Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Kepolisian adalah salah satu aparat penegak hukum yang tersedia hampir di seluruh
negara di dunia yang bertugas untuk memberikan pelayanan dan keamanan kepada
masyarakat. Di Indonesia, kepolisian nasional dinaungi oleh lembaga Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Polri). Banyaknya tindakan kasus kejahatan di masyarakat mengarahkan
pada pembentukan kebutuhan personel kepolisian yang dapat memberikan rasa aman dan
nyaman bagi seluruh masyarakat. Akademi Kepolisian (AKPOL) merupakan sebagai salah
satu upaya negara dan lembaga pendidikan polisi untuk menyiapkan calon-calon pimpinan
kepolisian pada masa yang akan datang. AKPOL diharapkan menjadi tempat untuk
membentuk polisi yang sesuai dengan harapan di masyarakat dan dapat menjadi aparatur
penegak hukum, pelindung, pengayom dan dapat memberikan pelayanan keamanan di
masyarakat serta menjadi panutan dalam menghargai hak-hak manusia. Berdasarkan
Peraturan Kapolri Nomor 21 Tahun 2010, AKPOL bertujuan menyelenggarakan pendidikan
pembentukan Perwira Polri tingkat Akademi dan lama pendidikan adalah 4 tahun (8
Semester) dengan output pangkat Inspektur Polisi Dua (Ipda). Pendekatan pendidikan melalui
metode pembelajaran, pelatihan, dan pengasuhan. AKPOL tergabung sebagai anggota
INTERPA (International Association of Police Academies) dari 36 negara anggota lainnya.
Akademi Kepolisian setiap tahunnya selalu membuka penerimaan taruna dengan kuota 100
hingga 200 dengan total rata-rata pendaftar 6000 pendaftar dari seluruh Indonesia. dengan
begitu ada sebanyak 5800 hingga 5900 yang gagal untuk melanjutkan ke akademi kepolisian,
termasuk anak polisi. Kegagalan yang dialami oleh peserta tes akpol dapat memberikan
dampak tertentu bagi diri mereka.

Resiliensi merupakan kemampuan individu untuk melakukan respon dengan cara


yang sehat dan produktif ketika berhadapan dengan penderitaan (adversity) atau trauma, di
mana hal tersebut sangat penting untuk mengendalikan tekanan hidup sehari-hari. Menurut
Reivich & Shatté (dalam Mulyani, 2011:3) mengatakan bahwa “resiliensi merupakan mind-
set yang memungkinkan manusia mencari berbagai pengalaman dan memandang hidupnya
sebagai suatu kegiatan yang sedang berjalan”. “Resiliensi menciptakan dan mempertahankan
sikap positif dari individu”. “Resiliensi memberi rasa percaya diri untuk mengambil
tanggungjawab baru dalam pekerjaan, tidak malu untuk mendekati seseorang yang ingin
dikenal, mencari pengalaman yang akan memberi tantangan untuk mempelajari tentang diri
sendiri dan berhubungan lebih dalam dengan orang lain”. Manusia membutuhkan resiliensi
agar mampu bangkit dari penderitaan (adversity), bila biasanya penderitaan (adversity) dapat
menyebabkan depresi atau kecemasan, dengan kemampuan resiliensi seseorang akan dapat
mengambil makna dari kegagalan dan mencoba lebih baik dari yang pernah ia lakukan,
sehingga menurunkan resiko depresi atau kecemasan (Mulyani, 2011). Kebanyakan orang
menganggap dirinya cukup memiliki resiliensi, padahal sebenarnya kebanyakan orang tidak
siap secara emosional ataupun psikologis untuk menghadapi penderitaan (adversity). Setiap
orang beresiko untuk putus asa dan merasa helpless (tidak berdaya), namun demikian,
walaupun seseorang bisa memiliki resiliensi dalam area spesifik dalam kehidupannya, namun
mungkin masih membutuhkan pertolongan untuk mengatasi penderitaan (adversity) pada
area kehidupan yang lain (Reivich dan Shatté dalam Mulyani, 2011). Jadi, tidak ada orang
yang tidak membutuhkan resiliensi karena pada dasarnya setiap manusia pernah, sedang atau
akan mengalami penderitaaan (adversity) dalam satu atau beberapa area kehidupannya
(Mulyani, 2011). Tekanan psikologis yang terjadi dalam kehidupan merupakan proses yang
yang tidak terkecuali di alami oleh individu. Salah satunya adalah tekanan akademik yang
dialami oleh mahasiswa baru akademik kepolisian. Perbedaan cara dari setiap individu adalah
dalam beradaptasi dengan tekanan-tekanan tersebut. Bagi yang mampu beradaptasi dengan
baik, individu akan mengahasilkan performa-performa positif dalam hidupnya, sebaliknya
bagi individu yang kurang mampu beradaptasi akan tetap berada dalam kondisi yang tidak
menyenangkan. Tergantung pada mahasiswa menyikapi masalah yang ada di dalam
dirinya..Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk menyusun sebuah tugas akhir yang
berjudul "Gambaran resiliensi anak polisi yang tidak lolos seleksi akademi kepolisian" Dalam
laporan ini akan membahas mengenai gambaran resiliensi anak polisi yang tidak lulus akpol.

Daftar Pustaka

Afhami, Sahal. ―Standard Bank Credit Agreement Based on the Value of.‖ International
Journal of Law Reconstruction I, no. 1 (2017): 55–73.

Agung, A M Afdal Batara, South Sulawesi, Nurfaidah Said, South Sulawesi, Sri
Susyanti Nur, dan South Sulawesi. ―Legal Analysis Of The Official Issuing Land Deeds
And Notary In A Different Position Of Place‖ 1, no. 2 (2017): 195–211.

Mathur, R., & Sharma, R. (2015). Academic stress in relation with optimism and
resilience. International Research Journal of Interdisciplinary & Multidisciplinary Studies
(IRJIMS) A Peer-Reviewed Monthly Research Journal, 1(7), 129–134. Retrieved from
http://www.irjims.com

Misra, R., & Castillo, L. G. (2004). Academic stress among college students:
Comparison of American and international students. International Journal of Stress
Management, 11(2), 132–148. https://doi.org/10.1037/1072-5245.11.2.132

Roli, J. A. (2018). Academic stress, resilience, peer relation, and teacher support as
predictors of undergraduates ’ academic confidence. Journal of Education and Practice, 9(27),
1–7.

Savitri, A. H., Siswati, Purwanti, D. A., Kustanti, E. R., Priasmoro, D. P., … Bulut, S.
(2015). Compare Resilience of Families with Mentally Retarded Children and Family with
Normal Children. Social Psychology of Education, 5(1), 20–26.
https://doi.org/10.1177/0013164405282461

Anda mungkin juga menyukai