Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dengan zat pelarut. Apabila suatu
zat larut (terlarut) larut dalam zat lainnya (pelarut), maka partikel zat terlarut akan menyebar ke
seluruh pelarut dan akan menggantikan posisi yang biasanya ditempati oleh pelarut. Kemudahan
molekul zat terlarut untuk menggantikan posisi molekul pelarut tergantung pada kekuatan
relative dari tiga jenis interaksi yaitu : (1) interaksi pelarut-pelarut ; (2) interaksi zat terlarut-zat
terlarut dan (3) interaksi pelarut-zat terlarut. Untuk memudahkan pemahaman mengenai
terjadinya proses pelarutan suatu zat terlarut dalam suatu pelarut dibedakan dalam tiga tahapan
yaitu : (1) pemisahan molekul-molekul pelarut, (2) pemisahan molekul-molekul zat terlarut
melalui pemutusan ikatan antar molekul dan (3) molekul-molekul terlarut dan pelarut saling
bercampur. Dua jenis zat dengan besar gaya antar molekul relative sama akan saling melarutkan.
Sebagai contoh : Karbon tetraklorida (CCl4) dan benzena (C6H6) adalah dua cairan non polar
yang saling bercampur karena gaya tarik antar molekul CCl4 dan C6H6 adalah setara sehingga
kedua zat tersebut saling melarutkan salam segala perbandingan.
Kelarutan adalah banyaknya zat terlarut yang dapat larut dalam suatu pelarut pada suhu tertentu.
Meskipun suatu zat terlarut dapat dalam suatu pelarut namun jumlahnya sangat terbatas. Atau
dengan perkataan lain ada batas jumlah maksimum zat terlarut dapat larut. Apabila jumlah zat
terlarut masih dibawah jumlah maksimumnya, maka akan dihasilkan larutan belum jenuh.
Sebaliknya, jika jumlah zat terlarut berada diatas jumlah maksimumnya akan dihasilkan larutan
lewat jenuh. Apabila jumlah zat terlarut tepat sama dengan jumlah maksimumnya akan
dihasilkan larutan jenuh. Berdasakan wujud zat yang terlibat dalam suatu peristiwa pelarutan ,
larutan dibedakan atas enam jenis yaitu sebagai berikut :
Pelarut bahan-bahan kimia yang umumnya digunakan di Laboratorium adalah air sehingga air
disebut pelarut universal. Larutan yang dihasilkan disebut larutan berair. Selain air, senyawa
yang tergolong asam, basa maupun senyawa oranik dapat digunakan sebagai pelarut.
Penggunaan pelarut yang sesuai untuk melarutkan sesuatu zat terlarut tergantung pada kesamaan
sifat-sifat fisika maupun sifat-sifat kimia dari zat terlarut dengan zat pelarutnya.
KONSENTRASI LARUTAN
Kuantitas zat terlarut atau zat pelarut dalam suatu larutan dapat dinyatakan dalam bermacam-
macam satuan konsentrasi antara lain :
(1) Bagian perseratus (%) yaitu banyaknya satuan massa atau volum zat terlarut yang terdapat
dalam setiap seratus satuan massa atau volum larutan.
𝑚 𝑉
%m = 𝑚𝑡 . 100 atau %v = 𝑉𝑡 . 100
𝑡 𝑡
(2) Bagian persejuta (bpj) yaitu banyaknya satuan massa atau volum zat terlarut yang terdapat
dalam setiap sejuta satuan massa atau volume larutan.
𝑚 𝑉
bpjm = 𝑚𝑡 . 106 atau bpjV = 𝑉𝑡 . 106
𝑡 𝑡
(3) Molaritas (M) yaitu banyaknya mol zat terlarut yang terdapat dalam setiap satu liter larutan.
1000 𝑚𝑡 1000
M = nt atau M = 𝑀
𝑉𝑡 𝑀𝑡 𝑉𝑡
(4) Normalitas (N) yaitu banyaknya ekivalen zat terlarut yang terdapat dalam setiap satu liter
larutan.
1000 𝑚 1000
N = ekt atau N = 𝑀 𝑡
𝑉𝑡 𝐸 𝑉𝑡
(5) Molalitas (m) yaitu banyaknya mol zat terlarut yang terdapat dalam setiap satu kilogram
pelarut.
1000 𝑚 1000
m = nt atau m = 𝑀 𝑡
𝑉𝑡 𝑀 𝑚𝑝
(6) Fraksi mol (x) yaitu banyaknya mol zat terlarut atau pelarut dalam setiap mol larutan.
𝑛
xt = 𝑛 𝑡
𝑡 +𝑛𝑝
𝑛𝑝
xt = 𝑛
𝑡 +𝑛𝑝
xt + xp = 1
Agar dapat menuliskan rumus konversi dari besaran konsentrasi yang satu besaran
konsentrasi yang lain perlu mengingat rumus umum/satuan dari besaran utama dan besaran
pendukung dari masing-masing konsentrasi. Sebagai contoh, dalam menuliskan rumus
konversi Molaritas (M) menjadi molalitas (m), perlu memahami bahwa besaran utama yaitu
Molaritas larutan (misalkan M = mol/L ; M = mmol/mL) dan molalitas larutan (misalkan m
= mol/kg ; m = mmol/gr) sedangkan besaran pendukung adalah volume larutan (misalkan ᵨ =
g/ml) dan massa molar terlarut (misalkan MM = g/mol)
Langkah – langkah penurunan rumus konversi Molaritas (M) menjadi molalitas (m)
adalah sebagai berikut :