Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

“Normalitas, Molaritas, PPM, %”

Dosen Pengampu :
Desembra Lisa, S.Pd, M.Pd
Dr. Dra. Tjipto Rini, M.Kes
Endang Uji Wahyuni, SKM. MKM

Program Studi Sarjana Terapan


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Normalitas, Molaritas, PPM, %”

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
semester dua program studi Sarjana Terapan jurusan Kesehatan Lingkungan yang
diberikan oleh dosen-dosen mata kuliah Kimia Lingkungan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan
khususnya bagi penulis sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis
mendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan
dari Allah SWT.

Depok, 04 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Normalitas 3
2.2 Molaritas 7
2.3 Part Per Million (PPM) 8
2.4 Persen (%) 9

BAB III PENUTUP 11


3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih
zat dalam komposisi yang bervariasi (Petrucci. 1985). Zat yang jumlahnya
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya
lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut. Sebagai contoh,
jika sejumlah gula dilarutkan dalam air diaduk dengan baik, maka campuran
tersebut pada dasarnya akan seragam (sama) di semua bagian (Styarini, L. W.
20012).

Sifat-sifat sautu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisinya.


Untuk menyatakan komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah
konsentrasi larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut terhadap
pelarut (Khikmah, N. 2015).

Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan
atau pelarut. Konsentrasi larutan merupakan suatu label larutan, agar larutan
tersebut bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perbandingan jumlah
zat terlarut dan jumlah pelarutnya. Konsentrasi larutan yang sering dipergunakan
di laboratorium diantaranya adalah molaritas (M), molalitas (m), Normalitas (N),
Fraksi Mol (X), dan ppm.

Dari uraian di atas, maka dalam makalah ini akan mengkaji mengenai
Normalitas, Molaritas, Part Per Million (ppm), dan Persen (%).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai


berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Normalitas?

1
2. Apa yang dimaksud dengan Molaritas?
3. Apa yang dimaksud dengan Part Per Million (ppm)?
4. Apa yang dimaksud dengan Persen (%)?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Kimia Lingkungan serta dapat dijadikan bahan diskusi bersama dalam
mempelajari materi normalitas, molaritas, ppm, %.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Normalitas

Normalitas adalah ukuran yang menunjukkan konsentrasi dengan berat


setara dalam gram per liter larutan, dimana berat setara itu sendiri adalah ukuran
kapasitas reaktif dari suatu molekul yang terlarut dalam larutan. Dalam reaksi,
peran zat terlarut tersebut adalah akan menentukan normalitas suatu larutan.
Normalitas juga dikenal dengan sebagai satuan konsentrasi larutan yang setara.

Normalitas dapat disingkat dengan huruf “N” yang merupakan salah satu
cara efektif dan berguna dalam proses laboratorium. Secara umum, normalitas
hamper sama dengan molaritas atau M. Jika molaritas merupakan satuan
konsentrasi yang mewakili konsentrasi ion terlarut ataupun senyawa terlarut
dalam suatu larutan, normalitas memiliki fungsi yang lebih lengkap dimana
normalitas mewakili konsentrasi molar hanya dari komponen asam atau
komponen basa saja.

Komponen asam pada umumnya merupakan jumlah ion H+ yang berada


dalam larutan asam, sedangkan komponen basa adalah ion terlarut OH– dalam
larutan basa.

Adapun definisi normalitas menurut para ahli, yaitu :

Duwi Priyatno (2012), Normalitas adalah proses pengujian yang terjadi dalam
penelitian dengan menentukan apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi
terdistribusi secara normal atau tidak.

3
Rumus Molaritas

Normalitas dapat dirumuskan sebagai berat setara zat terlarut dalam satu
liter larutan. Normalitas dari suatu larutan dapat dihitung dengan diketahuinya
massa dan volume dari larutan tersebut.

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


Normalitas (N) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

Berdasarkan rumus dasar tersebut, jumlah ekivalen zat terlarut dapat


dihitung dengan cara mengalikannya dengan ekivalen suatu zat.

