Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Neo Konseling

Volume 00 Number00 20XX


ISSN: Print 1412-XXXX – Online XXXX-XXXX
DOI: 10.24036/xxxxxxxxxxx-x-xx
Received Month DD, 20YY; Revised Month DD, 20YY; Accepted Month DD, 20yy
Avalaible Online: http://neo.ppj.unp.ac.id/index.php/neo

Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Altruistik


Mahasiswa Keperawatan
Eka Nurlaili1, Nurfarhanah2
Universitas Negeri Padang
*Penulis Korespondensi, e-mail:
nurfarhanah@fip.unp.ac.id.

Abstrak
Mahasiswa dianggap mampu merasakan, memahami dan peduli terhadap sesama
maupun bagi orang lain. Tuntutan mahasiswa terhadap lingkungan salah satunya adalah
membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun dari orang lain atau disebut dengan
perilaku altruistik. Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak perilaku mahasiswa yang tidak
melalukan perilaku altruistik tersebut. Kepedulian yang dimiliki oleh mahasiswa untuk
lingkungan serta orang lain disekitarnya semakin hari kian meluntur. Mahasiswa cenderung lebih
mengenakan motif untuk hidup dengan lebih mendahulukan kepentingan diri sendiri barulah
orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) kecerdasan emosional, (2) perilaku
altruistik, dan (3) menguji hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku altruistik. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif korelasional.
Populasi penelitian adalah mahasiswa prodi keperawatan STIKes Zyedza Saintika Padang yang
berjumlah 277 orang mahasiswa, dengan sampel sebanyak 164 orang mahasiswa yang dipilih
dengan teknik probability sampling dengan proportional stratified random sampling. Pengumpulan data
menggunakan instrument angket kecerdasan emosional dan instrument angket perilaku altruistik
dengan menggunakan skala model Likert. Untuk melihat hubungan kedua variabel menggunakan
Pearson Correlation Product Moment dengan bantuan program SPSS for windows vs 20.0. Hasil
penelitian ini menemukan: 1) kecerdasan emosional secara keseluruhan berada pada kategori
sering menggunakan kecerdasan emosioanl dengan baik , 2) perilaku altruistik secara keseluruhan
berada pada kategori sering berperilaku altruistik, 3) terdapat hubungan yang positif signifikan
antara kecerdasan emosional dengan perilaku altrusitik dengan rhitung > rtabel yaitu 0.438 > 0.159
dengan taraf signifikan sebesar 0,05.

Kata Kunci: Kecerdasan Emosional, Perilaku Altruistik

How to Cite: Nurlaili, E. & Nurfarhanah. 2022. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan
Perilaku Altruistik Mahasiswa Keperawatan. Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri
Padang. Jurnal Neo Konseling, Vol (N): pp. XX-XX, DOI:10.24036/XXXXXXXXXX-X-XX

This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution
License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium,
provided the original work is properly cited. ©2019 by author

Pendahuluan
Menurut Sudirman, Daharnis & Marjohan (2013) pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan
untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan perannya di masa depan. Menurut Elwijaya,
Neviyarni & Irdamurni (2021) pendidikan merupakan suatu sistem. Sebagai suatu sistem, memiliki
beberapa komponen, diantaranya adalah siswa, tujuan pendidikan, lingkungan pendidikan, serta alat
pendidikan. Pendidikan bukan hanya pembelajaran yang mampu mengembangkan intelektual, akan tetapi
bertujuan pada kematangan emosi dan perkembangan sosial yang secara tidak langsung menunjang
tercapainya tujuan pendidikan nasional (Fitriana, Puspita, Suhaili, Netrawati, Karneli & Yahanan, 2021).
Belajar di perguruan tinggi merupakan proses yang panjang dan mengembangkan kehidupan mahasiswa

1
Eka Nurlaili1, Nurfarhanah2

secara berkualitas (Antoni & Sano, 2021).


