Anda di halaman 1dari 25

Makalah Kimia Dasar

Disusun Oleh:

M Fahri Abdan Syakura. K 03031281924040

Rizki Risno Santoso 03031281924036

Tahun Akademik 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita pernah melihat sesorang yang sedang


membuat kue. Perlu diketahui bahwa kue dibuat menurut resep atau formula
tertentu, yaitu perbandingan antara bahan-bahan yang diperlukan. Hal yang kira-
kira sama juga berlaku dalam reaksi kimia. Setiap senyawa kimia memiliki
komposisi tertentu. Sehingga, untuk membuat suatu senyawa melalui reaksi
kimia, harus diperhitungkan campuran bahan-bahan dalam perbandingan tertentu.
Hal inilah yang menjadi pembahasan dalam makalah ini. Hal-hal yang akan
dibahas yaitu tentang perbandingan unsur-unsur dalam senyawa, serta
perbandingan zat-zat dalam reaksi kimia.Hal yang pertama kita sebut stoikiometri
senyawa, sedangkan yang kedua kita sebut stoikiometri reaksi. Istilah stoikiometri
berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata stoicheion yang berarti unsur, dan
metron yang berarti mengukur. Jadi, stoikiometri berarti perhitungan kimia.
Konsep-konsep yang mendasari perhitungan kimia adalah massa atom relatif,
rumus kimia, persamaan reaksi, dan konsep mol. Oleh karena itu, sebelum masuk
ke dalam perhitungan kimia, akan dibahas berbagai konsep tersebut.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1) Apa-apa saja hukum-hukum dasar dalam perhitungan kimia?

2) Bagaimana langkah-langkah dalam menuliskan persamaan reaksi?

3) Bagaimana perhitungan dengan menggunakan konsep mol?

4) Bagaimana cara menentukan rumus molekul dan empiris suatu senyawa?

1
C. Tujuan

Setelah membahas makalah ini pembaca diharapkan :

1. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam

perhitungan kimia (stoikiometri).

2. Mampu mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik

sederhana serta persamaan reaksinya.

3. Mampu membuktikan dan mengomunikasikan berlakunya hukum-hukum

dasar kimia melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam

menyelesaikan perhitungan kimia

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Rumus Mol

Keterangan:
n = mol suatu zat (mol)
gr = massa suatu zat (gr)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gram/mol)

Mol ekivalen adalah jumlah mol dikali dengan jumlah ion H+ atau ion OH-,
Jika mol zat terlarut mengandung a ion H+ atau ion OH-, maka rumus mol
ekivalen yaitu:

Mol ekivalen = n x a

Keterangan:
a = ekivalen suatu zat
n = mol suatu zat (mol)
untuk kimia asam, 1 mol ekivalen = 1 mol ion H+
untuk kimia basa, 1 mol ekivalen = 1 mol ion OH-

Contoh Soal Menghitung Mol (n)

1. Berapa jumlah mol dari 2 gram NaOH dengan Mr= 40 gr/mol?


Jawab:
n = gram/Mr
n = 2/40
= 0.05 mol

2. Berapa jumlah mol ekivalen dari 10 gram NaOH?


Jawab:
Mol ekivalen = n x a
Mol ekivalen = 10/40 x 1 = 0,25 mol ek
3
2. Molalitas Larutan (m)

Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.

Rumus Molalitas

Keterangan:
m = molalitas suatu zat (molal)
n = mol suatu zat (mol)
p = massa pelarut (gr)

Contoh Soal Menghitung Molalitas

1. 60 gram NaOH dilarutkan dalam 3 kg air, Mr NaOH = 40 gr/mol. Berapa


molalitas NaOH?

Diketahui:
n = 60 gram x 1000 = 60000 mol
p = 3 kg = 3000 gram
Mr = 40

Ditanya m…?

Jawab:
m = n/p
m = (gr x 1000)/(Mr x p)
m = (60 x 1000)/(40 x 3000)
m = 60000/120000
m = 0,5 molal

3. Molaritas Larutan (M)

Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan atau 1 mmol zat
terlarut dalam 1 ml larutan. Satuan molaritas adalah mol/L.

