Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku dikatakan wajar
apabilam ada penyesuaian diri yang harus diselaraskan dengan peran manusia sebagai
individu, social, dan berketuhanan. Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati
dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dll. Untuk aktivitas ini mereka harus berbuat
sesuatu, misal : kaki yang satu diletakkan pada kaki yang lain.
Perilaku atau aktivitas manusia merupakan manifestasi kehidupan psikisnya.
Perilaku pada manusia itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari
adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu. Perilaku atau aktivitas itu
merupakan jawaban terhadap stimulus yang mengenainya. Perilaku  manusia tidak dapat
lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungannya. Perilaku itu didorong oleh motif
tertentu sehingga manusia itu bertingkahlaku.
Jika seseorang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang
berperilaku ia sedang membaca, sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal,
sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia itu sendiri. Perilaku
terdiri dari aktivitas- aktivitas yang berlangsung, baik didalam maupun diluar. Dengan
membaca latar belakang diatas maka makalah ini sangat menarik sebab membahas sesuatu
sikap yang unik yaitu pola perilaku sosial yang ada pada diri kita masing masing.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pola perilaku ?
2. Bagaimana proses pembentukan perilaku ?
3. Apa macam – macam pola perilaku ?
4. Seperti apa bentuk perilaku individu ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pola perilaku
2. Untuk mengetahui proses pembentukan perilaku
3. Untuk mengetahui macam – macam pola perilaku
4. Untuk mengetahui apa bentuk perilaku individu

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pola Perilaku


Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini
disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmojo, 2005).
Psikologi memandang perilaku manusia (Human Behavior) sebagai reaksi yang
dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Berbicara tentang perilaku, manusia
itu unik /khusus. Artinya tidak sama antar dan inter manusianya. Baik dalam hal
kepandaian, bakat, sikap, minat, maupun kepribadian. Manusia berperilaku atau
beraktivitas karena adanya tujuan tertentu. Dengan adanya need atau kebutuhan diri
seseorang maka akan muncul motivasi/penggerak , sehingga manusia itu berperilaku , baru
tujuan tercapai dan individu mengalami kepuasan. Siklus melingkar kembali memenuhi
kebutuhan berikutnya atau kebutuhan lain dan seterusnya dalam suatu proses terjadinya
perilaku manusia (Widyatun, 1999).
Sedangkan menurut Bandura, suatu formulasi mengenai perilaku dan sekaligus
dapat memberikan informasi bagaimana peran perilaku itu terhadap lingkungan dan
terhadap individu atau organisme yang bersangkutan. Formulasi Bandura berwujud
B= behavior. E=environment, P=person,atau organisme. Perilaku lingkungan dan individu
itu sendiri saling berinteraksi satu sama lain. Ini berarti bahwa perilaku individu dapat
mempengaruhi individu itu sendiri, disamping itu perilaku juga berpengaruh pada
lingkungan. Demikian pula lingkungan, dapat mempengaruhi individu (Walgito,2003). 

2
B. Proses Pembentukan Perilaku
Menurut Walgito (2003), pembentukan perilaku dibagi menjadi 3cara sesuai
keadaan yang diharapkan, yakni:
1.      Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan kondisioning atau
kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan,
maka akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut.cara ini didasarkan atas teori belajar
kondisioning baik yang dikemukakan oleh Pavlov maupun oleh Thorndike dan Skinner
terdapat pendapat yang tidak seratus persen sama, namun para ahli tersebut, mempuntai
dasar pandangan yang tidak jauh beda satu sama lain.
2.      Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)
Disamping pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan,
pembentukan perilaku juga dapat ditempuh dengan pengertian. Cara ini didasarkan atas
teori belajar kognitif yaitu belajar disertai dengan adanya pengertian. Bila dalam
eksperimen Thorndike dalam belajar yang dipentingkan adalah soal latihan, maka dalam
eksperimen Kohler dalam belajar yang dipentingkan dalah pengertian. Kohler adalah salah
satu tokoh psikologi Gestalt dan termasuk dalam aliran kognitif.
3.      Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
Disamping cara-cara pembentukan perilaku diatas, pembentukan perilaku masih
dapat ditempuh dengan menggunakan model atau contoh. Pemimpin dijadikan model atau
contoh bagi yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan oleh teori belajar sosial (social
learning theory) atau observational learning theory yang dikemukakan oleh Bandura
(1977).
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang
tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1) Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
(objek)
2) Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3) Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
3
4) Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya
terhadap stimulus.

C. Macam-Macam Pola Perilaku


      Ada beberapa jenis pola perilaku yang ditinjau dari sudut pandangan yang berbeda,
antara lain:
1.      Perilaku tertutup dan  terbuka.
a)      Perilaku tertutup artinya perilaku itu tidak dapat ditangkap  melalui indera,
melainkan harus menggunakan alat pengukuran tertentu, seperti psikotes. Perilaku tertutup
adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon
atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan
/kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
Contohnya: berpikir; berfantasi, kreatifitas, dll. 
b)      perilaku terbuka yaitu perilaku yang bisa langsung dapat diobservasi melalui alat
indera manusia, Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktek (practice). seperti tertawa, berjalan, berbaring, dll.
2.      Perilaku reflektif dan  non reflektif.
a)      Perilaku reflektif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan
terhadap stimulus yang mengenai organisme. Misal reaksi kedip mata bila kena sinar,
menarik jari bila kena panas, dan sebagainya. Perilaku reflektif ini terjadi dengan
sendirinya secara otomatis tanpa perintah atau kehendak orang yang bersangkutan,
sehingga di luar kendali manusia..
b)      Perilaku non reflektif. Perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadarn atau
otak.  Proses perilaku ini disebut proses psikologis.
3.      Perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik.
a)      Perilaku kognitif atau perilaku yang melibatkan proses pengenalan yang dilakukan
oleh  otak, yang terarah kepada obyektif, faktual, dan logis, seperti berpikir dan mengingat.
b)      Perilaku afektif adalah perilaku yang berkaitan dengan perasaan atau emosi manusia
yang biasanya bersifat subyektif.