Sedangkan jumlah mol dapat dihitung dari massa zat dibagi dengan massa
molekul relatifnya (Mr) yang dapat diketahui dengan menjumlahkan massa tiap
atom penyusunnya. Oleh karena itu, normalitas dapat dirumuskan dengan:

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑥 𝑒
Normalitas (N) = 𝑀𝑟 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

Dimana e merupakan ekivalen dari zat terlarut dalam suatu larutan. Seperti
yang kita ketahui bahwa jumlah mol per satuan volume itu merupakan definisi
dari Molaritas (M) sehingga rumus tersebut juga dapat diturunkan lagi menjadi
persamaan molaritas.

Normalitas (N) = M x e

Dimana M adalah molaritas dari larutan dan e adalah ekivalen dari


larutan.

Cara Menghitung Normalitas

Dari persamaan di atas, mungkin istilah yang asing yaitu ekivalen (e) maka
sebelum kita menghitung normalitas, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu
apa itu ekivalen.

4
Pada suatu larutan asam atau basa, kita mengenal istilah H+ yang
menunjukkan bahwa larutan tersebut bersifat asam dan juga OH– yang
menunjukkan bahwa larutan tersebut bersifat basa. Ekivalen (e) adalah jumlah
H+ ataupun OH– yang terlibat dalam satu molekul zat terlarut.

Sebagai contoh, dalam larutan HCl terdiri dari ion H+ dan ion Cl– sehingga
dapat kita ketahui bahwa jumlah ekivalen atau n yaitu 1 karena hanya terdapat
satu ion H+ dalam satu molekul.

Contoh lain yaitu pada asam sulfat H2SO4 dimana molekulnya terdiri dari
dua ion H+ dan satu ion SO42-sehingga asam sulfat dikatakan memiliki jumlah
ekivalen 2. Contoh untuk larutan basa yaitu pada NaOH dimana terdapat satu ion
OH– sehingga natrium hidroksida memiliki jumlah ekivalen 1.

Untuk menghitung normalitas dari suatu larutan, maka kita harus


mengetahui terlebih dahulu nilai atau variabel apa saja yang diketahui sehingga
kita dapat menggunakan persamaan yang tepat.

Jika dalam suatu kasus, molaritas larutan telah diketahui dan kita diminta
untuk menghitung normalitasnya. Maka cara termudah untuk menghitungnya
yaitu dengan mengalikan molaritas dengan jumlah ekivalen (e) dari zat terlarut.

Namun jika dalam suatu kasus hanya diketahui massa dari zat terlarut dan
jumlah volumenya, maka kita harus menghitung jumlah molnya terlebih dahulu
melalui pembagian massa dengan massa molekul relatif senyawa tersebut dan
mengalikannya dengan jumlah ekivalen.

Perbedaan Normalitas dan Molaritas

Berdasarkan rumus atau persamaan dari normalitas kita dapat mengetahui


perbedaan dari satuan normalitas dengan satuan molaritas. Perbedaan pertama yaitu

5
definisi dari normalitas yang merupakan jumlah gram ekivalen dari suatu zat terlarut
dalam satu liter larutan sedangkan molaritas merupakan jumlah mol zat terlarut dalam
satu liter larutan.

Selanjutnya, perhitungan normalitas dari massa ekivalen didasarkan pada total


volume dari larutan. Sedangkan pada molaritas, perhitungan mol didasarkan pada
total volume larutan.

Perbedaan lainnya yaitu pada satuan yang digunakan dimana pada normalitas
pada umumnya digunakan satuan N ataupun ek/L. Sedangkan pada molaritas,
digunakan satuan M ataupun mol/L.

Penggunaan Normalitas

Dalam kimia, terdapat 3 peristiwa reaksi yang membutuhkan perhitungan


menggunakan normalitas larutan.

1. Dalam Asam Basa

Normalitas merupakan ekspresi konsentrasi yang sering digunakan dalam


peristiwa yang melibatkan reaksi asam basa. Hal itu karena pada dasarnya
normalitas menunjukkan keberadaan ion hidronium (H3O+) dan ion hidroksida
(OH–) dalam suatu larutan.

Dalam hal ini, jumlah ekivalen menjadi suatu hal yang sangat penting.
Setiap larutan dapat menghasilkan satu atau lebih jumlah ekivalen dari spesies
reaktif ketika terlarut dan terionisasi dalam air.

