesetimbangan pembentukkan kerak CaCO 3.
Pembentukan kerak (CaCO3) oleh air sadah pada sistem perpipaan di industri
maupun rumah tangga menimbulkan banyak permasalahan teknis dan
ekonomis. Hal ini disebabkan scale (kerak) dapat menutupi (menyumbat) air
yang mengalir dalam pipa dan sekaligus menghambat proses perpindahan
panas pada peralatan penukar panas (Saksono, 2006).
Menurut WHO air yang bersifat sadah akan menimbulkan beberapa
dampak sebagai berikut :

a.

Terhadap

kesehatan

dapat

menyebabkan

cardiovascular

desease

(penyumbatan pembuluh darah jantung) dan urolithiasis (batu ginjal).


b. Menyebabkan pengerakan pada peralatan logam untuk memasak sehingga
penggunaan energi menjadi boros.
c. Penyumbatan pada pipa logam karena endapan CaO3.
d. Pemakaian sabun menjadi lebih boros karena buih yang dihasilkan sedikit.
Pelunakan kesadahan air menurut Marsidi (2001) adalah suatu proses
untuk menghilangkan atau mengu-rangi kandungan kation ion Ca dan ion Mg
dari dalam air. Kation penyebab kesadahan dapat dikurangi atau dihilangkan
dengan proses-proses sebagai berikut : Pemanasan, proses pengendapan atau
proses kapur soda, dan pertukaran ion (ion exchange).
1. Proses pemanasan, yaitu Garam MgCO3 bersifat larut dalam air dingin,
namun semakin tinggi temperatur air, kelarutan MgCO3 semakin kecil,
bahkan hingga menjadi tidak larut dan dapat mengendap. Garam CaCO3
kelarutannya lebih kecil dari pada MgCO3, sehingga pada air dinginpun
sebagian CaCO3 mengendap, pada air panas pengendapannya akan
lebih banyak lagi. Berdasarkan sifat ini, kesadahan yang disebabkan
oleh kation Mg2+ dan Ca2+ dapat dihilangkan dengan cara pemanasan.
2. Proses Kapur Soda
Tujuannya adalah untuk membentuk garam-garam kalsium dan
magnesium menjadi garam-garam yang tidak larut, sehingga dapat
diendapkan dan dipisahkan dengan air. Bentuk garam kalsium dan
magnesium yang tidak larut dalam air, yaitu kalsium karbonat dan
magnesium hidroksida.
Untuk menghilangkan kesadahan sementara kalsium, ditambahkan
kapur. Reaksi yang terjadi :
Ca(HCO3) + Ca(O) 2
CaCO3 + 2 H2O
Untuk menghilangkan kesadahan tetap kalsium, ditambahkan soda abu.
Reaksi yang terjadi:
CaSO4 + Na2CO3
CaCO3 + Na2SO4
CaCl2 + Na2CO3
CaCO3 + 2 NaCl
Untuk menghilangkan kesadahan magnesium sementara, ditambahkan
kapur + kapur:
Tahap 1 : Mg(HCO3)2 + Ca(OH)2

