Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Gilang
NPM : E1B023070
Prodi : Kehutanan
Kelompok : 2 (dua)
Hari/Tanggal : Selasa, 19 September 2023
Shift : Kamis, 10.00-12.00
Dosen : 1. Drs. Syafnil, M.Si
2. Dra. Devi Silsia, M.Si
Co-Ass : Icha Agnesia Deyatri (E1G020064)
Objek Praktikum : CARA MENYATAKAN
KONSENTRASI LARUTAN

LABORATURIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023

I
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ....................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3

BAB III METODOLOGI .................................................................................................... 5

3.1 Alat dan Bahan.......................................................................................................... 5

3. 2 Prosedur Kerja ......................................................................................................... 5

BAB IV HASIL PENGAMATAN ..................................................................................... 7

4.1 Hasil Pengamatan................................................................................................... 7-8

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................................... 9-19

BAB VI PENUTUP .......................................................................................................... 20

6.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 20

6.2 Saran ....................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 21

I
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Pelarut
yang umum digunakan adalah air. Untuk menyatakan banyaknya zat terlarut dan
pelarut, dikenal adalah konsentrasi. Zat terlarut merupakan komponen yang
jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah
yang banyak. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur
tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh, larutan tidak jenuh
Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan lebih
banyak daripada zat terlarut yang seharusnya dapat melarut pada temperatur
tersebut. Larutan yang demikian disebut larutan lewat jenuh.

Larutan pada dasarnya yaitu fase yang homogen yang mengandung lebih
dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut
atau solvent. Sedangkan komponen dalam jumlah sedikit disebut zat terlarut atau
solute. Konsentrasi dalam suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang
ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam
beberapa cara. Antara lain molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainya.

Konsentrasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan cepat


atau lambatnya reaksi berlangsung. Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat
terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan. Larutan yang mengandung
sebagian besar solute relatif terhadap pelarut, berarti larutan tersebut konsentrasinya
tinggi atau pekat, sebaliknya bila mengandung sejumlah kecil solut, maka
konsentrasinya rendah atau encer.

Pada umumnya larutan mempunyai beberapa sifat, diantaranya sifat larutan


elektrolit dan larutan non elektrolit. Sifat larutan tersebut mempunyai hubungan erat
dengan konsentrasi dari tiap komponennya. sifat sifat larutan seperti rasa, ph,warna,
dan kekentalan yang bergantung pada jenis dan konsentrasi zat terlarut. Larutan

1
2

dapat dibuat mendapatkan campuran larutan dari dua atau lebih zat. Larutan
memiliki dua sifat yaitu larutan eksoterm dan larutan endoterm.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari melakukan praktikum ini, yaitu :

1.1.1 Menjelaskan berbagai satuan konsentrasi larutan.


1.1.2 Mampu membuat larutan pada berbagai konsentrasi larutan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Larutan adalah campuran homogen yang memiliki komposisi merata atau


sama setiap bagian volumennya. Sutu larutan mengandung suatu zat atau
terlarut atau lebih dari suatu pelarut. Zat terlarut merupakan komponen
komponen yang jumlahnya sangat sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen
yang terdapat dalam jumlah yang sangat banyak. Suatu larutan dengan jumlah
maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum
memcapai titik jenuh fase larutan dapat berupa gas, cair atau fase padat yang
bergantung pada sifat kedua komponen pembentuk kedua larutan (Suardhana,
2012).

Larutan terdiri dari pelarut dan satu atau lebih zat terlarut. Pelarut adalah
senyawa yang ada dalam jumlah paling besar dan zat terlarut adalah senyawa
yang ada dalam jumlah lebih sedikit. Larutan dapat berupa cairan, gas, bahkan
padatan. Sebagai contoh, atmosfer adalah larutan; sebab, udara mengandung
hampir 79% gas nitrogen, yang dianggap sebagai pelarut, dan gas oksigen,
karbondioksida, serta gas lainnya adalah zat terlarut. Sedangkan contoh larutan
dalam bentuk padatan adalah alloy(paduan logam), seperti kuningan (alloydari
Cu dan Zn) dan solder(alloydari Sn dan Pb) (Andy, 2012).

Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan


konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dengan zat
pelarut, dinyatakan dalam satuan volume zat terlarut dalam sejumlah volume
tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan satuan
konsentrasi,yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm, serta
ditambah dengan persen volume (Malik, 2013).

Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur


tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh suatu larutan
kadang kadangdijumpai suatu satu keadaan dengan jat terlarut dalam larutan
lebih banyak dari pada zat terlarut yang seharusnya dapat melarut pada

3
4

temperatur tersebut. Larutan yang demikian disebut larutan lewat jenuh


(Gunawan, 2013).

Banyaknya zat terlarut dapat menghasilkan larutan jenuh, dalam jumlah


tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat
bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut, temperatur dan tekanan.
Meskipunlarutan dapat mengandung banyak komponen, tetapi pada tinjauan
ini hanya di bahas larutan yang mengandung dua komponen,yaitu larutan
biner. Komponen dari larutan biner yaitu pelarut dan zat terlarut (Mesti, 2012).

Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter


larutan. Normalitas menyatakan ekuivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan.
Untuk mengetahui perubahan warna yang dipakai dipakai sebuah indikator.
Indikator adalah zat yang warnannya berbeda dalam linkungan yang sifatnya
berlainan. Indikator asam basa adalah senyawa golongan pewarana yang
mampu memberikan perubahan warna apabila ph dari suatu larutan berubah.
Ada beberapa indikator asam basa diantaranya adala kertas lakmus, larutan
metil, danphenolptalein (Kuswanto, 2014).

Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif


antara zat terlarut dan pelarut.Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa
macam, diantaranya: (Dion, 2012).
1. Persen berat ( % W/W)

2. Persen volume (% V/V)

3. Persen berat per volume (% W/V)

4. Part permillion (ppm) dan part perbillon (ppb)

5. Fraksi mol (fx)

6. Molaritas (M)

7. Molalitas (m)

8. Normalitas (N).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Alat Bahan

1. Pipet 10. H2SO4


2. Pipet gondok 11. NaCL
3. Neraca analitik 12. NaOH
4. Botol semprot 13. Etanol
5. Kaca arloji 14. KIO3
6. Labu ukur 15. Asam Oksalat
7. Bola hisap 16. HCL
8. Sikat tabung reaksi 17. Urea
9. Corong

3. 2 Prosedur Kerja

3.2.1 Membuat Larutan NaCL 1%

Menimbang sebanyak 0,5 gram NaCL dengan neraca analitik, kemudian


melarutkannya dengan aquades didalam labu ukur sampai 50 ml, sampai
tanda batas

3.2.2 Membuat Larutan Etanol 5%

Memipet sebanyak 2,5 ml etanol absolute dengan pipet ukur, kemudian


dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Lalu menambahkan aquades
sampai tandabatas. Mengocok sampai homogen

3.2.3 Membuat Larutan 0,1 M KIO (Mr 214 gr / mol)

Menimbang sebanyak 0,107 gr KIO3 dengan neraca analitik , kemudian


memasukkannya kedalam labu ukur 50 ml ,dan melarutkannya dengan
aquades

5
6

3.2.4 Membuat larutan 0,1 M H2SO4 (Mr 98 gr/ mol)

Memipet sebanyak 0,5 H2SO4 dengn pipet ukur, kemudian


mengencerkannya dengan aquades dslamlabu ukur 50 ml sampai tanda
batas.

 Labu ukur 50 ml diisi terlebih dahulu dengan aquades, kira kira 25


ml, selanjutnya memipetkan H2SO4 ke dalam labu ukur,
selanjutnya menambahkan lagi dengan aquades sampai tanda batas.
Cara seperti ini berlaku untuk membuatlarutan asam kuat dan basa
kuat yang lain.

3.2.5 Membuat larutan 0,1 N HCL (Mr 36,5 gr/mol)

Memipet sebannyak 0.415 ml HCL 37% dengan labu ukur, kemudian


diencerkan
3.2.6 Membuat larutan 0,1 N asam oksalat (Mr H2C2O4. 2 H2O 126 gr/mol)

Menimbang 0,3151 gr asam oksalat dengan neraca analitik,


kemudianmengencerkan dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai
tanda batas.