4
c)      Perilaku  motorik yaitu perilaku yang melibatkan gerak fisik seperti
memukul, menulis, lari, dan lain  sebagainya..
Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan. Penelitian Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1.      Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari atau mengetahui stimulus
(objek) terlebih dahulu.
2.      Interest (tertarik), yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.
3.      Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik lagi.
4.      Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5.      Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari
oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi
kebiasaan atau bersifat langgeng

D. Bentuk perilaku Individu
            Bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang dimilikinya.
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini terdiri dari tiga elemen, yaitu
id, ego, dan superego. Ketiga kepribadian inilah yang bekerja sama untuk menciptakan
bentuk-bentuk perilaku manusia yang kompleks.
1.      Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek
kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Menurut
Freud, id adalah sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian. Id
didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua
keinginan, keinginan, dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak puas langsung, hasilnya
adalah kecemasan segera atau ketegangan. Namun, segera memuaskan kebutuhan ini tidak
selalu realistis atau bahkan mungkin. Jika kita diperintah seluruhnya oleh prinsip
kesenangan, kita mungkin menemukan diri kita meraih hal-hal yang kita inginkan dari
tangan orang lain untuk memuaskan keinginan kita sendiri. Perilaku semacam ini akan
baik mengganggu dan sosial tidak dapat diterima. Menurut Freud, id mencoba untuk
menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan melalui proses utama,

5
yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk
memuaskan kebutuhan.
2.      Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani
dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan
dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di
pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang
berusaha untuk memuaskan keinginan id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang
sesuai. Prinsip realitas beratnya biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum
memutuskan untuk bertindak atas atau meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, impuls
id itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan – ego pada akhirnya akan
memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu yang tepat dan tempat.
3.      Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego. superego
adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita
yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat – kami rasa benar dan salah.
Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian.
Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat bagaimana konflik
mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud menggunakan kekuatan ego istilah
untuk merujuk kepada kemampuan ego berfungsi meskipun kekuatan-kekuatan duel.
Seseorang dengan kekuatan ego yang baik dapat secara efektif mengelola tekanan ini,
sedangkan mereka dengan kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi
terlalu keras hati atau terlalu mengganggu.
Perilaku individu terdiri dari berbagai macam bentuk, tergantung dari aspek mana
dilihatnya, seperti perilaku termotivasi, perilaku tidak termotivasi, perilaku reflek, perilaku
otomatis, perilaku yang dipelajari, perilaku instingtif, dan sebagainya. Secara psikologi,
bentuk-bentuk perilaku individu yaitu berupa:
1)      Perilaku sadar (yaitu perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan syaraf).
Perilaku sadar ini hanya sekitar 40% yang dialami oleh manusia.
2)      Perilaku tidak sadar (perilaku yang sopan atau instingtif). Perilaku ini terjadi di
ambang sadar atau alam tidak sadar. Perilaku tidak sadar ini biasanya untuk menyimpan
semua harapan, keinginan, dan ketakutan manusia.
3)      Perilaku tampak dan tidak tampak.
4)      Perilaku sederhana dan kompleks.
5)      Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan perilaku merupakan
pendekatan yang percaya bahwa jika menajer berfokus kepada karyawan bukan pada
produksi mekanistik, maka pekerjaan menjadi lebih puas dan dengan demikia, lebih
produktif.
Konsep-konsep pendekatan teori perilaku antara lain: Pendekatan motivasi yang
menghasilkan komitmen,tidak dapat dianggap sebagai suatu proses teknik yang kaku,
harus sistematis dan sistemis, manajemen harus hati-hati, organisasi sebagai suatu
keseluruhan yang diterapkan sesuai dengan situasi bawahanya, manusia merupakan kunci
utama yang menentukan sukses atau gagalnya organisasi mencapai tujuanya,  harus bisa
dididik dan dilatih untuk memahami dan menerapkan konsep-konsep manajemen,
komitmen dapat ditingkatnya melalui partisipasi dan keterlibatan pekerja, pengawasan
harus dibangun dalam pengertian positif, bukan mencari kesalahan tetapi mencengah
kesalahan secara diri.
Tokoh-tokoh yang mendukung teori ini salah satunya adalah Maslow yang terkenal
dengan teori hierarki kebutuhan untuk menjelaskan perilaku manusia dalam kaitannya
dengan motivasi manusia.
Apabila terjadi bahwa individu tertentu merasaa bahwa kebutuhanya dapat terpenuhi
dari adanya kerja sama tersebut dari imbalan yang diperoleh dari organisasi, maka dia
bersedia untuk meneruskan kerjasama tersebut. Sebaliknya apabila seorang anggota
merasa bahwa imbalan yang diberikan oleh organisasi itu terlalu kecil dan tidak seimbang
dengan besarnya sumbangan yang diberikan kepada organisasi itu maka mereka akan
menarik diri dari organisasi itu, dengan demikian maka akan berakibat kerjasama itu tidak
efektif lagi.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://mudirulachmad.blogspot.co.id/2016/06/makalah-pola-perilaku-pengertian-macam.html

http://ayammahasiswa.blogspot.co.id/2015/01/makalah-sosiologi-perilaku-sosial.html

https://sekaragengpratiwi.wordpress.com/2012/02/02/perilaku-sosial/

http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-perilaku-manusia-macam.html

Anda mungkin juga menyukai