Anda di halaman 1dari 14

Anatomi Leher

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Leher adalah penghubung antara kepala dan tubuh. Area leher memanjang dari kepala hingga
ke bahu dan dada. Sisi inferior leher dibatasi oleh manubrium sternum, klavikula, hingga
acromion. Sedangkan sisi superior dibatasi oleh batas inferior mandibula, prosesus mastoideus
tulang temporal, dan garis nuchal superior tulang oksipital (Drake dkk., 2015). Batas-batas leher
ditunjukan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Batas-batas leher (Drake dkk., 2015)

Keterangan :
1. Garis nuchal superior 2. Prosesus mastoideus 3. Mandibula
4. Vertebra servikal VII

5. Acromion
6. Manubrium Sternum 7. Klavikula

Leher berperan sebagai penyokong kepala, selain itu, leher juga berfungsi sebagai jalan untuk
sumsum tulang belakang, pembuluh darah dan saraf yang lewat di antara kepala dan tubuh
serta jalan masuk ke sistem

pencernaan dan sistem pernafasan. (Hiatt dan Gartner, 2010). Landmark anatomi leher
ditunjukan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Landmark anatomi leher (Hiatt dan Gartner, 2010).

6
Keterangan : 1. Mandibula

5. Klavikula
6. Otot Trapezius
7. Processus Spinosus V. Cervical 5 8. Otot Sternokleidomastoid

2. 3. 4.

1.

Tulang Hyoid Kartilago Tiroid Kelenjar Tiroid

Tulang leher

2.

Kerangka tulang leher terdiri dari tujuh vertebra servikal. Vertebra servikal 1 dan 2 memiliki
nama khusus yaitu Atlas (C1) dan Axis (C2). Foramina transversal menjadi pembeda antara
vertebra servikal dengan vertebra yang lain dan berfungsi sebagai tempat lewatnya arteri
vertebralis. Prosesus spinosus vertebra servikal ketujuh merupakan prosesus yang paling
panjang dan mudah teraba dibandingkan dengan vertebra servikal lainnya (Applegate, 2010)
Otot leher

Otot yang berada di area leher ada banyak, namun kebanyakan adalah otot kecil yang sulit
dibedakan dari otot disekitarnya. Dua otot leher (trapezius dan sternocleidomastoid) yang
membentuk bagian luar

sevikal collar membagi leher menjadi segitiga anterior dan posterior di setiap sisi. Segitiga
anterior dan posterior dari leher ditunjukan pada gambar 2.3.

Keterangan :
1. Anterior midline leher
2. Axillary inlet
3. Superior thoracic aperture 4. Klavikula

5. Posterior triangle
6. Anterior triangle
7. Trapezius
8. Sternocleidomastoid

Struktur utama yang melewati kepala dan dada dapat diakses melalui segitiga anterior. Segitiga
posterior sebagian terletak di atas inlet aksila, dan terhubung dengan struktur saraf dan
pembuluh darah yang masuk dan keluar dari ekstremitas atas (Drake dkk., 2015).

3. Viceral leher

1. a)  Pharynx dan Larynx


2. b)  Trachea
3. c)  Esophagus
4. d)  Thyroid & Parathyroid gland
5. e)  Salivary gland (Parotid gland, Submandibular gland, Sublingual gland)

(Applegate, 2010)

4. Pembuluh darah pada leher

Berikut ini adalah pembuluh darah yang terletak di leher :

1. a)  Internal Jugular Veins


2. b)  Common Carotid Arteries
3. c)  Internal Carotid Arteries
4. d)  External Carotid Arteries
5. e)  Vertebral Arteries (Applegate, 2010).
5. Persarafan pada leher

Ada delapan saraf servikal (C1 ke C8) yang terbagi menjadi :

1. a)  C1 ke C7 muncul dari kanal vertebra masing-masing.


2. b)  C8 muncul antara vertebra servikal 7 dan thorakal 1.

Rami anterior C1 hingga C4 membentuk pleksus servikalis.

Cabang utama dari pleksus ini memasok strap muscle, diafragma (saraf frenikus), kulit
pada bagian anterior dan lateral leher, kulit pada dinding toraks anterior atas, dan kulit
pada bagian inferior kepala.

