Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“PERILAKU KEBIASAAN MENYONTEK PADA PELAJAR DAN MAHASISWA DI


INDONESIA”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Genap


Mata Kuliah Psikologi Pendidikan C

OLEH:
Cehati Chika Lynardo (2010323002)

DOSEN PENGAMPU:

Yantri Maputra, M.Ed., P.hD

Meria Susanti, M.Psi., Psikolog

Izzanil Hidayati, S.Psi.,M.A

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Perilaku Kebiasaan Menyontek pada Pelajar dan
Mahasiswa di Indonesia” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhir semester genap mata
kuliah Psikologi Pendidikan di Program Studi Psikologi Universitas Andalas. Selanjutnya
penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada bapak Yantri
Maputra, M.Ed., P.hD, ibu Meria Susanti, M.Psi., Psikolog, dan ibu Izzanil Hidayati,
S.Psi., MA. selaku dosen pengampu.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan untuk
kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Padang, 29 Mei 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN C................................................................1

KATA PENGANTAR......................................................................................................1

BAB I.................................................................................................................................2

PENDAHULUAN.............................................................................................................2
1.1. Latar Belakang........................................................................................................2

1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan.....................................................................................................3

BAB II...............................................................................................................................4

PEMBAHASAN...............................................................................................................4
2.1. Pengertian dan Teori Perilaku Menyontek...........................................................4

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyontek..................................4

2.3. Bentuk Perilaku dan Tipe-Tipe Menyontek.........................................................6

BAB 3..............................................................................................................................12

PENUTUP.......................................................................................................................12
3.1. Kesimpulan........................................................................................................12

3.2. Saran..................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menyontek merupakan perbuatan curang yang sering terjadi di dalam dunia


pendidikan Indonesia. Perilaku menyontek bukan hanya dilakukan oleh siswa
jenjang sekolah dasar dan menengah saja, tetapi juga dilakukan oleh mahasiswa di
perguruan tinggi. Sering sekali kita melihat mahasiswa yang saling bertukar
jawaban atau menyalin jawaban tugas mahasiswa lainnya. Melihat berbagai
fenomena yang terjadi, munculah beberapa pertanyaan yang diantaranya adalah
mengapa mereka melakukan hal tersebut dan apa dampak dari perilaku tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Salah satu murid SMA favorit di
Surabaya, melakukan penelitian kepada teman sekolahnya dengan sampel 7% dari
seluruh siswa, 28% jarang, 52% sering, dan 80% dari sampel pernah menyontek.
Medium yang paling banyak digunakan sebagai sarana menyontek adalah 38%
teman dan 26% menggunakan meja tulis. Dari kebiasaan buruk tersebut, terdapat
51% dari siswa yang menyontek ingin menghentkan kebiasaan buruknya
(Widiawan, dalam Musslifah, 2008).

Perilaku kebiasaan menyontek di Indonesia sudah menjadi hal yang biasa dan
suatu kebiasaan yang wajar, karena tidak ada hukum yang jelas untuk
mengaturnya. Hal ini menyebabkan banyak orang beranggapan bahwa menyontek
itu bukan perilaku negatif. Menurut Rahmen (2014), Ketidakjujuran akademik
sebagaimana didalilkan oleh para mahasiswa menjadi bagian dari kehidupan
normal. Apabila kebiasaan menyontek ini terus berkembang, maka proses belajar
belum berhasil karena tidak adanya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

1.2. Rumusan Masalah


a) Apa yang dimaksud dengan menyontek?
b) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek?
c) Bagaimana bentuk perilaku dan tipe-tipe menyontek?
d) Bagaimana dampak dari perilaku menyontek?

2
1.3. Tujuan Penulisan
a) Untuk mengetahui pengertian dari menyontek
b) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek
c) Untuk mengetahui bentuk perilaku dan tipe-tipe menyontek
d) Untuh mengetahui dampak dari perilaku menyontek

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Teori yang Berhubungan dengan Perilaku Menyontek


Kegiatan menyontek sudah menjadi sebuah kebiasaan yang tanpa disadari langsung
dikerjakan secara spontan. Menyontek adalah hasil belajar dari interaksi dengan lingkungan
seseorang dan perwujudan dari perilaku serta ekspresi mental seseorang (Alhadza, 2005).
Menyontek juga dapat diartikan sebagai perbuatan tidak sah yang bertujuan untuk
menghindari kegagalan dan mendapatkan keberhasilan akademis (Admn, 2004). Menurut
Deighton, menyontek merupakan seseorang yang berupaya untuk mendapatkan keberhasilan
dengan curang atau cara yang tidak jujur. Beberapa perbuatan yang termasuk dalam kategori
menyontek adalah bertanya kepada teman ketika ujian sedang berlangsung, meniru
pekerjaan rumah teman, membuat catatan kecil di kertas ketika ujian, dan sebagainya.
Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary, Cheating means act dishonestly or
unfairly in order to win an advantage or profit (Anonim, 1990:1991). Berdasarkan
pengertian tersebut, perilaku menyontek adalah berbuat tidak jujur atau tidak adil untuk
mendapatkan keuntungan.

Adapun aspek-aspek perilaku menyontek berdasarkan Teori Perilaku Terencana


(Theory of Planned Behavior) yang dikemukakan oleh Ajzen (dalam Azwar, 2003), yaitu:
a. Intensi Perilaku, merupakan keyakinan atas perilaku yang akan membawa
keberhasilan atau hasil yang diinginkan dan tidak diinginkan.
b. Norma Subjektif, yaitu keyakinan tentang perilaku yang bersifat normatif
atau yang diharapkan oleh orang lain, serta adanya motivasi untuk
berperilaku sesuai dengan harapan normatif.
c. Perilaku Kontrol, yaitu perkiraan indvidu dan pengalaman masa lalu
tentang sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan.

Perilaku menyontek juga berhubungan dengan teori Behavior dalam pendidikan.


Behaviorisme merupakan teori perkembangan yang dapat diukur, diamati, dan dihasilkan
oleh respon belajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat
dengan umpan balik positif atau negatif terhadap kondisi yang diinginkan (Arya, 2010).
Terdapat tiga kegunaan dalam mengaplikasikan teori belajar berdasarkan analisis terapan,
yaitu perilaku yang diinginkan akan meningkat, menggunakan dorongan dan pembentukan,

3
dan berkurangnya perilaku yang tidak diinginkan. Pendekatan behaviorisme memiliki dua
jenis teori belajar, yaitu Classical Conditioning dan Operant Condtioning. Teori
behaviorisme ini menjelaskan tentang bagaimana pengamatan terhadap perubahan tingkah
laku yang dipengaruhi oleh peristiwa sekitar, seperti menyontek. Teori ini berpandangan
bahwa belajar terjadi karena sebuah proses operant conditioning dimana apabila seseorang
belajar dengan baik ketika ujian, maka ia akan mendapatkan hasil yang baik dan akan
meningkatkan kualitas belajarnya. Sebaliknya, apabila seseorang tidak belajar dengan baik
atau menyontek ketika ujian maka ia akan menurunkan kualitas dirinya sendiri dan akan
mendapatkan sanksi.

Perilaku menyontek juga berhubungan dengan teori kesadaran Freud. Freud


membagi struktur kesadaran menjadi tiga, yaitu Id, Ego, dan Superergo. Id merupakan
kondisi biologis manusia dimana kebutuhan-kebutuhan, dorongan, dan naluri yang keluar
secara spontan dari diri sendiri yang sifatnya prapersonal. Superego adalah unsur kedua
yang ditanam dari luar diri, seperiti normal-norma yang diajarkan. Ego adalah kepribadian
diri sendiri yang berhadapan dengan unsur id dan superego. Ego berfungsi sebagai
penangkap dan yang mengetahui realita. Unsur yang aktif dalam diri manusia adalah ego
yang menentukan (Suseno,1975).

Benturan antara Ego dan Superego dapat dilihat dalam perilaku menyontek. Ego
seseorang akan memilik ketika dia menjadi penyontek atau tidak. Permasalahannya ada
pada superego, dimana ketika norma-norma di sekeliling kita mengajarkan bahwa
menyontek itu merupakan sebuah perbuatan curang dan jahat. Maka tertanam dalam
Superego seseorang untuk tidak melakukan hal tersebut. Sedangkan Ego seseorang akan
berperan untuk mengikuti Superego atau sebaliknya.

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyontek

Ada banyak faktor yang mempengaruhi seorang pelajar dan mahasiswa untuk
melakukan tindakan curang atau menyontek. Faktor utama yang memiliki pengaruh besar
bagi seseorang untuk menyontek adalah penguasaan materi. Apabila penguasaan materi
mereka sedikit, maka keinginan untuk menyontek semakin meningkat. Faktor pendukung
lainnya adalah cara belajar yang salah. Cara belajar yang salah akan berpengaruh kepada

4
penguasaan materi seseorang, dan memiliki kekuatan yang besar dalam mengarahkan
perilaku seseorang. Faktor utama dan sangat penting yang mendorong individu untuk
melakukan sesuatu berasal dari kekuatan dalam diri individu tersebut (I Nyoman Surna,
1994). Tingkat penguasaan materi dapat dipengaruhi oleh kebiasaan belajar seseorang.
Penguasaan materi yang rendah disebabkan oleh waktu yang dimiliki seorang mahasiswa
sangat sedikit. Apabila sudah demikian, kecendrungan untuk menyontek semakin terbuka.
Menurut Susilo (2006), persentase seseorang yang memiliki sedikit waktu belajar untuk
mengingat hanya kurang 60% dari banyak materi yang harus dipelajari. Pemahaman materi
dapat dilakukan dengan cara mengulang dan menelaah materi yang telah diberikan dosen,
dan membahas kembali materi perkuliahan dari jurnal, buku, sumber lainnya secara teratur.

Adapun faktor internal lainnya yang dapat mempengaruhi seseorang untuk menyontek
adalah konsep diri dan motivasi. Muhibbin Syah (2003) mengungkapkan bahwa individu
yang memiliki konsep diri positif akan menjadi individu yang bisa memandang dirinya secara
positif, berani mencoba dan mengambil resiko, serta selalu optimis. Konsep diri seseorang
akan terbentuk melalui proses yang terjadi secara bertahap sejak lahir, dan mengalami
perubahan seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Konsep dri
yang positif, akan mengurangi munculnya kesulitan belajar dalam diri mahasiswa.
Sebaliknya, seseorang yang memiliki konsep diri negatif akan mengalami kesulitan belajar.
Pada akhirnya mereka akan mencari jalan pintas untuk mencapai tujuannya, yaitu menyontek.
Motivasi seseorang juga mempengaruhi konsep dan pengendalian diri mereka dalam
berperilaku. Motivasi menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan
sesuatu (Slameto, 1995). Mahasiswa dengan motif orientasi hasil, akan cenderung untuk
menyontek. Hal ini disebabkan karena mereka akan mengupayakan berbagai cara untuk
memperoleh nilai yang tinggi, dengan cara menyontek. Perilaku ini muncul karena adanya
keinginan untuk menang berkompetisi dan diakui oleh lingkungan sekitar. Seperti yang telah
diungkapkan oleh Maslow (dalam robbins, 2002) bahwa manusia memiliki lima tingkatan
kebutuhan dalam setiap dirinya yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial,
kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Oleh karena itu, mendapatkan nilai
tinggi merupakan suatu cara pelajar dan mahasiswa untuk mengaktualisasikan diri mereka
agar diterima oleh lingkungan sekitarnya.