3.2.7 Membuat larutan 1 N NaOH (Mr 40 gr/mol)

Menimbang 0,2 gr NaOH, kemudian mengencerkannya dengan aquades


dalamlabu ukur 50 ml sampai tanmda batas.

3.2.8 Membuat larutan 1000 ppm Nitrogen (N2) (Mr Urea 60 gr/mol)

Menimbang 0,1086 gr urea, kemudian mengencerkannya dalam labu


ukur 50 mlsampai tanda batas.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan


1. Membuat Larutan NaCL 1%
Menimbang sebanyak 0,5 gram NaCL dengan neraca analitik, kemudian
melarutkannya dengan aquades didalam labu ukur sampai 50 ml, sampai
tanda batas.

2. Membuat larutan etanol 5%

Memipet sebanyak 2,5 ml etanol absolute(=100%) dengan pipet ukur,


kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml dan di encerkan dengan
aquades sampai tanda batas.

3. Membuat larutan 0,01 M KIO3 (Mr 214 gr/mol)

Menimbang sebanyak 0,107 gr KIO3 dengan neraca analitik , kemudian


memasukkannya kedalam labu ukur 50 ml ,dan melarutkannya dengan
aquades .

4. Membuat larutan 0,1 M H2SO4 (Mr 98 gr/mol)

Memipet sebanyak 0,5 H2SO4 dengn pipet ukur, kemudian


mengencerkannya dengan aquades dslamlabu ukur 50 ml sampai tanda
batas.

5. Membuat larutan 0,1 N HCL (Mr 36,5 gr/mol)

Memipet sebannyak 0.415 ml HCL 37% dengan labu ukur, kemudian


diencerkandengan aquades dalam labu ukur 50 ml, sampai tanda batas.

6. Membuat larutan 0,1 N asam oksalat (Mr H2C2O4. 2 H2O 126 gr/mol)

Menimbang 0,3151 gr asam oksalat dengan neraca analitik, kemudian

7
8

mengencerkan dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.

7 . Membuat larutan 1 N NaOH (Mr 40 gr/mol)

Menimbang 0,2 gr NaOH, kemudian mengencerkannya dengan aquades


dalamlabu ukur 50 ml sampai tanmda batas.

8. Membuat larutan 1000 ppm Nitrogen (N2) (Mr Urea 60 gr/mol)

Menimbang 0,1086 gr urea, kemudian mengencerkannya dalam labu ukur


50 mlsampai tanda batas.
BAB V

PEMBAHASAN

Berikut beberapa cara menyatakan konsentrasi larutan:


1. Persen massa (%W/W)

Salah satu cara menyatakan konsentrasi yang paling sederhana adalah dengan
persen massa (pph/part per hundred) komponen dalam suatu larutan, dengan
rumus pph:
% W/W = zat terlarut x
100% Gram zat terlarut+Gram zat
pelarut
2. Persen Volume (%V/V)

Menyatakan volume (mL) zat terlarut dalam volume larutan (mL)


% V/V = mL zat terlarut
x 100%ml zat terlarut+ml zat
pelarut

3. Persen berat per volume

Menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 ml larutan


% W/V = gram zat terlarut
x 100% Ml
larutan
4. Part permillion (ppm) dan part per billion (ppb)

1 ppm = 1 mg zat terlarut atau ppm= berat zat terlarut x 10-6


1 liter larutan berat larutan
1 ppb = 1 mikro zat terlarut atau ppm= berat zat terlarut x 10-9
1 liter larutan berat larutan
5. Fraksi Mol (X)

Fraksi mol adalah perbandingan mol zat terlarut atau pelarut terhadap jumlah

9
10

mollarutan. Rumus fraksi mol adalah


Fraksi mol A = XA = Jumlah mol A .
Jumlah mol semua komponen
Fraksi mol zat terlarut = jumlah mol zat terlarut .
Jumlah mol zat terlarut+jumlah mol zat
pelarut
Fraksi mol pelarut = jumlah mol zat
pelarut .
Jumlah mol zat terlarut+jumlah mol zat pelarut
6. Molaritas (M)

Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Berikut
adalahrumus molaritas:
M= mol zat terlarut
L larutan
Mol zat terlarut (n) = gram zat terlarut
Mr zat terlarut

M= gram zat
terlarut .
Mr zat terlarut x L larutan

7. Molalitas (m)

Molalitas adalah banyaknya mol zat terlarut dalam 1kg(1000g) pelarut.