4
Rumus Molaritas

Keterangan:
M = molaritas suatu zat (mol/L)
gr = massa suatu zat (gram)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gr/mol)
V = volume larutan (ml)

Contoh Soal Menghitung Molaritas

1. NaOH 1 M berarti bahwa untuk setiap 1 liter (1000 ml) larutan ini mengandung
1 mol NaOH ((atau 40 gram NaOH).

2. 120 gram NaCl (Mr = 58.5gr/mol) dilarutkan dengan aquadest hingga volume
400 ml. Berapa M NaCl?
M = (gr x 1000) / (Mr x V)
M = (120 x 1000) / (58.5 x 400)
M = 5,1 mol/L

4. Normalitas Larutan (N)

Normalitas adalah jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Satuan
normalitas adalah mol ek/L.

Rumus Normalitas

Keterangan:
N = normalitas ( mol ek/L)
n = mol suatu zat (mol)

5
a = ekivalen suatu zat
V = volume larutan (liter)

Contoh Soal Menghitung Normalitas

1. KOH sebanyak 112 gram dilarutkan dengan aquadest hingga volume 1000 ml
(1 liter), Mr KOH = 56 gr/mol. Berapa normalitas KOH ?
N = (n x a) / V
N = (gr x a) / (Mr x V)
N = (112 x 1) / (56 x 1)
N = 2 mol ek/L

5. Part Per Million (ppm)

Part per million (ppm) atau bagian per juta (bpj) adalah satuan konsentrasi yang
menyatakan perbandingan bagian dalam 1 juta bagian yang lain. ppm dinyatakan
dengan satuan mg/kg atau mg/L.

Contoh ppm
Suatu air minum mengandung besi sebesar 2 ppm artinya bahwa setiap 1 liter air
minum tersebut (massa jenis air = 1) mengandung 2 mg besi.

6. Persen Massa

Simbol satuan persen massa adalah % (b/b).Rumus persen massa yaitu:

Contoh Soal Menghitung Persen Massa

1. NaOH 60% (massa) diartikan bahwa dalam setiap 100 gram larutan ini
mengandung 60 gram NaOH.

2. 20 ml H2SO4 95% (massa jenis = 1.834) terlarut dalam 100 ml air (massa jenis
air = 1), maka besar konsentrasi larutan asam sulfat dalam % ?

6
7. Persen Volume

Simbol satuan persen volum adalah % (v/v). Rumus persen volum yaitu:

Contoh Soal Menghitung Persen Volume

1. Alkohol 65% (volum) diartikan bahwa dalam setiap 100 ml larutan ini
mengandung 65% alkohol dan 35% air.

2. 25 ml alkohol 96% dicampur dengan air 75 ml, maka konsentrasi larutan


alkohol?

8. Pengertian Fraksi Mol

Fraksi mol adalah ukuran konsentrasi larutan yang menyatakan


perbandingan jumlah mol sebagian zat terhadap jumlah mol
total komponen larutan.

7
Fraksi mol juga sering disebut fraksi jumlah dan slalu identik dengan fraksi
angka, yang digambarkan sebagai jumlah molekul suatu konstituen dibangi
dengan jumlah total semua molekul. Konsep ini hanya merupakan salah satu cara
menunjukkan adanya komposisi campuran dengan satuan tak berdimensi. Fraksi
mol kadang-kadang dilambangkan dengan huruf Yunani daripada abjad
Romawi.Dalam perhitungan ilmu kimia banyaknya zat terlarut didalam pelarut
disebut dengan konsentrasi. Konsentrasi larutan sangat perlu dihitung secara tepat
dengan cara menentukan massa zat terlarut dan pelarut.Konsentrasi larutan ini
berupa molalitas, fraksi mol, molaritas dan persen massa. Adapun hal-hal tersebut
akan dijelaskan satu persatu dan dilengkapi dengan rumus masing-masing.
Berikut akan menjelasannya.

Rumus Fraksi Mol

Fraksi mol zat terlarut (Xt) biasa dirumuskan dirumuskan dengan rumus seperti
berikut ini:

Fraksi mol zat terlarut (Xt)

Keterangan :

 Xt : Fraksi mol zat terlarut


 Np : Jumlah mol zat pelarut
 Nt : Jumlah mol zat terlarut

Fraksi mol zat palarut (Xp) biasa dirumuskan dengan rumus seperti berikut ini:

8
9. Hubungan antara Molalitas dengan Persen massa

Persen massa ialah satuan konsentrasi yang juga dapat digunakan


didalam larutan kimia. Contohnya ialah larutan yang biasa kita jumpai sehari-hari
yaitu larutan alkohol 75% dan larutan asam cuka 24%. Persen masa ialah jumlah
gram zat yang terlarut dalam 100 gram massa larutan.