Rami anterior C5 hingga C8, bersama dengan komponen besar dari ramus anterior T1,
membentuk pleksus brakialis, yang menginervasi ekstremitas atas (Drake dkk., 2015).

6. Sistem limfatik leher


Komponen dari sistem ini termasuk nodus superfisial di sekitar kepala, nodus servikal
superfisial sepanjang vena jugularis eksternal, dan deep servikal nodus membentuk
rantai di sepanjang vena jugularis interna.

Pola dasar drainase adalah pembuluh limfatik superfisialis mengalir ke nodus superfisial.
Beberapa di antaranya mengalir ke nodus

servikal superfisial dalam perjalanan ke deep servikal nodus dan yang lain mengalir langsung
ke deep servikal nodus.

1. a)  Kelenjar getah bening superfisial

Lima kelompok kelenjar getah bening superfisial membentuk cincin di sekitar kepala dan
tanggung jawab utamanya untuk drainase limfatik pada wajah dan kulit kepala. Pola
drainase mereka sangat mirip dengan daerah distribusi arteri di dekat lokasi mereka.

2. b)  Kelenjar getah bening servikal superfisial


Nodus servikal superfisial adalah kumpulan kelenjar getah

bening di sepanjang vena jugularis eksternal pada permukaan superfisial otot


sternokleidomastoid. Nodus ini menerima drainase limfatik utama dari daerah posterior
dan posterolateral kulit kepala melalui nodus oksipital dan mastoid, dan mengirim
pembuluh limfatik ke arah nodus servikal yang dalam.

3. c)  Kelenjar getah bening servikal yang dalam (Deep Cervical Nodes) Nodul servikal
yang dalam adalah kumpulan kelenjar getah bening yang membentuk rantai di
sepanjang vena jugularis interna. Mereka dibagi menjadi kelompok-kelompok atas dan
bawah di mana tendon antara otot omohyoid melintasi arteri karotis umum dan vena

jugularis interna.
Nodus yang paling superior pada kelompok servikal profunda

bagian dalam adalah nodus jugulodigastrik. Nodus besar ini adalah tempat otot digastrik
posterior melintasi vena jugularis interna dan menerima drainase limfatik dari amandel
dan regio tonsil. Nodus besar lainnya, biasanya terkait dengan kelompok servikal bawah

dalam karena berada pada atau hanya lebih rendah dari tendon antara otot omohyoid, adalah
simpul jugulo-omohyoid. Nodus ini menerima drainase limfatik dari lidah.

Nodus servikal yang dalam akhirnya menerima semua drainase limfatik dari kepala dan leher
baik secara langsung atau melalui kelompok nodus regional. Dari kelenjar servikal yang dalam,
pembuluh limfatik membentuk jugularis trunk kanan dan kiri, yang kosong ke saluran limfatik
kanan di sisi kanan atau duktus toraks di sisi kiri (Drake dkk., 2015).

Keterangan :
1. Pre-auricular/parotid nodes 2. Submental nodes
3. Submandibular nodes
4. Omohyoid muscle
5. Jugulo-omohyoid node
6. External jugular vein

7. Deep cervical nodes


8. Internal jugular vein
9. Superficial cervical nodes 10. Jugulodignastic node 11. Mastoid node
12. OccipitalNode

Otot Dada

Otot-otot dinding dada maupun dinding abdomen tersusun dalam beberapa lapisan yaitu lapisan
eksternal, lapisan medial dan lapisan internal. Untuk dinding toraks, lapisan eksternal, medial
dan internal berturut-turut adalah musculus intercostalis externus, musculus intercostalis
5
internus, dan musculus subcostalis serta musculus transversus thoracis.

Otot-otot lain yang ikut membentuk dinding toraks termasuk dalam kelompok otot-otot
ekstremitas superior. Otot-otot dinding abdomen dan otot-otot tertentu punggung, semuanya
terletak di sebelah luar costae dan spatium intercostales. Musculi levator costarum berkaitan
5
dengan otot-otot punggung, tetapi fungsional berkaitan dengan musculus intercostales.