Berikutadalah rumus molalitas:
m= mol zat terlarut

kg pelarut

8. Normalitas

Menyatakan banyaknya mol ekivalen zat terlarut dalam liter


11

larutan
N= mol ekivalen zat terlarut (Ek)
L larutan
EK = Ekivalen zat terlarut (gram zat terlarut)

Rumus untuk menghitung berat larutan NaCl yang di pakai saat praktikum :

1. Menimbang berat kaca arloji


2. Lalu NaCl dimasukkan ke dalam kaca arloji lalu di timbang lagi
3. Setelah itu untuk mengetahui berat NaCl digunakan perhitungan :
Berat NaCl = (berat kaca arloji + NaCl) – berat kaca arloji
4. Rumus itu digunakan juga untuk larutan yang lainnya.

1. Membuat larutan NaCl 1 %


Ditimbang sebanyak 0,5 gram NaCl dengan neraca analitik, kemudian
dilarutkan dengan aquqdes di dalalm labu ukur 50 ml, sampai tanda batas.
Perhitungannya :

a. Persen Berat Per volume (%W/V),


gram zat terlarut
% W/V = x 100 %
ml larutan

0,5 gram
= x 100 % = 1 %
50 ml

b. Molaritas
50 ml = 0,05 Liter
Mr NaCl = 23+35,5 = 58,5 gr/mol

gram zat terlarut 0,5 gram 0,5 gram


M = Mr zat terlarut x L larutan = gr = gr = 0,171 M
58,5 x 0,05 L 2,925 .L
mol mol

2. Membuat larutan etanol (C2H5-OH) 5 %


Dipipet sebanyak 2,5 ml etanol absolute (=100%) dengan pipet ukur, kemudian
di masukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan diencerkan dengan aquades sampai
tanda batas.
Perhitungannya :
12

a. Persen Berat Per volume (%W/V),


ml zat terlarut
% V/V= ml zat terlarut+ml pelarutx 100 %

ml zat terlarut
5% = x 100 % = 2,5 ml
50 ml

b. Molaritas
MrC2H5OH = (12x2) + 6 + 16 = 46 gr/mol
50 ml = 0,05 Liter

gram zat terlarut 2,5 gr 2,5 gr


M = Mr zat terlarut x L larutan = gr = gr = 1,086 M
46 x 0,05 L 2,3 .L
mol mol

3. Membuat larutan 0,01 M KIO3 (Mr. 214 gram/mol)


Ditimbang sebanyak 0,107 gram KIO3 neraca analitik, kemudian dimasukkan
ke dalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dengan aquades sampai tanda batas.
Perhitungannya :
a. Molaritas
MrKIO3 = 214 gr/mol
50 ml = 0,05 Liter
gram zat terlarut
M = Mr zat terlarut x L larutan
0,107 gr 0,107 gr
= gr = gr = 0,01M
214 x 0,05 L 10,7 .L
mol mol

b. Persen Berat Per volume (%W/V),


gram zat terlarut
% W/V = x 100 %
ml larutan

0,107 gr
= x 100 % = 0,214 %
50 ml

4. Membuat larutan 0,1 M H2SO4 (Mr. 98 gram/mol)


Dipipetkan sebanyak 0,5 ml H2SO4 dengan Pipet ukur, kemudian diencerkan
dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
Perhitungannya :
a. Molaritas
gram zat terlarut 0,5 gr 0,5 gr
M = Mr zat terlarut x L larutan = gr == gr = 0,1 M
98 x 0,05 L 4,9 .L
mol mol
13