Mahasiswa merupakan individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Keinginan
mahasiswa untuk mengeyam pendidikan tinggi adalah karena dilatarbelakangi oleh cita-cita mereka,
diantaranya adalah untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Idealnya seorang mahasiswa yang
bakal jadi pendidik punya konsep yang baik (Junaidi & Neviyarni, 2022). Salah satu tugas perkembangan
yang harus dikuasai oleh mahasiswa dimana masih tergolong remaja akhir adalah tugas yang
berhubungan dengan perkembangan sosial (Gustia & Mudjiran, 2020). Pengembangan diri tidak sebatas
pada bidang akademik saja, akan tetapi pada bidang sosial juga perlu untuk dikembangkan atau
diaplikasikan kepada lingkungan sekitar. Mahasiswa sebagai makhluk sosial tentunya tidak terlepas dari
komunikasi antar sesama (Fauzan, Ilyas & Ardi, 2020).
Mahasiswa dianggap mampu merasakan, memahami dan peduli terhadap sesama maupun bagi
orang lain. Tuntutan mahasiswa terhadap lingkungan salah satunya adalah membantu orang lain tanpa
mengharapkan imbalan apapun dari orang lain atau disebut dengan perilaku altruistik (Nashori, 2008).
Menurut Neli dan Sukmawati (2019) altruistik didefinisikan sebagai suatu tindakan menolong
secara sukarela tanpa mengharapkan keuntungan apapun dari orang yang telah diberikan pertolongan baik
dari segi sosial maupun material. Motif altruistik merupakan suatu perbuatan secara ikhlas untuk
menolong orang lain baik melalui fisik, materi atau psikologis yang diberikan secara murni, tulus tidak
meminta imbalan bayaran apapun untuk dirinya yang didasari motivasi untuk meningkatkan
ketenteraman dan keamanan orang lain (Putri, Firman & Neviyarni, 2019). Hal tersebut berkenaan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati (2012) menyatakan bahwa seseorang yang
melakukan perilaku altruistik, karena dalam diri orang itu tertanam rasa empati.
Menurut Taufik dalam Sari & Sano (2019) empati adalah suatu tindakan yang munculnya setelah
terjadinya suatu proses interaksi, yang kemudian akan meningkatkan hubungan sosialnya. Seseorang yang
mengalami emosi yang intens, seperti cinta, kemarahan, ketakutan, atau kegembiraan, dan menunjukkan
emosi itu tiba-tiba tanpa refleksi, menunjukkan perilaku empatik (Junaidi, Neviyarni, Mudjiran, &
Nirwana, 2022).
Seiring berjalannya waktu, kepedulian yang dimiliki oleh mahasiswa untuk lingkungan serta orang
lain disekitarnya semakin hari kian meluntur. Mahasiswa cenderung lebih mengenakan motif untuk hidup
dengan lebih mendahulukan kepentingan diri sendiri barulah orang lain. Kasus yang sesuai dengan hal
tersebut yaitu dalam artikel yang ditulis oleh Galih Irawan (2012) yang berjudul “Karakter Sang Pemegang
Tongkat Estafet Bangsa” mengungkapkan bahwa karakter mahasiswa cenderung egois, mahasiswa lebih
mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan bersama, seringkali seorang mahasiswa
menganggap teman lain sebagai pesaing yang harus dikalahkan.
Berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan peneliti kepada mahasiswa Keperawatan STIKes
Syedza Saintika Padang. Mahasiswa menyadari bahwa sebagai makhluk sosial tidak dapat bertahan hidup
tanpa ada bantuan dari manusia yang lainnya. Tetapi, mahasiswa juga mengakui lebih berkumpul dengan
sahabat masing-masing sehingga lebih memperioritaskan untuk menolong sahabat dekatnya dibanding
orang lain, dan akan memilih untuk menolong orang yang pernah menolongnya seperti balas budi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku altruistik seseorang sangat berkaitan dengan
kecerdasan emosional seseorang. Salah satu ciri kecerdasan emosional adalah pengaturan diri, dimana
seseorang akan memberikan pertolongan jika dihadapkan pada keadaan darurat, dalam keadaan tertekan
seseorang yang mampu melakukan aktivitas lainnya. Selain faktor-faktor yang sudah disebutkan di atas,
kecerdasan emosional juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku altruistik
(Zeindner, dkk, 2009).
Menurut Goleman dalam (Nurva dan Zikra, 2020) kecerdasan emosi atau emotional intelligence
merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungan dengan orang lain. Menurut Sumardi dalam (Irsandef1, Taufik, Netrawati, 2018) kecerdasan
emosional merupakan kemampuan seseorang mengelola emosi dalam kaitannya dengan orang lain atau