MgCO3 + CaCO3 + H2O

Tahap 2 : MgCO3 + Ca(OH)2

Mg(OH)2 + CaCO3

Untuk menghilangkan kesadahan magnesium tetap ditambahkan kapur


+ soda abu :
Tahap 1 : MgCl2 CaCl2 + Ca(OH)2

Mg(OH)2 + MgSO4 CaSO4

Tahap 2 : CaCl2 NaCl + Na2CO3

CaCO3 + CaSO4 Na2SO4

3. Proses Ion dengan Ziolit


Air sadah yang dialirkan melalui kolom zeolit akan mengalami
pertukaran ion-ion, ion Ca dan ion Mg dalam air sadah ditukar dengan
ion Na dalam zeolit. Hal tersebut berlangsung terus sampai suatu saat
ion Na dalam zeolit sudah habis ditukar dengan ion Ca dan Mg dari
dalam air, pada keadaan ini zeolit tersebut dinamakan telah jenuh yang
berarti zeolit tidak mampu lagi melakukan pertukaran ion.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Kesadahan air adalah kemampuan air untuk mengendapkan sabun,
terutama ion-ion Ca dan Mg.
2. Kesadahan dibedakan menjadi dua, yaitu kesadahan tetap dan
kesadahan sementara.
3. Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan cara pemanasan atau
dengan cara pembubuhan kapur
4. Kesadahan tetap dapat dihilangkan dengan cara proses penukar ion
5. Penentuan tingkat kesadahan air dapat ditentukan dengan titrasi
kompleksometri.
6. Prinsip penentuan kesadahan air terbentuknya ion kompleks antara Ca
atau Mg dengan komplekson III Dinatrium Etilen Diamin Tetra Asetat
(Na2EDTA) yang akan memberi warna biru pada indikator
Eirochrome Black T (EBT).
7. Nilai kesadahan air terbesar pada daerah Sukoharjo yaitu sebesar 47,6
DH dengan tingkat kesadahan sangat keras.
8. Nilai kesadahan air terkecil 4,48 DH pada daerah Pajang dengan
tingkat kesadahan lunak.
9. Kesadahan air dapat menyebabkan kerugian, yaitu pemborosan sabun,
pengerakan

pada

peralatan

logam

untuk

memasak

sehingga

penggunaan energi menjadi boros, penyumbatan pada pipa logam


karena endapan CaO3.
10. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesadahan air adalah letak
sumber air dari daerah berkapur dan letak air, dimana air permukaan
memiliki tingkat kesadahan dalam air lebih kecil daripada air tanah.
11. Tingkat kesadahan dapat dikurangi atau dihilangkan dengan prosesproses sebagai berikut : pemanasan, proses pengendapan atau proses
kapur soda, dan pertukaran ion (ion exchange).

DAFTAR PUSTAKA

Cairns, Donald. 2009. Intisari Kimia Farmasi Edisi 2. EGC. Jakarta.


Chandra, Umesh, Ongera Gilbert, B.E. Kumara Swamy, Yadav D Bodke dan B.S
Sherigara. 2008. Electrochemical Studies of Eriochrome Black T at
Carbon Paste Electrode and Immobilized by SDS Surfactant: A Cyclic
Voltammetric Study. International Journal Of Electrochemical Science
Vol. 3: 1046.
Day, J., dan A.L. Underwood. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air ISBN 978-979-21-06138. Kanisius.
Yogyakarta.
Hinton, Arthur, Jr., dan Ronald Holser. 2009. Role of Water Hardness in Rinsing
Bacteria from the Skin of Processed Broiler Chickens. International
Journal of Poultry Science Vol. 8 No. 2 ISSN 1682-8356.
Keenan, Charles W, Donald C. Kleinfelter, dan Jeesesitas Jilid H. Wood. 1986.
Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Mamun. 2008. Pemurnian Minyak Nilam dan Minyak Daun Cengkeh secara
Kompleksometri. Jurnal Littri Vol 14 No 1.
Marsidi, Ruliasih. 2001. Zeolit untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal
Teknologi Lingkungan, Vol.2 No. 1.
Mifbakhuddin, Ratih Sari Wardani, dan Atfis Prihandono Rozaq. Pengaruh
Ketebalan Diameter Zeolit Digunakan sebagai Media Filter terhadap
Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis di Kelurahan Sendangguwo
Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia Vol 4 No 2.
Saksono, Nelson. 2006. Magnetisasi Air Sadah untuk Pencegahan Pembentukan
Kerak. Jurnal Teknologi ISSN 0215-1685.
Saksono, Nelson., Elisabeth A. S, Setijo Bismo, Roekmijati W, dan Azwar Manaf.
2006. Pengaruh Medan Magnet Terhadap Proses Presipitasi CaCO3
dalam Air Sadah. Jurnal Teknologi ISSN Vol. 10 No. 2.
Shamoushaki, Majid Mohammad Nejad., et al. 2012. Effect of
Ethylenediaminetetraacetic Acid (EDTA) on Some Serum Constituents of
Oncorhynchus mykiss. ISSN 1992-6197 Global Veterinaria Vol 9. No. 3.
SNI 06-6989.12-2004. Air dan air limbah Bagian 12: Cara Uji Kesadahan
Total Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dengan Metode Titrimetri.
Widayat,Wahyu. 2002. Teknologi Pengolahan Air Sadah . Jurnal Teknologi
Lingkungan, Vol. 3 No. 3.