Menurut Anderman dan Murdock (2007) dalam buku Psychology of Academic


Cheating, faktor personal yang dapat mempengaruhi seseorang untuk menyontek dibagi

5
menjadi empat kategori, yaitu:
1. Demografi, yaitu berdasarkan usia, jenis kelamin, dan perbedaan kebudayaan
2. Kepribadian, yaitu berdasarkan dorongan mencari sensasi, self-control,
perkembangan moral dan sikap, dan locus of control
3. Motivasi, yaitu berdasarkan tujuan dan alasan dalam pembelajaran
4. Akademik, yaitu berdasarkan kemampuan, subjek area, institusi, dan organisasi

Selain faktor personal diatas, perilaku menyontek juga dapat terjadi karena adanya
faktor situsional. Kecemasan dan ketegangan yang tinggi pada seseorang akan
mengakibatkan tingginya kecendrungan untuk berbuat curang, karena materi yang sudah
dipelajari sebelumnya hilang dan pada akhirnya bertanya kepada teman atau membuka
contekan. Adanya pangakuan atau persetujuan terhadap tindakan menyontek ini
menyebabkan tingginya kecendrungan seseorang untuk menyontek, dan dilakukan atas
persetujuan teman sebaya atau teman sekelas. (Kusdiyati, Halimah, Rianawati, 2010).

Perilaku menyontek juga dapat dipengaruhi oleh kecendrungan pusat kendali atau
locus of control. Locus of control merupakan salah satu penentu bagaiman individu dapat
melihat faktor yang mempengaruhi kehidupannya. Seseorang yang mengalami locus of
control internal akan percaya bahwa faktor dalam diri sendiri yang menyebabkan kemajauan
dalam dirinya. Sebaliknya, seseorang yang dominan dikendalikan oleh locus of control
eksternal akan percaya bahwa keberhasilannya ditentukan oleh hal hal diluar dirinya dan
bukan karena kerja keras diri sendiri, seperti nasib baik, dan koneksi (Direzkia, 2006).
Berdasarkan teori tersebut, dapat dikatakan bahwa perilaku menyontek sangat dipengaruhi
oleh locus of control individu.

2.3. Bentuk Perilaku dan Tipe-Tipe menyontek

Menurut Klausmeier (1985), bentuk-bentuk perilaku menyontek yang sering


dilakukan yaitu:
1. Menggunakan catatan jawaban saat ujian

6
2. Mencontoh jawaban dari siswa lain
3. Menghindari dari aturan aturan
4. Memberikan jawaban kepada siswa lain

Sedangkan menurut Hard, dkk (2006), bentuk dari perilaku menyontek adalah
menerima atau memberi bantuan dengan cara yang tidak diijinkan oleh instruktur dalam
menyelesaikan tugas yang akan diserahkan sebagai evaluasi akademis. Terdapat tiga dimensi
perilaku menyontek, yaitu bentuk tugas yang dikumpulkan, direncanakan atau spontan, dan
menerima serta memberi bantuan. Dimensi menerima atau memberi bantuan dalam
menyontek dapat berbentuk perilaku menyontek pasif dan aktif. Perilaku menyontek pasif
merupakan perilaku tidak jujur untuk membantu siswa lain. Sedangkan menyontek aktif
merupakan perilaku tidak jujur untuk meningkatkan nilai diri sendiri (Calabrese & Cochrain,
1990).

Berdasarkan hasil sortir dan analisis penelitian skripsi di Perpustakaan Universitas


Indonesia yang meneliti dan membahas mengenai perilaku menyontek, terdapat tujuh tipe
dalam perilaku menyontek, diantaranya:
1. Tipe Kode-Kode an, yaitu menyontek dengan menggunakan bagian tubuh seperti
jari tangan, mata, dan suara untuk mendapatkan jawaban pada saat ujian berlangsung
2. Tipe Modus, yaitu menggunakan sebuah alat untuk memberikan maupun
mendapatkan jawaban dari siswa lain
3. Tipe Kebakaran Jenggot, yaitu menggunakan berbagai cara dan biasanya bersantai
di awal lalu dan tidak mengerjakan satupun soal ujian, lalu pada detik-detik
terakhir baru bersemangat untuk mencari jawaban
4. Tipe Kriminal, yaitu dengan cara membeli soal ataupun membeli kunci jawaban
5. Tipe Ekstrimis, yaitu menyontek dengan secara terang-terang an di depan
pengawas ujian
6. Tipe Sohib, yaitu dengan cara saling memberi dan menerima jawaban demi
pertemanan
7. Tipe Siaga, yaitu dengan cara menyiapkan contekan dalam bentuk apapun sebelum
ujian dimulai

7
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kegiatan menyontek sudah menjadi sebuah kebiasaan yang tanpa disadari


langsung dikerjakan secara spontan. Menyontek adalah hasil belajar dari interaksi
dengan lingkungan seseorang dan perwujudan dari perilaku serta ekspresi mental
seseorang (Alhadza, 2005). Berdasarkan pengertian tersebut, perilaku menyontek
adalah berbuat tidak jujur atau tidak adil untuk mendapatkan keuntungan.