Selama inspirasi tenang pergerakan diafragma menyumbangkan 75% perubahan volume


intratoraks. Diafragma melekat sekitar dasar rongga toraks, otot ini melengkung di atas hati dan
bergerak ke bawah seperti piston bila ia berkontraksi. Jarak pergerakannya berkisar dari 1,5 cm
sampai sejauh 7 cm dengan inspirasi dalam.

Otot-otot inspirasi utama lainnya adalah musculus intercostalis externus, yang berjalan miring ke
atas dan ke bawah dari iga ke iga. Poros iga bersendi pada vertebra sehingga bila musculus
intercostalis externus berkontraksi mereka menaikkan iga-iga bagian bawah. Hal ini mendorong
sternum ke luar dan menaikkan diameter anteroposterior dada. Diameter transversal sebenarnya
sedikit berubah atau tidak sama sekali. Baik diafragma maupun musculus intercostalis externus
sendiri dapat mempertahankan ventilasi yang cukup pada keadaan istirahat. Pemotongan
transversal medulla spinalis di atas segmen servikal ke tiga adalah fatal bila tanpa pernapasan
buatan, tetapi transeksi di bawah asal nervus phrenicus yang mempersarafi diafragma (segmen
servikal ketiga sampai kelima) tidak fatal. Sebaliknya, pada penderita dengan kelumpuhan
nervus phrenicus bilateral, respirasi cukup untuk mempertahankan hidup. Muskulus scalenus dan
muskulus sternicleidomastoideus pada leher adalah otot pembantu inspirasi yang membantu
6
menaikkan rongga toraks selama pernapasan dalam.

Penurunan volume intratoraks dan ekspirasi yang kuat terjadi bila otot ekspirasi berkontraksi.
Muskulus interkostalis internus mempunyai kerja ini sebab mereka berjalan miring ke bawah dan
posterior dari iga ke iga dan oleh karena itu menarik rongga toraks ke bawah bila mereka
berkontraksi. Kontraksi otot-otot dinding depan abdomen juga membantu ekspirasi dengan
menarik rongga iga ke bawah dan dalam dan dengan meningkatnya tekanan intra-abdominal,
6
yang mendorong diafragma ke atas.

10

2.1.2 Paru

2
Gambar 1 . Otot-otot pernapasan dinding dada Sumber: Guyton

2
Paru memiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m untuk pertukaran udara. Tiap
paru memiliki: apeks yang mencapai ujung sternal kosta pertama, permukaan costovertebral
yang melapisi dinding dada, basis yang terletak di atas diafragma dan permukaan mediastinal
7
yang menempel dan membentuk struktur mediastinal di sebelahnya.

Paru kanan terbagi menjadi lobus atas, tengah, dan bawah oleh fissura obliqus dan horizontal.
Paru kiri hanya memiliki fissura obliqus sehingga tidak ada lobus tengah. Segmen lingular
merupakan sisi kiri yang ekuivalen dengan lobus tengah kanan. Namun, secara anatomis lingual
merupakan bagian dari lobus atas kiri.

11
Bahu

Bahu adalah sendi yang menghubungkan antara badan dengan ekstermitas atas. fungsi utama
sendi bahu adalah untuk mengerakan lengan dan tangan kesegala posisi yang berhubungan
dengan tubuh. Konsekuensinya sendi bahu sangat dinamis, sehingga relative tidak setabil
(Suharti dkk, 2018).

Sendi bahu terbagi menjadi 5 sendi yaitu :

1. Sendi glenohumeral
2. Sendi akromioklavicular
3. Sendi sternoklavikular
4. Sendi subakromia
5. Sendi skapulo-thorasik

Gambar 2.1. Sendi Bahu. (Anonymous, 2013; Thompson J.C, 2010)

b) Otot
Otot pembentuk pada shoulder joint sebagi berikut:

M. Pectoralis Major adalah otot tebal , berbentuk seperti kipas dan terletak diantara anterior dari
dinding dada.

Origo

Insersio Fungsi

: Permukaan anterior paruh Medial clavicula ketiga, permukaan anterior sternum. costal cartilago
ribs keenam
: Sulcus intertubercularis lateral.
: Adduksi dan endorotasi humerus , menarik scapula kearah ventral dan kaudal (Suharti dkk,
2018).