Jurnal Neo Konseling, Open Access Journal: http://neo.ppj.unp.ac.id/index.php/neo


Eka Nurlaili1, Nurfarhanah2

rangsangan dari luar. Kecerdasan emosi dapat menempatkan emosi seseorang pada porsi yang tepat,
memilah kepuasan dan mengatur suasana hati (Illahi, Neviyarni, Said, & Ardi, 2018; Oktavia &
Netrawati, 2019). Menurut Hairani1, Neviyarni & Irdamurni (2021) seseorang yang mampu mengelola
emosi yang baik maka anak tersebut dapat dikatakan memiliki kecerdasan emosi yang baik.
Aspek kecerdasan emosional terdiri dari mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan. Peneliti menentukan kecerdasan emosional
sebagai variabel bebasnya karena peneliti mengacu bahwa aspek-aspek yang ada dimungkinkan dapat
melihat berbagai potensi-potensi yang ada pada diri mahasiswa sesuai dengan yang diinginkan.
Mahasiswa keperawatan yang merupakan calon tenaga kesehatan yaitu sebagai calon perawat diharapkan
selain memiliki perilaku altruistik yang tinggi juga dituntut untuk cerdas dalam memahami dan juga
merasakan, apa yang sedang dirasakan oleh orang lain, hal ini disebut dengan kecerdasan emosional.
Pada kenyataannya masih banyak mahasiswa keperawatan dan bahkan seorang perawat yang tidak
professional dalam memberikan asuhan pelayanan kesehatan kepada pasien, hal ini peneliti temukan dari
hasil wawancara dengan mahasiswa keperawatan pada observasi awal, subjek mengatakan bahwa banyak
mahasiswa keperawatan dorong-dorongan dalam melayani pasien yang datang dan banyak pula berita
yang tersebar di internet mengenai masih buruknya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat di
Indonesia. Salah satunya adalah berita yang terjadi di Tanjung Bingkung, Kabupaten Solok, Sumatera
Barat bahwa seluruh pegawai Puskesmas termasuk para perawat menolak korban kecelakan karena sudah
tak lagi jam kerja (Putra, 2021).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk menguji dan meneliti apakah ada hubungan
antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruistik pada mahasiswa keperawatan.

Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif korelasional yang
bertujuan mendeskripsikan kecerdasan emosional (X) dan perilaku altruistik (Y), serta mencari hubungan
kecerdasan emosional dan perilaku altruistik. Populasi penelitian ini seluruh mahasiswa angkatan 2018-
2021 yang berjumlah 277 orang mahasiswa dengan sampel sebanyak 164 orang mahasiswa yang dipilih
dengan probability sampling dengan proportional stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah
angket kecerdasan emosional dan perilaku altruistik. Data yang dikumpulkam dianalisis menggunakan
statistik deskriptif dan teknik Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS for windows 20.0.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan temuan penelitian berkenaan dengan kecerdasan emosional, dapat diamati pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional (n=164)

Interval Kategori f %
≥ 137 Sangat Tinggi 24 14,63
111-136 Tinggi 112 68,30
85-110 Sedang 28 17,07
59-84 Rendah 0 0,00
≤ 58 Sangat Rendah 0 0,00
Jumlah 164 100
Dari tabel 1, dapat diketahui hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan memiliki
tingkat kecerdasan emosional dengan kategori tinggi sebanyak 6,30 %, kategori sangat tinggi sebanyak
14,63%, kategori sedang sebanyak 17,07%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
mahasiswa keperawatan memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi.

Jurnal Neo Konseling, Open Access Journal: http://neo.ppj.unp.ac.id/index.php/neo


Eka Nurlaili1, Nurfarhanah2

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perilaku Altrusitik (n=164)

