Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KE I

“KONSEP KELOMPOK DAN BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK“

Dosen Pembina:

Rahmi Dwi Febriani, S.Pd., M.Pd.

Mursyid Ridha, S. Ag., M.Pd.

Mata Kuliah:

Bimbingan dan Konseling Kelompok

Oleh:

Eka Nurlaili

NIM: 18006255

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
MIND MAPPING

Menyelesaikan
permasalahan dengan
Norma yang
Untuk Dapat berkelompok
berlaku
mencapai menimbulkan
tujuan sifat panik,
bersama. emosional, Dapat hidup
bahagia/senang Adanya pemimpin secara
yang diikuti Prayitno (2013) : harmonis,
suatu layanan dinamis,
bimbingan yang produktif,
di berikan kepada kreatif dan
Berinteraksi Ikatan emosional siswa secara mampu
satu sama bersama-sama menyesuaik
lain atau kelompok an diri
Suatu
Kesamaan agar kelompok itu
perkumpulan menjadi besar,
antara diri kuat, dan mandiri
sendiri dengan Interaksi sosial
Sekumpul orang banyak
an orang
yang
mempuny FAKTOR-FAKTOR Untuk
PENGIKAT DALAM membentuk
ai tujuan PENGERTIAN pribadi
bersama PENGERTIAN KELOMPOK BIMBINGAN individu
KERUMUNAN KELOMPOK

KONSEP KELOMPOK DAN


PENGERTIAN TUJUAN BIMBNGAN
KELOMPOK BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK
KELOMPOK

PENGERTIAN
SYARAT-SYARAT
KONSELING
PERMAINAN
KELOMPOK
KELOMPOK
TUJUAN KONSELING
KELOMPOK

Menurut Prayitno
(1998: 111) Ada kelompok
konseling Konseling serta permainan
kelompok adalah dibantu oleh Untuk untuk dimainkan
sebuah layanan konselor dalam meningkatkan
yang dilakukan suasana kepercayaan diri
dalam bentuk kelompok para anggota
kelompok (Rasimin dan kelompok
Muhamad
Hamdi, 2018: 6).
Ada yang memimpin
ataumemberikan
arahan dalam
permaianan
Mendorong munculnya motivasi kelompok
individu, terkembangnya
Edi Kurnanto (2013: 7)
perasaan, pikiran, wawasan dan
berpendapat bahwa konseling
sikap terarah kepada tingkah laku
kelompok terdiri dari empat
yang bertanggung jawab.
sampai delapan konseli yang
bertemu dengan satu ataupun dua Harus bisa bekerjasama
konselor dengan kelompok.
PEMBAHASAN