Gambar 2.2. M. Pectoralis Major


(sumber : S, Lynn. Clinical Kinesiology and Anatomy,2011)

M. Deltoideus adalah otot yang membentuk struktur bulat pada bahu manusia. Origo :
Clavicula , scapula

Fungsi : Abduksi dan ekstensi bahu

Gambar 2.3. M. Deltoideus.


(sumber : S, Lynn. Clinical Kinesiology and Anatomy,2011)

M. Latisimus Dorsi adalah otot besar yang ditemukan di punggung bagian atas yang membantu
gerakan tangan.
Origo : Otot ini dimulai dari bagian posterior crista iliaca pada

pelvis ( tulang pinggung). fascia lumbalis.dan processus spinosus 6 tulang belakang thorax
bagian bawah dan tulang

Insesio Fungsi

rusuk ke-3 dan 4 bagian bawah. Terkadang juga melalui beberapa serabut dari angulus inferior
scapula.
: Otot berinsersio disulcus bicipitslis pada humerus ( tulang lengan atas ).
: Ekstensi, abduksi, internal rotasi humerus.

Gambar 2.4. M. Latisimus Dorsi.


(sumber : S, Lynn. Clinical Kinesiology and Anatomy,2011)

M. supraspinatus adalah otot yang relative kecil pada lengan atas.

Origo Insersio

Fungsi

: Fossa supraspinatus scapulae


: Bagian atas tuberculum mayor humeri dan capsula rticular humeri
: Membantu m.deltoideus melakukan abduksi bahu dengan memfiksasi caput humeri pada fossa
glenoidalis scapulae.

Gambar 2.5. M.supraspinatus.


(sumber : S, Lynn. Clinical Kinesiology and Anatomy,2011)

M, Infraspinatus
Origo : Fossa infraspinata scapula

Insersio : Bagian tengah tuberculum mayor humeri dan capsula articulation humeri

Fungsi : Otot ini berfungsi melakukan eksorotasi bahu dan menstabilkan articulation humeri.
Gambar 2.6. M infraspinatus.
(sumber : S, Lynn. Clinical Kinesiology and Anatomy,2011).

M.Teres Minor adalah otot kecil yang terdapat dibagian bahu.teres minor merupakan salah satu
dari kelompok otot rotator cuff. Letaknya bersebelahan dengan otot teres mayor dan otot
infraspinatus

Origo : Bagian caudal fossa infraspinata. Sepertiga bagian tengah margo lateralis dari scapula

Insersio : Dibagian bawah tuberculum mayor humeri dan scapula articulation humeri

Fungsi : Melakukan eksorotasi bahu dan menstabilkan articulation humeri.

Gambar 2.7. M Teres minor.


(sumber : S, Lynn. Clinical Kinesiology and Anatomy,2011)

M. Subscapularis adalah otot yang besar berbentuk segitiga yang menyusun fossa subscapularis.

Origo Insersio Fungsi

: Fossa subscapularis pada permukaan anterior scapula : Tuberclum minor humeri


: Otot ini melakukan endorotasi bahu dan membantu

menstabilkan sendi
Gambar 2.8. M. subscapularis.
(sumber : S, Lynn. Clinical Kinesiology and Anatomy,2011)

2.1.2. Definisi
Frozen shoulder (nyeri bahu) atau adhesive capsulitis adalah

keaadaan dimana terjadi peradangan, nyeri, perlengketan dan pemendekan kapsul sendi sehingga
terjadi keterbatasan gerak sendi bahu (Suharti dkk. 2018). Frozen shoulder (nyeri bahu)
menyebabkan kapsul yang membungkus sendi bahu menjadi memendek dan mengerut dan
terbentuk jaringan parut. Kondisi ini dikenal sebagai adhesive capsulitis yang menyebabkan
nyeri dan kekakuan pada sendi bahu sehingga lama- kelamaan bahu menjadi sulit untuk
digerakkan. Kondisi ini biasanya unilateral, bila mengenai dua bahu dapat terjadi bersamaan atau
berurutan. frozen shoulder banyak dijumpai pada umur 40-60 tahun, dan lebih sering terjadi pada
wanita dari pada pria. Frozen shoulder merupakan suatu kondisi dimana gerakan bahu menjadi
terbatas. kondisi tingkat keparahan dapat bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai nyeri berat
(Suharti dkk. 2018). Prevalensi pada penderita frozen shoulder 10 – 20% dari penderita diabetus
mellitus. Adapun faktor antara lain immobilisasi yang lama,