2. Dalam reduksi oksidasi

Reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi yang melibatkan perpindahan


elektron (dapat dipelajari lebih lengkap pada reaksi redoks). Dalam reaksi ini,

6
faktor ekivalen dapat menunjukkan jumlah elektron yang terlibat dalam oksidasi
ataupun reduksi dan digunakan dalam menentukan elektron donor maupun
elektron akseptor. Jumlah ekivalen dari suatu zat terlarut setara dengan jumlah
elektron yang terlibat dalam reaksi redoks.

3. Dalam reaksi pengendapan

Pada kimia, kita mengenal istilah pengendapan yang merupakan proses


pembentukan zat padat dalam suatu larutan karena tingkat kejenuhan larutan
yang berlebih. Dengan normalitas, faktor ekivalen dapat menentukan jumlah ion
yang akan mengendap dalam reaksinya. Hal ini sangat berguna dalam
menentukan berat endapan yang seharusnya terbentuk secara teoritis.

2.2 Molaritas

Molaritas merupakan jumlah mol zat yang dapat larut dalam tiap liter
larutan.
Molaritas suatu larutan menyatakan banyak mol suatu zat per liter larutan.
Umumnya konsentrasi larutan berair encer dinyatakan dalam satuan molar. Selain
itu pada larutan tidak begitu encer, volume molar dari zat itu sendiri merupakan
fungsi dari konsentrasi sehingga hubungan molaritas konsentrasi tidaklah linear.

Ada beberapa cara untuk memperoleh konsentrasi larutan secara


kuantitatif. Suatu istilah yang sangat berguna yang berkaitan dengan stoikiometri
suatu reaksi dalam larutan disebut konsentrasi molar atau molaritas, dengan
symbol M. Dinyatakan sebagai jumlah mol suatu solute dalam larutan dibagi
dengan volume larutan yang ditentukan dalam liter.

𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1.000


Molaritas (M) = 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
M= 𝑀𝑟
x 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚𝑙)
-

7
Larutan yang mengandung 1 mol Nacl dalam 1 L larutan mempunyai
molaritas 1 M. Jika larutan ada larutan tertulis HCl 0,1 M berarti dalam satu liter
larutan terdapat 0,1 mol HCl.

2.3 Part Per Million (PPM)

Pada dasarnya penghitungan ppm ini bertujuan untuk menghitung kadar


kandungan yang terlarut dalam air, selain pada dosis pupuk tanaman,
penghitungan konsentrasi juga digunakan dalam pencemaran logam berat pada
air. Satuan konsentrasi ppm (parts per million, "bagian per sejuta") adalah satuan
yang dipakai sebagai satuan nirdimensi yang berasal dari pecahan yang sangat
kecil, misalnya konsentrasi larutan atau kelimpahan partikel yang sangat kecil.
Misalnya larutan dengan konsentrasi 21 ppm berarti: "Setiap 1.000.000 bagian
larutan hanya ada 21 bagian zat terlarut (jika dinyatakan dalam pecahan,
konsentrasi ini adalah 21/1000000 atau 0.000021)".
Rumus Konsentrasi Larutan PPM
1 ppm = 1 mg/kg atau 1 ppm = 1 mL/L, sehingga diperoleh bentuk rumus
sebagai berikut:
● ppm = (massa zat terlarut (mg)) ÷ (volume larutan (L))
● Massa zat terlarut (mg) = ppm × volume larutan (L)
● Volume larutan = (massa zat terlarut (mg)) ÷ ppm
Contoh Soal :
Hitunglah besar ppm 60 gram NPK yang dilarutkan dalam 50 liter air.
Penyelesaian:
Diketahui: NPK = 60 gram = 60 x 1000 = 60.000 mg; Volume larutan = 50 L.
Konsentrasi NPK = …. ppm?
● ppm NPK = (massa NPK (mg)) ÷ (volume larutan (L))
● ppm NPK = (60.000 mg) ÷ (50 L)
● ppm NPK = 1200 mg/L
● ppm NPK = 1200 ppm
jadi dapat disimpulkan bahwa besaran 60 gram NPK yang dilarutkan 50L air
akan menghasilkan 1200 ppm pada larutan.