KONSEP KELOMPOK DAN BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK

A. Pengertian Kelompok
Kelompok yaitu sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya
dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok besar tersebut. Contoh :
kelompok, keluarga, kelompok studi dan kelompok diskusi.
Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang
mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut W.H.Y
Sprott mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang
lain. Kurt Lewin berpendapat “ the essence of a group is not the similarity or dissimilarity
of its members but their interdependence “. Sedangkan H.Smith menguraikan bahwa
kelompok adlah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai
kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya melalui cara dan dasar kesatuan persepsi.
Interaksi antar angggota kelompok dapat menimbulkan kerja ama apabila masing-masing
anggota kelompok, yaitu:
1. Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok tersebut
2. Adanya saling menghormati diantara anggota-anggotanya
3. Adanya saling menghargai pendapat anggota lain
4. Adanya saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di antara anggota kelompok
B. Pengertian Kerumunan
Kerumunan adalah suatu perkumpulan antara diri sendiri dengan orang banyak
yang dapat menimbulkan sifat panik, emosional, bahagia/senang, serta sifat yang
mencerminkan perilaku tidak bermoral di mata masyarakat.
C. Faktor-faktor Pengikat dalam Kelompok
Faktor pengikat dalam kelompok ini dapat berupa, yaitu:
1. Interaksi sosial
Semakin sering di dalam kelompok sosial terjadi interaksi, maka ikatan antar
anggota kelompok sosial semakin kuat pula. Sebaliknya bila interaksi berkurang,
akibat terjadinya isolasi, maka ikatan akan melemah.
2. Ikatan emosional
Ikatan emosional terjadi akibat adanya keakraban yang timbil dari kesamaan
yang dimiliki dan akibat adanya interaksi.
3. Adanya pemimpin yang diikuti
Seorang pemimpin dalam kelompok sosial, dapat menjadi pemersatu. Ini
terutama bila seorang pemimpin memiliki mandat atau kepercayaan dari kelompok
sosial tersebut, serta memiliki kemampuan untuk menyatukan perbedaan yang ada
dalam kelompok sosial.
4. Norma yang berlaku
Norma yang berlaku dan diataati oleh kelompok sosial akan menjadi perekat,
karena dapat menghindarkan adanya konflik, menyamakan pandangan dan membantu
menyelesaikan perselisihan antara anggota kelompok.
5. Kesamaan
Kesamaan yang menjadi perekat dapat berupa kesamaan faham, kesamaan
sejarah, kesamaan keturunan atau kesamaan lokasi. Kesamaan dapat menyebabkan
ikatan yang kuat sebaliknya, perbedaan, terutama yang tidak dikelola dengan baik,
dapat menjadi perenggang dalam kelompok sosial.
D. Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno (2013: 61) layanan bimbingan kelompok adalah suatu layanan
bimbingan yang di berikan kepada siswa secara bersama-sama atau kelompok agar
kelompok itu menjadi besar, kuat, dan mandiri.
Selanjutnya menurut Achmad, Juntika, Nurihsan (2005: 17) Layanan bimbingan
kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada
diri konseli (siswa).
Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi atau aktivitas
kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah
sosial.
Dalam layanan tersebut, para siswa dapat diajak untuk bersamasama
mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik- topik penting,
mengembangkan nilai-nilai tentang hal tersebut dan mengembangkan langkah-langkah
bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam kelompok (Dewa Ketut
Sukardi, 2000: 48).
E. Tujuan Bimbingan Kelompok
Menurut Hallen (2005: 73) tujuan dari layanan bimbingan kelompok yaitu untuk
mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas
di dalam kelompok dengan demikian dapat menumbuhkan hubungan yang baik antar
anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai
situasi dan kondisi lingkungan, dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk
mencapai hal-hal yang di inginkan sebagaimana terungkap di dalam kelompok.
Sedangkan menurut Bennet dalam (Romlah Tatiek, 2001: 14) tujuan layanan
bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal yang berkaitan
dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
2. Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok.
3. Bimbingan secara kelompok lebih ekonomis dari pada melalui kegiatan bimbingan
individual.
4. Untuk melaksanakan layanan konseling individu secara lebih efektif.

Dari beberapa tujuan layanan bimbingan kelompok menurut beberapa ahli dapat
disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan sebuah layanan bimbingan
konseling yang bertujuan untuk membentuk pribadi individu yang dapat hidup secara
harmonis, dinamis, produktif, kreatif dan mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya secara optimal.