akibat trauma, over use, cidera atau operasi pada sendi (Didik Purnomo, 2017). Frozen shoulder
yang disebut juga adhesive capsulitis adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kekakuan dan
nyeri pada sendi bahu. Keadaan ini bisa menjadi lebih buruk yang ditandai dengan luas
pergerakan bahu yang berkurang (Dewi, 2011). Etiologi dari frozen shoulder masih belum
diketahui dengan pasti. Adapun faktor predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang
lama, akibat trauma, over use, cidera atau operasi pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit
kardiovaskuler, clinical depression dan parkinson (Miharjanto et al., 2010).

Dari definisi frozen shoulder yang dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa frozen shoulder
(nyeri bahu) adalah gangguan pada sendi bahu yang dapat menimbulkan nyeri disekitar sendi
bahu dan selalu menimbulkan keterbatasan gerak sendi kesemua arah gerakan sehingga akan
menimbulkan terjadinya permasalahan baik masalah fisik maupun penurunan aktivitas
fungsional.
2.1.3. Etiologi (Suharti dkk. 2018). 1. Usia dan jenis kelamin

Kebanyakan kasus terjadi pada pasien dengan usia 40-60 tahun dan biasanya wanita lebih
banyak dari pada pria.

2. DM ( Diabetes Melitus )
Pasien dengan riwayat diabtes melitus memiliki risiko lebih besar

mengalami keterbatasan dalam sendi, tidak hanya dibahu namun pada sendi lainnya. Penggunaan
insulin juga memperbesar resiko kekakuan sendi.

3. Trauma sendi bahu


Pasien yang mengalami cidera atau menjalani operasi pada bahu

dan disertai immobilisasi sendi bahu dalam waktu lama akan beresiko tinggi mengalami frozen
shoulder.

10

4. Aktivitas
Beberapa kegiatan umum termasuk latihan beban, olahraga aerobic,

menari, golf, renang, pemain raket ( badminton, tenis ) dll. Semua kegiatan ini dapat menuntun
kerja yang luar biasa pada otot dan jaringan ikat pada sendi bahu.

2.1.4. Patofisiologi (Suharti dkk., 2018).


Perubahan patologi yang merupakan respon terhadap rusaknya

jaringan lokal berupa inflamasi pada membrane sinovial, penyebabkan perlengketan pada kapsul
sendi dan terjadi peningkatan vicositas cairan sinovial sendi glenohumeral dan selanjutnya
kapsul sendi glenohumeral menyempit. Frozen shoulder atau sering juga disebut Capsulitis
adhesive umumnya akan melewati proses yang terdiri dari beberapa fase yaitu:

1. Fase nyeri (Painfull): berlangsung antara 0-3 bulan. Pasien akan mengalami nyeri secara
spontan yang sering kali parah dan menganggu tidur. Pasien juga takut untuk mengerakan bahu
sehingga menambah kekakuan. Pada fase ini , volume kapsul glenohumeral secara signifikan
berkurang.

2. Fase kaku (Freezing): berlangsung antara 2-9 bulan. Fase ini ditandai dengan hyperplasia
synovial pada sendi glenohumeral, rasa sakit sering kali diikuti dengan fase kaku.

3. Fase beku (Frozen): berlangsung sampai 4-12 bulan. Difase ini patofisiologi sinovial mulai
mereda/membaik dan kapsul sendi. Pasien mengalami keterbatasan lingkup gerak sendi dalam
pola kapsuler yaitu rotasi eksternal paling terbatas, diikuti gerakan abduksi dan rotasi internal.
4. Fase mencair (Trawing phase): berlangsung antara 2-24 bulan. Fase akhir ini digambarkan
sebagai bahu kembali atau mendekati normal.

http://eprints.umg.ac.id/3930/7/bab%202.pdf

http://eprints.undip.ac.id/44811/3/KHALIZA_CITA_K_22010110130170_Bab2KTI.pdf

Anda mungkin juga menyukai