Persamaan yang menunjukkan perhitungan persen massa adalah sebagai berikut :

Hubungan antara Molalitas dengan Molaritas

Molaritas menyatakan sejumlah mol zat terlarut dalam satu liter


larutan. Molaritas bisa dikonversikan menjadi molalitas, caranya dengan merubah
volume larutan menjadi massa larutan. Pengubahan volume menjadi massa
diperlukan data massa jenis larutan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Normalitas ialah besaran yang menyatakan pada jumlah mol ekivalen zat
terlarut didalam tiap satuan volume larutan. Satuan normalitas adalah normal (N)
yang sama dengan mol ekivalen/liter. Normalitas juga memiliki rumus sebagai
berikut :

9
N = ek/V atau N= n.a/V atau bisa juga N = M x a

Keterangan :

ek adalah mol ekivalen yakni jumlah mol dikalikan dengan jumlah ion H+ atau
ion OH-

Contoh Soal Fraksi Mol

Agar lebih memahami tentang pengertian dan rumus fraksi mol, maka sebaiknya
berlatih soal adalah hal yang paling ampuh, dibawah ini contoh – contoh soal
fraksi mol lengkap dengan pembahasannya.

Contoh Soal 1

Sebuah larutan terdiri dari 3 mol zat A, 3 mol zat B, dan 4 mol zat C. Hitung
fraksi mol dari masing – masing zat tersebut ?

Pembahasan :

Diketahui :

 nA = 3
 nB = 3
 nC = 4

Penyelesaian :

XA = nA / (nA + nB +nC)
XA = 3 / (3 + 3 + 4)
XA = 0.3

XA = nA / (nA + nB +nC)
XA = 3 / (3 + 3 + 4)
XA = 0.3

10
XA = nA / (nA + nB +nC)
XA = 4 / (3 + 3 + 4)
XA = 0.4

Jadi total dari XA + XB + XC = 0.3 + 0.3 + 0.4 = 1

10. Persamaan Reaksi


Persamaan reaksi mempunyai sifat:
1. Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.
2. Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.
3. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus yang
berwujud gas perbandingan koefisien juga menyatakan perbandingan
volume asalkan suhu dan tekanannya sama).

Langkah-langkah penulisan persamaan reaksi:


1. Nama-nama reaktan dan hasil reaksi dituliskan. Penulisan ini disebut
persamaan sebutan.
2. Tuliskan persamaan reaksi dengan menggunakan lambang-lambang, yaitu
rumus-rumus kimia zat, dan wujud reaksi. Penulisan ini disebut persamaan
kerangka.
3. Setarakan persamaan kerangka tersebut sehingga diperoleh persamaan
reaksi setara yang disebut persamaan kimia.

Penyetaraan persamaan reaksi sesuai dengan hukum kekekalan reaksi


Lavoisierdan teori atom Dalton. Menurut hukum Lavoisier, pada reaksi kimia
tidak terjadi perubahan massa. Artinya, jumlah dan jenis atom di ruas kiri
(reaktan) sama dengan jumlah dan jenis atom di ruas kanan (hasil reaksi). Sesuai
teori atom Dalton, dalam reaksi kimia tidak ada atom yang hilang atau tercipta,
yang terjadi hanyalah penataan ulang atom-atom reaktan membentuk susunan
baru, yaitu hasil reaksi. Agar jenis dan jumlah atom di ruas kiri sama dengan di
ruas kanan, persamaan reaksi disetarakan (diseimbangkan) dengan cara mengatur

11
angka di depan reaktan dan hasil reaksi. Angka yang diberikan di depan reaktan
dan hasil reaksi disebut koefisien. Angka satu sebagai koefisien tidak dituliskan.

Tahap-tahap penyetaraan persamaan reaksi dapat dilakukan dengan:


1. Tuliskan persamaan kerangka, yaitu persamaan reaksi yang belum setara,
dengan reaktan di ruas kiri dan hasil reaksi di ruas kanan.
2. Tetapkan koefisien zat/senyawa yang lebih rumit adalah satu.
3. Setarakan reaksi dengan mengatur koefisien reaktan dan hasil reaksi yang
lain.
11. Konsep Mol
Mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau molekul-
molekulnya sebesar bilangan Avogadro dan massanya = Mr senyawa itu.
Jika bilangan Avogadro = L , maka:
L = 6,023 x 1023
1 mol atom = L buah atom, massanya = Ar atom tersebut.
1 mol molekul = L buah molekul massanya = Mr molekul tersebut.
Massa 1 mol zat disebut sebagai massa molar zat.
Contoh soal:
Berapa molekul yang terdapat dalam 20 gram NaOH ?
Jawab:
Mr NaOH = 23 + 16 + 1 = 40
mol NaOH = = = 0,5 mol
Banyaknya molekul NaOH = 0,5 × L
= 0,5 × 6,023 x 1023
= 3.01 × 1023 molekul
Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel
Telah diketahui bahwa 1 mol zat X = l buah L partikel zat X, maka
2 mol zat X = 2 × L partikel zat X
5 mol zat X = 5 × L partikel zat X
n mol zat X = n × L partikel zat X
Jumlah partikel = n × L
Contoh soal:

12
Berapa mol atom timbal dan oksigen yang dibutuhkan untuk membuat 5 mol
timbal dioksida (PbO2).
Jawab:
1 mol timbal dioksida tersusun oleh 1 mol timbal dan 2 mol atom oksigen (atau
1 mol molekul oksigen, O2). Sehingga terdapat
Atom timbal = 1 × 5 mol = 5 mol
Atom oksigen = 2 × 5 mol = 10 mol (atau 5 mol molekul oksigen, O2)
1. Masa Atom dan Masa Rumus
a. Massa Atom
Massa atom didefinisikan sebagai massa suatu atom dalam satuan
atomic mass unit (amu) atau satuan massa atom (sma). Satu amu didefinisikan
sebagai kali massa satu atom C-12. Karbon-12 adalah salah satu isotop karbon
yang memiliki 6 proton dan 6 neutron. Unsur ini dijadikan sebagai standar
pembanding sebab unsur ini memiliki sifat yang sangat stabil dengan waktu paruh
yang panjang. Dengan menetapkan massa atom C-12 sebesar 12 sma, kita dapat
menentukan massa atom unsur lainnya. Sebagai contoh, diketahui bahwa satu
atom hidrogen hanya memiliki massa 8,4% dari massa satu atom C-12. Dengan
demikian, massa satu atom hidrogen adalah sebesar 8,4% × 12 sma atau 1,008
sma. Dengan perhitungan serupa, dapat diperoleh massa satu atom oksigen adalah
16,00 sma dan massa satu atom besi adalah 55,85 sma. Hal ini berarti bahwa satu
atom besi memiliki massa hampir 56 kali massa satu atom hidrogen.
b. Massa Atom Relatif (Ar)
Massa atom unsur sebenarnya belum dapat diukur dengan alat penimbang
massa atom, karena atom berukuran sangat kecil. Massa atom unsur ditentukan
dengan cara membandingkan massa atom rata-rata unsur tersebut terhadap massa
rata-rata satu atom karbon-12 sehingga massa atom yang diperoleh adalah massa
atom relatif (Ar).
c. Massa Molekul Relatif
Unsur dan senyawa yang partikelnya berupa molekul, massanya dinyatakan
dalam massa molekul relatif (Mr). Pada dasarnya massa molekul relatif (Mr)
adalah perbandingan massa rata-rata satu molekul unsur atau senyawa dengan
massa rata-rata satu atom karbon-12.Jenis molekul sangat banyak, sehingga tidak

13
ada tabel massa molekul relatif. Akan tetapi, massa molekul relatif dapat dihitung
dengan menjumlahkan massa atom relatif atom-atom pembentuk molekulnya.Mr
= ∑Ar Untuk senyawa yang partikelnya bukan berbentuk molekul, melainkan
pasangan ion-ion, misalnya NaCl maka Mr senyawa tersebut disebut massa rumus
relatif. Massa rumus relatif dihitung dengan cara yang sama dengan seperti
perhitungan massa molekul relatif, yaitu dengan menjumlahkan massa atom relatif
unsur-unsur dalam rumus senyawa itu.
d. Massa Molar
Telah diketahui bahwa satu mol adalah jumlah zat yang mengandung partikel
(atom, molekul, ion) sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram karbon dengan
nomor massa 12 (karbon-12, C-12). Sehingga terlihat bahwa massa 1 mol C-12
adalah 12 gram. Massa 1 mol zat disebut massa molar. Massa molar sama dengan
massa molekul relatif (Mr) atau massa atom relatif (Ar) suatu zat yang dinyatakan
dalam gram.Massa molar = Mr atau Ar suatu zat (gram)Hubungan mol dan massa
dengan massa molekul relatif (Mr) atau massa atom relatif (Ar) suatu zat dapat
dicari dengan:gram = mol × Mr atau Ar
Contoh soal:
Berapa gram propana C3H8 dalam 0,21 mol jika diketahui Ar C = 12 dan
H = 1?
Jawab:
Mr Propana = (3 × 12) + (8 × 1) = 33 g/mol
sehingga,
gram propana = mol × Mr = 0,21 mol × 33 g/mol = 9,23 gram
e. Volume Molar
Avogadro mendapatkan hasil dari percobaannya bahwa pada suhu 0 °C (273
K) dan tekanan 1 atmosfir (76 cmHg) didapatkan tepat 1 liter oksigen dengan
massa 1,3286 gram. Pengukuran dengan kondisi 0 °C (273 K) dan tekanan 1
atmosfir (76 cmHg) disebut juga keadaan STP (Standard Temperature and
Pressure). Pada keadaan STP, 1 mol gas oksigen sama dengan 22,4 liter.Avogadro
yang menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang
bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila jumlah
molekul sama maka jumlah molnya akan sama. Sehingga, pada suhu dan tekanan