F. Pengertian Konseling Kelompok


Menurut Prayitno (1998: 111) konseling kelompok adalah sebuah layanan yang
dilakukan dalam bentuk kelompok. Pada layanan konseling kelompok ada kemungkinan
konseli mendapatkan kesempatan berbagi permasalahan dan pengentasan masalah yang
dialami saat ini melalui konseling kelompok.
Kemudian Menurut Pauline Harrison di dalam bukunya Edi Kurnanto (2013: 7)
berpendapat bahwa konseling kelompok terdiri dari empat sampai delapan konseli yang
bertemu dengan satu ataupun dua konselor. Juntika Nurihsan mengatakan bahwa
konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang
bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dan
perkembangan dan pertumbuhan. Sedangkan menurut Gaza konseling kelompok adalah
suatu sistem layanan bantuan yang amat baik untuk membantu pengembangan
kemampuan pribadi, pencegahan, dan menangani konflik-konflik antar pribadi atau
pemecahan masalah.
Selanjutnya menurut Rifda El Fiah, Ice Anggralisa (2016: 50) dalam jurnalnya
konseling kelompok adalah salah satu bantuan yang diberikan kepada konseli dalam
bentuk kelompok dan mempunyai metode pemecahan dan penyembuhan,kemudian
konselor mengarahkan untuk memberikan kemudahan untuk perkembangan dan
pertumbuhannya. Pada konseling kelompok seorang konseli menggunakan interaksi
dalam kelompok untuk mendapatkan peningkatan, pemahaman dan penerimaan pada
sebuah nilai dan banyak tujuan tertentu, untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-
sikap dan prilaku tertentu.
Dalam program bimbingan layanan konseling memiliki dua jenis layanan, yakni
konseling individual dan konseling kelompok. Pada hakikatnya, perbedaan tersebut pada
suasana pemberian bantuan oleh orang ahli. Pada konseling individual, konseli dibantu
oleh konselor dalam suasana antar dua pribdai. Sedangkan, pada konseling kelompok,
konseling dibantu oleh konselor dalam suasana kelompok (Rasimin dan Muhamad
Hamdi, 2018: 6).
Dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok merupakan konseling yang
dilaksanakan dalam bentuk kelompok bersifat pemecahan dan penyembuhan yang terdiri
dari empat sampai delapan konseli sehingga dalam konseling kelompok konseli dapat
berinteraksi untuk meningkatkan pemahaman dan mempelajari atau menghilangkan
perilaku atau sikap-sikap tertentu.
G. Tujuan Konseling Kelompok
Konseling kelompok berfokus pada pemberian bantuan kepada anggota dalam
melakukan perubahan, melalui perhatian pada perkembagan dan penyesuaian sehari-hari.
Misalnya, modifikasi tingkah laku, pengembangan keterampilan hubungan personal,
nilai, sikap, atau membuat keputusan.
Tujuan pelaksanaan konseling kelompok adalah untuk meningkatkan kepercayaan
diri para anggota. Kepercayaan diri dapat ditinjau dalam kepercayaan diri lahir dan batin
yang diimplementasikan ke dalam tujuh ciri yaitu, cinta diri dengan gaya hidup dan
perilaku untuk memelihara diri, sadar akan potensi dan kekurangan yang dimiliki,
memiliki tujuan hidup yang jelas, berfikir positif dengan apa yang akan dikerjakan dan
bagaimana hasilnya, dapat berkominikasi dengan oranglain, memiliki ketegasan,
penampilan diri yang baik dna memiliki pengendalian perasaan.
Menurut Rasimin dan Muhamad Hamdi (2018: 8-11) konseling kelompok juga
sangat bermanfaat bagi anggota, karena melalui interaksi dengan anggota kelompok,
mereka dapat berbagi keterampilan yang pada intinya meningkatkan kepercayaan diri dan
kepercayaan terhadap orang lain. Dalam konseling kelompok anggota juga dapat berlatih
menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya, serta dapat meningkatkan kepercayaan
diri dan kepercayaan pada orang lain lebih jauh lagi dapat meningkatkan pikirannya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan konseling kelompok adalah mendorong
munculnya motivasi individu, terkembangnya perasaan, pikiran, wawasan dan sikap
terarah kepada tingkah laku yang bertanggung jawab, khususnya dalam
bersosialisasi/komunikasi yang berimbas pada pemecahan masalah individu peserta
kelompok yang mengalami kesulitan dalam perkembangannnya dengan memanfaatkan
dinamika kelompok.
H. Syarat-syarat Permainan Kelompok

Permainan adalah perpaduan yang harmoni antara konseling kelompok, karena


dengan kegiatan bermain dapat melatih peserta didik baik secara kognitif, afektif, dan
psikomotoriknya, sehingga mampu untuk menumbuhkan peserta didik dalam melakukan
eksplorasi, melatih imajinasi, dan memberikan peluang untuk berhubungan dengan orang
lain, serta merasa tidak jenuh ketika berada dalam proses mempelajari keterampilan dan
pengetahuan baru. Permainan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menumbuh
kembangkan daya kognitif, afektif, dan psikomotorik bagi peserta didik (Edy Irawan,
Ainur Rosidah, Sofwan Adiputra , 2015: 16). Menurut Romlah permainan peranan
merupakan salah satu teknik yang telah diteliti oleh para ahli yang bekerja di bidang
penyelenggaraan latihan-latihan. Para ahli telah membuktikan bahwa permainan peran
merupakan teknik yang bermutu. Bermain adalah aktivitas yang menyenangkan bagi
siswa, dan kemampuan komunikasi interpersonal dapat diperoleh melalui proses belajar,
karena tingkah laku tersebut merupakan hasil dari belajar (Tatiek Romah, 2013: 63).

Menurut Riza Efriyanti, Sumaryanti (2016: 76) permainan diartikan sebagai salah
satu sarana yang bisa dijadikan sebagai jalan untuk melakukan transformasi ilmu kepada
anak, Jadi permainan adalah satu aktivitas yang menyenangkan yang dapat dilakukan
siapapun untuk kesenangan.

Teknik permainan dapat dijadikan wahana konseling dan psikoterapi khususnya


bagi korban bencana pasca gempa, juga dapat menumbuhkan rasa empati kepada kedua
belah pihak, sehingga akan memudahkan dalam penyesuaian diri dengan kondisi yang
ada, karena fungsi dari permainan adalah mengeluarkan masalah dalam diri seseorang
dan memberikan nilai positif bagi penyesuaian diri untuk kehidupan selanjutnya.
Permainan memberikan pengalaman-pengalaman nyata, dengan ini kondisi belajar
menjadi positif, karenanya pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan, serta
dapat membantu menghilangkan kejenuhan (Akhmad Sugianto, 2017: 20-21).