Interval Kategori f %
≥ 136 Sangat Tinggi 42 25,61
110-135 Tinggi 92 56,10
84-109 Sedang 29 17,68
58-83 Rendah 1 0,61
≤ 57 Sangat Rendah 0 0,00
Jumlah 164 100
Dari tabel 2, dapat diketahui hasil penelitian menunjukkan mahasiswa keperawatan memiliki
perilaku altruistik dengan kategori tinggi sebanyak 56,10%, kategori sangat tinggi sebanyak 25,61%,
kategori sedang sebanyak 17,68%, dan kategori rendah sebanyak 0,61%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa keperawatan memiliki tingkat perilaku altruistik yang
tinggi.
Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Altruistik
Temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan
emosional (X) dan perilaku altrusitik (Y) dengan nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional (X)
dengan perilaku altruistik (Y) adalah 0,438 dengan signifikan 2-tailed sebesar 0,000. Dengan menggunakan
perbandingan r-tabel dan r-hitung pada taraf signifikan 0.05 maka dari tabel di atas diketahui r-hitung
kecerdasan emosional dan perilaku altrustik lebih besar dari r-tabel, yaitu r-hitung sebesar 0.438,
sedangkan r-tabel adalah sebesar 0.159. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini dapat diterima.

Tabel 3. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Altruistik

Correlations
Kecerdasan Emosional Perilaku Altruistik
Pearson
1 .438**
Kecerdasan Correlation
Emosional Sig. (2-tailed) .000
N 164 164
Pearson
.438** 1
Perilaku Correlation
Altruistik Sig. (2-tailed) .000
N 164 164
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel 3, diperoleh hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku altrusitik yang
diolah menggunakan bantuan SPSS versi 20.0, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruistik, dengan koefisien sebesar 0,438 dengan nilai
signifikan Sig. (2-tailed) sebesar 0.000. Hal ini menunjukkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
diterima, bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku
altruistik diartikan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki mahasiswa, maka semakin
tinggi pula perilaku altruistik mahasiswa, dan sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional yang
dimiliki mahasiswa, maka semakin rendah pula perilaku altruistik mahasiswa.

Jurnal Neo Konseling, Open Access Journal: http://neo.ppj.unp.ac.id/index.php/neo


Eka Nurlaili1, Nurfarhanah2

Kesimpulan
Dapat disimpulkan kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
altruistik. Adapun hasil penelitian ini adalah (1) kecerdasan emosional mahasiswa keperawatan STIKes
Syedza Saintika Padang secara keseluruhan berada pada kategori tinggi, (2) perilaku altruistik mahasiswa
keperawatan STIKes Syedza Saintika Padang secara keseluruhan berada pada kategori tinggi, dan (3)
terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruistik dengan
koefosien korelasi sebesar 0,438.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan, maka diajukan beberapa saran, yaitu:
(1) bagi dosen pembimbing akademik. Data penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan
referensi mengenai kecerdasan emosional dan perilaku altruistik mahasiswa, sehingga dapat mengetahui,
membantu dan memberikan arahan kepada mahasiswa yang kurang dalam mengatur kecerdasan
emosional dan perilaku altruistiknya rendah. (2) bagi mahasiswa keperawatan. Mahasiswa perlu
mengetahui yang menjadi penyebab kecerdasan emosional dan mampu meningkatkan kecerdasan
emosionalnya sehingga dapat meningkatkan perilaku altruistik di segala situasi dan mampu memahami
kebutuhan diri sendiri dan orang lain. (3) peneliti selanjutnya. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar
bisa lebih mengembangkan penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas dan variabel yang berbeda
atau tetap dengan variabel yang sama dengan aspek yang berbeda yang ditambah dengan variabel lainnya.

Referensi
Antoni, F., & Sano, A., (2021). The Level of Female Student Adversity Quotient in Term of Ethnic
Background. Jurnal Neo Konseling. 3(4), 32-36.

Elwijaya, F., Neviyarni, N., & Irdamurni, I. (2021). Sistem, Nilai, Dan Norma Dalam Pendidikan Dasar:
Sebuah Kajian Literatur. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 1840-1845.

Fauzan, M., Ilyas, A., & Ardi, Z. (2020). Anxiety Level in students Interpersonal Communication with
Academic Supervisors. Jurnal Neo Konseling, 2(1), 1-8.

Fitriana, F., Puspita, Y., Suhaili, N., Netrawati, N., Karneli, Y., & Yahanan, Y. (2021). Analisis
Konseling Cognitive Behavior Therapy untuk Mengatasi Social Anxiety Siswa. Cerdika: Jurnal Ilmiah
Indonesia, 1(4), 349-356.

