OLEH:
Cehati Chika Lynardo (2010323002)
DOSEN PENGAMPU:
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Perilaku Kebiasaan Menyontek pada Pelajar dan
Mahasiswa di Indonesia” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhir semester genap mata
kuliah Psikologi Pendidikan di Program Studi Psikologi Universitas Andalas. Selanjutnya
penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada bapak Yantri
Maputra, M.Ed., P.hD, ibu Meria Susanti, M.Psi., Psikolog, dan ibu Izzanil Hidayati,
S.Psi., MA. selaku dosen pengampu.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan untuk
kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................1
BAB I.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
1.1. Latar Belakang........................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................4
2.1. Pengertian dan Teori Perilaku Menyontek...........................................................4
BAB 3..............................................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................12
3.1. Kesimpulan........................................................................................................12
3.2. Saran..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13
1
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Salah satu murid SMA favorit di
Surabaya, melakukan penelitian kepada teman sekolahnya dengan sampel 7% dari
seluruh siswa, 28% jarang, 52% sering, dan 80% dari sampel pernah menyontek.
Medium yang paling banyak digunakan sebagai sarana menyontek adalah 38%
teman dan 26% menggunakan meja tulis. Dari kebiasaan buruk tersebut, terdapat
51% dari siswa yang menyontek ingin menghentkan kebiasaan buruknya
(Widiawan, dalam Musslifah, 2008).
Perilaku kebiasaan menyontek di Indonesia sudah menjadi hal yang biasa dan
suatu kebiasaan yang wajar, karena tidak ada hukum yang jelas untuk
mengaturnya. Hal ini menyebabkan banyak orang beranggapan bahwa menyontek
itu bukan perilaku negatif. Menurut Rahmen (2014), Ketidakjujuran akademik
sebagaimana didalilkan oleh para mahasiswa menjadi bagian dari kehidupan
normal. Apabila kebiasaan menyontek ini terus berkembang, maka proses belajar
belum berhasil karena tidak adanya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
2
1.3. Tujuan Penulisan
a) Untuk mengetahui pengertian dari menyontek
b) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek
c) Untuk mengetahui bentuk perilaku dan tipe-tipe menyontek
d) Untuh mengetahui dampak dari perilaku menyontek
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dan berkurangnya perilaku yang tidak diinginkan. Pendekatan behaviorisme memiliki dua
jenis teori belajar, yaitu Classical Conditioning dan Operant Condtioning. Teori
behaviorisme ini menjelaskan tentang bagaimana pengamatan terhadap perubahan tingkah
laku yang dipengaruhi oleh peristiwa sekitar, seperti menyontek. Teori ini berpandangan
bahwa belajar terjadi karena sebuah proses operant conditioning dimana apabila seseorang
belajar dengan baik ketika ujian, maka ia akan mendapatkan hasil yang baik dan akan
meningkatkan kualitas belajarnya. Sebaliknya, apabila seseorang tidak belajar dengan baik
atau menyontek ketika ujian maka ia akan menurunkan kualitas dirinya sendiri dan akan
mendapatkan sanksi.
Benturan antara Ego dan Superego dapat dilihat dalam perilaku menyontek. Ego
seseorang akan memilik ketika dia menjadi penyontek atau tidak. Permasalahannya ada
pada superego, dimana ketika norma-norma di sekeliling kita mengajarkan bahwa
menyontek itu merupakan sebuah perbuatan curang dan jahat. Maka tertanam dalam
Superego seseorang untuk tidak melakukan hal tersebut. Sedangkan Ego seseorang akan
berperan untuk mengikuti Superego atau sebaliknya.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi seorang pelajar dan mahasiswa untuk
melakukan tindakan curang atau menyontek. Faktor utama yang memiliki pengaruh besar
bagi seseorang untuk menyontek adalah penguasaan materi. Apabila penguasaan materi
mereka sedikit, maka keinginan untuk menyontek semakin meningkat. Faktor pendukung
lainnya adalah cara belajar yang salah. Cara belajar yang salah akan berpengaruh kepada
4
penguasaan materi seseorang, dan memiliki kekuatan yang besar dalam mengarahkan
perilaku seseorang. Faktor utama dan sangat penting yang mendorong individu untuk
melakukan sesuatu berasal dari kekuatan dalam diri individu tersebut (I Nyoman Surna,
1994). Tingkat penguasaan materi dapat dipengaruhi oleh kebiasaan belajar seseorang.