b. Persen Volume
ml zat terlarut
% V/V= ml zat terlarut+ml pelarut x 100 %

0,5 ml 0,5 ml
= 0,5 ml+50 mlx 100 % = 50,5 ml x 100 % = 1 %

5. Membuat larutan 0,1 N HCL (Mr. 36,5 gram/mol)


Dipipet sebanyak 0,415 ml HCL 37 % dengan pipet ukur, kemudian diencerkan
dengan aquades dalam labu ukur 50 ml, sampai tanda batas.
Perhitungannya :
a. Normalitas
Mr 36,5 gr/mol
BE = = mol = 36,5 gr/EK
n 1
EK

37 / 100 x 0,415 = 0,15355 gram

gram zat terlarut 0,15355 gram


EK = = = 0,0042 EK
BE 36,5 gr/EK

Mol Ekivalen zat terlarut (EK) 0,0042 EK


N= = = 0,08 N
L larutan 0,05 L

b. Persen Volume
ml zat terlarut
% V/V= ml zat terlarut+ml pelarut x 100 %

0,415 ml 0,415 ml
= 0,415 ml+50 mlx 100 % = 50,415 ml x 100 % = 0,823 %

6. Membuat larutan 0,1 N asam oksalat (Mr. H2C2O4. 2 H2O. 126 gram/mol)
Ditimbang 0,3151 gram asam oksalat dengan neraca analitik, kemudian
diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
Perhitungannya :
a. Normalitas
Mr 126 gr/mol
BE = = = 63 gr/EK
n 2 gr/mol

gram zat terlarut 0,3151 gr


EK = = = 0,005 EK
BE 63 gr/EK

Mol Ekivalen zat terlarut (EK)


N= L larutan

0,005 EK
= = 0,1 N
0,05 L
14

b. Persen Berat Per volume (%W/V),


gram zat terlarut
% W/V = x 100 %
ml larutan

0,3151 gr
= x 100 % = 0,6302 %
50 ml

c. Molaritas
MrH2C2O4. 2 H2O= 126 gr/mol
50 ml = 0,05 Liter

gram zat terlarut


M = Mr zat terlarut x L larutan

0,3151 gr 0,3151 gr
= 126 gr/mol x 0,05L = 6,3 gr/mol.L = 0,05 M

7. Membuat larutan 1 N NaOH (Mr. 40 gram/mol)


Ditimbang 0,2 gram NaOH, Kemudian diencerkan dengan aquades dalam labu
ukur 50 ml sampai tanda batas.
Perhitungannya :
a. Normalitas
Mr 40 gr/mol
BE = = = 40 gr/EK
n 1 mol/EK

gram zat terlarut 0,2 gr


EK = = 40 gr/EK = 0,005 EK
BE

Mol Ekivalen zat terlarut (EK)


N= L larutan

0,005 EK
= = 0,1 N
0,05 L

b. Persen Berat Per volume (%W/V)


gram zat terlarut
% W/V = x 100 %
ml larutan

0,2 gr
= 50 mlx 100 % = 0,4 %

c. Molaritas
MrNaOH = 40 gr/mol
50 ml = 0,05 Liter
15

gram zat terlarut


M = Mr zat terlarut x L larutan

0,2 gr 0,2 gr
= 40 gr/mol x 0,05L = = 2 gr/mol.L = 0,1 M

8. Membuat larutan 1000 ppm Nitrogen (N2) (Mr. urea 60 gram/mol)


Ditimbang 0,1086 gram urea, kemudian diencerkan dengan aquades dalam labu
ukur 50 ml sampai tanda batas.
Perhitungannya :
a. Ppm (Part Per Million)
berat zat terlarut 0,1086 gr
Ppm = x 106 = x 106
berat larutan 50 gr