Yusuf, Yusnidar. 2012. Teknologi Pengolahan Air Tanah sebagai Sumber Air
Minum pada Skala Rumah Tangga. SIGMA Journal ISSN 1411-5166 No.
2, Vol. 4.

LAMPIRAN
Analisis Perhitungan
Kelompok 1:
Kesadahan air sampel X =

x (ml x N) Na2EDTA x 2,8 DH

x (1,1 x 0,05) x 2,8

= 6,16 DH
Kelompok 2:
Kesadahan air sampel X =

x (ml x N) Na2EDTA x 2,8 DH

x (1,25 x 0,05) x 2,8

= 7 DH
Kelompok 3:
Kesadahan air sampel X =

x (ml x N) Na2EDTA x 2,8 DH

x (1,20 x 0,05) x 2,8

= 6,72 DH
Kelompok 4:
Kesadahan air sampel X =

x (ml x N) Na2EDTA x 2,8 DH

x (1,35 x 0,05) x 2,8

= 7,56 DH
Kelompok 5:
Kesadahan air sampel X =

x (ml x N) Na2EDTA x 2,8 DH

x (8,5 x 0,05) x 2,8

= 47,6 DH
Kelompok 6:
Kesadahan air sampel X =

x (ml x N) Na2EDTA x 2,8 DH

x (1,9 x 0,05) x 2,8

= 10,64 DH
Kelompok 7:
Kesadahan air sampel X =

x (ml x N) Na2EDTA x 2,8 DH

x (7,5 x 0,05) x 2,8

= 42 DH
Kelompok 8
Kesadahan air sampel X =

x (ml x N) Na2EDTA x 2,8 DH

x (1 x 0,05) x 2,8

= 5,6 DH
Kelompok 9:
Kesadahan air sampel X =

x (ml x N) Na2EDTA x 2,8 DH

x (0,8 x 0,05) x 2,8

= 4,48 DH
Kelompok 10:
Kesadahan air sampel X =

x (ml x N) Na2EDTA x 2,8 DH

x (1,5 x 0,05) x 2,8

= 8,4 DH
Kelompok 11:
Kesadahan air sampel X =

x (ml x N) Na2EDTA x 2,8 DH

x (1 x 0,05) x 2,8

= 5,6 DH
Kelompok 12:
Kesadahan air sampel X =

x (ml x N) Na2EDTA x 2,8 DH

x (2,8 x 0,05) x 2,8

= 15,68 DH
Kelompok 13:
Kesadahan air sampel X =

x (ml x N) Na2EDTA x 2,8 DH

x (1,4 x 0,05) x 2,8

= 7,84 DH
Kelompok 14:
Kesadahan air sampel X =

x (ml x N) Na2EDTA x 2,8 DH

x (1,5 x 0,05) x 2,8

= 8,40 DH
Kelompok 15:
Kesadahan air sampel X =

x (ml x N) Na2EDTA x 2,8 DH

x (1 x 0,05) x 2,8

= 5,6 DH

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 2.1 Sampel air sumur

Gambar 2.2 Setelah diberi Buffer 10


dan indikator EBT

Gambar 2.3 Setelah dititrasi

Anda mungkin juga menyukai