Penguasaan materi yang rendah disebabkan oleh waktu yang dimiliki seorang mahasiswa
sangat sedikit. Apabila sudah demikian, kecendrungan untuk menyontek semakin terbuka.
Menurut Susilo (2006), persentase seseorang yang memiliki sedikit waktu belajar untuk
mengingat hanya kurang 60% dari banyak materi yang harus dipelajari. Pemahaman materi
dapat dilakukan dengan cara mengulang dan menelaah materi yang telah diberikan dosen,
dan membahas kembali materi perkuliahan dari jurnal, buku, sumber lainnya secara teratur.
Adapun faktor internal lainnya yang dapat mempengaruhi seseorang untuk menyontek
adalah konsep diri dan motivasi. Muhibbin Syah (2003) mengungkapkan bahwa individu
yang memiliki konsep diri positif akan menjadi individu yang bisa memandang dirinya secara
positif, berani mencoba dan mengambil resiko, serta selalu optimis. Konsep diri seseorang
akan terbentuk melalui proses yang terjadi secara bertahap sejak lahir, dan mengalami
perubahan seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Konsep dri
yang positif, akan mengurangi munculnya kesulitan belajar dalam diri mahasiswa.
Sebaliknya, seseorang yang memiliki konsep diri negatif akan mengalami kesulitan belajar.
Pada akhirnya mereka akan mencari jalan pintas untuk mencapai tujuannya, yaitu menyontek.
Motivasi seseorang juga mempengaruhi konsep dan pengendalian diri mereka dalam
berperilaku. Motivasi menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan
sesuatu (Slameto, 1995). Mahasiswa dengan motif orientasi hasil, akan cenderung untuk
menyontek. Hal ini disebabkan karena mereka akan mengupayakan berbagai cara untuk
memperoleh nilai yang tinggi, dengan cara menyontek. Perilaku ini muncul karena adanya
keinginan untuk menang berkompetisi dan diakui oleh lingkungan sekitar. Seperti yang telah
diungkapkan oleh Maslow (dalam robbins, 2002) bahwa manusia memiliki lima tingkatan
kebutuhan dalam setiap dirinya yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial,
kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Oleh karena itu, mendapatkan nilai
tinggi merupakan suatu cara pelajar dan mahasiswa untuk mengaktualisasikan diri mereka
agar diterima oleh lingkungan sekitarnya.
5
menjadi empat kategori, yaitu:
1. Demografi, yaitu berdasarkan usia, jenis kelamin, dan perbedaan kebudayaan
2. Kepribadian, yaitu berdasarkan dorongan mencari sensasi, self-control,
perkembangan moral dan sikap, dan locus of control
3. Motivasi, yaitu berdasarkan tujuan dan alasan dalam pembelajaran
4. Akademik, yaitu berdasarkan kemampuan, subjek area, institusi, dan organisasi
Selain faktor personal diatas, perilaku menyontek juga dapat terjadi karena adanya
faktor situsional. Kecemasan dan ketegangan yang tinggi pada seseorang akan
mengakibatkan tingginya kecendrungan untuk berbuat curang, karena materi yang sudah
dipelajari sebelumnya hilang dan pada akhirnya bertanya kepada teman atau membuka
contekan. Adanya pangakuan atau persetujuan terhadap tindakan menyontek ini
menyebabkan tingginya kecendrungan seseorang untuk menyontek, dan dilakukan atas
persetujuan teman sebaya atau teman sekelas. (Kusdiyati, Halimah, Rianawati, 2010).
Perilaku menyontek juga dapat dipengaruhi oleh kecendrungan pusat kendali atau
locus of control. Locus of control merupakan salah satu penentu bagaiman individu dapat
melihat faktor yang mempengaruhi kehidupannya. Seseorang yang mengalami locus of
control internal akan percaya bahwa faktor dalam diri sendiri yang menyebabkan kemajauan
dalam dirinya. Sebaliknya, seseorang yang dominan dikendalikan oleh locus of control
eksternal akan percaya bahwa keberhasilannya ditentukan oleh hal hal diluar dirinya dan
bukan karena kerja keras diri sendiri, seperti nasib baik, dan koneksi (Direzkia, 2006).