14
yang sama, apabila jumlah mol gas sama maka volumenya pun akan sama.
Keadaan standar pada suhu dan tekanan yang sama (STP) maka volume 1 mol gas
apasaja/sembarang berharga sama yaitu 22,4 liter. Volume 1 mol gas disebut
sebagai volume molar gas (STP) yaitu 22,4 liter/mol.Volume gas tidak standar
pada persamaan gas ideal dinyatakan dengan: PV = nRT
keterangan:
P : tekanan gas (atm)
11
V : volume gas (liter)
n : jumlah mol gas
R : tetapan gas ideal (0,082 liter atm/mol K)
T : temperatur mutlak (Kelvin)

D. Rumus Molekul dan Rumus Empiris


Rumus kimia menunjukkan jenis atom unsur dan jumlah relatif masingmasing
unsur yang terdapat dalam zat. Banyaknya unsur yang terdapat dalam zat
ditunjukkan dengan angka indeks.Rumus kimia dapat berupa rumus empiris dan
molekul. Rumus empiris, rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atom-
atom dari unsur-unsur yang menyusun senyawa. Rumus molekul, rumus yang
menyatakan jumlahatom-atom dari unsur-unsur yang menyusun satu molekul
senyawa.Rumus Molekul = (Rumus Empiris) × n
Mr Rumus Molekul = n × (Mr Rumus Empiris)
(n = bilangan bulat)

Untuk menentukan rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa,


dapat ditempuh dengan langkah berikut:
1) Cari massa (persentase) tiap unsur penyusun senyawa.
2) Ubah ke satuan mol.
3) Perbandingan mol tiap unsur merupakan rumus empiris.
4) Untuk mencari rumus molekul dengan cara:
(Rumus Empiris) × n = Mr n dapat dicari nilainya.

15
5) Kemudian kalikan n yang diperoleh dari hitungan, dengan rumus empiris.

Contoh soal:
Suatu senyawa terdiri dari 60% karbon, 5% hidrogen, dan sisanya nitrogen.
Jika Mr senyawa itu = 80 (Ar C = 12 ; H = 1 ; N = 14). Tentukan rumus
empiris dan rumus molekul senyawa itu!
Jawab :
Persentase Nitrogen = 100% - ( 60% + 5% ) = 35%
12
Misal massa senyawa = 100 gram
Maka massa C : N : H = 60 : 35 : 5
Perbandingan mol C : mol H : mol N = 5 : 5 : 2,5
=2:2:1
Maka rumus empiris = C2H2N
(C2H2N) n = 80 (24 + 2 + 14) n = 80 (40) n = 80 n = 2
Jadi rumus molekul senyawa tersebut = (C2H2N) × 2
= C4H4N2

12. Pereaksi Pembatas

Di dalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol zat-zat pereaksi yang


dicampurkan tidak selalu sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini
berarti bahwa ada zat pereaksi yang akan habis bereaksi lebih dahulu.

X + 2Y → XY2

Reaksi di atas memperlihatkan bahwa menurut koefisien reaksi, 1 mol zat X


membutuhkan 2 mol zat Y. Dalam hitungan kimia, pereaksi pembatas dapat
ditentukan dengan cara membagi semua mol reaktan dengankoefisiennya, lalu
pereaksi yang mempunyai nilai hasil bagi terkecil,merupakan pereaksi pembatas.

Contoh soal:

Diketahui reaksi sebagai berikut:

16
S(s) + 3F2(g) → SF6(g)

Jika direaksikan 2 mol S dengan 10 mol F2

a. Berapa mol kah SF6 yang terbentuk?

b. Zat mana dan berapa mol zat yang tersisa?

Penyelesaian :

S + 3F2 → SF6

Dari koefisien reaksi menunjukkan bahwa:

1 mol S membutuhkan 3 mol F2

Kemungkinan yang terjadi:

- Jika semua S bereaksi maka F2 yang dibutuhkan:

mol F2 = × 2 mol S

= 3 × 2 mol

= 6 mol

Hal ini memungkinkan karena F2 tersedia 10 mol.

- Jika semua F2 habis bereaksi, maka S yang dibutuhkan:

mol S = × 10 mol F2

= 0,333 × 10 mol

= 3,33 mol

Hal ini tidak mungkin terjadi, karena S yang tersedia hanya 2 mol.Jadi yang
bertindak sebagai pereaksi pembatas adalah S.

17
Banyaknya mol SF6 yang terbentuk = x mol S

a. mol SF6 = 1 x 2 mol = 2 mol

b. zat yang tersisa adalah F2, sebanyak = 10 mol – 6 mol = 4 mol F2

Soal di atas dapat juga diselesaikan dengan:

- Setarakan reaksinya.

- Semua pereaksi diubah menjadi mol.

- Bagikan masing-masing mol zat dengan masing-masing koefisiennya.

- Nilai hasil bagi terkecil disebut pereaksi pembatas (diberi tanda atau

lingkari).

- Cari mol zat yang ditanya.

- Ubah mol tersebut menjadi gram/liter/partikel sesuai pertanyaan.

Penyelesaian:

S + 3F2 → SF6 2 mol : 10 mol : 2 : 3,33

(Nilai 2 < 3,33)

Berarti zat pereaksi pembatas : S

Sehingga ditulis:

a. mol SF6 = × 2 mol S

= 1 × 2 mol

= 2 mol

18
b. mol F2 yang bereaksi = × 2 mol S

= 3× 2 mol

= 6 mol

mol F2 sisa = mol tersedia - mol yang bereaksi

= 10 mol - 6 mol

= 4 mol

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari seluruh isi dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:

1. Hukum kekekalan massa, hokum perbandingan tetap, dan hokum kelipatan


berganda adalah hukum-hukum dasar kimia.

2. Penyetaraan persamaan reaksi dilakukan dengan memberi koefisien yang tepat


dengan tidak mengubah indeks senyawa.

3. Satu mol setiap zat mengandung partikel sejumlah tetapan Avogadro (L), yaitu
6,023 x 1023. Massa zat bergantung pada jumlah molnya, dimana massa = mol ×
Ar/Mr . Volume molar gas tidak bergantung pada jenisnya, tetapi pada jumlah
mol, suhu, dan tekanan pengukuran, dimana V = mol × Vm . Pada STP Vm = 22,4
liter/mol.

4. Rumus molekul dapat ditentukan dari rumus empiris, jika massa molekul relatif
(Mr) senyawa diketahui. Rumus empiris senyawa dapat ditentukan, jika kadar
unsur-unsurnya diketahui.

5. Konsentrasi suatu senyawa dalam larutan atau kemolaran larutan


dinyatakandengan jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan.

20
B. Saran

Sesuai dengan kesimpulan, maka dapat diberikan beberapa saran yaitu dalam
mengerjakan setiap soal stoikiometri diharapkan memahami dan menguasai
konsep hukum-hukum dasar kimia. Selain itu soal-soal stoikiometri harus
dikerjakan secara teliti. Sebab perhitungan yang diberikan biasanya berbentuk
hitungan bilangan pecahan desimal dan bilangan berpangkat sehingga apabila
tidak teliti dapat menyebabkan kesalahan dalam perhitungan

21
22
DAFTAR PUSTAKA

Djojosuwito, Subandio, dkk. 1994. Kimia 1. Yudhistira: Jakarta.

Parning, dkk. 2007. Kimia 1 SMA. Jakarta : Yudhistira.

Purba, Michael. 2006. Kimia 1 untuk SMA Kelas X. Erlangga:


Jakarta.

Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X Jilid 1. Phibeta


Aneka Gama: Jakarta.

Susilowati, Endang. 2009. Theory and Application of Chemistry 1.


Tiga Serangkai: Solo.

Wiratmo, dkk. 1994. Ilmu kimia Jilid 1. Macanan Jaya Cemerlang:


Klaten.

23

Anda mungkin juga menyukai