8
2.4 Persen (%)

Dalam ilmu kimia untuk menyatakan konsentrasi larutan dapat digunakan


dengan persen. persen dalam konsentrasi larutan dapat dinyatakan menjadi 3
bentuk, yaitu:
● Persen berat (%/W/W)
Persen berat sering digunakan pada temperatur suhu.
● Persen volume (%/V/V)
● Persen berat volume (%/W/W)

1. Persen Massa ( % W/W)
Persen Massa (% w/w), menyatakan jumlah massa (gram) zat terlarut dalam
100 gram larutan, dan dirumuskan sebagai berikut:
Rumus:
𝑤 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Persen Massa (% 𝑤
)= (𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 + 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡)
x 100%

Contoh Soal
Hitunglah berapa % 10 gram NaCl yang dilarutkan dalam 50 gram air.
Penyelesaian
Persen massa NaCl = (10 ÷ (10 + 50) × 100%
Persen massa NaCl = (10 ÷ (10 + 50) × 100%
Persen massa NaCl = (10 ÷ 60) × 100%
Persen massa NaCl = 16,67%
Jadi, persen massa 10 gram NaCl dalam 50 gram air = 16,67%
2. Persen Volume (% V/V)
Persen Volume (%V/V), menyatakan jumlah volume (liter) zat terlarut dalam
100 liter larutan, dan dirumuskan sebagai berikut:

9
Rumus:
𝑣 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Persen Massa (% 𝑣
)= (𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 + 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡)
x 100%

Contoh soal
Hitung persen volume 50 mL alkohol yang dilarutkan dalam 70 mL air.
Penyelesaian:
Diketahui: volume zat terlarut = 50 mL; volume zat pelarut = 70 mL
Volume larutan = Volume zat terlarut + Volume zat pelarut
Volume larutan = 50 + 70
Volume larutan = 120 mL
% volume alkohol = [(Volume zat terlarut) ÷ (Volume larutan)] x 100%
% volume alkohol = (50 ÷ 120) x 100%
% volume alkohol = 41,67 %
Jadi persen volume alcohol = 41,67%

3. Persen Massa-Volume (% W/V)


Persen Massa - Volume (%/W/V) menyataka jumlah massa (gram) zat
terlarut dalam 100mL dan dirumuskan sebagai berikut.
Rumus:
𝑤 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Persen Massa/Volume (% 𝑣
)= (𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛)
x 100%

Contoh Soal
Hitung persen massa-volume 0,25 gram CH3COOH dalam 10 mL larutan
cuka dapur ?
Penyelesaian:
Diketahui: massa zat terlarut = 0,25 gram; volume larutan = 10 mL
% massa-volume CH3COOH = (Massa zat terlarut) ÷ (Volume larutan) ×
100%

10
% massa-volume CH3COOH = (0,25 ÷ 10) ×100%
% massa-volume CH3COOH = 2,5%
Jadi persen massa-volume CH3COOH = 2,5%

11
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa normalitas, molaritas, ppm, dan persen


merupakan bagian dari konsentrasi larutan. Konsentrasi larutan adalah jumlah zat
terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut. Konsentrasi larutan yang sering
dipergunakan di laboratorium diantaranya adalah molaritas (M), molalitas (m),
Normalitas (N), Fraksi Mol (X), ppm, dan persen.
Normalitas adalah menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam 1 liter
larutan. Molaritas adalah menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap satu
liter larutan. Ppm adalah satuan konsentrasi yang menyatakan perbandingan
bagian dalam 1 juta bagian yang lain.Persen massa menyatakan jumlah massa
(gram) zat terlarut dalam 100 gram larutan.

3.2 Saran

Adapun saran dari kami dengan adanya makalah ini, semoga dapat
membantu dan menambah wawasan para pembaca dalam memahami materi
normalitas, molaritas, ppm dan %.

12
DAFTAR PUSTAKA

Putri, L. M. A., Prihandono, T., & Supriadi, B. (2017). Pengaruh konsentrasi larutan

terhadap laju kenaikan suhu larutan. Jurnal Pembelajaran Fisika, 6(2),

151-157.

Rahmayani, R. F. I. (2018). Kimia Larutan. Syiah Kuala University Press.

https://mplk.politanikoe.ac.id/index.php/topik-topik-kuliah/28-kimia-dasar/863-konse
ntrasi-larutan-dalam-satuan-ppm
https://saintif.com/rumus-normalitas/
https://www.pakarkimia.com/normalitas/

13

Anda mungkin juga menyukai