Peran guru bimbingan dan konseling adalah membantu peserta didik dalam
mengembangkan potensinya dengan kata lain adalah membantu peserta didik membentuk
karakter pribadinya. Salah satunya dengan bentuk permainan. Permainan yang edukatif
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau alat permainan yang
mengandung nilai pendidikan untuk mengembangkan aspek kemampuan anak. Bahwa
permainan anak dapat menstimulasi anak dalam mengembangkan kerjasama, kerja keras,
saling berinteraksi, mengembangkan sikap empati serta menghargai orang lain (Akhmad
Sugianto, 2017: 2).

I. Deskripsi Permainan
Didalam kamus bahasa Indonesia balon adalah bola atau pundi-pundi besar dibuat
dari karet (kertas, kain, dan sebagainya) yang diisi udara (gas yang ringan). Mainan anak-
anak terbuat dari karet yang dikembangkan (dengan ditiup atau diisi gas). Sedangkan
pengertian permainan balon dalam penelitian ini adalah sebuah permainan yang
dilakukan dengan media balon yang berbahan dari karet (Badadu, Sutan Mohammad,
2002). Permainan ini dilakukan dengan cara estafet dari satu peserta didik ke peserta
didik lainnya dengan diiringi musik. Permainan balon ini mampu memahami pentingnya
perancangan dan perwujudan tujuan, maka pada akhirnya percaya diri untuk
mengendalikan diri ketika mendapati masalah yang menghambat pencapaian tujuan agar
mampu memaksimalkan kemandirian diri. pada setiap peserta didik diarahkan untuk
mampu menentukan tujuan serta mampu mempertunjukkannya didepan teman- teman
yang lain. Peserta didik diminta yakin dan percaya diri untuk mengendalikan diri ketika
menemui kendala dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
(Arum Setiowati, 2016: 20).
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Juntika, Nurihsan. 2005. Strategi Layanan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT.
Refika Aditama.
A, Hallen. 2005. Bimbingan dan Konseling. Edisi Revisi. Jakarta: Quantum Teaching.

Badadu, Sutan Mohammad. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan. Fatmawati, Ririn, and Sri Widayati. 2016. "Meningkatkan Kemampuan
Mengenal Warna Melalui Permainan Balon Pada Anak Kelompok Bermain." Jurnal
PAUD Teratai. Vol. 5 No. 3.
Edy Irawan, Ainur Rosidah, Sofwan Adiputra. 2015. “Pengembangan Teknik Permainan Dalam
Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Peserta Didik”.
Jurnal Fokus Konseling. Vol.1 No. 1.
Hamdi , Rasimin dan Muhamad. 2018. Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Kurnanto, M. Edi. 2013. Konseling Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta:
Ghalia.
Prayitno. 1998. Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi.

Rifda El Fiah, Ice Anggralisa. 2016. Efekitvitas Layanan Konseling Kelompok Dengan
Pendekatan Realita Untuk Mengatasi Kesulitan komunikasi Interpersonal Peserta Didik
Kelas X Man Krui Lampung Barat T.P 2015/2016. Jurnal Bimbingan dan Konseling.
Vol, 3 No, 1.
Riza Efriyanti, Sumaryanti. 2016. “Pengembangan Model Permainan Untuk Pembelajaran
Kinestetik Pada Anak Tunanetra”. Jurnal Keolahragaan. Vol. 4, No.1.
Setiowati, Arum. 2016. “Peningkatan Rasa Percaya Diri Mahasiswa Melalui Teknik Permainan”,
(Studi pada Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Kelompok). Repository Universitas
PGRI Yogyakarta.
Sugianto, Akhmad. 2017. “Teknik Permainan Balogo Dalam Layanan Bimbingan Kelompok
Untuk Meningkatkan Karakter Kerja Keras Pada Siswa Smp”. Proceeding Seminar Dan
Lokakarya Nasional Revitalisasi Laboratorium Dan Jurnal Ilmiah Dalam Implementasi
Kurikulum Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kkni.
Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tatiek, Romlah. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Wicaksono, Galih & Najilatun Naqiyah. 2013. “Penerapan Teknik Bermain Peran dalam
Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Kelas X Multidimensi SMK IKIP Srabaya”. Journal Mahasiwa Bimbingan
Konseling. Vol. 1 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai