Anda di halaman 1dari 12

TUGAS RESUME

PERILAKU MANUSIA

NAMA : KEYLA SALSABELA


NIM : 21057
MATA KULIAH : PSIKOLOGI
TINGKAT : 1.B GASAL 2021
TANGGAL : 22 SEPTEMBER 2021
DOSEN : Ns. SRI LAELA
Perilaku Manusia
A. PENGERTIAN
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

B. CIRI-CIRI PERILAKU MANUSIA YANG MEMBEDAKAN DARI


MAKHLUK LAIN
1. Kepekaan Sosial
Kepekaan social berarti kemampuan untuk menyesuaikan tingkah laku dengan harapan
dan pandangan orang lain. Misalnya, perbuatan seseorang akan berbeda-beda kalau
menghadapi orang yang sedang marah, sedang sedih, dll.
2. Kelangsungan Tingkah laku
Tingkah laku/perbuatan manusia tidak terjadi secara sporadic (timbul dan hilang disaat
tertentu,  tetapi selalu ada  kelangsungan (kontinuitas) antara satu perbuatan dengan
perbuatan berikutnya. Misalnya, seorang anak yang masuk sekolah hari ini, akan
bersekolah lagi besok dan bersekolah bertahun-tahun akhirnya mempunyai kepandaian
tertentu dan mendapat pekerjaan, mempunyai penghasilan, berkeluarga, berketurunan dan
sebagainya.
3. Orientasi Pada Tugas
Tiap-tiap tingkahlaku manusia selalu mengarah pada suatu tugas tertentu. Hal ini Nampak
jelas pada perbuatan-perbuatan seperti belajar/bekerja, tetapi hal ini juga terdapat pada
tingkahlaku lain yang nampaknya tidak ada tujuan.
4. Usaha dan Perjuangan
Usaha dan perjuangan memang terdapat juga pada  mahluk lain selain manusia,  karena
yang  diperjuangkan adalah sesuatu yang  ditentukannya sendiri, yang diilihnya  sendiri.
Ia tidak akan memperjuangkan sesuatu yang sejak semula memang tidak ingin
diperjuangkannya. Kata lain, manusia mempunyai aspirasi yang diperjuangkannya.
5. Tiap-tiap Individu Manusia itu adalah unik
Unik berarti berbeda dari  yang lainnya. Jadi tiap-tiap manusia selalu mempunyai ciri-ciri,
sifat-sifat tersendiri yang membedakannya dari manusia-manusia lainnya.
C. PROSES PEMBENTUKAN PERILAKU
Cara pembentukan perilaku sebagai berikut:
A. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
Dengan cara membiasakan diri, seorang dapat berperilaku seperti yang diharapkan sesuai
kebiasaan. Misal: anak dibiasakanbangun pagi, atau menggosok gigi sebelum tidur,
mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu oleh orang lain, membiasakan diri untuk
tidak datang terlambat disekolah dsb. Cara ini didasarkan atas teori belajar kondisioning
baik dikemukakan oleh Pavlov maupun Thorndike dan Skinner.
B. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)
Perilaku ini atas dasar pengertian dari dalam diri seseorang dan kesadarannya. Kerena
dengan begitu, maka tercapailah pembentukan perilaku dengan pengertian. Misal datang
kuliah jangan sampai terlambat, karena hal tersebut dapat menganggu temen-temen lain.
Bila naik motor harus pakai helm, karena helm tersebut untuk keamanan diri dsb. Dengan
teori ini, bermaksud agar seseorang bisa menghargai peraturan yang telah ditentukan dan
lingkungan sekitar. Dalam teori eksperimen Thorndike dalam belajar yang dipentingkan
adalah soal latihan, maka dalam eksperimen Kohler belajar yang penting adalah
pengertian atau insight.
C. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
Model pembentukan ini sebagai contoh atau peranan terpenting atau menjadi patokan
dalam seseorang yang bisa di tiru oleh bawahannya atau anggotanya. Misal orang tua
biasa sering menjadi sebagai contoh anak-anak, pemimpin sebagai panutan yang
dipimpinnya, ketua kelas menjadi patokan dalam mengetuai dsb. Cara ini didasarkan atas
teori belajar sosial (social learning theory) atau observational learning theory yang
dikemukakan oleh Bandura (1997).
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

1. Faktor biologis

Dalam faktor ini perilaku manusia akan sangat mempengaruhi dan juga dengan situasi serta
lingkungan dimana dia berada. Interaksi psikologi sosial juga cukup mempengaruhi tingkah
laku dan juga perilaku seseorang. Contohnya saja ketika ketika kita merawat anak dan juga
adanya motif biologis lain yang dapat mempengaruhi perilaku manusia.

2. Faktor sosiopsikologis

Dalam faktor ini terdapat sebuah komponen emosional dari kehadiran faktor sosiopsikologis
pada seseorang. Komponen yang satu ini berkaitan dengan komponen kognitif dan juga
kehadiran aspek intelektual manusia. Komponen yang satu ini juga berpengaruh pada
kebiasaan dan juga kemauan individu untuk melakukan berbagai tindakan.

3. Sikap

Sikap juga sangat mempengaruhi perilaku seseorang, dimana di dalamnya terdapat tingkah
laku atau tindakan seseorang, persepsi da juga cara berfikir seseorang yang di dalam dirinya
merasa bahwa apa yang telah dilakukannya akan berkaitan dengan sebuah situasi dan juga
nilai yang ada di dalam dirinya.

Sikap juga sangat mempengaruhi dari adanya daya pendorong seseorang dalam melakukan
motivasi pada orang lain yang ada disekitarnya. Sehingga dalam hal ini juga bisa
menimbulkan sebuah pengalaman yang cukup baik.

4. Faktor emosi

Emosi ini lah yang membuat mood mempengaruhi segala hal yang kita lakukan. Kemudian
terjadi perubahan persepsi dalam stimuli dalam merangsang alat indra. Untuk intensitas nya
sendiri memang tergantung dari diri orang tersebut, bisa dalam skala ringan, namun bisa juga
dalam skala yang cukup kuat. Emosi juga bisa membuat perhatian lebih meningkat pada
sesuatu hal yang membuat kita tegang, dimana di dalamnya berkaitan juga dengan
rangsangan fisiologi, detak jantung yang kuat da juga naiknya tekanan darah seseorang.

5. Komponen kognitif

Untuk faktor yang satu ini akan berkaitan dengan sebuah kepercayaan seseorang, dimana
komponen kognitif dalam sikap merupakan sesuatu hal yang ada di dalam keyakinan, serta
sesuatu yang membuat kita membenarkan atau tidak membenarkan. Kepercayaan ini juga
bisa menimbulkan sebuah sikap perspektif seseorang dalam menentukan sikapnya pada orang
yang ada disekitarnya.
E. PROSEDUR PEMBENTUKAN PERILAKU
Cara pembentukan perilaku sebagai berikut:
A. Pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
Dengan cara membiasakan diri, seorang dapat berperilaku seperti yang diharapkan sesuai
kebiasaan. Misal: anak dibiasakanbangun pagi, atau menggosok gigi sebelum tidur,
mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu oleh orang lain, membiasakan diri untuk
tidak datang terlambat disekolah dsb. Cara ini didasarkan atas teori belajar kondisioning
baik dikemukakan oleh Pavlov maupun Thorndike dan Skinner.
B. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)
Perilaku ini atas dasar pengertian dari dalam diri seseorang dan kesadarannya. Kerena
dengan begitu, maka tercapailah pembentukan perilaku dengan pengertian. Misal datang
kuliah jangan sampai terlambat, karena hal tersebut dapat menganggu temen-temen lain.
Bila naik motor harus pakai helm, karena helm tersebut untuk keamanan diri dsb. Dengan
teori ini, bermaksud agar seseorang bisa menghargai peraturan yang telah ditentukan dan
lingkungan sekitar.
Dalam teori eksperimen Thorndike dalam belajar yang dipentingkan adalah soal latihan,
maka dalam eksperimen Kohler belajar yang penting adalah pengertian atau insight.
C. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
Model pembentukan ini sebagai contoh atau peranan terpenting atau menjadi patokan
dalam seseorang yang bisa di tiru oleh bawahannya atau anggotanya. Misal orang tua
biasa sering menjadi sebagai contoh anak-anak, pemimpin sebagai panutan yang
dipimpinnya, ketua kelas menjadi patokan dalam mengetuai dsb. Cara ini didasarkan atas
teori belajar sosial (social learning theory) atau observational learning theory yang
dikemukakan oleh Bandura (1997).

F. BENTUK PERILAKU
1. Bentuk perilaku menurut Notoatmodjo (2007) menjelaskan terdapat dua bentuk perilaku,
yaitu: Bentuk pasif Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir,
tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya mengetahui bahaya merokok tapi
masih merokok, maka bentuk sikap seperti ini bersifat terselubung (convert behavior).
2. Bentuk aktif Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi atau dilihat secara
langsung. Perilaku yang sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata, misalnya membaca
buku pelajaran, berhenti merokok, dan selalu memeriksakan kehamilan bagi ibu hamil,
maka bentuk sikap seperti ini disebut (overt behavior).

G. KLASIFIKASI PERILAKU KESEHATAN


Perilaku kesehatan merupakan suatu respons seseorang terhadap stimulus atau obyek
yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Becker (1979) seperti dikutip Notoatmodjo (2003) dalam Maulana (2009),
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :
A. Perilaku hidup sehat
Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berhubungan dengan upaya individu
dalam mempertahankan dan meningkatkan status kesehatannya. Cara yang dilakukannya
adalah dengan menjaga gaya hidup yang sehat.
B. Perilaku sakit
Perilaku sakit merupakan respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsi
terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab, tanda gejala, cara pengobatan, dan
usahausaha untuk mencegah penyakit.
C. Perilaku peran sakit
Perilaku peran sakit adalah segala aktivitas yang menderita sakit untuk memperoleh
kesembuhan. Perilaku peran sakit meliputi beberapa hal berikut ini:
 Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
 Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan atau
penyembuhan penyakit yang layak.
 Mengetahui haknya seperti memperoleh perawatan dan pelayanan kesehatan. Dan
seseorang yang sakit wajib memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama
petugas kesehatan dan tidak menularkan penyakitnya pada orang lain.
H. PERILAKU ORANG SEHAT DAN SAKIT
A. Perilaku sehat adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan atau
mempertahankan kesehatan (Taylor, 2012). Perilaku sehat adalah semua aktivitas atau
kegiatan seseorang baik yang diamati (observable) maupun yang tidak diamati
(unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
(Notoatmodjo, 2014). Selanjutnya Sarafino dan Smith (2011) mendefinisikan perilaku
sehat adalah perilaku yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan atau
mempertahankan kesehatannya, tanpa memandang status kesehatan yang mereka rasakan,
demi mencapai tujuan kesehatan yang akan dicapai. Perilaku kesehatan juga diartikan
sebagai pola perilaku, tindakan dan kebiasaan yang berhubungan dengan pemeliharaan
kesehatan, pemulihan kesehatan dan peningkatan kesehatan (Gochman, 1998). Kasl dan
Cobb (dalam Glanz, Rimer, & Viswanath, 2008).
B. Perilaku sakit dapat dikonseptualisasikan sebagai respon seseorang terhadap ancaman
kesehatan yang dirasakan. Respon ini yang mendorong seseorang untuk mempersepsikan
ancaman kesehatan yang mendasari timbulnya perilaku sakit. Perilaku sakit menurut
konsep abnormal illness behaviour yang dikembangkan oleh Pilowsky adalah suatu
respon seseorang dari gangguan keadaan sakit yang menimbulkan perilaku sakit
abnormal. Munculnya perilaku sakit pada individu sakit bisa dianggap perilaku yang
normal. Namun bila perilaku sakit pada individu tersebut menimbulkan aspek psikososial
yang berlebihan dan mengarah negatif, maka perilaku sakit pun akan menjadi perilaku
sakit abnormal.

I. DOMAIN PERILAKU
Meskipun perilaku merupakan bentuk dari sebuah respons atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan yang diberikan, tetapi dalam menerima respons sangat bergantung pada setiap
individu yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun stimulusnya sama, tetapi
respons setiap individu berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa perilaku manusia sangat
kompleks dan unik.
Menurut Benyamin Bloom (1908) seperti dikutip Notoatmodjo (2003) dalam Maulana
(2009:195), membagi perilaku manusia dalam tiga domain (ranah/kawasan), yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Ketiga domain tersebut mempunyai urutan, pembentukan perilaku
baru khusunya pada orang dewasa diawali oleh domain kognitif. Individu terlebih dahulu
mengetahui stimulus untuk menimbulkan pengetahuan.
Selanjutnya timbul domain afektif dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahuinya.
Pada akhirnya, setelah objek diketahui dan disadari sepenuhnya, timbul respons berupa
tindakan atau keterampilan (domain psikomotor).
Pada kenyataannya tindakan setiap individu tidak harus didasari pengetahuan dan sikap.
Dalam perkembangannya, teori Bloom dimodifikasi untk pengukuran hasil pendidikan
kesehatan, yaitu:
1) Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Maulana, 2009). Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Fitriani, 2011).
Proses adopsi perilaku, menurut Rogert (1974) dalam Maulana (2009) bahwa sebelum
individu mengadopsi perilaku baru, terjadi proses berurutan dalam dirinya. Proses ini
meliputi :
a) Awareness (individu menyadari atau mengetahui adanya stimulus/objek),
b) Interest (orang mulai tertarik pada stimulus),
c) Evaluation (menimbang baik buruknya stimulus bagi dirinya),
d) Trial (orang mulai mencoba perilaku baru), dan
e) Adaption (orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnyaterhadap stimulus). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitiif
mempunyai 6 tingkatan:
a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.
b. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application), kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (analysis), kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2) Sikap
Sikap adalah suatu reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus
atau obyek. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek (Fitriani, 2011). Sikap tidak dapat
dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu daripada perilaku yang tertutup. Sikap juga
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Maulana, 2009).
Menurut Newcomb seperti dikutip Notoatmodjo (2003) dalam Maulana (2009), sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, yang menjadi predisposisi tindakan
suatu perilaku, bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap memiliki tingkatan, yaitu
menerima, merespon, menghargai, bertanggungjawab. Pembentukan sikap dipengaruhi
oleh beberapa factor, antara lain : pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap
penting, kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan agama, serta pengaruh factor
emosional (Azwar, 2003).
Komponen yang membentuk sikap menurut Maulana (2009) sebagai berikut:
a) Komponen kognitif (cognitive)
Di sebut juga komponen perceptual, yang berisi kepercayaan yang berhubungan dengan
persepsi individu terhadap objek sikap dengan apa yang di lihat dan di ketahui,
pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi
dari orang lain. Sebagai contoh seorang tahu kesehatan itu sangat berharga jika menyadari
sakit dan terasa hikmahnya sehat.
b) Komponen afektif (komponen emosional)
Komponen ini menunjukkan dimensi emosional subjektif indivudu terhadap objek sikap,
baik bersifat positif (rasa senang) maupun negatif (rasa tidak senang). Reaksi emosional
banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai suatu yang benar terhadap objek
sikap tersebut.
c) Komponen konatif (komponen prilaku)
Komponen ini merupakan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek
sikap yang dihadapinya (misalnya para lulusan SMU banyak memilih melanjutkan ke
politeknik kesehatan karena setelah lulus menjanjikan pekerjaan yang jelas).
3) Praktik atau Tindakan
Praktik merupakan suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan
(overtbehavior) untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, seperti fasilitas. Praktik sendiri
mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:
a) Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b) Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang
benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.
c) Mekanisme (mecanism), apabila sesorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik
tingkat tiga.
d) Adopsi (adoption), merupakan praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.