= 2172
b. Molaritas
Mr urea = 60 gr/mol
50 ml = 0,05 Liter

gram zat terlarut 0,1086 gr 0,1086 gr


M = Mr zat terlarut x L larutan = gr = gr = 0,0362 M
60 x 0,05L 3 .L
mol mol

9. Persen massa (%W/W)


Salah satu cara menyatakan konsentrasi yang paling sederhana adalah dengan
persen massa (pph/part per hundred) komponen dalam suatu larutan, dengan
rumus pph:

% W/W = zat terlarut x 100%


Gram zat terlarut+Gram zat pelarut
10. Persen Volume (%V/V)

Menyatakan volume (mL) zat terlarut dalam volume larutan (mL)


% V/V = mL zat terlarut x 100%
ml zat terlarut+ml zat pelarut
11. Persen berat per volume

Menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 ml larutan


% W/V = gram zat terlarut x 100%
Ml larutan
16

12. Part permillion (ppm) dan part per billion (ppb)

1 ppm = 1 mg zat terlarut atau ppm= berat zat terlarut x 10-6


1 liter larutan berat larutan
1 ppb = 1 mikro zat terlarut atau ppm= berat zat terlarut x 10-9
1 liter larutan berat larutan

13. Fraksi Mol (X)


Fraksi mol adalah perbandingan mol zat terlarut atau pelarut terhadap jumlah
mollarutan. Rumus fraksi mol adalah
Fraksi mol A = XA = Jumlah mol A .
Jumlah mol semua komponen
Fraksi mol zat terlarut = jumlah mol zat terlarut .
Jumlah mol zat terlarut+jumlah mol zat pelarut

Fraksi mol pelarut = jumlah mol zat pelarut .


Jumlah mol zat terlarut+jumlah mol zat pelarut
14. Molaritas (M)
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Berikut
adalahrumus molaritas:

M= mol zat terlarut


L larutan
Mol zat terlarut (n) = gram zat terlarut
Mr zat terlarut

M= gram zat
terlarut .
Mr zat terlarut x L larutan
15. Molalitas (m)
Molalitas adalah banyaknya mol zat terlarut dalam 1kg(1000g) pelarut.
Berikutadalah rumus molalitas:
17

m= mol zat terlarut

kg pelarut

16. Normalitas

Menyatakan banyaknya mol ekivalen zat terlarut dalam liter


larutan
N= mol ekivalen zat terlarut (Ek)
L larutan
EK = Ekivalen zat terlarut (gram zat terlarut)

Pembahasan :
Larutan atau dalam bahasa Inggrisnya solution yang pada dasarnya adalah
campuran homogen antara dua zat atau lebih yang memiliki komposisi merata atau
serba sama di seluruh bagian volumenya.

Larutan standart adalah larutan yang mengandung regensia dengan bobot


yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam larutan. Larutan standart
sekunder adalah suatu zat yang dapat digunakan untuk standarisasi yang kandungan
zat aktifnya telah ditentukan dengan perbandingan terhadap suatu stardart primer.
Contoh larutan standart sekunder adalah HCl. Sedangkan larutan standart primer
adalah larutan yang digunakan untuk menstandartkan larutan-larutan yang dibuat
dalam laboratorium dengan menggunakan perhitungan. Contoh larutan primer
adalah NaOH.

Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut,


dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume
tertentu dari pelarut. Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan fisik yaitu, persen
berat ( % W/W), persen volume (% V/V), persen berat-volume( %W/V), gram zat
terlarut dalam satu liter larutan, milligram zat terlarut dalam satu milliliter larutan :
parts per mllion (ppm : bagian per sejuta), parts per billion (ppb : bagian per
milliard). Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan kimia yaitu, kemolaran (M),
kenormalan (N), keformalan (F), kemolalan (m) dan fraksimol .
18

Cara Membuat Konsentrasi Larutan

Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan:

1) Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang


diinginkan. Berapa volum atau massa larutan yang akan dibuat.
2) Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui
dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut
sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama.
3) Pembuatan konsentrasi larutan dengan cara mengencerkan

Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)


dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah
panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat
pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus
ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam
asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat
menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik.
Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit.