Gustia, E., & Mudjiran, M. (2020). Contribution Of Social Development Task Outcomes To People
Relationships. Jurnal Neo Konseling. 2(3), 1-6.

Hairani, S., Neviyarni, N., & Irdamurni, I. (2021). Ruang Lingkup Perkembangan Emosi Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 1829-1835.

Hasanah, A., Ilyas, A., & Afdal, A. (2018). Kreativitas Siswa dan Upaya Guru Bimbingan dan
Konseling/Konselor dalam Pengembangannya. Insight: Jurnal Bimbingan Konseling, 7(1), 1-8.

Illahi, U., Neviyarni, N., Said, A., & Ardi, Z. (2018). Hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku
agresif remaja dan implikasinya dalam bimbingan dan konseling. JRTI (Jurnal Riset Tindakan
Indonesia), 3(2), 68-74.

Irawan G. (2012). Karakter “Sang Pemegang Tongkat Estafet” Bangsa. dalam


http://www.djarumbeasiswaplus.org, diakses pada tanggal 4 Januari 2022.

Jurnal Neo Konseling, Open Access Journal: http://neo.ppj.unp.ac.id/index.php/neo


Eka Nurlaili1, Nurfarhanah2

Irsandef, A. B., Taufik, T., & Netrawati, N. (2018). Profile of emotional intelligence and spiritual
intelligence of adolescents from divorced families. JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia), 4(2),
84-95.

Junaidi, J., Neviayarni, N., Mudjiran, M,. & Nirwana, H. (2022). Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
dari Perspektif Tindakan Sosial. Naradidik: Journal of Education and Pedagogy, 1(3), 167-173.

Junaidi, J., & Neviyarni, N. (2022). Konsep Diri Mahasiswa Dalam Perkuliahan Micro Teaching Prodi
Pendidikan Sosiologi FIS UNP. Naradidik: Journal of Education and Pedagogy, 1(1), 47-50.

Nashori, Fuad. (2008). Psikologi Sosial Islami. Bandung: Refika Aditama.

Neli, U.S., & Sukmawati, I. (2019). Altruistic Behavior of Students in SMA N 1 Kampung Dalam Padang
Pariaman Regency and The Implication in Guidance and Counseling. Jurnal Neo Konseling. (1)4, 1-8.

Novita, M. N.., & Zikra, Z. (2020). Emotional Intelligence of SMA N 2 Padang Students and Implications
in Guidance and Counseling Services. Jurnal Neo Konseling, 3(1), 23-32.

Nurhidayati, T. 2012. Empati dan Munculnya Perilaku Altruistik pada Masa Remaja. Jurnal Edu Islamika,
4(1), 101-123.

Oktavia, Y., & Netrawati, N. (2019). Relationship of emotional intelligence with learning outcome of
students in SMP Negeri 13 Padang. Jurnal Neo Konseling, 1(4), 1-6.

Putra, Perdana, Kontributor Padang. (2021). Bupatin Solok Ngamuk Tahu UGD Puskesmas Tolak Korban
Kecelakaan karena Tutup Pukul 05.00 Sore. Dalam
https://regional.kompas.com/read/2021/06/14/160418978/bupati-solok-ngamuk-tahu-ugd-
puskesmas-tolak-korban-kecelakaan-karena-tutup, diakses pada tanggal 3 April 2022.

Putri, A., Firman, F., & Neviyarni, N. (2019). Hubungan Penggunaan Media Pembelajaran Tematik
Terpadu Yang Digunakan Guru Dalam Peningkaatan Motif Altruistik Siswa Di Sekolah Dasar
Kecamatan Koto Tangah. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(3), 287-293.

Sari, W. P., & Sano, A. (2019). Teenagers Resilience In Orphanage And Its Implications For Guidance
and Counceling. Jurnal Neo Konseling, 1(4), 1-7.

Sudirman, S., Daharnis, D., & Marjohan, M. (2013). Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Serta Peran
Guru Mata Pelajaran Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri. Konselor, 2(1), 120-124.

Zeidner, Z., Gerald, M., & Richard, D.R. (2009). What we know about emotional intelegence how it affects
learning, work, relationships, and our mental health. Cambrigde: MIT Press.

Jurnal Neo Konseling, Open Access Journal: http://neo.ppj.unp.ac.id/index.php/neo

Anda mungkin juga menyukai