Perilaku menyontek juga berhubungan dengan teori Behavior dalam


pendidikan. Behaviorisme merupakan teori perkembangan yang dapat diukur,
diamati, dan dihasilkan oleh respon belajar terhadap rangsangan. Tanggapan
terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif
terhadap kondisi yang diinginkan (Arya, 2010). Terdapat tiga kegunaan dalam
mengaplikasikan teori belajar berdasarkan analisis terapan, yaitu perilaku yang
diinginkan akan meningkat, menggunakan dorongan dan pembentukan, dan
berkurangnya perilaku yang tidak diinginkan. Perilaku menyontek juga
berhubungan dengan teori kesadaran Freud. Freud membagi struktur kesadaran
menjadi tiga, yaitu Id, Ego, dan Superergo.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi seorang pelajar dan mahasiswa untuk
melakukan tindakan curang atau menyontek. Faktor utama yang memiliki
pengaruh besar bagi seseorang untuk menyontek adalah penguasaan materi. Faktor
pendukung lainnya adalah cara belajar yang salah. Cara belajar yang salah akan
berpengaruh kepada penguasaan materi seseorang, dan memiliki kekuatan yang
besar dalam mengarahkan perilaku seseorang. Faktor utama dan sangat penting
yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu berasal dari kekuatan dalam
diri individu tersebut (I Nyoman Surna, 1994).

3.2. Saran

8
Dalam penulisan makalah masih terdapat kekurangan baik dari segi penulisan
maupun penyampaian materi dan referensi. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk pengembangan penulisan makalah ke
depannya

9
DAFTAR PUSTAKA
Alhadza, A. (2004). Masalah Menyontek (Cheating) di Dunia Pendidikan.
(http://www.depdiknas.go.id) diunduh pada 17 Juni 2011.
Alhadza, A. (2005). Masalah Menyontek (Cheating) Di Dunia Pendidikan.Kendari
:http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/38/Masalah Menyontek Di Dunia %20pendidikan.Htm
Anderman, Erick. Murdock, Tamera. (2007). Psychology of Academic Cheating (e-book),
Academic Press.
Anonim. (1990). Oxford Advanced Learner’s Dictionary, Oxford
Calabrese, R.L & Cochrain, J.T (1990). The relationship of alienation to cheating
amongsample of American adolescent. Journal of Research and Development in
Education, 23, 65-72.
Direzkia, Yulia (Peneliti Aceh Institut dan psikolog pada Badan Pelayanan Kesehatan
JiwaAceh). 2006. Antara Cheating Dan White Ccrimers. http://www.acehinstitute.org/o
pini_yulia.htm
Falah, N. (2014). Hubungan antara Orientasi Religius (Intrinsik dan Ekstrinsik) dan
Perilaku Menyontek pada Siswa SMA. Universitas Indonesia.
Hard, S.F, Conway, J.M., & Moran, A. C. (2006). Faculty and College Student Beliefs about
the Frequency of Student Academic Miscounduct. The Journal of Higher Education, 77
(6), 1058-1080.
I Nyoman Surna. 1994. Pengembangan Diri. Jakarta: ASMI
Klausmeier, H. J. 1985. Educational Psychology 5th Ed. New York : Harper & Row
Publisher.
M. Joko Susilo. 2006. Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar. Yogyakarta: Pinus.
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suseno, F. M. (1975). Etika Umum: Masalah – masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta:
Yayasan Kanisius

10
11

Anda mungkin juga menyukai