Anda di halaman 1dari 3

Berikan tanggapan Anda terkait fakta bahwa melalui sikap seseorang kita dapat mengenal

siapa orang itu sebenarnya. Oleh karena itu, penilaian sikap sangat penting dilakukan.
Diskusikan cara-cara dalam pengukuran sikap!

Bismillah. Terima kasih atas kesempatan diskusi yang telah diberikan oleh Tutor. Saya izin
menanggapi pertanyaan pembuka diskusi.

Fakta bahwa melalui sikap seseorang kita dapat mengenal siapa orang itu sebenarnya dapat
ditinjau ulang dari pengertian sikap itu sendiri. Suharyat (2009) mengemukakan bahwa sikap
(attitude) adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Sikap juga dapat dimaknakan
sebagai tingkah laku yang terkait dengan kesediaan untuk merespon objek sosial yang
membawa dan menuju ke tingkah laku yang nyata dari seseorang. Hal tersebut berarti kita
dapat memprediksi tingkah laku seseorang jika sikapnya telah diketahui. Sikap dapat
diartikan sebagai tingkah laku yang masih tertutup meskipun perwujudan sikap tidak terlihat
secara langsung. Pernyataan Suharyat (2009) ini senada dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Zuchdi (1995) bahwa kadang-kadang sikap dapat menentukan tindakan
seseorang, tetapi kadang-kadang sikap tidak mewujud menjadi tindakan. Hal ini karena
meskipun sikap adalah prediktor utama bagi tindakan (perilaku) sehari-hari, tetapi ada faktor-
faktor lain, yaitu keyakinan dan lingkungan seseorang.

Tulisan dari Suharyat (2009) dan Zuchdi (1995) tersebut membuat saya berpendapat bahwa
pernyataan "melalui sikap seseorang kita dapat mengenal siapa orang itu sebenarnya" itu
benar. Sikap sangat erat kaitannya dengan bagaimana seseorang menjalani kehidupannya.
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, setiap manusia pasti selalu bersinggungan dengan
banyak objek sementara sikap itu sendiri menurut Gerungan WA dalam Suharyat (2009)
tidak akan pernah lepas hubungannya dengan objek. Jadi, setiap hari seseorang banyak
bersikap.

Untuk memperkuat pendapat saya, saya memberi ilustrasi seseorang yang baru lulus SMA
dan kini ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia.
Orang tersebut saya beri nama A. Tentunya, untuk mewujudkan keinginannya tersebut, A
harus giat belajar agar bisa melewati berbagai skema seleksi masuk perguruan tinggi. A pun
rajin dan tekun belajar sehingga bisa masuk PTN idamannya. Dalam ilustrasi ini, unsur objek
adalah keinginan untuk masuk PTN idaman dan unsur sikap adalah giat belajar; sehingga
dapat diketahui bahwa A adalah orang yang gigih dalam mewujudkan apa yang dicita-
citakannya.

Di dalam bidang pendidikan, penilaian sikap seseorang menjadi sangat penting. Fuadi (2018)
mengemukakan bahwa melalui pendidikan seseorang atau siswa diharapkan dapat
mengembangkan setiap ranah dalam hasil belajar yang nantinya dari pendidikan yang telah
ditempuhnya, siswa dapat terbantu perkembangannya sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial sehingga dapat hidup secara layak dalam kehidupannya. Ketiga ranah belajar yang
dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam suatu hasil dari proses belajar tersebut terdiri dari
ranah pengetahuan (kognitif), ranah keterampilan (psikomotor), dan ranah nilai-nilai agama
dan moral (afektif). Namun, yang ditemukan dari setiap jenjang pendidikan, pendidik
cenderung menilai prestasi atau hasil belajar hanya dari ranah pengetahuan (kognitif) dan
ranah keterampilan (psikomotor) saja, sedangkan ranah sikap (afektif) sedikit dibelakangi
sehingga berdampak pada lulusan yang hanya menguasai teori sementara masih rendah dalam
bersikap di dalam masyarakat. Para lulusan tidak dapat memposisikan diri sesuai norma-
norma yang ada di masyarakat yang kemudian berdampak luas pada merosotnya akhlak anak-
anak bangsa. Oleh karena itu, ranah sikap (afektif) sangat penting diperhatikan di dalam
dunia pendidikan.

Erickson dalam Nasution dkk. (2007) menyatakan bahwa pengukuran ranah afektif dapat
dilakukan dengan beragam cara, di antaranya sebagai berikut:

1. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung untuk mengukur ranah afektif yaitu memperhatikan dan mencatat
sikap dan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu, benda, orang, gambar, atau kejadian.
Kemudian dari tingkah laku yang muncul diuraikan hal-hal yang mendasari tingkah laku
tersebut.
2. Wawancara
Wawancara untuk mengukur ranah afektif yaitu dengan memberi petanyaan berupa
pancingan terhadap suatu kejadian, orang, atau benda tertentu. Pertanyaan tersebut dapat
berupa pertanyaan terbuka ataupun tertutup melalui tatap muka.
3. Angket
Angket atau kuesioner adalah suatu perangkat pertanyaan tertulis yang materinya sejenis
dengan bahan wawancara atau suatu perangkat daftar isian yang sudah tersedia pilihan
jawaban baik berupa pilihan pernyataan atau jawaban maupun pilihan bentuk skala.
4. Teknik proyektif
Teknik proyektif adalah suatu pekerjaan atau objek yang belum dikenal yang dihadapkan
kepada seseorang. Seseorang tersebut diharapkan mendiskusikan objek tersebut menurut
penafsirannya.
5. Pengukuran terselubung
Pengukuran terselubung yaitu pengamatan terhadap sikap dan tingkah laku seseorang
tanpa diketahui bahwa ia sedang diamati. Pengamatan ini dapat langsung (secara
sembunyi-sembunyi) memperhatikan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh orang yang
diamati atau tidak langsung (misalnya menelusuri jejak tindakan yang pernah dilakukan
oleh orang yang diamati).

Sebelum menutup, saya izin bertanya kepada teman-teman dan Tutor. Di dalam proses
pembelajaran di sekolah, siapa guru yang melakukan penilaian ranah afektif setiap siswanya?
Apakah guru agama, wali kelas, atau setiap guru boleh melakukan penilaian ranah afektif?
Demikian tanggapan dan pertanyaan yang saya berikan. Saya mohon koreksi dari teman-
teman dan Tutor apabila terdapat kekurangan ataupun kesalahan dalam tanggapan saya.
Terima kasih.

Sumber:
Fuadi, Noval. (2018). Urgensi Ranah Afektif Dalam Pendidikan. ITQAN, 9(1), 139-151.
Nasution, Noehi dkk. (2007). Evaluasi Pembelajaran Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suharyat, Yayat. (2009). Hubungan antara Sikap, Minat, dan Perilaku Manusia. REGION,
1(3), 1-19.
Zuchdi, Darmiyati. (1995). Pembentukan Sikap. Cakrawala Pendidikan, (3), 51-63.

_Ditulis oleh Agustind Farras Jauharo_

Anda mungkin juga menyukai