J. LATIHAN PEMBENTUKAN PERILAKU SEHARI-HARI


Dalam pendidikan karakter, tentu menyangkut tiga ranah moral.  Yaitu, konsep moral (moral
knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan
ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan
tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan.
Pendidikan karakter digalakkan dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas,
bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat
secara keseluruhan.
Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan
sekolah/madrasah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal.
Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat
tercapai. Di antara metode pembelajaran yang sesuai adalah metode keteladanan,  metode
pembiasaan, dan metode pujian dan hukuman.
Pengembangan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan membiasakan perilaku positif
tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan
bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang, baik dilakukan secara
bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Hal tersebut juga akan menghasilkan suatu
kompetensi.
Pengembangan karakter melalui pembiasaan ini dapat dilakukan secara terjadwal atau tidak
terjadwal baik di dalam maupun di luar kelas. Kegiatan pembiasaan di sekolah terdiri atas
Kegiatan Rutin, Spontan, Terprogram, dan Keteladanan.
1. Kegiatan Rutin 
Yang dimaksud kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan secara reguler dan terus
menerus di sekolah. Kegiatan rutin bertujuan membiasakan siswa melakukan sesuatu dengan
baik.
Kegiatan pembiasaan yang termasuk kegiatan rutin di antaranya:
a) Berdoa sebelum memulai;
b) Membaca Asmaul Husna;
c) Hormat Bendera Merah Putih;
d) Shalat Dhuha bersama;
e) Membaca surat-surat pendek Alqur’an;
f) Tadarus Alqur’an;
g) Shalat Dhuhur berjamaah;
h) Infaq Siswa; dan
i) Kebersihan kelas.
2. Kegiatan Spontan 
Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dapat dilakukan tanpa dibatasi oleh waktu, tempat
dan ruang. Hal ini bertujuan memberikan pendidikan secara spontan, terutama dalam
membiasakan bersikap sopan santun, dan sikap terpuji lainnya.
Kegiatan spontan antara lain:
a) Membiasakan mengucapkan salam dan bersalaman;
b) Membiasakan bersikap sopan santun;
c) Membiasakan membuang sampah pada tempatnya;
d) Membiasakan antre;
e) Membiasakan menghargai pendapat orang lain;
f) Membiasakan minta izin ketika hendak masuk/keluar kelas atau ruangan;
g) Membiasakan menolong atau membantu orang lain;
h) Membiasakan menyalurkan aspirasi melalui media yang disediakan sekolah (seperti
Majalah Dinding dan Kotak Curhat BK); dan
i) Membiasakan konsultasi kepada guru pembimbing dan atau guru lain sesuai kebutuhan.
3. Kegiatan Terprogram 
Kegiatan Terprogram merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara bertahap disesuaikan
dengan kalender pendidikan atau jadwal yang telah ditetapkan sekolah. Membiasakan
kegiatan ini artinya membiasakan siswa dan personil sekolah aktif dalam melaksanakan
kegiatan sekolah sesuai dengan kemampuan dan bidang masing-masing.
Kegiatan terprogram ini misalnya:
a) Kegiatan Class Meeting;
b) Kegiatan memperingati hari-hari besar nasional:
c) Kegiatan karyawisata;
d) Kegiatan lomba mata pelajaran;
e) Kegiatan pentas seni akhir tahun pelajaran; dan
f) Kegiatan perkemahan.
4. Kegiatan Keteladanan
Kegiatan Keteladanan yaitu kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari yang dapat dijadikan
contoh atau teladan. Kegiatan itu termasuk:
a) Membiasakan berpakaian rapi;
b) Mebiasakan datang tepat waktu;
c) Membiasakan berbahasa dengan baik;
d) Membiasakan rajin membaca; dan
e) Membiasakan bersikap ramah.

Anda mungkin juga menyukai