Berdasarkan teori tersebut, dapat dikatakan bahwa perilaku menyontek sangat dipengaruhi
oleh locus of control individu.
6
2. Mencontoh jawaban dari siswa lain
3. Menghindari dari aturan aturan
4. Memberikan jawaban kepada siswa lain
Sedangkan menurut Hard, dkk (2006), bentuk dari perilaku menyontek adalah
menerima atau memberi bantuan dengan cara yang tidak diijinkan oleh instruktur dalam
menyelesaikan tugas yang akan diserahkan sebagai evaluasi akademis. Terdapat tiga dimensi
perilaku menyontek, yaitu bentuk tugas yang dikumpulkan, direncanakan atau spontan, dan
menerima serta memberi bantuan. Dimensi menerima atau memberi bantuan dalam
menyontek dapat berbentuk perilaku menyontek pasif dan aktif. Perilaku menyontek pasif
merupakan perilaku tidak jujur untuk membantu siswa lain. Sedangkan menyontek aktif
merupakan perilaku tidak jujur untuk meningkatkan nilai diri sendiri (Calabrese & Cochrain,
1990).
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ada banyak faktor yang mempengaruhi seorang pelajar dan mahasiswa untuk
melakukan tindakan curang atau menyontek. Faktor utama yang memiliki
pengaruh besar bagi seseorang untuk menyontek adalah penguasaan materi. Faktor
pendukung lainnya adalah cara belajar yang salah. Cara belajar yang salah akan
berpengaruh kepada penguasaan materi seseorang, dan memiliki kekuatan yang
besar dalam mengarahkan perilaku seseorang. Faktor utama dan sangat penting
yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu berasal dari kekuatan dalam
diri individu tersebut (I Nyoman Surna, 1994).
3.2. Saran
8
Dalam penulisan makalah masih terdapat kekurangan baik dari segi penulisan
maupun penyampaian materi dan referensi. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk pengembangan penulisan makalah ke
depannya
9
DAFTAR PUSTAKA
Alhadza, A. (2004). Masalah Menyontek (Cheating) di Dunia Pendidikan.
(http://www.depdiknas.go.id) diunduh pada 17 Juni 2011.
Alhadza, A. (2005). Masalah Menyontek (Cheating) Di Dunia Pendidikan.Kendari
:http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/38/Masalah Menyontek Di Dunia %20pendidikan.Htm
Anderman, Erick. Murdock, Tamera. (2007). Psychology of Academic Cheating (e-book),
Academic Press.
Anonim. (1990). Oxford Advanced Learner’s Dictionary, Oxford
Calabrese, R.L & Cochrain, J.T (1990). The relationship of alienation to cheating
amongsample of American adolescent. Journal of Research and Development in
Education, 23, 65-72.
Direzkia, Yulia (Peneliti Aceh Institut dan psikolog pada Badan Pelayanan Kesehatan
JiwaAceh). 2006. Antara Cheating Dan White Ccrimers. http://www.acehinstitute.org/o
pini_yulia.htm
Falah, N. (2014). Hubungan antara Orientasi Religius (Intrinsik dan Ekstrinsik) dan
Perilaku Menyontek pada Siswa SMA. Universitas Indonesia.
Hard, S.F, Conway, J.M., & Moran, A. C. (2006). Faculty and College Student Beliefs about
the Frequency of Student Academic Miscounduct. The Journal of Higher Education, 77
(6), 1058-1080.
I Nyoman Surna. 1994. Pengembangan Diri. Jakarta: ASMI
Klausmeier, H. J. 1985. Educational Psychology 5th Ed. New York : Harper & Row
Publisher.
M. Joko Susilo. 2006. Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar. Yogyakarta: Pinus.
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suseno, F. M. (1975). Etika Umum: Masalah – masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta:
Yayasan Kanisius
10
11