4) Pembuatan konsentrasi pada proses titrasi

Agar titrasi dapat berlangsung dengan baik, yang harus diperhatikan adalah :

a) Interaksi antara pentiter dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara
stoikiometri, artinya sesuai dengan ketetapan yang dicapai dengan peralatan
yang lazim digunakan dalam titrimetri. Reaksi harus sempurna sekurang-
kurangnya 99,9 % pada titik kesetaraan.
b) Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi berlangsung dengan cepat.
Berat ekivalen tergantung pada :
a. Asam-basa, berat gram ekivalen adalah berat dalam gram suatu zat
yang diperlukan untuk bereaksi dengan 1 mol ion H+ atau ion OH-.
b. Reaksi oksidari dan reduksi, berat gram ekivalen adalah berat dalam
gram suatu zat yang diperlukan untuk bereaksi dengan 1 mol
electron (e-).
19

c. Pengandapan dan pembentukan ion kompleks, berat ekivalen adalah


berat dalaam gram yang diperlukan untuk bereaksi dengan 1 mol
½
kation univalent, mol kation divalent, 1/3 mol kation trivalent, dst.
Fungsi perlakuan pada pembuatan HCl, pertama - tama dihitung terlebih
dahulu, untuk mengetahiu massanya, lalu massa yang ada ditimbang agar massa
HCl tersebut sesuai dengan yang ada. Setelah itu larutan HCl diaduk sampai larut
agar larutan dapat terlarut sempurna. Sehingga membentuk suatu larutan homogen.

Dari hasil perhitungan yang di dapati, saya tidak dapat membandingkan


dengan literatur lainnya, karena ketidak tersediaannya literatur yang membahas
lengkap mengenai pembuatan larutan tersebut satu per satu. Akan tetapi di sini saya
mendapati hasil yang tidak jauh berbeda dari Buku Penuntun Praktikum sendiri.
Hanya, apabila terdapat kekeliruan, semata-mata faktor human error atau kesalahan
pada saat perhitungan itu sendiri yang dilakukan praktikan.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :

1. Konsentrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan


kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut.
2. Beberapa konsentrasi larutan yaitu meliputi Persen Berat ( % w/w), Persen
Volume ( %V/V), Persen Berat per Volume ( %W/V), Part permilion
(ppm), Part perbilion (ppb), Fraksi Mol (Fx), Molaritas (M), Molalitas (m),
dan Normalitas (N).
3. Dari hasil perhitungan dapat diambil contoh larutan pada berbagai
konsentrasi sbb : Membuat Larutan NaCL 1%
Ditimbang sebanyak 0.5 % gram NaCl dengan neraca analitik, kemudian
dilarutkan dengan aquades di dalam labu ukur 50 ml, sampai tanda batas

6.2 Saran
1. Pada saat percobaan praktikan harus mengerti bagaimana cara perhitungan
larutan pada berbagai konsentrasi
2. Pada saat percobaan praktikan juga harus tau beberapa macam jenis
konsentrasi larutan dan satuannya
3. Pada percobaan praktikan harus tertib dalam mendengarkan Ko-ass
menjelaskan berbagai larutan yang digunakan

20
DAFTAR PUSTAKA

Utomo, S. 2015. Pengaruh Konsentrasi Larutan NaNO2 Sebagai Inhibitor Terhadap


Laju Korosi Besi dalam Media Air Laut. Jurnal Teknologi. Vol.7 (2) : 93-
103

Budiman , A. 2012. Studi Eksperimental Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap


Laju Pelepasan Material Pada Proses Electrochemical Mechining. Jurnal
Teknik Pomits. Vol.1 (1) : 1-5.

Adha. S. D. 2015. Pengaruh Konsentrasi Larutan HNO3 dan Waktu Kontak


Terhadap Desorpsi Kadmium (II) yang Terikat Pada Biomassa Azolla
Micropylla-Sitrat. Kimia Student Journal. Vol.1 (1) : 636-642.

Khikmah, N. 2015. Pengaruh Konsentrasi NaOH dan Laju Alir pada Penentuan
Kreatinin Dalam Urin Secara Sequential Injection Analysis. Kimia Student
Journal. Vol.1 (1) : 613-615.

21

Anda mungkin juga menyukai